Disclaimer : demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura

Warning : OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan

Don't Like Don't Read

.

.

~Punishment~

[The Old Man]

.

Dunia tempat tinggal ku berada di atas, langit? Tentu saja, dunia para malaikat dan dewa, dunia yang tidak perlu memikir seperti bekerja, mencari uang, bersekolah, menyusun apapun untuk masa depan, kau hanya perlu pengawasi, sebagai tugas utama masing-masing para dewa dan malaikat, tidak banyak peraturan yang mengikat, hanya saja, dunia bawah dan dunia atas tidak bisa bersama, dunia iblis.

Jatuh cinta bukan hal yang patut untuk kami para malaikat, apa lagi jatuh cinta pada sesama malaikat, bisa saja hukuman yang akan menghampirimu, bagaimana dengan seorang malaikat dan seorang iblis?. Itu lebih fatal. Dan ini lah aku, seorang malaikat yang bertugas sebagai pelindung, aku jatuh cinta pada seorang iblis, pertemuan kami tidak di sangkah-sangkah dan berbuahkan sebuah perasaan yang di katakan manusia itu adalah perasaan cinta, kami kadang bertemu di tempat yang dunia atas dan bawah bersampingan, secara diam-diam.

Sangat menyenang bisa bersama orang kau cintai. tapi, itu tidak berjalan lama, seorang malaikat mengetahuinya dan melaporkan kepada dewa pemberi hukuman, kami di hukum, peraturan kami berbeda, di dunia bawah, dia di musnahkan dan di hidupkan kembali tanpa ingatan apapun, sedang di dunia atas, aku di hukum, di buang ke dunia manusia, tanpa kekuatan, tanpa sayap, tanpa apa-apa, hanya diriku sendiri, dari pada itu aku harus menjalankan hukuman lain, mencari seseorang yang harus ku lindungi, selama 100 tahun, aku harus mencarinya, menunggunya, dan jika dia mati, aku harus mencari reinkarnasinya lagi, sangat sulit melakukan hal itu jika tanpa kekuatan, ini adalah hukuman yang setimpal untukku karena sudah melanggar peraturan yang ada. Bodohnya. Sangat bodoh, nasi sudah menjadi bubur, minta maaf pun mereka akan menjatuhi hukuman yang paling berat.

Berjalan setapak di keramaian, aku sendiri bingung harus berbuat apa di dunia manusia, mereka seperti sedang mengejar sesuatu, berjalan dengan menggunakan pakaian yang rapi, mereka berbicara dengan benda aneh di telinga mereka, membawa benda persegi empat. Mereka masuk ke dalam benda yang seperti besi dan benda itu bisa berjalan, bagaimana bisa? ada juga benda besi lainnya tapi hanya memiliki dua bundaran hitam di depan dan belakanganya, melihat sekeliling dan aku melihat banyak menara yang tinggi. Semuanya membuatku benar-benar pusing.

Aku hanya perlu mencari orang yang harus aku lindungi, tapi dimana? Dunia ini sangat luas, bahkan ada banyak orang di sini. Hujan turun dengan deras, satu-satunya yang ku ketahui adalah hujan, air yang menetes dari langit yang di kendalikan oleh seorang dewa hujan. Seperti ini rasanya hujan, basah dan dingin, perjalanan ku tiba di jalanan yang sepi dan tidak begitu luas, beberapa menara pendek beratap, tapi sepertinya itu bukan seperti menara, mereka terlalu pendek jika di sebut menara.

Kakiku lelah, aku tidak tahu harus kemana lagi, hujan pun belum berhenti, dasar kau dewa hujan, kenapa harus di turunkan sekarang. Ku dudukkan diriku dan bersandar di sebuah tembok, menunggu mati pun tidak mungkin, kehidupanku abadi, aku tidak bisa mati, hanya bisa di musnahkan oleh dewa pencipta sekaligus penghancur.

Satu-satunya benda yang bisa membantuku saat ini hanya sebuah kalung mutiara berwarna biru, dia akan bersinar jika orang yang aku cari sudah dekat. Aku terkejut, mutiaranya bersinar dan tiba-tiba hujan berhenti di atasku tapi tidak di sekelilingku, ku angkatkan kepalaku dan menatap seseorang yang sudah tua umurnya 67 tahun, tatapannya begitu dingin dan dia memegang benda aneh yang bisa menghilangkan hujan.

"Kau tersesat?" Tanyanya.

"Tidak."

"Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku tidak tahu, aku tidak mengerti apa-apa."

"Ikutlah denganku."

Dia mengajakku pergi, sepertinya dia adalah orang yang ku cari, kalungku sempat bersinar sebelum dia datang. Oh tuhan, akhirnya aku menemukannya, akhirnya aku mulai menjalankan kehidupanku sebagai malaikat pelindung di dunia manusia.

Setahun kemudian.

Namanya adalah Sasuke, dia adalah tuanku, orang yang harus ku lindungi, sekarang umurnya 68 tahun, dia semakin tua, rumahnya sangat besar dan mewah, aku di angkat sebagai pelayan pribadinya, tapi kadang dia menganggapku sebagai anaknya.

