Title: Love Triangle Rhapsody

Cast: SiHanChul dan JongKiBin

Heechul = 26 tahun

Hankyung = 25 tahun

Jonghun = 16 tahun

Hongki = 16 tahun

Pemeran lain menyusul kkkkkk~

Author: Kim Chi Hee aka. Lady Jjinbang

Saya bikin FF lagi kkkkk~ FF yang Casino Guy terpaksa dipending karena saya gak dapet ilham buat lanjutin #dihajar masa. Nah makanya gantinya ini, FF ini lebay luar binasa. Maafkan saya T_T pokoknya mah drama banget


.

.

.


"Lalu, apa lagi yang telah diperbuat adikku guru Son?"

Kim Heechul, laki-laki dengan paras cantik kini tengah berdiri fokus di depan sebuah meja telpon dengan gagang telponnya ia tempelkan di telinga kirinya. Pandangan datarnya fokus lurus ke depan, fokus untuk mendengarkan semua hal yang diungkapkan oleh orang yang ada di sebrang sana. Sesekali bibirnya bergerak-gerak, mengeluarkan umpatan-umpatan kecil yang sama sekali tak terdengar.

"Terima kasih atas pemberitahuanmu guru Son, maafkan kenakalan adikku itu. baik, besok aku akan datang ke sekolah. Terima kasih." Kalimat terakhir dari Heechul menyudahi percakapan telponnya. Ia meletakan kembali gagang telpon yang digenggamnya ke tempat semula. Dengan cepat ia berbalik dan melangkahkan kakinya menjauhi tempat itu.

Heechul melangkahkan kakinya dengan cepat, menaiki tangga yang berada tak jauh dari meja telpon tadi hingga akhirnya langkahnya terhenti tepat di depan sebuah pintu kamar dengan gantungan di depannya yang bertuliskan 'Lee Hongki's Nest'. Heechul mencoba menggerakan gagang pintu tersebut dan mendorongnya. Terkunci.

"Sial!" Umpatnya. Tangannya terangkat dan setelahnya pintu tak bersalah itu telah menjadi korban keganasan Hechul. Heechul menggedor-gedor pintu itu tanpa rasa bersalah sama sekali. Mungkin saja dalam beberapa kali gedoran engsel pintu tersebut akan terlepas dari tempatnya.

"LEE HONGKI! KELUAR!" Teriak Heechul murka. "KALAU KAU TAK MEMBUKANYA KUPASTIKAN KAU TAK AKAN MENDAPATKAN UANG JAJAN SELAMA dua bulan." Heechul sengaja menurunkan nada bicaranya di akhir kalimatnya. Karena Heechul yakin Hongki –adiknya itu pasti akan mendengar dengan seksama kalimat terakhir darinya.

Sempurna. Gagang pintu itu kini bergerak dan akhirnya pintu itu terbuka dari dalam. Dan kini terlihatlah Hongki yang tengah menunjukan senyuman paling manis yang ia miliki. "Hai~" Sapa Hongki ramah.

"Keluar kau aku ingin bicara." Titah Heechul datar dan tak terbantahkan. Apapun kata-kata yang keluar dari mulut Heechul dengan nada yang datar luar biasa merupakan sebuah sinyal tanda bahaya bagi siapa saja yang berada di dekatnya. Dan kini hanya ada Hongki malang yang ada di dekatnya.

"Tapi Hyung, aku belum cuci muka loh~" Seru Hongki mengelak.

"Keluar sekarang atau kau tak akan bisa melihat wajah mulusmu lagi." Lagi-lagi Heechul berseru dengan nada yang sangat datar.

Hongki meneguk ludahnya dengan agak kesusahan. "Oke!" Jawab Hongki singkat, padat dan jelas yang menunjukan dia sangat takluk di tangan kakaknya ini.

