"Ah, aku harus mengembalikan buku ini sebelum malam." Seorang gadis berambut bubble gum sebahu terlihat cemas saat berjalan ke tempat yang menjadi tujuannya, perpustakaan. Waktu memang telah menunjukkkan pukul enam sore, lewat tiga jam dari batas waktu kepulangan murid-murid Konoha Gakuen. Praktek biologi hari ini memang merepotkan, dan itu sebabnya hari ini dia menghabiskan waktu di lab, memeriksa apa yang harus diperiksa.

Dibukanya pintu perpustakaan yang sudah sangat sepi itu, "Aneh, tidak dikunci," Dahinya mengerenyit "bagaimana bisa Ebisu-sensei lupa menguncinya? Jangan-jangan…"

Melupakan pikiran pesimisnya, gadis itu melangkah memasuki perpustakaan dengan pelan, menuju rak buku ketiga dari kiri pintu masuk. Rak itu penuh dengan buku biologi, buku yang sejak tadi digenggamnya.

Dan dia tidak menyadari, seseorang dibelakangnya tengah mengacungkan benda tajam dengan tatapan kebencian.

ZRAAAT

Dan hari itu, potongan jiwa manusia kembali terjerat, bersama dengan teriakkan pilu yang menyesakkan jiwa.


Naruto © Masashi Kishimoto

The Piece of Soul © Takeuchi Mihara

A SasuNaru Fanfiction Rated T

Romance/Supernatural

Warning : Shounen Ai, Alternate Universe, OOC

Don't Like, Please Don't Read.

Sekali lagi, Don't Like, Don't Read.


Dengan modal sepotong roti isi di mulut, Naruto; pemuda pirang bermata biru yang menjadi siswa Konoha Gakuen itu mempercepat langkahnya menuju sekolah tercinta, Konoha Gakuen. Oke, salahkan jam weker berbentuk chibi kyuubi yang bertugas membangunkannya pagi ini yang tidak meminta izin padanya untuk mati. Yeah, baterai nya habis.

Maka dari itu, sukses lah si pemuda pirang harus lari marathon pagi ini, tanpa sepeda motor yang kebetulan sedang menginap di bengkel sejak dua hari yang lalu.

Kasihan.

"Ah, terlihat!" Naruto menambah kecepatannya, melewati gerbang sekolah yang sebentar lagi akan tertutup oleh pasangan maho –eh, oleh om-om yang sejak kecil selalu bersahabat dalam suka dan duka, Izumo dan Kotetsu.

Naruto nyengir lebar saat berpapasan dengan mereka, "Dadah, Izumo-san, Kotetsu-san~!"

Yang lain sweatdrop.


Pemuda pirang itu beruntung hari ini, kelas belum dimulai ketika dia baru menapakkan kaki di kelasnya, X-1. Yang didapati pemuda itu hanyalah teman-temannya yang tengah menyiapkan diri untuk menyambut sensei tercinta–duduk manis dengan tangan terlipat di atas meja–dan imej tersebut runtuh seketika ketika melihat siapa yang datang.

"Ohayou, Minna!" Teriakan Naruto menggema di telinga, membuat beberapa murid tuli sesaat.

"BERISIIIIK!" Teriak beberapa murid, sebagian besar murid cewek, sih. Naruto manyun.

Dengan muka kusut, Naruto melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya, di barisan kanan paling belakang. Dilihatnya seorang pemuda dengan rambut model mirip pantat ayam tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Uchiha Sasuke, rivalnya. Si brengsek (menurut Naruto) yang selalu menghancurkan kisah cinta nya dengan murid cewek yang ditaksirnya –tentu saja karena semua cewek yang ditaksirnya hanya menyukai Sasuke –. Tak hanya itu, Sasuke juga selalu mengalahkan Naruto dalam berbagai bidang. Dan itu membuat si tunggal Uzumaki menjadi kesal.

