"Kenapa … Sakura?"

Dan mimpi itu sukses membuatnya mengingat kembali gadis itu.

.

.

.

.

.

.

.

when i dream about you

naruto©masashi kishimoto

SasuSaku

(Saya ketawa ngakak saat memikirkan cerita ini. Dan baru sadar kalau Sasuke polos banget. XD)

.

.

.

.

.

.

.


Lelaki itu duduk di sebuah batu besar di markas Akatsuki. Matanya menatap langit yang tengah menampakkan dukanya. Di langit yang begitu tenang itu hanya ada bulan purnama. Purnama yang mengingatkannya pada pembantaian klannya dan juga pada sang kakak yang meninggalkannya.

Ia memejamkan matanya sejenak. Berusaha meredam rasa sakit yang mendera batinnya. Sungguh, kenyataan akan sang kakak yang selama ini berusaha melindunginya telah membuat pertahanan dirinya hancur. Ia menangis dalam diam tanpa diketahui oleh rekan-rekannya. Ia berusaha menyembuhkan lukannya sendiri. Namun semakin ia mencoba, semakin dalam rasa sakit itu.

Konoha.

Ya, ia harus menghancurkan Konoha yang telah membuat kakaknya menderita. Ia akan membunuh para petinggi-petinggi Konoha tersebut dan membuat seluruh warga Konoha merasakan penderitaannya.

Kali ini, tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali kematian. Tapi, ia tidak berniat mati sebelum membalaskan dendamnya.

Besok adalah waktunya pembalasan. Ia sudah membuat rencana tak terbantahkan yang harus dituruti oleh anak buahnya dan juga anggota Akatsuki lainnya. Ia seorang Uchiha. Dan Uchiha tidak menerima penolakan maupun bantahan. Semua yang ia ucapkan adalah perintah mutlak seolah-olah ia yang menjadi pemimpin dan paling berkuasa. Tobi hanya mampu menarik napasnya melihat bocah Uchiha yang belum genap berusia 16 tahun itu. Percuma pula ia memberi pendapat. Sasuke tak akan mendengarkannya. Jadi, biarkanlah bocah itu bertindak semaunya. Ia akan berada di belakang Sasuke.

"Sebaiknya kau tidur. Pulihkan tenagamu untuk besok."

"Hn." Dan bocah itu pun menuju kamar yang telah disediakan oleh Tobi untuknya. Sementara rekannya yang lain di kamar yang terpisah.

Sesampainya di sana, ia tak langsung tidur. Pikirannya kembali melayang pada masa lalunya, pada Itachi, ayah, dan ibunya. Ia meringis dan kembali menangis dalam diam sebelum akhirnya ia benar-benar terlelap di ranjang sederhana milik Akatsuki.

"Sasuke-kun~"

Suara itu terdengar menggoda, mendesah, membuat ia berpikir siapa pemilik suara yang membuatnya merinding tak karuan. Karin kah? Tidak. Suara Karin tidak seperti ini. Suara ini lebih … lebih lembut? Dan yang membuatnya semakin merinding adalah… kecupan di keningnya kemudian turun ke mata dan hidungnya. Lalu pipinya dan terakhir bibirnya.

Ia ingin bangun dan melihat siapa yang melakukan hal tersebut padanya. Tapi, ia merasa ada yang menahan tubuhnya agar tak bergerak. Dan matanya seperti di lem. Namun hal ini tak bisa dibiarkan. Karena ia merasa mulai tegang. Keringat mulai membasahi tubuhnya. Perasaan apa ini? Perasaan seperti menginginkan kepuasan? Tapi bukan kepuasan membunuh orang yang membuatnya dendam. Bukan. Ini seperti membutuhkan kepuasan yang lain. Dan ia membutuhkan hal itu. Namun, ia menahannya meski sosok itu semakin memonopoli tubuhnya.

Ia harus bangun. Ia harus menghentikan semua ini.

Deg

Mata hitamnya perlahan terbuka dan ia nyaris melompat ketika melihat sosok yang kini sudah berada di atas tubuhnya.

"Sakura?"

Gadis berambut merah muda sebahu itu menatap Sasuke dengan tatapan sayu yang entah mengapa terlihat menggairahkan. Sasuke berusaha menahan segala sesuatu dalam dirinya yang ingin meledak ketika melihat tatapan gadis itu. Terlebih lagi, rambut gadis itu acak-acakan dan nyaris tak mengenakan apapun. Tubuhnya yang putih itu berbalut keringat. Sungguh, ini adalah pemandangan paling menyiksa selama nyaris 16 tahun hidup Sasuke. Bahkan, oiroke no jutsu milik Naruto pun tak berefek apapun pada dirinya. Tapi ini Sakura. Ya, Sakura gadis teman masa kecilnya, seorang kunoichi Konoha. Ingat! Konoha! Konoha. Konoha. Konoha. Dan nama itu terus terngiang-ngiang, membuat Sasuke menyadari sesuatu.