Aku sangat berterima kasih padanya, saat hari itu, dia mengajakku pergi ke rumahnya, aku mengatakan ini menara yang luas, namun dia mengucapkan ini adalah rumah. Dia mengajarkan ku semua hal tentang dunia manusia, meskipun dia sedikit bingung, tingkah dan ucapanku seperti manusia yang tidak normal katanya bahkan dia pikir aku adalah alien, makhluk yang berasal dari luar bumi jelasnya.

Setahun membuatku belajar banyak hal, aku sudah bisa memahami dunia ini, dan jika di bandingkan dengan dunia ku, di sini peraturannya sangat-sangat banyak, tidak boleh begitu, tidak boleh begini, kau harus begitu, kau harus begini, kenapa dunia manusia itu sulit sekali yaa.

"Sakura."

Dia memanggilku, aku tidak memiliki nama, julukan atau identitas diri, semua malikat tidak memiliki nama hanya di panggil sesuai tugas yang mereka kerjakan. 'Sakura' adalah nama yang dia berikan padaku. Aku sendiri tidak terlalu pusing mau di panggil siapa, tapi nama itu terdengar indah, dia mengatakan aku seperti bunga Sakura dengan rambut berwarna softpinkku.

"Iya, tuanku?"

"Apa jadwal hari ini?"

Selain pelayan pribadi, aku di angkatnya menjadi asisten, katanya asisten itu adalah orang yang penting untuk mengatur jadwal dan segela keperluan tuannya.

"Ada meeting jam 10 pagi, jamuan makan siang jam 1, dan malamnya ada pertemuan dengan beberapa direktur perusahaan."

"Baiklah. Kau sudah mengerjakan tugasmu?"

"Sudah tuanku."

Dia memberiku pelajaran lain, seperti belajar, katanya aku harus menjadi pintar dan harus bisa menguasi beberapa materi pelajaran di dunia manusia, biar aku tidak di bodohi oleh orang luar, dia memanggil beberapa orang yang di sebut guru, mereka yang mengajarku, sedikit lelah namun pelajaran dunia manusia itu sangat menyenangkan dan aku bisa dengan mudah mempelajari semuanya.

Ku antarkan tuanku ke kamarnya, kami abis kembali dari bermain golf bersama rekan-rekan bisnisnya, aku baru tahu dia adalah orang yang penting di dunia manusia ini, aku harus menjaga baik-baik.

"Sebaiknya kau istirahat sebelum kita pergi."

"Masih ada yang ingin aku kerja dulu, anda sebaiknya istirahat."

"Hn."

Dia berjalan masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Aku segera berlari ke dalam kamarku yang bersampingan dengan kamar tuanku. Aku harus mengerjakan beberapa tugas lainnya, dan menata jadwal baru untuk tuanku besok.

Beberapa kertas bertumpuk di mejaku. Melihat sejenak kertas-kertas dan tatapanku tertuju pada sebuah kertas berbentuk persegi panjang, sebuah amplop, aku membukanya dan membaca beberapa tulisan yang ada. Ini adalah data kesehatan tuan Sasuke, aku sudah belajar tentang membaca data kesehatan, tuan Sasuke sepertinya sedang sakit, namun dia tetap menahan penyakitnya. Aku ingin dia tetap hidup, tapi itu tidak mungkin, semua manusia sudah di takdirkan akan mati nantinya, tidak ada kehidupan abadi untuk mereka. Aku melipat dan menyimpan kembali ke dalam amplop dan kembali sibuk dengan kertas-kertasku.

.

.

.

Sekarang adalah jadwal meeting, aku selalu bertemu mereka, orang-orang yang bekerja pada tuanku, mereka membahas ini dan itu, aku hanya menjadi pendengar yang baik saja, tuanku tidak ingin aku berada di luar, dia ingin aku selalu ada bersamanya dan menemaninya meskipun mereka membicarakan hal pribadi seperti kekurangan dalam perusahaan atau pun ada yang menentang.

Meeting selesai dan tuanku kembali ke ruangannya, aku meminta ijin sejenak untuk membuatkan dia kopi. Sedikit teringat hal-hal dulu saat pertama kali datang ke dunia manusia, gedung-gedung yang tinggi ini ku sebut menara, rasanya aku ingin tertawa sendiri mendengar ucapanku dulu.

"Sakura."

Seseorang memanggilku, aku sedang membuat kopi dan melihat siapa yang memanggilku, seseorang yang bekerja pada tuanku, bisa di bilang dia yang paling muda dari beberapa orang yang bekerja di sini.

"Ada apa Kabuto?"

"Kau sedang sibuk?"

"Tidak, aku hanya sedang membuatkan kopi untuk tuanku."

"Oh, bisa buatkan untukku juga?"

"Bisa, tapi kau harus menunggu, aku harus membawa ini dulu."

Ada perasaan aneh yang ku rasa saat melihat Kabuto mulai menutup pintu dapur, dapur ini sedang sepi, sekarang adalah jadwal kerja dan tidak ada satu orang pun di sini.