Heechul melangkahkan kakinya menuruni anak tangga yang diikuti oleh Hongki yang ada di belakangnya, mereka berdua berjalan menuju ruang tamu yang berada di apartemen yang sebenarnya ukurannya tak terlalu luas itu. Hongki menatap punggung Heechul dengan bingung, sambil terus mengikuti Heechul, Ia terus menerka-nerka omelan apa lagi yang akan diterima dirinya. Padahal menurutnya ia tidak mempunyai masalah apa-apa.

"Duduk." Suruh Heechul saat mereka berdua telah sampai di ruang tamu. Hongki menuruti kakaknya tersebut dengan duduk di sebuah sofa tunggal berwarna abu-abu yang ada di sana.

Heechul mengambil sebuah kursi dan meletakannya tepat di hadapan Hongki, lalu setelahnya ia mendudukan dirinya di atasnya. Heechul menatap datar namun menusuk ke arah mata Hongki. Hongki yang ketakutan hampir menangis melihat tatapan menusuk dari Heechul. Namun, mau ditaruh mana rasa malunya, masa hanya ditatap begitu anak laki-laki berumur enam belas tahun menangis begitu saja? Yang benar saja! Batin Hongki.

"Hyung ingin bertanya padamu. Kenakalan apa lagi yang kau perbuat?" Tanya Heechul.

"Ini bukan introgasikan–"

"Jawab saja!" Heechul memotong ucapan Hongki dengan cepat, Hongki menutup mulutnya dengan tangannya mendengar bentakan Heechul.

"A… a… aku tidak ingat apa-apa, setahuku sih aku tidak melakukan apa-apa." Seru Hongki gugup.

"Lalu kenapa kau hari ini libur?"

"Aku mendapatkan bonus libur dari sekolah."

"Benarkah begitu? Apa bukan kau kena skors?"

"Mana bisa aku kena skors? Hyung becanda." Kilah Hongki sambil tertawa canggung.

"Oh, jadi kau tak mau mengaku ya?" Heechul bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah sebuah lemari kaca yang berada tak jauh dari sana lalu mengeuarkan sebuah handycam dari dalamnya. Pandangan Hongki mengikuti kemana Heechul pergi.

"Mengaku, atau videomu yang tengah mengompol di waktu SD akan kusebar luaskan di sekolahmu." Seru Heechul penuh senyum sambil menggoyang-goyangkan handycam yang ada di tangannya itu. Hongki menatap horor pada kakaknya itu.

Video nista itu ternyata masih ada! Video dimana Hongki yang tengah dikerjai habis-habisan oleh Heechul sewaktu dirinya masih duduk di sekolah dasar. Saat itu Hongki tengah berada dalam sebuah pesta perpisahan sekolah yang bertepatan dengan ulang tahunnya. Heechul sengaja membuat kejutan kepada Hongki dengan mendatangkan seorang badut. Perlu diketahui Hongki paling takut dengan badut, semua badut tanpa terkecuali. Alhasil, upacara kelulusan tersebut hancur berantakan yang diakhiri dengan menangisnya Hongki sampai tak sadar ia mengompol di celana.

Hongki buru-buru bangkit dari duduknya, berlari ke arah Heechul lalu setelahnya merebut paksa handycam tua dari tangan Heechul itu. tak ada perlawanan berarti dari Heechul, itulah mengapa Hongki bisa dengan mudahnya merebut handycam tua tersebut.

Setelah berhasil mendapatkan handycam sialan –menurut Hongki itu, dengan terburu-buru Hongki mengeluarkan kartu memori dari dalamnya lalu menyimpannya di saku celananya. "Aman~" Desis Hongki penuh kemenangan.

"Jangan kira kakakmu ini bodoh Hongki, kau tahu kan kakakmu ini pintar." Heechul tersenyum iblis sambil menunjukan setidaknya lima keping CD di tangannya. Hongki melotot melihat hal itu.

"WHAT?" Mulut Hongki menganga lebar, mungkin jika Hongki tidak sadar dengan segera, rahangnya itu mungkin bisa saja terlepas dari tempatnya.

