Hanya Ingin Mendengar Kata Cintamu
Naruto milik Masashi Kishimoto
Saya hanya penggemar beratnya
"Hey, Temari! Katakan sesuatu!" Shikamaru menekan wajah Temari dengan tangannya yang sudah berlumuran darah.
Darah Temari yang berusaha dia tekan dengan kedua tangannya karena tak mau berhenti mengalir dari luka di perut kunoichi tersebut. Luka yang tercipta karena berusaha melindungi Shikamaru yang telah kehabisan cakra melawan salah satu bagian pembelahan tubuh Juubi. Melesat sangat cepat dan menusuk perut Temari yang tiba-tiba saja berdiri di depan Shikamaru dengan gagahnya berkali-kali karena tak sempat membuka kipasnya.
Dan betapa nyata bagi Shikamaru kehebatan gadis itu. Dengan tubuh terengah-engah masih dapat memukul Juubi versi mini yang terlembar entah kemana saat Temari menyabetnya dengan besi yang menjadi kerangka utama kipas Temari.
Temari hanya menatap Shikamaru dengan mata emeraldnya yang sayu. Berharap dapat mengeluarkan sedikit saja suara. Mencoba meyakinkan laki-laki di atasnya itu bahwa dia baik-baik saja. Namun sangat disayangkan Temari hanya bisa mengeratkan genggamannya pada lengan kekar Shikamaru.
"Kau akan baik-baik saja, percayalah padaku!" Shikamaru berusaha membohongi dirinya sendiri. Dimana dapat dilihatnya dengan jelas tubuh Temari yang sudah bermandikan darahnya sendiri.
Temari tak bergeming. Menatap Shikamaru yang sudah membuang jauh-jauh wajah malasnya. Tapi entah kenapa Temari tak menyukai tatapan Shikamaru padanya kini. Kentara sekali Shikamaru sedang mati-matian menahan rasa khawatir.
Entah berapa lama mereka bertahan dalam posisi seperti itu. Temari yang tergeletak tak berdaya di tengah dentingan kunai dan koaran semangat para shinobi, dalam buaian angin yang menebarkan aroma amis darah, menatap seorang Shikamaru Nara yang tak mau berhenti menekan wajah Temari dengan kedua tangannya yang berlumuran darah agar Temari tetap terjaga kesadarannya.
Dengan background langit gelap, Rei Temari perlahan menutup matanya. Tangannya yang terkulai lemas dengan sigap ditangkap oleh Shikamaru. Diremasnya tangan dingin Temari, berharap terdengar suara kesal gadis yang sangat merepotkan bagi Shikamaru itu. Tetapi bahkan semua tetesan air mata yang telah bercampur baur dengan tetesan air hujan tak lantas membuat sang kunoichi Suna tersebut terusik dalam tidur panjang yang baru dimulainya.
"TEMARI! Hiks… Hiks… Hiks…" Shikamaru membenamkan kepalanya pada leher Temari. Baru saja Shikamaru kehilangan ayahnya-Nara Shikaku, dia harus kehilangan kunoichi yang dapat dibilang menempati sebagian besar ruang di hatinya.
Terlalu larut dalam kesedihannya, membuat Shikamaru tak menyadari sinar putih yang melesat membelah awan hitam diatas sana, melewati tubuhnya dengan mudah.
"Kau! Benar-benar wanita merepotkan! Hiks… Hiks… Hiks…"
Dan jiwa Temari yang melayang melewatinya, hanya bisa tersenyum miris.
'Shikamaru, aku hanya berharap dapat mendengar kata selain itu.' Jiwa Temari semakin jauh melayang ke angkasa memperbesar jarak dengan raganya.
'Sesuatu seperti….'
"Aku mencintaimu, Temari…." Shikamaru semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh dingin Rei Temari. Tak dihiraukannya bau amis yang menusuk-nusuk indera penciumannya. Tak dihiraukannya tetes hujan yang entah sejak kapan terasa begitu menyakitkan di hatinya.
'Terima kasih, Shikamaru…'
Sebuah senyuman indah terukir di sana. Dalam jiwa yang kini telah tinggal di alam yang berbeda dengan Shikamaru. Dan tangis Shikamaru tertelan oleh sorak-sorai para shinobi yang berhasil memenangkan perang.