"Aku harus pergi." Ucapku.

Tapi langkahku di hentikan Kabuto dan dia mengunci pergerakanku di dinding.

"Ka-kau mau apa?"

"Kenapa kau bersama orang tua itu, sebentar lagi dia juga akan mati."

Plaakk...!

Ucapannya membuatku marah dan langsung menamparnya. Bisa-bisanya dia menghina tuanku seperti itu.

"Beraninya kau memukulku!"

Dia marah, malah balik menamparku, membuka paksa kancing kemejaku dan menggingit leherku, sakit, meminta tolong pun tidak mungkin, tangan satunya membungkam mulut.

Tiba-tiba dia menjauh dan memegang kepalanya. Seseorang sudah memukul kepalanya dengan tongkat hitam. Aku melihat ke arah pintu, tuanku dengan wajahnya yang sangat marah.

"Kau di pecat!" ucapnya

"Tuan Sasuke! aku minta maaf, aku tidak sengaja."

"Aku bisa saja membuangmu ke pulau pengasingan. Kau tetap di pecat." Ucapnya dengan tegas dan menatapku, seperti menyuruhku untuk mengikutinya.

Kabuto terlihat sedih dan hanya berlutut meminta maaf namun Sasuke tidak menggubrisnya, dia tidak ingin mendengar apapun lagi.

Tuanku memberikan jasnya dan kami berjalan menuju mobil untuk pulang.

"Kenapa kita pulang, tuanku?"

"Aku sedikit lelah."

Supir mulai menjalankan mobilnya sesuai perintah Sasuke. setangah jam berlalu dan kami sudah sampai di rumahnya. Sasuke memanggil dua pelayannya untuk mengobatiku, sedangkan Sasuke, dia kembali ke kamarnya. Mereka berjalan mengikutiku menuju kamarku.

"Kau tidak apa-apa Sakura?" tanya Naori.

Pelayan-pelayan tuanku semuanya sangat baik, mereka di anggap seperti keluarga sendiri.

"Hanya luka kecil." Ucapku.

Naori mulai mengobati lukaku dan Yakumi memperhatikan bajuku yang sobek pada bagian leher.

"Ada yang menyerangmu, Sakura?" tanya Yakumi

"Uhm, seseorang yang bekerja di perusahaan tuanku."

"Hee, jahat sekali, dia sampai menyerangmu."

"Apa dia benci padaku?" tanya ku, sedikit penasaran.

"Mungkin dia terpesona padamu."

Mereka berdua tertawa dan aku hanya bingung menatap mereka.

"Dia menamparmu."

"Iya."

"Sebaiknya ini di kompres."

"Terima kasih Naori."

"Bajumu tidak bisa di perbaiki lagi. Dia buang saja?" tanya Yakumi

"Di simpan saja, sayang, itu adalah pemberian tuanku."

"Kau ini, tuan Sasuke menganggapmu spesial, kau sudah seperti anaknya, kau meminta baju baru pun dia akan membelinya langsung." Ucap Yakumi.

"Tidak usah, di lemari masih banyak baju, aku sampai bingung harus memakai yang mana."

"Enaknya... dekat tuan Sasuke yaa." Ucap Yakumi dan berbaring di kasurku.

"Jangan iri seperti itu, tuan Sasuke juga baik pada kita. Mungkin dia ingin Sakura yang menjadi penerusnya."

"Ha? Aku, tidak-tidak, aku tidak mau melakukan yang di lakukan tuanku."

"Kenapa?" tanya mereka bersamaan.

"Setiap hari banyak jadwal, bertemu ini bertemu itu, tidak waktu untuk istirahat, dan lagi urus-urus kertas itu sangat sulit, membuatku mau membuang mereka saja ke tong sampah."

Mereka kembali terawa terbahak-bahak mendengar ucapanku.

"Kau ini lucu sekali yaa Sakura, pantas saja tuan Sasuke suka padamu." Ucap Yakumi.

"Benar, tidak banyak orang jujur yang berada di samping tuan Sasuke, mereka hanya ingin keuntungan dari tuan Sasuke."

"Keuntungan? Tinggal di sini saja aku sudah merasa puas."

Di kamarku hanya terdengar suara tawa, mereka benar-benar senang saat mendengar ucapanku. Kami sudah sangat akrab, mereka yang membantuku saat aku pertama kali datang ke rumah tuanku.

.

.

.

Suasana malam yang tenang di teras belakang, tuanku membangun sebuah kolam ikan di sana. Saat makan malam selesai, dia akan duduk di sana sambil menatap kolam ikannya yang berisi banyak ikan mas yang sudah besar, sepertinya sudah lama mereka berada di kolam itu.

"Sakura, kemarilah." Ucapnya.

Dia mengetahui keberadaanku, aku kadang mengintipnya hanya untuk memastikan dia baik-baik saja. Dia menyuruhku duduk tidak jauh darinya.

"Ada apa tuanku?"

"Kau baik-baik saja?"

"Iya, tuanku, aku tidak apa-apa?"

"Maaf atas kelakuan orangku, dia sudah melukaimu."