Secepat kilat Hongki jatuh dan berlutut di tempatnya , ia menyatukan kedua jemarinya, mengeluarkan kitty eyesnya sambil sedikit menangis sesenggukan. Sungguh mirip dengan seorang anak kecil yang hampir direbus oleh penyihir jahat. Namun sayang laki-laki cantik yang ada di hadapannya kini hanya tertawa nista melihat tingkah adiknya.

"Hyung, aku mohon jangan disebar… jangan disebar… janji deh Hongki bakal ngaku. Jangan hyung… jangan…" Seru Hongki sesenggukan.

"Aku sama sekali tak akan terpengaruh dengan tindakanmu itu. Aku malah ingin melemparimu dengan vas bunga tahu!" Heechul lagi-lagi tertawa nista di atas penderitaan adiknya.

"Hyung…" Hongki masih mencoba merengek kepada Heechul. Sambil berjalan dengan menggunakan lututnya, Hongki mendekati Heechul. "Hyung yah, jangan yah~" Hongki menarik-narik celana Heechul. Kali ini adegan yang terjadi lebih mirip seorang anak tiri yang sedang dimarahi oleh ibu tiri super galaknya.

Heechul melengos memalingkan wajahnya. Hongki memanyunkan bibirnya kesal melihat tingkah menyebalkan kakaknya tersebut. "Kim Heechul hyung, Lee Hongki janji bakal bilang, tapi please~ musnahkan video nista itu yaaaaa~" Rengek Hongki lagi.

Heechul melirik sekilas Hongki yang berada tepat di sampingnya yang sedang berlutut meminta ampunan dan belas kasihan darinya. Senyum iblis sekaligus senyum kemenangan makin terkembang di wajahnya. "Hari ini kau harus ikut aku meminta maaf pada anak orang yang sudah kau hajar, mengerti!" Seru Heechul tak terbantahkan. Hongki mengangguk menyanggupi dan dengan secepat kilat Hongki merampas kepingan CD dari tangan Heechul kemudian berlari secepat kilat ke kamarnya untuk mengamankan barang bukti di tangannya itu.

Heechul tersenyum sinis. "Kalau kau kira aku hanya punya lima, kau salah besar! Aku masih punya banyak dan bahkan soft copynya ada di mana-mana."

Mungkin kalian bingung dengan berbedanya marga antara Heechul dan Hongki. memang benar marga mereka berdua itu berbeda karena Heechul dan Hongki hanyalah saudara tiri. Heechul mengasuh Hongki sejak Hongki masih berumur sebelas tahun.

Hongki merupakan anak yatim piatu yang dulunya ditampung di sebuah panti asuhan dari masih bayi, namun pada umur enam tahun ia diangkat oleh sebuah keluarga yang Heechul ketahui mempunyai marga Oh. Namun sayang, pada umur sepuluh tahun Hongki kabur dari rumah keluarga Oh tersebut karena menurutnya pendidikan dan tata krama di keluarga kaya membuatnya stress berkepanjangan. Jadilah dia menggelandang selama setahun di jalanan.

Sedangkan Heechul sendiri juga merupakan anak yatim piatu yang untungnya masih punya warisan dari orang tuanya hingga hidupnya pun tak terlalu merana seperti Hongki. Kedua orang tua Heechul beserta kakak perempuannya meninggal saat kecelakaan dahsyat yang hanya menyisakan dirinya yang hidup. Semenjak saat itu Heechul hidup sebatang kara. Namun pertemuannya dengan Hongki yang berbeda sepuluh tahun dengan dirinya telah merubah jalan hidupnya.

"Hongki! cepat ganti bajunya! Kita kerumah temanmu yang sudah kau hajar itu!" Teriak Heechul.

"Baik!" Terdengar sahutan dari Hongki.

Akhirnya setelah beberapa menit berlalu Hongki turun juga dari kamarnya. "Hyung maafkan aku. Aku hanya membela diri saat diejek olehnya." Seru Hongki saat melihat tatapan malas dari Heechul.

"Kau bisa jelaskan di depan orang tua temanmu itu." Seru Heechul.

