STEP
| seventeen fanfiction | cheolsoo | /joshua |
| SEVENTEEN © PLEDIS ENTERTAINMENT |
| STEP © dumpling-lion |
| rated T | boys love |
| oneshoot |
don't like don't read
any same idea, it's just acidentally same
and remember, it's just a FICTION
warning. out of character and typos take a big part of my writing world
(oneshoot) just one by one, like step by step
Joshua Hong, atau dirinya lebih suka dipanggil dengan nama Hong Jisoo, adalah pemuda yang tiga bulan yang lalu pindah ke Korea Selatan meninggalkan kehidupannya di Los Angeles.
Entah apa yang membuatnya mengiyakan permintaan orang tuanya untuk menamatkan studi SMA di Korea, tapi sebagai anak yang patuh, baik hati, dan tidak sombong, Jisoo tidak dapat menolak.
Kini Jisoo sendiri bersekolah di sekolah asrama prestisius di Korea, duduk di bangku kedua pendidikan menengah akhir serta mendapatkan keberuntungan lebih dengan mendapatkan roomate dengan manusia yang berjuluk malaikat sekolah.
Jisoo sendiri mengakui, bahwa kehidupan barunya di asrama tidak begitu buruk.
Sampai suatu ketika virus-virus cinta menyerangnya dan mengusik kehidupan tenangnya yang aman dan tentram.
Jujur saja, Jisoo sendiri frustasi akan keadannya kini.
.
.
.
Hong Jisoo, terlibat cinta pada pandangan pertama dengan dimple milik pemuda tampan yang tanpa sengaja ia lihat.
Dan hingga saat ini, baru empat langkah yang ia lakukan untuk mendapatkan balasan cinta dari pemilik dimple itu.
.
.
.
.
i
Jisoo berkali-kali membentuk bow 90 derajat dengan tubuhnya setelah memeluk erat buku logaritma tebal milik Jihoon yang tadinya berada di tanah.
Pemuda dengan rambut brunette itu terus saja menggumamkan kata maaf dengan cepat walau dalam hatinya ia mengumpati sasaran tembaknya, Wen Junhui, yang kabur setelah merobek PR logaritma yang sudah Jisoo kerjakan dengan setengah mati.
"Maafkan aku. Sungguh aku tidak sengaja."
Naas sekali kaburnya Junhui yang cekatan itu menyebabkan buku itu melayang keluar jendela dan menghantam kepala seorang pemuda yang sekelibat mata Jisoo menggunakan sweater bergaris ala anggota OSIS.
Ditambah lagi, sepertinya buku itu mengenai kepalanya dengan cukup keras, berdasar akan kerasnya volume umpatan yang Jisoo dengar ketika ia sadar bahwa buku itu mengenai seseorang.
"Gwenchana, buku itu hanya menyebabkanku sedikit pusing. Sudahlah jangan minta maaf lagi."
Mendengar suara dari korbannya, Jisoo seketika berhenti melakukan bow dan mengadah menatap pemuda tersebut. Seketika saja matanya membulat melihat pemuda tinggi di depannya tersenyum dengan senyum kebapakan yang manis.
Namun bukan itu poin yangg membuat Jisoo menganggap pemuda ini sebagai titisan dewa yunani dengan seragam sekolah yang tersasar di sekolahnya, tapi dimple yang muncul di kedua pipinya ketika ia tersenyum.
"Ah, kau si anak baru, ya? Kenalkan, aku Choi Seungcheol."
Sang Korean-Greek-God-with-cutie-dimple mengulurkan tangannya pada Jisoo tanpa menyadari bahwa inner dalam diri Jisoo bergetar hebat dan deguban jantung yang berdentam cepat di telinga Jisoo.
Ohmy, that dimple is fucking hot.
"Mmm, halo?"
Pemuda di depan Jisoo bergumam dan lamunan Jisoo soal dimple langsung menghilang seiring kerjapan matanya. Matanya lalu melirik pada tangan yang terulur awkward padanya lalu meringis gugup.