Naruto mendelik sangar begitu melihat tatapan tajam si Bungsu Uchiha, "Apa?" ketusnya.

"Hn, Do-be." Ucap Sasuke, lengkap dengan seringai meremehkan trademark Uchiha miliknya.

Dahi Naruto berkedut, "Siapa yang kau sebut Dobe, Teme!"

"Dan siapa yang kau sebut Teme?" jawab Sasuke santai. Sasuke sangat senang menggoda Naruto, entah kenapa. Rasanya membuat wajah polos Naruto itu menjadi marah dan menatap tajam itu sangat menyenangkan.

"Ukh…" Naruto menggeram, "Kau… Aku bukan Dobe!" Si pemuda pirang melayangkan tinju nya ke pipi porselen Sasuke, namun dengan mudah Sasuke menghindar ke sisi kanannya.

"Pakai kekerasan, ya? Hn, lain kali pakai otakmu, Usuratonkachi." Sasuke menyeringai.

Naruto merasa terhina, "Teme…!" tangan tan nya mengepal kuat, bersiap untuk melemparkan pukulan kembali. Dan ketika pukulan itu akan sampai –

"Cukup, Naruto-kun. Kau tidak mau kubawa ke ruang ku untuk mendapat detensi privat, 'kan?"

Suara –err… Mungkin desisan familiar –terdengar di telinga Naruto. Lengkap dengan jilatan tidak perlu di telinga tan-nya. Naruto merinding. Dan entah kenapa tatapan tajam Sasuke teralihkan kepada pria dibelakang Naruto. Seorang pria paruh baya yang sangat mencintai ular setelah rambut panjangnya, Orochimaru. Atau panggilan yang terkenal di kalangan murid adalah, Si Pedofil Bakoro.

Nista sekali.

Naruto membalikkan wajahnya –yang entah kenapa menjadi pucat –dan menyapa Orochimaru dengan gugup, "O-ohayou, Sensei." Sapanya.

"Ohayou, Naruto-kun. Baiklah, sekarang duduk di tempatmu, pelajaran akan segera dimulai."

"Ba-baik, Sensei."


Aaah, kena detensi itu sangat menyesakkan, bukan? Apalagi yang menjadi sensei mu adalah seseorang yang dicurigai sebagai pedofil pencinta ular seperti Orochimaru. Naruto pun sebisa mungkin untuk menghindar dari ancaman mengerikan ini.

Dan karena pagi tadi dia sudah kepergok bertengkar dengan Sasuke, kenyataan bahwa ancaman detensi itu semakin dekat. Apalagi ditambah dengan kesalahan fatal yang tidak sengaja dibuatnya tadi pagi ; lupa membawa buku pelajaran yang dibawakan Orochimaru, Biologi. Oke, salahkan jam weker sialan itu.

Betapa Naruto ingin memukul Sasuke yang hanya bisa mengeluarkan seringaian jeleknya ketika Orochimaru menyuruhnya keluar.

Karena itulah, dengan muka gondok dan kusut, pemuda berambut pirang ini melangkah menuju perpustakaan sekolah yang bahkan sejak setengah tahun bersekolah di sana dia belum pernah masuk ke sana.

Dilihatnya perpustakaan itu. Kosong. Hanya ada seorang penjaga perpustakaan yang tengah menatapnya datar dibalik kacamata hitam yang membingkai matanya. Librarian-berwajah-sok-dingin-namun-mesum yang diketahui bernama Ebisu.

"Ohayou, Se-sensei," sapa Naruto, gugup. Sensei yang satu ini memang agak susah didekati.

Ebisu hanya mendelik sinis, merasa terganggu dengan kehadiran Naruto, "Apa maumu?"

Naruto nyengir, "Saya ingin meminjam buku biologi kelas X, Sensei. Akan saya kembalikan hari ini juga." Ucapnya sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

Sejenak, Ebisu menegang. 'Biologi?'

"Ada di rak ketiga dari kiri."