"Apakah hyung tidak percaya lagi denganku?" Tanya Hongki memelas. Heechul tak menjawab, ia malah merangkul Hongki dan mengapit leher Hongki dengan tangannya lalu setelah itu mencubit pipi Hongki menggunakan tangannya yang lain.

"Ayo." Seru Heechul. "Aku percaya padamu, kau satu-satunya orang yang kupunyai di dunia ini Hongki."

"***"

Mereka berdua akhirnya sampai di kediaman keluarga Hwang –keluarga seorang anak laki-laki yang telah dibuat babak belur oleh Hongki. Awalnya Hongki bersikeras untuk tidak masuk rumah tersebut dan Hongki kukuh dengan pendiriannya kalau ia sama sekali tidak bersalah. Namun bukan Heechul namanya kalau kata-katanya tak dituruti. Akhirnya dengan berat hati Hongki ikut masuk bersama Heechul untuk meminta maaf kepada keluarga Hwang.

Perbincangan yang alot dan cukup lama terjadi diantara mereka. Keluarga Hwang tetap menuntut ganti rugi atas pengobatan anaknya yang kini tengah dirawat di rumah sakit. Heechul menyanggupi hal tersebut, namun kini yang jadi permasalahan adalah Hongki masih tetap bersikukuh pada pendiriannya kalau dia tidak bersalah. Heechul berkali-kali membujuk Hongki untuk meminta maaf.

"Kalau kau sekarang tak mau minta maaf, akan kupastikan videomu besok tersebar ke seantero sekolah. Atau mungkin seluruh dunia akan tahu." Bisik Heechul di telinga Hongki, mendengar hal tersebut dengan susah payah akhirnya Hongki mau meminta maaf. Pertemuan hari itu akhirnya selesai dengan damai.

"Kami permisi dulu." Seru Heechul sambil membungkuk diikuti oleh Hongki.

"***"

Di dalam waku yang bersamaan seorang laki-laki muda berperawakan tinggi dan berparas tampan melangkahkan kakinya keluar dari apartemennya sambil menggendong seorang batita yang sangat lucu, di tangan bayi itu tergenggam sebuah mobil-mobilan berwarna biru. "Nanti kau tidak boleh nakal sama bibi Jang yah!" Seru laki-laki itu pada batita yang ada digendongannya. Batita itu menatap sekilas, lalu tersenyum menanggapi perkataannya lalu setelahnya kembali fokus pada mainan di tangannya.

"Anak pintar." Laki-laki itu mengelus-elus sayang rambut batita digendongannya itu.

Langkah laki-laki itu akhirnya terhenti di depan sebuah pintu apartemen. Laki-laki itu memencet bel yang terletak di samping pintu itu. beberapa menit menunggu, akhirnya pintu apartemen itu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita baya yang tengah memegang sebuah mangkok buah di tangannya.

"Hankyungie~ selamat datang. Baby Min juga sudah datang?" Wanita baya itu meletakan mangkok yang tadi dipegangnya di atas rak sepatu yang terletak tak jauh dari sana lalu setelahnya mengambil batita yang tadi berada di dalam gendongan laki-laki itu.

"Bibi Jang, maaf aku merepotkanmu lagi, tolong titip Taemin yah, aku ada jam mengajar siang ini." Seru laki-laki yang tadi dipanggil Hankyung oleh wanita baya di dpannya itu.

Bibi Jang tersenyum. "Sudahlah tidak apa-apa, toh aku sendiri kan yang menawarkan diri padamu untuk menjaga Taemin saat kau sedang bekerja."

"Terima kasih banyak bibi, kalau kau butuh susunya Taemin kau tinggal kerumahku. Ini kuncinya." Hankyung menyerahkan sebuah kunci kepada bibi Jang. Bibi Jang menerimanya dengan senang hati.

"Apa kau tak tahu Hankyungie, aku punya persediaan susu dan baju Taemin loh!" Seru bibi Jang sambil sesekali tangannya mencubiti pipi Taemin yang ada di gendongannya.

"Ah, benarkah? Kau benar-benar perhatian sekali dengan Taemin." Seru Hankyung tak percaya.

