Hari terakhir Jimin di Seoul dihabiskan di sekolahnya, besok dia akan pindah kembali ke kampung halamannya -kebetulan dia kuliah di kota itu; sebuah kota pinggir hutan yang dalam ingatan Jimin rimbun dan sejuk.

Jimin duduk duduk di sekolahnya dengan buku tahunan yang memang baru dibagikan hari ini di tangan, kadang dia mengobrol dengan adik adik kelas, kadang dengan guru, kadang penjaga sekolah atau pedagang di kantin, tapi seringnya dia membahas buku tahunan dengan teman temannya, sampai salah satu temannya menunjukan satu halaman buku tahunan padanya. Halaman tentang Jimin, Jimin memasang data dirinya dan foto jaman kecilnya di buku tahunan, tentunya karena disuruh sekolah.

"Ini foto jaman kapan?" Tanya temannya itu.

"Seingatku waktu kelas 6 SD." Jawab Jimin.

"Ini anjing peliharaanmu semua?"

Di foto itu Jimin telungkup di rumput berjejer dengan enam ekor anjing besar yang sebenarnya adalah anak anak serigala. Jadi Jimin cuma bisa tersenyum.

"Aku ingat kau cerita soal anjing peliharaanmu, tapi aku tidak tahu kalau sebanyak ini." Kata temannya, "kemana mereka sekarang?"

"Tidak kemana mana kok, masih ada." Jawab Jimin.

"Oh, jadi ini bukan anjing peliharaanmu yang sudah mati itu?"

"Maksudmu Blacky, itu beda lagi."

"Oh, beda ya. Kalau yang ini namanya siapa saja?"

Wah, Jimin bingung harus menjawab bagaimana, dia jawab dengan nama panggilan saja, "Yang bulu hitam paling ujung itu Jinnie, di sebelahnya yang bulu cokelat itu Joonie, yang bertumpukan itu Taetae yang agak bulunya abu abu di bawahnya Kookie yang bulunya hitam, di sebelah kananku yang bulu cokelat itu Hobi, di kiriku yang putih itu Seoltang."

"Seru ya dikelilingi banyak anjing begitu."

Jimin jawab, "Ya, seru" karena memang seru sekali, apalagi kalau temannya itu tahu keenam ekor serigala yang dia kira anjing itu adalah werewolf yang menguasai kawasan hutan -yang sepertinya hutan lindung- di dekat rumah Jimin di kampung halamannua, pasti jadi lebih seru lagi.