Aku hanya terdiam, sebenarnya yang salah di sini adalah Kabuto, bukan tuanku, kenapa tuanku yang harus minta maaf atas kelakuan jahatnya.

"Katakan saja jika ada yang berlaku kasar padamu lagi, aku akan memecatnya langsung."

"Iya, tuanku."

"Uhm, sudah setahun kau di sini. Perkembanganmu sangat cepat, aku pikir kau sudah siap untuk jadi penerusku."

"Aku tidak mau." Ucapku dengan cepat.

Ucapanku membuatnya sedikit terkejut dan menatap ke arah ku yang sudah menundukkan wajah.

"Kenapa?"

"Aku tidak boleh terikat oleh apapun, jika aku menjadi penerus anda, aku akan sulit mencari tuanku di kehidupan selanjutnya."

Aku meliriknya sejenaknya, dia menutup matanya dan menghebuskan napasnya perlahan, tatapannya kembali ke kolam ikan kesayangannya.

"Kau sudah membantuhku sejauh ini, kau memiliki bakat dan dengan mudah kau menyatuh dengan kehidupanmu yang sekarang, apa kau tidak ingin berlangsung seperti itu saja?"

"Tidak tuan, tujuanku hanya satu, aku harus melindungi anda. Aku tidak bisa melakukan hal yang lain."

Dia tersenyum, baru kali ini aku melihat tuanku tersenyum.

"Sayang sekali, aku menaruh harapan besar padamu. Saat pertama kali melihatmu, seperti kita sudah di takdirkan bersama, ada yang menggerakku untuk membawamu pergi dari tempatmu saat itu."

"Aku sangat berterima kasih dengan semua ini, tuanku. Aku sangat senang kau mengajarkan ku banyak hal."

Tangannya bergerak dan mengusap perlahan puncuk kepalaku. Rasanya begitu hangat dan membuatku senang.

"Kau sudah seperti anakku, sangat sulit menemukan orang sepertimu, sakura."

"Terima kasih tuanku."

Tangannya sudah turun dan menatap serius ke arahku.

"Aku butuh bantuanmu, kau harus mencari seorang pria, dia adalah anak dari Saudaraku. Dia yang akan menggantikanku, aku sudah banyak mendengar tentang dia, dia akan cocok menjadi penerusku, meskipun aku masih menginginkanmu menjadi penerusku."

"Aku minta maaf." Ucapku tertunduk sedih tidak bisa mengabulkan permintaan tuan."

"Sudahlah, tidak apa-apa."

.

.

.

Berdiri di depan sebuah gerbang bertuliskan universitas. Luas sekali!. Teriak ku dalam hati, aku harus mulai dari mana. Aku hanya di beri tahukan namanya saja, cari pria yang bernama Izuna di universitas ini. meskipun membawa beberapa pengawal, tapi saja, mereka tidak ada gunanya.

Biar tidak terkesan mencolok membawa mereka, seperti film yang pernah ku nonton, seperti sedang membawa mafia. Aku menyuruh mereka menunggu di mobil.

Di mulai dari kelas di lantai paling atas, aku mencarinya.

"Ada yang bernama Izuna di sini?" ucapku membuka satu pintu. Dan mereka hanya mengucapkan 'tidak ada'.

Aku berlari ke sana kemarin dan dengan ucapan yang sama 'ada yang bernama Izuna?' namun tidak satu pun yang menjawa 'iya'. Malahan ada bapak-bapak yang memarahiku.

"JANGAN BERTERIAK DI KELAS!"

Teriakannya membuat kupingku jadi sakit. Sedikit lelah membuatku berjalan perlahan ke kelas lain.


Normal pov.

Sementara itu.

"Hei Izuna, ada seorang gadis cantik, berambut softpink sepantat, kulitnya yang putih dan mata hijaunya yang indah, dia mencarimu." Ucap Tobi.

"Kau ini, jangan mendeskripsikan orang dengan secara berlebihan."

"Tapi aku benar, dia sangat cantik. Seperti seorang malaikat."

"Untuk apa dia mencariku?"

"Entahlah, kau tahu dia mengelilingi universitas ini hanya untuk mencarimu, sekarang dia berada di lantai 3."

"Aku tidak peduli." Ucap Izuna dan berjalan pergi.

"Tunggu dulu, kau tidak ingin menemuinya?"

"Aku tidak tertarik."

"Dia bahkan sampai kena marah oleh dosen killer kita loh."

"Aku tetap tidak akan peduli padanya, lagi pula aku tidak tahu siapa dia dan untuk apa mencariku."

Izuna berjalan perlahan meninggalkan Tobi.

"Izuna, tunggu!" ucap Tobi.

Tiba-tiba seseorang berlari ke arah Izuna dan memeluknya erat. Napasnya tidak karuan dia benar-benar berlari dan mengelilingi universitas ini hanya untuk mencari Izuna.

"Akhir aku menemukanmu, tuan Izuna." Ucap Sakura.

Tobi menetap terkejut ke arah mereka dan Izuna langsung melepaskan pelukan Sakura dengan paksa.

"Siapa kau? untuk apa mencariku?"