"Ah astaga, maafkan aku. Aku Joshua Hong, tapi panggil saja Jisoo."
Greek-God-with-cutie-dimple itu tersenyum lagi, menampakkan dimple-nya yang membuat nafas Jisoo serasa sesak dan pelukannya pada buku logaritma Jihoon sedikit melonggar.
"Kalau begitu salam kenal, Jisoo-ssi. Sampai ketemu suatu hari nanti."
Jisoo hanya sanggup mengangguk dan terus menatap dimple pemuda itu tanpa berkedip, bahkan ketika pemuda itu sudah berlalu otaknya terus mengulang bagaimana senyuman ber-dimple manis tersebut.
Hong Jisoo, that not-so-new student, fell head over heels with cutie dimple from someone with stripped council's sweater.
...oh, ya. Akibat keterpesonaanya ini, Jisoo bahkan melupakan siapa nama Greek-God-with-dimple tersebut.
Siapa tadi? Choi Songcheol? Choi Seungcha?
.
.
.
ii
Semua orang tahu kalau Jisoo itu anggota klub musik yang jago bermain gitar dan memiliki suara yang melelehkan hati orang yang mendengarnya.
Jadi wajar saja apabila pada malam hari seperti ini kalian melihat pemuda Hong itu berjalan melintasi koridor menuju kompleks asrama dengan memanggul gitar disaat murid lainnya sudah bersantai di asrama masing-masing.
Mata Jisoo menatap horror akan koridor gelap yang ada di depannya yang merupakan jalan pintas antara kompleks sekolah dan asrama.
Well, sepertinya Satpam Yoon lupa untuk menyalakan lampu di koridor sini.
Tapi mau nyala atau tidak, Jisoo ogah melewati koridor yang sudah tersohor sebagai tempat bermain seorang gadis bergaun putih dengan kepala terpenggal. Ia lebih memilih melewati jalan memutar kalau saja waktu tidak semepet ini.
Iya, gerbang asrama akan ditutup pukul 9 PM dan sekarang sudah pukul 8.50 PM. Sedangkan melewati jalan memutar akan membuatnya terlambat lima menit sebelum Satpam Oh menggembok gerbang.
"Ah, kalau saja Soonyoung tidak merusuh tadi, sekarang aku sudah berada di kamarku dengan coklat panas."
Jisoo menggerutu menyalahkan calon-terdepan-pasangan-hidup-Woo-Jihoon, atau yang lebih dikenal dengan nama Kwon Soonyoung yang dengan seenaknya menculik Jihoon demi PR Kimianya sebelum latihan dimulai.
"Jadi... apa aku harus melewati jalan ini?" gumam Jisoo bimbang, diliriknya jam tangan Rolex yang melingkar sempurna di tangan kirinya dan mengernyit ketika jarum panjang nyaris menunjuk pada angka 11.
Demi Tuhan, apa aku memang ditakdirkan untuk melewati jalan ini?
Please, ini sudah malam dan noona tanpa kepala bisa saja sedang mencari kepalanya di koridor. Jisoo memang suka membantu orang, tapi ia tidak mau membantu hantu. Lagipula ia bukan Wonwoo yang dengan cueknya melewati koridor keramat ini setiap hari.
Jalan, Hong. Jalan.
Jisoo mulai melangkah dengan mengabaikan bulu kuduk yang merinding di balik seragamnya yang sudah dihinggapi bulir keringat. Cengkraman tangan pada gitarnya dipelukannya mengerat ketika suara pintu tertiup angin terdengar.
God, ini hanya koridor sepanjang 15 meter. Kau bisa, Hong.
TAP! TAP! TAP!
Gema langkah kaki Jisoo membuat empunya merinding sendiri. Berbagai rapalan doa terus diucap dalam hati agar nasibnya tidak mujur kali ini (Berdasar akan gosip yang Jisoo dengar dari Diva Penggosip, kemarin anak tingkat pertama bernama Chan mendapat mujur dengan melihat kepala noona itu di tengah koridor.)