Konoha adalah desa yang harus dia hancurkan.

Konoha sumber penderitaan kakaknya.

Konoha.

Sakura berasal dari Konoha.

Jadi ….

"Menyingkir dari tubuhku!" Suara itu terdengar berat namun memerintah. Sasuke pun berusaha untuk bangkit meski itu harus bertindak kasar pada gadis itu. Namun, Sakura tak bergeming sedikit pun. Ia malah semakin memajukan tubuhnya dan mencium kembali bibir lelaki itu tanpa aba-aba.

Sasuke yang mendapat serangan dadakan itu membulatkan matanya terkejut. Reaksi tubuhnya di luar kendali otaknya. Ia tak mampu menggerakkan tubuhnya. Atau lebih tepatnya ia berusaha tak bergerak sedikitpun meski Sakura semakin mendominasi bibirnya. Rasanya … Sasuke tak mampu memikirkan hal itu. Otak jeniusnya entah menghilang kemana. Satu hal yang diinginkan olehnya saat ini adalah menyingkirkan Sakura bagaimanapun caranya. Karena sungguh, semakin lama Sakura di sini, ia akan semakin sulit mengendalikan dirinya. Jadi, ia harus bertindak. Ia harus.

Tangan Sasuke bergerak menyentuh bahu gadis itu dan berusaha mendorong Sakura. Dorongan yang cukup kuat itu membuat Sakura menghentikan aksinya. Gadis itu menatap Sasuke dengan tatapan bertanya yang sayu.

Sial!

Sasuke memalingkan wajahnya, berusaha menghindari tatapan Sakura yang akan membuatnya goyah. Semburat merah di pipinya pun tercetak tanpa ia sadari. Gadis itu segera menangkup kedua pipi Sasuke dengan kedua tangannya yang kecil hingga membuat Sasuke terpaksa menatap wajah sayu itu.

"Aku mencintaimu Sasuke-kun …."

Dan kata-kata itu pun seakan menarik sisi lain dirinya. Menariknya menjadi seorang lelaki normal seperti yang lainnya. Bayangan akan dendam pada Konoha pun mendadak sirna. Sakura membuatnya kehilangan akalnya. Hingga yang terjadi selanjutnya tak jauh dari suara-suara penuh kenikmatan dari mereka berdua.

Krieet

Ia masuk ke sana dengan senyuman licik namun menggoda. Sebuah rencana sudah tersusun rapi di kepalanya. Hanya butuh saat yang tepat untuk merealisasikan rencananya tersebut. Dan yang menjadi objek rencananya sudah ada di depan mata.

Sasuke.

Ia mendekati lelaki itu yang tengah bergerak gelisah tak karuan, membuatnya mengerutkan dahi berpikir: kenapa? Apa Sasuke mimpi buruk? Karena yang ia lihat tubuh Sasuke penuh dengan keringat. Sesekali ia mendengar lelaki itu mengerang. Namun, ia bingung. Itu erangan kesakitan atau kenikmatan?

Agak sedikit khawatir, ia pun menggoyangkan bahu Sasuke untuk membangunkan lelaki itu. Sesekali ia menyebut nama lelaki itu. Dan berhasil. Sasuke membuka matanya. Ia tersenyum senang meski tak terlalu diperlihatkan.

"Sasu-"

"Sakura …."

"Eh?"

Mendengar nada keterkejutan darinya, Sasuke pun menatapnya. Ia sedikit terkejut melihat sosok yang kini duduk di sampingnya.

"Karin? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sasuke dingin setelah ia mendapatkan kembali kesadarannya. Karin memasang wajah tak kalah dinginnya. Ia dalam keadaan tak baik setelah mendengar Sasuke salah menyebut namanya. Ia bahkan berpikir ada yang salah dengan penglihatan Sasuke karena tidak mengenalinya.

"Persiapan perang sudah selesai. Lagipula ini sudah pagi," jawab Karin jutek. Ia segera bangkit dan berkata, "Tobi sudah menunggumu." Kemudian gadis itu berlalu pergi.

Sasuke menatap punggung gadis itu. Pikirannya menerawang, berusaha mengingat kembali apa yang terjadi semalam. Bagaimana bisa ia memimpikan Sakura? Terlebih lagi mimpi erotis seperti itu. Astaga! Ia bahkan merasa sangat tidak normal sekarang. Dan yang membuatnya kembali tak percaya adalah ketika ia menyadari kasurnya basah. Ya, basah.

Sasuke tidak mungkin mengompol kan?

Lelaki itu meremas rambutnya sedikit frustasi. Karena bayangan tentang Sakura tak juga hilang dari pikirannya. Padahal hari ini ia sudah bertekad untuk balas dendam pada Konoha. Lalu kenapa tiba-tiba mimpi aneh itu menghantuinya? Membuatnya kehilangan konsentrasi.

Sial!

"Kenapa … Sakura?"