"Perkenalkan, nama ku Sakura, aku ke sini mencari mu atas perintah tuanku."

"Perkenalkan namaku Tobi, aku teman Izuna." Ucap Tobi yang sudah berdiri di samping Izuna.

"Salam kenal, temannya Izuna." Ucap Sakura ramah.

"Siapa tuan mu?"

"Tuan Sasuke."

"Pulang lah, jika kau ingin mengajakku untuk jadi penerusnya, lupakan, aku tidak mau."

Izuna kembali berjalan namun lengannya di tahan Sakura.

"Aku mohon, hanya kamu yang bisa menjadi penerus tuanku, kau harus ikut aku sekarang."

"Aku tidak mau dan lepaskan tanganku."

"Izuna, jangan kasar pada seorang gadis."

"Kalau kau temanku, bantu aku melepaskan gadis aneh ini."

"Ta-tapi, aku tidak berani."

"Aku tidak mau, pokoknya kau harus ikut aku, ini permintaan tuanku."

"Cari orang lain saja, aku tidak mau."

Sakura melepaskan lengan Izuna.

"Baiklah, jika cara baik-baik tidak bisa membuat mu pulang, aku masih punya cara lain."

Tiba-tiba beberapa orang berpakaian jas dan celana hitam berlari ke arah Izuna, mereka bersiap untuk memaksa Izuna pulang.

"Ahk, sial."

Izuna berlari menjauh dari mereka. Beberapa orang sibuk memperhatikan Izuna yang sedang di kejar-kejar orang berpakaian serba hitam.

Sakura yang sudah berkeliling universitas ini, mencari jalan lain untuk menemukan Izuna, dia hapal dengan jalur yang di ambil Izuna.

Izuna bersembunyi di samping gudang hingga orang-orang itu berlari ke arah lain.

"Ketemu." Ucap Sakura yang sudah berdiri di belakang Izuna.

Tiba-tiba Izuna menariknya membungkuk dan menutup mulut Sakura rapat-rapat, para pengawal itu kembali, namun tidak ada tanda-tanda Izuna, mereka kembali berlari lagi ke arah lain.

Sakura membuka paksa tangan Izuna dan menghidurp udara dalam-dalam.

"Kau mau membunuhku!"

"Kau yang mau membunuhku, untuk apa mengajak mereka ke sini."

"Kau harus di bawa paksa jika tidak mau."

"Aku kan sudah bilang, aku tidak mau menjadi penerusnya!"

"Tapi hanya kau harapannya."

"Aku tidak tertarik."

"Aku mohon padamu." Sakura berlutut di hadapan Izuna.

"Suruh mereka pulang, aku tidak suka di kejar-kejar seperti itu."

"Baiklah."

Sakura menelpon salah seorang dari mereka dan menyuruh mereka pulang karena Sakura sudah bersama Izuna.

Sepertinya Izuna memang tidak berniat ingin menjadi penerus Sasuke, dia mengabaikan Sakura dan sibuk mengikuti perkuliahan.

"Izuna, aku akan menunggumu," teriak Sakura dari arah pintu kelas.

"Izuna! Jangan membawa pacar di kelas!" teriak salah seorang dosen.

Kelas Izuna menjadi ribut dengan teriakan 'cieee..cieee' dari seluruh teman kelasnya, membuatnya ingin mengubur Sakura hidup-hidup.

Saat pulang, Sakura tidak juga pergi dari Izuna, dia tetap mengikuti kemana Izuna pergi, bahkan sampai Izuna akan pulang ke kostnya.

"Sampai kapan kau akan mengikuti ku?"

"Sampai kau mau ikut bersama ku ke rumah tuanku."

"Aku sudah berapa kali padamu, aku tidak tertarik. Pulang sana."

Hening. Tidak ada jawaban dari Sakura sama sekali, Izuna berbalik dan mendapati jalanan kosong, pikirnya Sakura sudah pulang.

Di lorong yang gelap, Sakura di tahan oleh tiga orang yang berniat jahat pada Sakura.

"Dia memang cantik."

"Hei nona, mau pergi bersama kami?"

"Maaf, aku sedang sibuk."

"Sebentar saja."

Mereka memegang tangan Sakura dengan paksa.

"Lepaskan!"

"Kau harus menemani kami, nona."

Sakura menarik tangannya dan segera saja seseorang menarik tangan Sakura, dia membawa Sakura pergi dari orang-orang itu, tampaknya mereka sangat kesal dengan orang yang membawa kabur mangsa mereka.

Setelah jauh, Izuna melepaskan tangannya dari tangan Sakura. Sakura sendiri terkejut dengan orang yang membawanya pergi, Izuna menolongnya.

"Di sini daerah sangat berbahaya, aku sudah bilang padamu untuk pulang kan."

"Terima kasih."

Izuna terdiam dan menatap Sakura yang sepertinya sempat menangis. Izuna merasa sedikit kasian padanya, Sakura sudah berusaha untuk membuatnya ke rumah Sasuke, sampai-sampai dia hampir di lecehkan.