"Jisoo-ya~"
Sebuah suara rendah menyapa telinganya, diikuti tangan yang menepuk pundaknya perlahan-lahan. Jisoo melotot kaget tetapi tidak berani menengok ke belakang. Yang ada malah berbagai skenario buruk yang bermunculan di otaknya.
Karena ini suara seorang lelaki, bisa saja ini suara pacar dari noona tanpa kepala.
"Hong Jisoo~"
"GYAAA!"
Refleks setelah panggilan kedua (yang kalau kalian mau tahu, disertai sound effect pintu tertutup perlahan-lahan serta angin yang berhembus amat kencang,) Jisoo berlari dan melepaskan pelukannya pada gitar kesayangannya.
Tak sampai lima menit kemudian, Jisoo sudah meringkuk di balik selimut tebalnya yang membuat roomatenya memadangnya dengan tatapan ganjil dan terus menanyainya tentang apa yang barusan terjadi padanya.
Hantu jaman sekarang mengerikan juga. Apa mungkin mereka menerobos ruang administrasi untuk menghafal seluruh murid Pledis, ya?
Keesokan harinya, Jisoo terus memikirkan keberadaan gitarnya yang menghilang dari koridor kemarin. Pemuda yang juga sibuk menyalin PR Fisika Wonwoo itu lalu dikejutkan dengan kedatangan Greek-God-with-cutie-dimples (Choi siapa sih namanya?) bersama Wen Junhui yang nyengir macam orang bodoh di depannya.
"Wae?" tanya Jisoo cepat sembari melirik wajahnya pada jendela yang samar-samar memantulkan bagaimana rupanya.
Wow, mata panda busuk itu masih ada disana.
Yeah, tinggal berharap saja bahwa Jisoo tidak terlihat seperti preman ngantuk ketika menanyai Junhui karena moodnya terlalu buruk untuk membentuk senyuman di wajah. Gagal sudah rencana Jisoo mengimpress si Choi-Greek-God kalau begini. Well, kenapa Junhui harus muncul dengannya coba?
"TA-RAA~ Ini gitarmu! Kemarin aku dan Seungcheol akan menyapamu di koridor keramat Nona Min, tapi kau malah kabur ketika Seungcheol memanggilmu." jelas Junhui dengan nada teramat ceria sembari meletakkan gitar Jisoo yang bercase hitam diatas meja.
Jisoo mengerjapkan matanya.
Apa tadi?
Junhui dan Seungcheol akan menyapanya di koridor syaitan itu?
"Ka-kalian..."
Seungcheol menyeringai miring dengan dimple manisnya (bunuh Jisoo sekarang, please,) "Aku kagum, Jisoo-ssi. Ternyata teriakanmu bisa berubah seperti teriakan gadis yang bertemu kecoak ya."
Watdefak.
Jisoo tidak tahu harus merona malu karena Choi Seungcheol masih mengingatnya atau karena sudah mempermalukan dirinya di depan gebetannya.
.
.
.
iii
"Kau kenal dengan S. Coups rupanya."
Jisoo mengernyit, kekhidmatannya pada makan siangnya terganggu ketika si rubah datar Jeon Wonwoo menyebut sebuah nama yang teramat asing di telinga Jisoo.
"Siapa? Sekop?" tanya Jisoo dalam mode budeknya.
Wonwoo memutar mata malas akan kelemotan teman dekatnya itu, "S-C-O-U-P-S, Hong. Dibaca Es Koups."
Jisoo masih clueless. Wonwoo mendesah jengah lalu dengan sabarnya menepuk pundak pemuda brunette berwajah baik hati yang berbanding lurus dengan tingkah lakunya.
"Atau mungkin kau mengenalnya dengan nama Seungcheol? Tuh, dari tadi dia memanggilmu." kata Wonwoo yang sontak membuat Jisoo menengok pada arah pandang Wonwoo.
Tepat di berjarak dua meja di kanan, Choi Seungcheol duduk bersama pemuda blasteran pacar Diva Penggosip Pledis, pemuda bertaring berjuluk School's Greek God yang seingat Jisoo selalu mengejar-ngejar Jeon Wonwoo (Dia tampan, tapi bagi Jisoo, Seungcheol-lah greek god-nya.) dan Wen bodoh yang sibuk flirting dengan pemuda manis berambut keriting rainbow.