Cengiran Naruto melebar, "Arigatou, Sensei!"

Dengan segera, Naruto melesat menuju rak yang disebutkan, mengambil buku dengan tulisan 'BIOLOGI' yang dicetak bold di covernya. Tanpa memperhatikan sebuah buku catatan kecil bercorak kelopak bunga sakura ikut terbawa olehnya.

Sementara Ebisu hanya menatap kepergian Naruto dalam diam.

"Sudah dimulai, ya. Ne, Sakura-chan?"


"Permisi, Sensei." Naruto menunduk hormat ketika membuka pintu kelasnya. Membuat Orochimaru yang sedang menjelaskan pelajarannya ("Jadi, ular adalah makhluk yang cara perkembangbiakkannya menggunakan telur,") terhenti sejenak.

Orochimaru menoleh, "Oh, sudah ambil bukunya, Naruto-kun?" tanyanya, lengkap dengan seringai ular miliknya.

"Su-sudah, Sensei."

"Bagus. Kau boleh duduk, Uzumaki Naruto."

"Ha'i,"


Setelah bel istirahat pertama di Konoha Gakuen berbunyi, Naruto, si pemuda pirang bermata biru ini hanya bisa menghela napas lelah selama perjalanan menuju kantin yang selalu penuh tiap hari itu. Pelajaran hari itu memang sangat menyesakkan, apalagi ditambah dengan Si Pedofil Bakoro yang membuat mood nya hilang pagi ini. Ya, apalagi ditambah dengan adegan tidak perlu selama pelajaran berlangsung (seringai ular ditambah dengan menjilat bibirnya sendiri).

Rasanya Naruto mual mengingat itu semua.

'Oke, Naruto. Lupakan itu. Sekarang saatnya kau menyantap ramen buatan Teuchi-jisan.'

Seletah selesai bersusah payah keluar di tengah lautan manusia lapar, dia mengedarkan pandangannya, menacari meja kosong. Dan satu-satu nya meja kosong adalah di tempat seorang pemuda dengan rambut raven nya yang mencuat kebelakang melawan gravitasi. You-know-who.

Dengan desisan sebal, Naruto melangkah ke arah pemuda yang tengah menyeringai begitu melihat Naruto melangkah ke arahnya. Betapa Naruto ingin melemparkan wajah tampannya dengan tomat.

'Aku tidak baru saja berpikir wajahnya tampan, 'kan?'

Naruto mengistirahatkan pantatnya begitu sampai di meja nya. Posisinya kini berhadapan dengan si pemuda raven yang masih menatap Naruto dengan seringai mengerikan (bagi segelintir kaum lelaki) namun keren (bagi semua wanita).

Sementara yang ditatap hanya bergumam, "Seringai mu jelek, Teme."

Sasuke hanya menanggapi dengan diam, dia menutup matanya pelan sambil menghela napas. Betapa dia tidak tahan untuk mengeluarkan semua yang ada dipikirannya tentang orang di depannya ini. Setengah tahun cukup bagi Sasuke untuk merasakan ada sesuatu yang hangat di hatinya ketika bersama pemuda pirang ini, meskipun mereka hanya bertengkar setiap harinya. Sasuke hanya tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya dan sadar-sadar Naruto telah dihadapannya dan perkelahian tak dapat dihindarkan.

Tapi percaya atau tidak, Sasuke senang akan hal itu. Dia senang karena hanya Naruto yang tidak menatapnya hanya karena marga Uchiha nya, dan dia senang karena baru kali ini ada yang sangat berani padanya, bahkan mengajak berkelahi.

"Naruto…" bisiknya pelan, rasanya perasaan menyesakkan ini sudah tidak bisa dibendung lagi. Dia ingin mengeluarkan semuanya sekarang, namun ada rasa bimbang di hatinya.

"Ya?" Naruto yang sejak tadi hanya memakan ramennya dalam diam ternyata mendengarnya. Mata safir-nya menatap lurus pada mata onyx di hadapannya yang kini memancarkan kesenduan.