Dan mimpi itu sukses membuatnya kembali mengingat gadis itu hingga tanpa sadar membangkitkan sesuatu yang hanya dimiliki olehnya.

Sepertinya ia harus mendinginkan kepalanya. Tapi dimana kamar mandinya? Sasuke pun menghela napas frustasi.

"Sasuke-kun!"

"Sakura, ya?"

Gadis itu berdiri beberapa meter dari dirinya. Gadis yang dengan kurang ajarnya membuatnya melakukan hal gila meski hanya di dalam mimpi. Gadis yang … sialnya membuatnya kembali mengingat kembali mimpi itu. Dan ya, bisa dibayangkan betapa sesaknya celana Sasuke sekarang dan ia harus menyembunyikannya. Ia harus terus memasang wajah dinginnya. Ia harus mengeluarkan aura membunuh yang begitu kuat hingga Sakura tak menghampirinya. Tidak. Ia sangat tak berharap Sakura menghampirinya. Karena itu hanya akan semakin menyiksanya.

"Aku akan ikut denganmu dan meninggalkan Konoha!"

Kesialan macam apalagi ini? Batin Sasuke berteriak frustasi. Jujur saja ia terkejut. Sakura terlalu nekat. Dan ia pun tak bisa membaca gadis itu.

"Aku akan menghancurkan Konoha!"

Sakura terkejut. Dan hati Sasuke menyeringai senang. Sakura tak akan mungkin mengkhianati Konoha. Namun dugaannya salah. Karena Sakura mengatakan sesuatu yang tak ingin ia dengar. Sesuatu yang membuatnya marah.

"Aku … aku akan membantumu menghancurkan Konoha."

Karena bagi Sasuke, itu adalah jawaban terbodoh yang ia dengar. Sia-sia ia melakukan hal untuk melindungi gadis itu. Ah ya, ia lupa. Sakura adalah Konoha. Dan setiap orang Konoha halal untuk dibunuh. Ia pun harus adil. Ia harus membunuh Sakura. Tapi, mimpi itu kembali menyerang otak jeniusnya.

Sialan!

Sasuke mengumpat dalam hati. Menyesali otaknya yang tak mau bekerjasama dengan tubuhnya. Dan pada akhirnya, meski ia terlihat ingin membunuh, ia tak bisa melakukan itu. Bukan karena mimpinya. Tapi karena ia, ia tak tau mengapa. Ia tak bisa menyakiti Sakura.

"Sasuke-kun, bangun. Sudah pagi." Wanita berambut merah muda itu menggoyang-goyangkan tubuh Sasuke yang tertidur pulas. Namun lelaki berparas tampan itu tak menunjukkan reaksi apapun.

Sakura memberengut kesal. Tirai jendela ia buka hingga sinar matahari menyilaukan kamar itu. Dan sepertinya berhasil. Karena akhirnya Sasuke menggeliat pelan dan berusaha membuka matanya perlahan.

Sakura tersenyum penuh kemenangan wajah lelaki itu.

"Cepat bangun, Sasuke-kun! Kau sudah janji mau menemaniku berbelanja," perintah wanita itu tegas namun terselip nada manja di akhir perkataannya. Sebelah tangannya ia letakkan di pinggang. Sasuke menatapnya bingung. Sekali lagi ia bertanya dalam hati: kenapa Sakura ada di mana-mana?

"Kenapa kau ada di sini?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar bebas dari mulut lelaki itu. Sakura menatapnya bingung. Namun sesaat kemudian ia memasang wajah sedih. Sasuke bangkit bangun dan duduk menghadap wanita yang berdiri di hadapannya tersebut.

Sakura terdiam. Ia menundukkan wajahnya dalam. Sasuke menghela napasnya pelan. Sudah ia duga. Semua ini hanya mimpi. Baiklah, sekarang ia akan mandi dan setelah itu semua akan berjalan normal seperti semula. Namun hal itu sepertinya tak terjadi. Sakura menahan tangannya hingga ia menghentikan langkahnya dan menatap wanita itu.

"Bodoh!"

What?

Sasuke dibilang bodoh? Oke. Itu adalah penghinaan yang sangat besar. Ia menatap Sakura dengan tatapan tak suka yang dibalas dengan tatapan sangar milik Sakura.

Hening.

Aneh. Sasuke mengerutkan dahinya. Ia berpikir Sakura akan kembali berbicara namun nyatanya tidak. Wanita itu tak bergerak seinci pun dari tempatnya.

"Lepaskan tanganku!" perintah Sasuke mutlak. Sakura kembali menatapnya. Kali ini tatapan tersakiti. Sasuke merasa sangat jahat sekarang. Ada apa sebenarnya? Mood Sakura cepat sekali berubah.

"Sudah kuduga …." jeda sejenak. Sasuke menatapnya tak mengerti. "Sebenarnya Sasuke-kun tidak pernah berniat menikahiku."


bersambung


1655 Words

.

Chapter depan tamat. Maaf untuk segala kekurangan.

Terima kasih sudah membaca :)