"Baiklah, aku akan mengikuti mu pulang, tapi aku tetap tidak tertarik untuk menjadi penerusnya."

"Kau bisa mencobanya, jika memang kau tidak suka kau bisa bilang langsung pada tuanku."

"Benar kah? Jika aku tidak suka, pamanku akan membiarkanku pergi dari rumahnya?"

Sakura menggangguk cepat. Izuna akhirnya mengalah dan mau ke rumah Sasuke bersamanya.

.

.

.

Di ruang tamu, rumah Sasuke, terlihat Izuna, Sakura, dan sasuke yang tengah duduk di sofa.

"Terima kasih kau sudah mau datang ke sini, Izuna."

"Ini gara-gara suruhan paman yang sangat cerewet dan tidak ingin menyerah."

Sakura hanya tersenyum lebar menatap Izuna dan yang di tatap membalas dengan tatapan kesal, sangat kesal.

"Kau bersedia menjadi penerusku?"

"Tidak semudah itu, aku hanya mencobanya saja, jika tidak cocok dengan ku, aku boleh pergi dari sini?"

"Jika itu keputusan mu, aku menerimanya."

Izuna adalah anak dari Itachi, saudara Sasuke, Itachi dan istrinya sudah lama meninggal dan membiarkan Izuna hidup sendirian, tanpa harta warisan atau pun tabungan kehidupan untuk Izuna, Itachi meninggal dengan terlilit hutang, semua tabungannya di kuras dan rumahnya di sita, Izuna tidak punya tempat tinggal, dia bergantung dari kerja sampingannya dan mencoba keberuntungan di universitas, beda halnya dengan Sasuke yang sangat sukses, namun Sasuke tidak sempat membantu Itachi, karena itachi tidak ingin membebani Sasuke. setelah Sasuke mendengar kalau Itachi mempunyai anak, dia ingin anak Itachi yang menjadi penerusnya, Sasuke ingin membantu Itachi melalui anaknya.

"Ngomong-ngomong, dimana paman mendapatkan gadis ini, aku pikir kita tidak punya keluarga seperti dia."

"Ceritanya sangat panjang, kalau di singkat, aku anak gelandangan yang di pungut tuanku dan di jadikan sebagai orang penting untuk tuanku." Ucap Sakura dengan polosnya.

Beberapa pelayan yang mendengar ucapan Sakura menutup mulut untuk menahan tawa mereka, seperti biasa Sakura yang terlalu polos akan mengucapkan hal yang sejujur-jujurnya. Sasuke tersenyum mendengar ucapan Sakura terkesan seperti sedang melucu.

"Apa! Paman memungutnya dan menjadikan dia asisten dan pelayan pribadi? Apa paman tidak salah?"

"Aku mempercayai Sakura."

"Gadis kasar ini?"

"Dia akan sedikir kasar jika seseorang tidak memenuhi printahku, dia gadis yang baik dan terdidik. Sakura sebaiknya kau kembali ke kamar."

"Baik tuanku." Ucap Sakura dan berjalan menuju kamarnya.

Sakura sudah menghilang dari ruang tamu dan kini berada di kamarnya.

"Paman serius menjadikanya orang penting?"

"Hn."

"Bisa saja dia orang yang berniat jahat pada paman dan berpura-pura menjadi orang yang baik."

"Kalau begitu jadilah penerusku, sebenarnya aku menunjuk Sakura, hanya saja dia menolaknya."

"Apa alasannya?"

"Ucapannya sedikit aneh, dia bilang tidak ingin terikat dengan dunia ini."

"Gadis yang aneh."

"Aku sedikit kasian padanya, setahun yang lalu aku membawanya ke rumah ini, dia bisa bilang seperti anak yang baru lahir tidak tahu apa-apa bahkan dia tidak punya nama, aku sempat memeriksa ke dokter dan psikiater, katanya gadis itu baik-baik saja, dia tidak hilang ingatan atau sedang dalam keadaan gila, dia normal namun dia sepeti orang yang berasa dari dunia lain."

Sasuke menceritakan semuanya, di mana dia harus menjelaskan semua hal yang ada di dunia ini sampai Sakura memahaminya dengan benar, mengajarinya banyak hal hingga dia seperti sekarang ini, namun kepolosan dan kejujurannya masih melekat pada Sakura. Izuna hanya terdiam mendengar semua ucapan pamannya ini, antara ingin percaya dan tidak ingin percaya, semuanya seperti tidak masuk akal bagi Izuna.

End Normal pov


Akhirnya tuan Izuna mau mencoba beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, rumah besar dan perusahaan, namun Izuna hanya menyamar jadi pegawai biasa, dia memakai kacamata dan memakai topi agar pegawai lainnya tidak mengetahui keberadaannya sebagai keponakan Sasuke, wajahnya mirip dengan Sasuke saat masih muda.

Sasuke sedang berada di ruangannya dan aku harus mengcopy beberapa berkas.

"Hei, lihat siapa yang ada di sini, hai..~ nona Sakura." ucap salah seorang pegawai tuanku, kedudukan mereka juga penting di perusahaan ini, namun sering kali mereka menatap tidak suka padaku.