"Iya, aku sayang sekali dengan Taemin karena dia anak yang lucu dan penurut, dan juga aku tahu bagaimana perasaanmu dan juga susahnya menjadi seorang orang tua tunggal untuk Taemin. Aku benar-benar salut padamu. Di usia muda kau sudah bisa menghidupi Taemin dan juga dirimu sendiri."

"Ah terima kasih." Hankyung tersipu mendengr pujian dari bibi Jang. Hankyung membungkuk sedikit untuk berpamitan dengan bibi Jang. "Ah, aku permisi dulu. Nanti aku terlambat. Appa pergi dulu Taeminnie~" Hankyung mencium pucuk kepala Taemin sekilas. "Jangan nakal, oke!"

Hankyung pun pergi meninggalkan Taemin dan juga bibi Jang yang masih setia berdiri di ambang pintu –sekedar untuk melihat kepergian Hankyung. "Dadah~ ayo bilang dadah pada appamu Taeminnie~" Seru bibi Jang sambil menggerak-gerakan tangan kanan Taemin.

Taemin tertawa riang dan tak lupa bibirnya menggumamkan sesuatu. "Da… da… da…"

"Anak pintar." Bibi Jang menyingkap poni yang jatuh di dahi Taemin lalu setelahnya membawa Taemin masuk ke dalam apartemennya.

"***"

Hankyung masuk ke dalam mobilnya. Setelah duduk dengan nyaman lalu Ia memandang sekilas ke arah kaca spion yang ada di atas kepalanya –berusaha mengecek penampilannya sudah rapi atau tidak. Sudah rapi. Sambil bersiul-siul kecil Hankyung menyalakan mobilnya. Dan setelahnya mobil itu bergerak meninggalkan tempat parkir khusus penghuni apartemen yang di tempatinya.

Mobil yang membawa Hankyung terus melaju di jalanan kota Seoul. Sesekali Hankyung melirik ke arah spion –memastikan bahwa ia tidak membahayakan pengguna jalan yang lain. Hankyung memutar kemudianya ke arah kanan memasuki gerbang sebuah sekolah. Hankyung menghentikan laju mobilnya saat mobilnya sudan terparkir rapi di sana. Dengan cepat ia keluar dari mobilnya sambil membawa setumpukan buku tebal dan tas kerja miliknya.

"***"

Hankyung memasuki sebuah kelas setelah sebelumnya ia mampir ke ruang guru dahulu untuk mempersiapkan semua perlengkapan mengajarnya. Hankyung berjalan perlahan dan mantap memasuki kelas tersebut sambil sesekali matanya menyapu ke seluruh sudut kelas dan tak lupa ia melemparkan senyum hangatnya pada seluruh siswa didiknya disana.

"Selamat siang, apa kau terlambat?" Sapa Hankyung ramah saat Hankyung telah sampai di depan meja guru. "Baiklah~ hari ini aku akan membagikan hasil ulangan kalian minggu kemarin." Hankyung membuka tas kerjanya dan mengeluarkan setumpukan kertas ulangan dari dalamnya.

Setelahnya Hankyung berkeliling untuk membagikan kertas-kertas ulangan tersebut kepada pemiliknya. Hankyung tersenyum saat melihat ekspresi yang ditunjukan siswa-siswi didiknya. Ekspresinya beragam, ada yang sumringah mengetahui nilai ulangannya sempurna, ada juga yang berubah muram setelah melihat nilai ulangannya yang sangat mengecewakan, ada juga yang menunjukan wajah kesal sambil seseklai mulutnya menyumpah-nyumpah kecil. Hankyung tahu anak itu membenci pelajaran bahasa Mandarin yang diajarkannya.

Hankyung kembali ke mejanya setelah selesai membagikan kertas ulangan tersebut. namun ada seorang anak yang tiba-tiba mengacungkan tangannya. "Guru Tan, aku belum mendapatkan kertas ulanganku." Serunya.

"Ah, benarkah?" Tanya Hankyung kaget. "Kukira semua sudah kebagian."