"Teme?"

Sasuke hanya diam.

"Apa, Sas'ke?"

Sasuke menelan ludah. Tidak, ini tidak seperti yang dibayangkannya. Mengucapkan kata 'itu' ternyata susah sekali. Ingin rasanya Sasuke berteriak kencang di hadapan orang bodoh ini bahwa ia menyukai dirinya.

"Kau makan seperti monster, Dobe. Jorok sekali," pada akhirnya yang keluar dari mulut si bungsu Uchiha hanyalah ini. 'Sial!'

Dahi Naruto berkedut, "Urus saja urusanmu sendiri, Teme! Jangan campuri urusanku!"

"Hn," 'kau manis ketika cemberut begitu, Dobe.'

Naruto memakan ramen nya dengan beringas, agak kesal dengan sikap Sasuke tadi. 'Dasar autis, irit kata namun selalu mengajakku berkelahi.'

Pemuda berambut pirang itu baru saja akan memukul Sasuke (lagi) kalau saja dia tidak mendengar tawa geli dari seorang gadis berambut pink yang entah kenapa telah berada di samping Sasuke.

"…Sepertinya, Sasuke-kun menyukai Naruto, ya." Gadis itu terkikik geli, menatap Naruto dengan mata emeraldnya yang indah. Membuat Naruto menghentikan acara makan ramennya sejenak.

Naruto tertegun, memangnya ada gadis berambut seperti ini dalam angkatan tahun ini? Kalau saja ada, Naruto pasti akan dengan mudah menemukan gadis ini.

"Siapa kau?" Naruto memandang gadis itu dengan tatapan heran.

Sasuke mendelik, "Apa maksudmu?" Tanya Sasuke. Apa ramen membuat Naruto lupa ingatan seketika?

Naruto tak mengalihkan pandangannya pada gadis itu, "Bukan kau, Teme," ucapnya pelan, "tapi gadis di sebelahmu."

Sasuke mengerutkan kening, 'gadis di sebelahku?' dia memutar kepalanya, mencoba mencari gadis yang Naruto maksud. Dan yang didapatinya hanyalah udara kosong, bersamaan dengan… bulu roma nya yang mulai berdiri.

Sementara itu, si gadis hanya tersenyum sambil melangkah pelan –tidak, bukan melangkah. Gadis ini tidak punya kaki… dia, melayang. Dan kalau diperhatikan, sinar matahari yang masuk ke ruang kantin terbuka itu juga menembus badan gadis itu.

Di-dia…

Naruto terpaku, mata safirnya menatap dalam pada sang gadis bermata emerald yang kini sudah ada di hadapannya. Dan dia tidak bisa mendengar apa-apa lagi, termasuk suara panggilan Sasuke dan suara bising kantin Konoha Gakuen yang sebelumnya menjadi polusi suara di telinga nya.

Yang dia ingat hanyalah ketika tatapan mata emerald itu menyendu sambil bergumam lirih, "Tolong aku, Naruto…"

...bersamaan dengan teriakkan Sasuke, dan tubuhnya menjadi ringan.

Lalu, semuanya menjadi putih.


TBC

Cerita ini hanya cerita ringan, tenang saja. XDD gak berat-berat amat kok. Kedepannya nyante aja~ Gak terlalu ada action-action–an karena saya emang nggak bisa bikin action~ *author digibeng*

Jangan tanya kenapa saya malah menulis cerita baru dan tidak melanjutkan cerita yang lain. =w=)a Tangan saya gatal ingin menulis cerita ini. Dan saya ingin cepat-cepat mempublish nya.

Ng, kalau prolog nya membingungkan, bisa p.m saya atau langsung saja ke kotak review. :3

Maaf kalau ada typo, saya belum makan, sih. XD

Akhir kata,

Review and Concrict, Please? :)

With Love,

Takeuchi Mihara.