"Ada apa?"

"Aku dengar kau akan menjadi penurus Sasuke?"

"Uhm, mungkin saja." Ucapku dengan santai.

"Ingat yaa, kau hanya gelandangan dan tidak lebih dari itu, kau bahkan tidak memiliki hubungan darah dengan Sasuke, mana mungkin kau bisa menjadi penerusnya."

"Kalian sendiri siapa?"

"Kami? Hahahaha, Kami adalah orang-orang penting Sasuke."

"Kau pasti sudah merencanakan hal ini kan, membuat seakan-akan kau menjadi pewaris seluruh harta Sasuke. jangan mimpi!"

"Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, tugasku hanya melindungi tuanku."

"Melindunginya atau melindungi hartanya."

Salah seorang mencengkram bahu dengan sangat kasar dan terasa sakit, mereka marah padaku, padahal aku tidak berbuat jahat pada mereka. Guru pengajarmu pernah bilang, jika seseorang berbuat jahat kadang mereka akan membalasnya dengan lebih jahat lagi, tapi mereka sendiri yang jahat.

"Kalau aku jadi kau, Sakura, aku akan menguras hartanya, membeli rumah dimana-mana, membeli barang-barang mewah dan berkeliling dunia. Sebaiknya kau lakukan itu, sebelum hartanya habis."

"Maaf, aku tidak tertarik. Aku hanya melindungi tuanku."

"Mau mencoba-coba sok baik kamu ha!."

"Hentikan." Ucap seseorang dengan pelan dan menepis tangan orang yang mencengkram tanganku.

"Siapa kau, berani-beraninya mengganggu kami."

"Oh, jadi ini alasanmu sampai memohon padaku." Ucap orang itu.

Dia membuka topi dan kacamatanya, aku sedikit terkejut, aku pikir Izuna sedang berkeliling perusahaan, ternyata dia ada disini, dia mendengar semuanya, semua ucapan orang-orang jahat ini.

"Tu-tuan Sasuke?"

"Mana mungkin anda kembali muda?"

"Aku bukan Sasuke, dia adalah pamanku, namaku Izuna dan aku yang akan menjadi pewaris sah pamanku, kalian semua yang ada di sini aku pecat."

"Apa! Ka-kau belum mewariskan apa-apa, Sasuke bahkan belum mengumumkan secara resmi penggantinya."

"Aku menyetujui keputusan Izuna."

Tuanku tiba-tiba datang, wajah mereka yang tadinya seperti sangat menyombongkan diri padaku, sekarang terlihat sedih dan memohon untuk tidak di pecat.

Rasanya sangat lega, akhirnya tuan Izuna mau menjadi pewaris sah tuanku, tapi sebenarnya dia sangat tidak suka akan tahta, kekayaan dan jabatan, namun tuan Sasuke membebaskannya, dia bebas melakukan yang dia mau.

Setelahnya, tuan Sasuke mengumumkan informasi penting, dia menjadikan tuan Izuna sebagai pewarisnya yang sah jika nantinya dia akan mati, tuan Izuna mulai hari ini akan tinggal bersama Sasuke, dia bisa kembali kuliah dan sekaligus menjadi direkut utama.

Sedangkan aku, meskipun tuanku menyuruhku menjadi asisten Izuna, aku menolaknya, aku harus selalu berada di sampingnya, aku harus menjaganya bagaimana pun keadaannya.

Secara rutin aku menemani tuanku untuk cek up kesehatannya, dokternya hanya bisa pasrah sampai tiba waktunya, tuanku terlihat baik-baik saja, bahkan dia sempat pergi bermain bowling bersama Izuna dan temannya, Tobi, mereka kadang pergi memancing bersama, mendaki bukit, namun tidak sampai ke puncak, tuanku tidak boleh memaksakan dirinya.

Sebelum tidur, tuanku harus meminum beberapa obat untuk sekedar menahan umurnya beberapa lama lagi, tuanku sudah tertidur dan aku berjalan keluar menutup perlahan pintu kamarnya.

"Paman sudah tidur?"

"Tu-tuan Izuna."

"Ada apa?"

"Kau mengagetkanku."

"Maaf."

"Iya, tuanku sudah tidur."

"Mau menemaniku juga di ruang keluarga sejenak?"

"Uhm, aku?"

"Siapa lagi."

"Baiklah."

Aku mengikuti Izuna turun ke lantai bawah dan berjalan menuju ruang tengah, ruangan keluarga.

"Bantu aku mengerjakan tugas perusahaan ini, aku sedikit bingung."

"Oh, baik."

Aku mulai membaca beberapa berkas, Izuna sedang mengerjakan tugas kuliahnya.

"Jadi, apa alasanmu menolak untuk jadi asistenku?"

"Aku tidak punya kewajiban untuk melindungi mu, jadi aku tidak harus berada di samping mu."

"Karena alasan melindungi, kau selalu bersama pamanku."

"Tentu."

"Aku sedikit penasaran denganmu, sebenarnya kau siapa?"