"Aku belum mendapatkannya guru Tan." Seru anak laki-laki itu lagi.

Hankyung berpikir sebentar. "Jangan-jangan kertas yang disobek-sobek oleh Taemin." Gumam Hankyung. "Ah siapa namamu?"

"Choi Jonghun, guru Tan." Jawab anak itu.

"Astaga!" Hankyung menepuk dahinya sendiri. "Ah, maafkan aku Choi Jonghun, anakku kemarin membongkar isi tasku lalu kulihat ia merobek-robek dan menggigiti sebuah kertas. Kukira itu pasti kertas ulanganmu. Maafkan aku Jonghunnie~ tapi tenang saja nilaimu sudah aman bersamaku." Seru Hankyung dengan nada menyesal.

Jonghun menarik napas panjang."Ya sudahlah~ tidak apa-apa."

"Sekali lagi maafkan aku oke!" Seru Hankyung semangat. Jonghun mengangguk menanggapi perkataan Hankyung.

"***"

"Heh, sebenarnya kau apakan anak itu sampai sekarang bisa masuk rumah sakit?" Tanya Heechul tanpa memalingkan wajahnya ke arah Hongki, pasalanya saat ini Ia tengah fokus pada kemudinya.

"Biasa saja. Aku hanya menghajar di wajahnya dua kali, di perutnya tiga kali, di punggungnya sekali. Ah lalu aku sempat mendorongnya ke tembok dan lalu kepalanya membentur tembok. Tapi menurutku benturannya tak terlalu keras." Jawab Hongki sambil mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di dagunya.

Heechul melotot mendengar penjelasan Hongki. "Yah!"

BLETAKK

Heechlul menghadiahi Hongki pukulan telak di kepalanya. "Kau kira itu biasa saja?" Sembur Heechul.

Hongki mengaduh kesakitan. "Ah hyung, jangan main pukul dong! Ini sakit." Ringis Hongki.

"Kau kira itu biasa saja? Pantas saja ia masuk rumah sakit!" Heechul memukul lagi kepala Hongki.

"Yah hyung! Aku bisa bodoh kalau dipukul terus!" Seru Hongki tak terima.

"Kau memang sudah bodoh! Kalau itu anak mati bagaimana?"

"Dia saja yang kelewatan mengatai aku dan temanku. Bahkan temanku sampai dibuat babak belur sebelumnya gara-gara perbuatan teman-temannya. Kan kasihan, aku hanya membalaskan dendam temanku padanya." Bela Hongki.

"Mau jadi power ranger, hah! Aku tidak mau lagi dengan kau berkelahi! Mnegerti! Aku bahkan besok harus menghadap wali kelasmu tahu!" Ternyata Heechul masih belum puas memarahi Hongki.

"APA?" Kali ini gantian Hongki yang melotot kaget. "Jadi guru Son sudah menelpon hyung?"

"Iya tadi pagi. Kau tahu! Sekolah adalah tempat yang paling kuhindari tahu!" Sembur Heechul. Lagi.

Hongki mengangguk-angguk mengerti. "Iya maafkan aku." Seru Hongki dengan nada menyesal. "Ngomong-ngomong hari ini hyung tak bekerja?" Tanya Hongki –mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Mau mengganti topik pembicaraan heh? Tidak, aku cuti. Aku baru mau mengajakmu makan dan pergi jalan-jalan karena aku menang tender."

"Ah, jangan-jangan animasi untuk iklan itu yah?" Tanya Hongki penasaran. Heechul mengangguk menjawab pertanyaan Hongki. "Bagus dong kalau begitu, kebetulan aku libur. Ya sudah sekarang saja!" Seru Hongki semangat.

PLAKK

Heechul kembali mendaratkan pukulannya di kepala Hongki. "Kau bukan libur, tapi kau di skorsing!" Sembur Heechul.

"Tapi kan sama saja. Aku libur, tidak sekolah hari ini dan sampai tiga hari kedepan." Seru Hongki tak mau kalah. "Ayolah hyung! Kapan lagi kita bersenang-senang selama seharian penuh. Bahkan hyung saja hari minggu harus bekerja." Rajuk Hongki.

