PROLOG
Kekacauan terjadi dimana-mana. Semua orang berlarian dengan wajah panik dan tegang. Para wanita berlari menuju ke ruangan terdalam, sedangkan para pria berlari ke arah sebaliknya. Anak-anak tak mau menghentikan tangisnya menambah ketegangan suasana.
'DMMMMM!!!'
'DMMMMM!!!'
'DMMMMM!!!'
Para wanita yang sedang bersembunyi dalam sebuah ruangan sontak berteriak. Mereka saling memeluk satu sama lain. Anak-anak memeluk ibu mereka dengan erat sembari menyembunyikan wajah mereka. Seorang gadis juga memeluk ibunya dengan ketakutan. Diremasnya pakaian ibunya dengan kuat. Air mata meleleh di wajahnya yang cantik. Bahkan ia tidak memedulikan penampilannya saat ini.
"Okaa-sama, aku takut."
Gadis itu bersuara. Ibunya berusaha menenangkannya meski dirinya pun dalam keadaan yang sama.
"Okaa-sama, otou-sama dan onii-sama… apa baik-baik saja?" ia kembali bersuara.
"Tenanglah, kita harus yakin mereka semua baik-baik saja," jawab ibunya dengan mencium kepala anak gadisnya.
Gadis itu melihat seorang wanita yang sedang memeluk anak laki-lakinya. Anak laki-laki yang berusia 5 tahun itu terdiam. Ia tidak ikut menangis seperti yang anak lainnya. Yang ia lakukan justru menenangkan ibunya, seakan ia sadar bahwa di situasi seperti ini menangis hanya akan menambah kalut ibunya.
Ia melepas pelukannya dan menghampiri wanita itu. Wanita itu memiliki penampilan yang sangat mencolok, sama seperti dirinya dan ibunya. Pakaian dan perhiasannya pun lebih mewah daripada wanita-wanita yang sedang bersamanya dalam ruangan ini.
"Onee-sama," panggilnya.
Wanita itu menoleh, "Sakura."
Gadis yang bernama Sakura itu lantas memeluknya.
Kecemasan dan ketakutan itu berlangsung cukup lama hingga salah seorang pria dengan pakaian prajurit masuk ke dalam ruangan.
"Yang Mulia Ratu!" panggilnya dengan sangat tergesa-gesa.
Wanita yang merupakan ibunya itu maju menghampiri prajurit itu.
"Raja dan pangeran…"
Ibunya menghela napas. Ia seakan sudah mengerti apa kabar yang akan dibawa oleh prajuritnya.
"Katakan!"
"Mohon maafkan saya, Ratu," prajurit itu berlutut dengan kepala menunduk. Bibirnya tak berhenti bergumam. Ia tidak sanggup untuk memberikan kebenarannya.
"Anda boleh memenggal kepala saya, Ratu, tapi saya benar-benar harus memberitahukannya," ucapnya dengan gemetar.
"Raja dan pangeran… mereka telah gugur dalam pertempuran."
Seolah ada petir yang menyambar, ibunya jatuh terduduk dengan lemas. Begitu juga dengan kakak iparnya. Prajurit itu menahan air matanya, wajahnya tidak mampu diangkatnya.
Sakura histeris. Ia terus menyangkal hal ini. Digoyangkan tubuh ibu dan kakak iparnya yang telah lemas. Ibu dan kakak iparnya tidak bergerak, bahkan mereka menangis dalam diam.
"Prajurit, katakan bahwa ini semua bohong. Katakan ini semua tidak benar. Aku akan benar-benar menghukummu. Jangan pernah mengatakan hal buruk tentang otou-sama dan onii-sama," teriaknya.
"Sakura, sudahlah."
Sakura menoleh. Ibu dan kakak iparnya sudah berdiri dengan keponakannya di sampingnya. Di tangan mereka ada sebuah botol kecil yang ia ketahui sebagai racun.
"Okaa-sama, onee-sama, apa yang kalian lakukan?"