"Aku orang bodoh yang sedang di beri hukuman berada di dunia aneh ini dengan peraturan yang sangat banyak dan ada benda-benda aneh di sekelilingmu, contohnya seperti ini, benda ini mengeluarkan cairan berwarna hitam, anehkan." Ucapku sambil memperlihatkan sebuah pulpen.

"Pfff, hahahahah, hahahahah"

Tuan Izuna tertawa sampai-sampai memegang perutnya.

"Kenapa tertawa?"

"Seperti yang di katakan paman, meskipun kau sudah di ajari banyak hal, kau kadang mengucapkan hal yang tidak di pikirkan oleh orang lain."

"Itu tidak aneh, aku benarkan. Bahkan besi bisa bergerak."

"Mobil?"

"Iya."

"Hahahahahahahaha."

Lagi, dia tertawa, ruangan tengah itu di penuhi dengan tawa lepas tuan Izuna.

"Kau harusnya mendaftarkan diri di dunia komedi."

"Dunia komedi? Ternyata masih ada dunia lain selain dunia atas, bawah dan dunia manusia."

"Kau ini seperti alien saja."

"Ucapanmu sangat persis dengan tuanku, aku bukan makhluk dari luar bumi, aku makhluk dari atas, tapi statusku jadi mahkluk buangan."

"Bicara mu semakin aneh, di atas ada apa?"

"Malaikat dan para dewa."

"Kau sendiri?"

"Malaikat."

"Mana sayapmu? kau punya kekuatan apa?"

"Aku sedang di hukum, jadi semuanya di hilangkan."

"Kenapa kau di hukum?"

"Sudah melanggar peraturan dunia atas."

"Ngobrol bersama mu lama-lama aku ikutan gila."

"Ya sudah, kalau tidak mau percaya."

Tuan Izuna terdiam, dia merasa aku memang seperti makluk alien yang sejak awal di katakan oleh tuanku. Ya sudahlah, aku tidak terlalu pusing, aku kembli membantu tuan Izuna menyelesaikan tugasnya.

.

.

.

Tuan Sasuke merasa tidak enak badan dan tidak masuk kerja, kebetulan tuan Izuna sedang libur, dia yang menggantikan posisi tuanku sejenak. Aku bisa merasakan, tuanku semakin hari semakin lemah, aku hanya bisa duduk di samping ranjangnya dan menatapnya seharian. Aku tidak akan lelah dan tertidur untuk menjaganya.

""Kau tidak istirahat ? " ucapnya saat mendapatiku seharian berada di kamarnya.

"Aku sudah cukup istirahat, anda perlu sesuatu, tuanku?"

"Tidak ada. Kau akan tetap duduk di situ?"

"Iya, aku harus selalu bersama anda, tuanku."

"Kemarilah."

Aku berlutut dan menyamakan posisiku dengan kasur, dia kembali membelai kepalaku perlahan, terasa hangat dan penuh kasih sayang.

"Jika saatnya nanti, mau kah kau menemani Izuna ?"

"Aku..., tidak bisa janji akan hal itu, maaf."

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Mencari tuanku kembali di kehidupan yang baru."

"Semacam reinkarnasi?"

"Iya."

"Kau sangat percaya akan hal mistik yaa, seperti reinkarnasi, aku pikir itu adalah pemikiran mitos."

"Hehehe, anggap saja aku percaya."

"Aku berharap kita bisa bertemu kembali."

"Aku akan selalu mencari tuanku, meskipun itu membutuhkan waktu yang lama. Mau kah anda kembali memungutku saat kita bertemu kembali?"

"Jika saja itu terjadi, aku akan kembali membawa mu ke rumahku."

"Terima kasih, tuanku."

.

.

.

Beberapa bulan kemudian, tuanku sudah sampai batasnya, dia menghembuskan napas terakhirnya saat mengumpulkan semua orang yang ada di rumahnya dan mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang selama ini sudah menemaninya.

Mereka semua bersedih dan tidak bisa menahan air mata mereka. Aku hanya menatap kepergiannya. Tuan Izuna tertunduk sedih di sudut ruangan, perasannya saat ini seperti dia kehilangan seorang ayah, lagi. Tuanku sangat baik kepada tuan Izuna, bahkan dia sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri.

Saat ini aku sudah tidak di perlukan lagi di sini. Aku harus kembali mencari tuanku lagi. Ku ucapkan terima kasih dalam hati dan mengucap mantra penghilang ingatan, mereka yang ada di rumah ini dan orang-orang yang sudah bertemu denganku akan melupakanku selamanya.

.

.

~T B C ~

.

.

ide cerita tiba-tiba terlintas di pikiran, kebanyakan nonton film yang fantasinya kelewatan. hahahahah tapi seru *menurut pribadi* mencoba membuat cerita dengan ide seperti ini lagi, moga ada yang suka, kalau nggak suka nggk apa-apa, ceritanya mungkin sedikit pendek, dari beberapa ffn yang penah d buat.

Sakura bakalan bertemu dengan tuannya "sasuke" dalam berbagai umur, penasaran..? penasaran? aku juga penasaran. heheheh

next chapter "A little boy"

mohon di review