Heechul terlihat berpikir sebentar. Memang benar, pekerjaannya sebagai animator memang tak menentu, terkadang di hari-hari kerja ia bisa saja libur total tanpa pekerjaan sama sekali namun di hari libur sering terpakai, sebab pekerjaannya yang menumpuk.

"Baiklah!" Seru Heechul final.

"Akhirnya!" Hongki bersorak kegirangan. "Kita mau kemana habis ini? Taman bermain? Restoran? Bisokop? Atau kemana?" Tanya Hongki antusias.

"Pulang." Satu kata dari Heechul mampu meruntuhkan semangat Hongki yang tadi membara.

"Yah, kok pulang?" Rajuk Hongki dengan mata yang dibuat berkaca-kaca. "Yah, beneran nih pulang? Hyung gak bercanda kan?" Seru Hongki kaget saat Heechul mengambil jalan menuju apartemen mereka.

Heechul diam saja, sama sekali tak menanggapi pertanyaan Hongki yang terus dilontarkan olehnya. Namun tiba-tiba sebuah seringaian tercetak jelas di bibirnya. "Hari ini kuputuskan untuk bermain seharian penuh di rumah. Kita nonton dan memesan makanan. Kira-kira ada sepuluh film yang mau kutonton. Baru besok kita akan pergi jalan-jalan. Kau di skors tiga hari kan?" Tanya Heechul.

Mata Hongki berbinar mendengar penjelasan Heechul. "Hyung, kau pintar! Tiga hari masih panjang!" Seru Hongki semangat.

"***"

Bel pulang sekolah telah berdentang. Semua siswa PrimElf High School langsung berhamburan dari kelas mereka. Menit-menit berikutnya sekolah mulai sedikit sepi dari sebelumnya, yang terdengar hanya sebagian anak yang masih memutuskan untuk tetap tinggal di sekolah karena satu atau dua keperluan yang mengaharuskan mereka untuk tetap tinggal.

Hankyung saat ini tengah berada di ruang guru. Ia membenahi perlengkapan mengajarnya, setelah selesai, ia berpamitan dengan guru-guru yang masih saja betah berlama-lama di sana. "Aku permisi dulu. Anakku menunggu." Seru Hankyung ramah sambil membungkukan badannya. Setelahnya Hankyung melangkahkan kakinya keluar dari sana. Sayup-sayup masih terdengar jelas di telinya Hankyung kalau guru-guru yang ada di sana sedang membicarakannya.

"Masih muda dia sudah hebat." "Anaknya laki-laki kan? Kasihan sekali harus kehilangan ibunya?" Dan berbagai ucapan-ucapan lain yang terdengar. Meskipun begitu Hankyung tetap tersenyum mendengarnya sebab ia berpikir mereka semua memperhatikannya. Hankyung tetap melangkahkan kakinya dengan sesekali senyuman terkembang di bibirnya.

Hankyung menyusuri lorong sekolah yang mulai terihat sepi. Ia terus melangkahkan kakinya, namun ia tiba-tiba menghentikan langkahnya tepat di depan ruang musik. Telinganya menangkap bunyi-bunyian dari dalam sana. Ia yakin guru musik sudah pulang, lagi pula saat ini sudah lewat jam pulang sekolah, mengapa masih ada saja yang menggunakan ruang musik dan memainkan piano di dalamnya.

Hankyung tak mau berpikiran negatif dulu. Ia sudah dewasa dan tak begitu percaya dengan cerita hantu yang beredar bahwa sekolah ini berhantu. Hei! Yang benar saja, manusia modern seperti Hankyung mudah percaya begitu saja dengan cerita murahan macam itu.