"Kami akan mengakhiri hidup kami. Sudah tidak ada gunanya lagi hidup ketika suami sudah tiada. Akan lebih baik seperti ini daripada dijadikan pelayan di kerajaan sendiri. Kami yakin pasti mereka akan datang dan kita semua akan dijadikan tahanan," jelas ibunya.
"Tidak, kumohon jangan lakukan. Kumohon hentikan. Kita semua harus bisa melawan mereka. Kita masih punya harga diri untuk melawan mereka."
"Melawan bagaimana, Sakura? Apa kau pikir akan berhasil? Kami melakukannya justru karena melindungi harga diri kami," ucap kakak iparnya.
Sakura beralih kepada keponakannya.
"Yukio, katakan bahwa semua ini tidak benar. Kau laki-laki, apa kau juga akan ikut meminum racum itu? Kumohon pikirkanlah. Kau harapan bagi kita semua. Kau bisa kembali merebut tahta ini. Jangan lakukan, Yukio. Kumohon."
"Lalu aku harus apa, Oba-sama? Aku tidak punya kekuatan untuk itu. Setelah ini aku pasti akan dijadikan bawahan mereka dan harga diriku akan diinjak. Aku tidak mau."
Sakura terdiam. Ia sudah tidak bisa lagi membujuk mereka. Ibu, kakak ipar, dan Yukio melakukannya demi harga diri mereka. Ia kemudian menghampiri ibunya.
"Okaa-sama, apa masih tersisa satu botol untukku?"
Ibunya sangat terkejut. Ia tidak menyangka Sakura akan menyerah.
"Aku juga tidak ingin harga diriku diinjak dan dijadikan sebagai tahanan."
Ibunya mengusap kepalanya. Ia menerima satu botol kecil yang sama di tangannya. Digenggamnya botol itu, bahkan ia masih ragu untuk melakukannya.
"Semua wanita ada disini!"
Mereka terkejut melihat satu prajurit asing di ambang pintu. Ketakutan kembali melanda mereka. Mereka berusaha melarikan diri, tapi ruangan sudah dikepung.
"Tidak!"
Sakura menoleh. Ia terbelalak. Ibu dan kakak iparnya sudah meminum racunnya dan tergeletak, begitu juga Yukio. Sakura meremas pakaiannya. Ia memandangi botol racun itu. Hatinya ragu.
"Tangkap mereka!"
Sakura kembali terkejut. Botol racunnya terlempar. Ia berusaha mengambil botolnya. Sayang, usahanya kalah cepat dengan prajurit musuh yang menangkapnya.
"Tidak, kumohon jangan tangkap aku. Aku ingin mati saja. Kumohon jangan bawa aku. Biarkan aku menyusul mereka."
Sakura memberontak. Air matanya mengalir deras. Tubuhnya diseret paksa menjauh dari ruangan. Ia bersikeras bertahan, tapi kekuatannya tidam sebanding dengan prajurit itu.
"Lepaskan aku! Lepas! Aku akan membunuh kalian semua. Aku berjanji akan membalaskan dendamku. Lepaskan aku, bodoh! Singkirkan tangan busukmu dariku!"
Sakura terus meronta tanpa henti. Penampilannya sudah sangat berantakan, sudah tidak lagi terlihat sebagai seorang bangsawan. Keanggunan sebagai seorang putri kerajaan sudah hilang. Ia bukan lagi putri raja saat ini.
Sakura berteriak dan menangis. Jasad ibu, kakak ipar, dan Yukio sudah menjauh. Tubuhnya sudah lemas dan jatuh terseok. Di saat seperti ini, ia melihat seorang pemuda dengan pedang di tangannya yang penuh darah. Ia melihat dengan sayup-sayup pemuda itu mendekatinya kemudian matanya terpejam. Ia tidak sadarkan diri. Sebelum sempat kehilangan kesadarannya, ia bisa melihat wajah itu.
Sakura akan mengingat wajah itu selamanya dan yang ia tidak tahu, bahwa wajah itu akan membawanya pada takdirnya.
*
Hai, aku author newbie disini. Ini cerita pertama dengan pair favoritku, SasuSaku ehehe. Mohon read and review-nya ya. Onegaishimasu.