"Hei Jisoo! Kudengar kau memenangi kontes musik bersama timmu, selamat, ya!" seru Seungcheol.
OHMY!
Jisoo menggumamkan terima kasih lirih lalu membalas senyum dimple Seungcheol sebelum kembali menekuni makan siangnya dengan wajah memerah.
Astaga-Astaga-Astaga! Seungcheol memberiku selamat!
Memang baru kemarin Vocal Group Pledis yang beranggotakan dirinya, Jihoon, Seokmin, Seungkwan, serta Jeonghan baru saja menyabet posisi pertama dalam perlombaan musik. Jisoo sendiri tidak menyangka bahwa Choi Seungcheol akan peduli pada hal itu.
"Ah, kau menyukai Seungcheol?" tanya Wonwoo dengan nada setengah jahil dan datar ditengah euforia kegembiraan Jisoo akan tanda-tanda Jisoo dinotice oleh Seungcheol.
"Diamlah, Wonwoo. Kau sendiri diam-diam mulai membalas kode-kode 'Senpai notice me' dari Kim Mingyu, kan?"
.
.
.
iv
"Ya ampun Jisoo! Aku sungguh menyukaimu!"
DEG!
Jantung Jisoo berdetak lebih cepat ketika telinganya menangkap apa yang dikatakan Seungcheol di tengah sesi tutoring matematika ini.
Terima kasih pada Junhui dan Seokmin, selaku teman Seungcheol, yang merekomendasikan nama Joshua Hong dari sekian murid teladan lainnya untuk memperbaiki nilai Wakil Ketua OSIS Pledis tersayang yang sudah terlalu parah untuk dibiarkan.
"A-apa?"
"Kau ini baik, manis, pintar! Ah! Aku benar-benar menyukaimu!"
DEG! DEG! DEG!
Heart, no baper please.
"Kau memang temanku yang paaaling kusuka!"
.
.
.
.
Dari sekian banyak sahabat Jisoo, hanya Wonwoo yang dapat Jisoo percaya sebagai tempat curahan hatinya. Bukan Jeonghan selaku roomatenya yang sangat menyayangi Jisoo seperti adiknya sendiri.
Kenapa harus Wonwoo? Karena Wonwoo itu single dan sifat emonya yang membuatnya tidak banyak berkomentar soal kisah Jisoo.
"Aku akan menyatakan cinta pada Seungcheol."
Wonwoo tersedak jus jeruk kotak yang sedang ia minum, matanya seketika melirik tajam pada Jisoo yang menerawang langit berawan dengan senyum manis di wajah.
"Jangan." larang Wonwoo cepat.
Jisoo berhenti tersenyum dan langsung memandang Wonwoo dengan tatapan kebingungan, "Kenapa?"
Wonwoo mengatupkan bibir lalu menbuang jus kotak kosongnya dengan sembarangan. Toh, tidak ada salahnya mengotori rooftop gedung belakang yang selalu dibersihkan CS itu.
"Aku bilang jangan, lebih baik kau lupakan saja S. Coups bodoh itu." kata Wonwoo yang lebih suka menyebut Seungcheol dengan nama panggungnya. Bocah rubah ini memang aneh.
Jisoo mengernyit.
"Setelah sekian lama kau akhirnya menanggapi ceritaku, tapi kenapa kau malah melarangku?" tanya Jisoo. Wonwoo menggertakkan gigi, ia menggeleng sebagai jawaban lalu menatap sahabatnya dengan tatapan yang terlampau serius.
"Aku sayang padamu, Hong. Jadi jangan nyatakan cintamu."
Jisoo tertawa dan kembali menatap langit sambil tersenyum manis.
Alasan yang aneh.
"Kau lebih sayang pada Mingyu, Jeon. Mengaku saja."
.
.
.