Dengan penasaran Hankyung membuka pintu di depannya dan yang terlihat di matanya kini adalah seorang anak laki-laki yang tengah memainkan sebuah piano putih di tengah ruangan. kebetulan sekali posisi anak itu duduk membelakangi Hankyung hingga Hankyung sendiri tidak bisa mengenali anak itu. walaupun sebenarnya Hankyung sendiri tidak terlalu hapal dengan siswa-siswi di sekolah ini, ya paling tidak Hankyung pernah bertemu dengannya sekali, atau hanya mengenali wajahnya. Hankyung akhirnya memutuskan untuk mendekati anak laki-laki itu.

Hankyung menyentuh pelan pundak anak laki-laki itu hingga ia menghentikan permainan jemarinya di atas tuts-tuts piano itu. naka laki-laki itu menolehkan kepalanya. "Guru Tan?" Tanya anak itu kaget.

"Ah, Choi Jonghun? Kenapa kau masih di sini? Kau tidak pulang?" Tanya Hankyung.

"Aku menunggu kakak sepupuku menjemputku." Jawab Jonghun.

Mata Hankyung menyipit. "Kau kan sudah besar, kenapa harus dijemput segala." Goda Hankyung.

"Guru Tan kalau mau ngatain gak usah tanggung-tanggung." Seru Jonghun sambil memajukan bibirnya. "Lag pula ibuku sudah memerintahkan kakak sepupuku itu untuk menjemputku selama aku tinggal di rumahnya. Rumahku sedang direnovasi."

Sebelah alis Hankyung terangkat. "Begitukah? Kukisra kau akan kesasar kalau tidak dijemput."

"Aku bukan balita. Guru Tan tidak pulang? Nanti anakmu mencarimu dan katakan pada anakmu. Terima kasih karena telah memakan kertas ulanganku." Seru Jonghun malas. Tawa Hankyung hampir meledak jika saja tidak ada sara yang memanggil Jonghun.

"Jonghunnie~ maaf yah aku telat." Seru sebuah suara memanggil Jonghun. Jonghun dan juga Hankyung sontak menolehkan kepala mereka.

"Hai Siwon hyung, kau hanya telat dua puluh tiga menit." Seru Jonghun sambil melirik jam tangan hitam yang melingkar di tangannya.

Laki-laki tegap dan tampan yang tadi dipanggil Siwon oleh Jonghun mendekati Jonghun. "Ah, selamat sore. Kau pasti gurunya Jonghun." Seru Siwon sambil membungkuk.

"Selamat sore juga." Balas Hankyung.

"Kenapa nunggu di sini sih? Kan kau bisa menungguku diluar seperti biasa." Seru Siwon sambil menepuk kepala Jonghun. Jonghun mendengus kesal atas perlakuan Siwon kepadanya.

"Aku bosan menunggu diluar, ya sudah ku suruh kau datang kesini, lagi pula ka sudah laam tak ke sekolah ini kan?" Seru Jonghun.

"Jadi kau mantan siswa di sini?" Hankyung tiba-tiba saja menyela. Siwon mengangguk menjawab pertanyaan Hankyung.

"Aku sudah lama tak ke sekolah ini, tidak ada yang berubah." Seru Siwon. "Ayo kita pulang." Siwon menarik tangan Jonghun paksa hingga Jonghun terpaksa berdiri akbiat tertarik oleh lengan besar nan kekar milik Siwon. Jonghun mengumpat kecil saat merasakan tangannya tertarik.

"Sakit, tau gak?" Desis Jonghun.

"Ah maaf." Siwon segera melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Jonghun.

Akhirnya setelah mereka bertiga berbasa-basi sedikit, mereka bertiga memutuskan untuk keluar dari ruang musik yang entah mengapa hawa dan suasananya menjadi sedikit menyeramkan, apalagi hari telah beranjak makin sore dan hampir mendekati malam.

"Aku pulang dulu guru Tan." Seru Jonghun sambil membungkukan badannya dan diikuti oleh Siwon saat mereka bertiga telah sampai di depan gerbang sekolah. Setelahnya mereka berdua pergi menuju tempat dimana mobil Siwon terparkir. Begitu juga dengan Hankyung, ia memilih untuk berjalan menuju mobilnya yang terparkir di parkiran sekolah.