Tepat sore hari setelah percakapan Jisoo dengan Wonwoo yang tidak dapat dipahami, Jisoo kini paham apa maksud Wonwoo melarangnya.
"JEONGHAN HYUNG! SEMOGA PERTUNANGANMU DENGAN SEUNGCHEOL HYUNG LANGGENG! JANGAN LUPA UNTUK MENGIRIMIKU UNDANGAN YA!"
Pekikan ceria Seungkwan sudah cukup untuk menyadarkan Jisoo akan maksud tersembunyi perkataan Wonwoo.
Dipandanginya wajah Jeonghan yang kini tersipu-sipu sementara Hoshi dan Seokmin terus menggoda pemuda malaikat berambut panjang itu.
Hatinya terasa sakit walau crushnya pada Seungcheol belum terlalu lama hinggap di hatinya.
Ah, astaga.
.
.
.
Jisoo tidak menangis.
Setidaknya ia hanya nyaris menangis seusai latihan yang hanya dipenuhi oleh pembicaraan soal pertunangan Jeonghan dan Seungcheol yang baru saja dilangsungkan beberapa hari yang lalu.
Inginnya, sih, Jisoo segera move on.
Tapi ketika teringat akan senyuman dimple Choi Seungcheol, rasanya itu mustahil.
.
.
.
Ini sudah tengah malam.
Jisoo dan Jeonghan duduk di depan sofa menonton film Deadpool yang baru saja Wonwoo berikan pada Jisoo sebagai hadiah (hadiah pelipur lara katanya.)
Mangkuk dengan popcorn yang ada di dalamnya kini tinggal setengah.
Soda satu liter yang tersedia juga tinggal sedikit.
Jisoo menatap layar televisi tanpa ada minat untuk menonton filmnya. Matanya diam-diam melirik kearah Jeonghan yang kelihatannya begitu terlarut dengan film itu.
Orang ini... tunangan Seungcheol.
Rasanya hampa kalau mengingat fakta yang ia tahu tadi sore itu.
"Jeonghan?"
Jeonghan melahap segenggam popcorn lalu menatap Jisoo yang memainkan gelas kosong yang ada di tangannya, "Ada apa, Jisoo-ya?"
Jisoo menghela nafas.
"Aku hanya ingin jujur padamu bahwa aku menyukai Seungcheol sejak tiga bulan yang lalu."
Kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir tipis Jisoo tanpa bisa dihentikan. Jisoo sendiri tak tahu mengapa ia mengatakan itu. Bahkan ia tidak berani memandang Jeonghan setelah pengakuannya yang mengagetkan itu.
"Maafkan aku," lirih Jisoo.
Ada perasaan aneh.
Sangat aneh.
Seolah Jisoo harus mengakui bahwa ia telah bersembunyi dari Jeonghan tentang siapa yang ia sukai dan meminta maaf karena ia menyukai tunangan Jeonghan.
.
.
.
Tutoring matematika antara Jisoo dan Seungcheol terasa awkward. Mereka bahkan hanya terdiam dan sama sekali tidak memulai sesi ini dengan candaan seperti biasa.
"Jisoo?"
"Hmmm.." dengung Jisoo sebagai jawaban sementara matanya yang tadi menatap rak buku di belakang Seungcheol kini menatap pemuda bermata besar yang fokus ke arahnya.
"Aku... sudah dengar dari Jeonghan."
Pasti soal pengakuannya.
"Oh, itu tidak akan merubah apapun, kan?" sahut Jisoo singkat walau sebenarnya ia menggigit lidah mengingat bagaimana reaksi Jeonghan kemarin.
Pemuda berambut panjang itu hanya tersenyum ketika Jisoo menatapnya dan kembali fokus pada Deadpool walau Jisoo tahu tangannya bergetar karena shock.
"Dia minta agar sesi tutoringku diurus oleh Jihoon mulai besok dan aku setuju."
"Aah~" sambut Jisoo sambil mengangguk-angguk paham. Hatinya sedikit terkoyak mendengar bagaimana datarnya Seungcheol nada bicara padanya.
"Tapi jangan salah paham, aku melakukan in-"
"Kenapa harus salah paham? Aku memang sepatutnya mundur."
"-i karena aku ingin melupakanmu."
Jisoo membulatkan matanya kaget mendengar lanjutan perkataan Seungcheol yang ia potong. Ditatapnya Seungcheol yang menatap nanar buku logaritma di mejanya sebelum bangkit dan mencondongkan tubuhnya pada Jisoo untuk berbisik di telinganya.
"Andai sebelum pertunanganku kau mau jujur, mungkin kini kita akan bersatu." lirih Seungcheol tepat di telinganya dengan suara rendah yang makin membuat Jisoo terpana sekaligus tak sanggup berkata apa-apa.
"Saat aku bilang aku menyukaimu, itu nyata. Aku menyukaimu bahkan sebelum kau melemparku dengan buku."
Seungcheol membawa satu tangannya untuk mengelus pipi Jisoo dan mendaratkan satu kecupan manis pada bibir tipis pemuda Hong tersebut.
"Sama seperti pengakuanmu pada Jeonghan, pengakuanku ini sama sekali tak merubah apapun." Jisoo mengangguk setuju ditengah jantungnya yang tak hentinya menggila.
Seungcheol begitu dekat padanya.
Ini benar-benar gila.
Rasanya hatinya terasa sakit sekaligus bahagia.
"Kau harus melepasku, begitu pula aku."
Sedetik kemudian, Seungcheol tanpa mengatakan apa pun langsung menyentuh bibir Jisoo dengan bibirnya dan melumat bibir tipis Jisoo sembari mengelus pipi pemuda brunette tersebut.
"Maafkan aku, Jisoo. Mulai sekarang kita bersama sama berusaha, kau lupakan aku dan aku berusaha mencintai Jeonghan."
END
OMAKE
Jisoo menopang dagunya menatap Wonwoo yang sibuk memakaikan wristband pada tangan Mingyu sebelum pertandingan basket melawan sekolah tetangga.
"Hati-hati, Gyu, dan pastikan tim sekolah kita menang." kata Wonwoo cepat dan memeluk Mingyu sekilas sebelum pemuda bertaring imut itu pergi menuju lapangan.
"Kau mau bercerita apa tadi?" tanya Wonwoo yang kini menyamankan diri pada tempat duduknya sementara matanya menatap berbagai macam orang disekitarnya yang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Jisoo mengganguk, teringat ia akan bercerita pada Wonwoo sebelum Kim Mingyu datang dan dengan manjanya meminta Wonwoo memasangkan wristband di tangannya. Dasar anak pecinta PDA.
"Ah, hanya soal Jeonghan. Kupikir dia sudah tidak begitu canggung padaku." jelas Jisoo cepat bersamaan dengan bunyi peluit satu kali.
Ah, sebentar lagi pertandingan akan dimulai.
"Kau sendiri sudah move on? Oh, lihat itu S. Coups! Dia tampan juga, ya!" balas Wonwoo sembari menunjuk pemuda berambut hitam yang memasuki lapangan bersama dengan Mingyu.
Seungcheol memang tampan, batin Jisoo sementara ia hanya tertawa tanpa menatap ke arah yang Wonwoo tunjuk, "Sudahlah, masih banyak orang tampan di dunia. Seokmin misalnya."
Wonwoo mengangkat alis dan melirik Jisoo sesaat.
"Jangan bilang kalau kau move on ke Seokmin, Hong Jisoo!"
A/N:
halo~
ini pertama kalinya aku bikin fanfic dengan cast member seventeen, jadi maaf kalau OOC atau nggak ngefeel. saya masih baru dalam dunia per-seventeen-an.
kenapa aku bikinnya cheolsoo sih? mana nggak happy ending lagi /lol/ soalnya cheolsoo itu otp tersayangku bareng sama chinaline (maklum authornya ngebias joshua & the8 plus penganut uke!joshua xD)
well, makasih udah baca yaa~ kritik saran bisa disampaikan lewat review. aku tahu ini banyak kekurangan :(
dumpling-lion
