Because I Love You

Disclaimer: Masashi Kishimoto

By : Sabaku no Uzumaki

Warning : OOC, Gaje, POV, typo (s) dll

REPUBLISH, banyak perubahan di dalamnya

Genre : Romance, Friendship

Character : All character, with main character Hinata Hyuga

Summary :

Ketika cinta harus memilih, mana yang kau pilih?

Gelap atau terang?

Siang atau malam?

Keduanya penting, tapi tetap satu yang harus dipilih. Love is troublesome, tak dapat di tebak, dan sangat memusingkan. Pada siapakah akhirnya hati itu akan berlabuh ?

Happy Reading

Don't like, don't read, don't flame :D


Hinata POV

Mata onyx itu mampu menghipnotisku ke dalam pusaran yang entah mengapa aku tak tahu. Suatu perasaan menggelitik, menyerang kalbuku dan membuatku seperti terbang ke langit ke tujuh. Mata onyx itu amat tajam namun kosong.

'Aku mencintaimu' ucapku dalam hati , hanya di dalam hati.

Mataku masih tak dapat lepas dari pemuda itu. Pemuda yang telah menyita perhatianku selama ini. Pemuda itu tengah berada jauh di bawahnya. Tepatnya di sebuah lapangan basket. Ia terlihat sibuk mendribble bola di tangannya. Sambil sesekali mencoba memasukkan bola itu ke ring. Aku kembali menghela nafas untuk yang kesekian kalinya hari ini.

Lelah. Itu yang kurasakan, ketika harus mencintai pemuda itu tanpa berbalas. Terlihat kali ini seorang gadis berambut pink sedang berlari sambil menyerahkan minuman ke arah pemuda itu. Wajah mereka terlihat bahagia.

Sakit, mungkin itu yang dirasakannya saat ini. Walaupun ia sudah sering melihatnya, namun tak sekalipun hatinya kebal terhadap rasa sakit yang selalu menyerangnya. Untung saja ia kini berada di atap sekolah. Sehingga tak mungkin dua orang yang sedang diperhatikannya akan menyadari keberadaannya.

.

Normal POV

"Hinata!" teriak seorang gadis manis dari kejauhan memanggil seorang gadis Indogo yang masih sibuk melihat ke bawah.

Terlihat wajah gadis berkuncir empat itu sedikit mengembung tak kala menyadari panggilannya tak di gubris gadis di depannya.

"Hinata!" teriak gadis itu sekali lagi, tepat di sebelah gadis Indigo itu.

"Ada apa Temari ?" tanya gadis itu akhirnya, setelah menyadari panggilan dari sahabatnya. Walaupun arah pandangnya tak pernah lepas dari pemuda raven yang sedang bermain basket di bawah.

Gadis yang bernama Temari itu tiba-tiba tersenyum penuh arti, ketika menyadari arah pandang sahabatnya itu.

"Sepertinya sahabatku yang cantik ini sedang memandangi pangerannya nih. ehm-. Awas lo ketahuan nenek sihirnya bisa mati kau Hinata."

"Aaa…" Hinata mencoba membela diri, tapi belum satu katapun keluar dari bibir mungil gadis itu. Temari sudah kembali melanjutkan kata-katanya.

"Kalau aku jadi kau , aku lebih memilih Uzumaki di banding Uchiha itu." Lanjut Temari sambil bersandar pada pagar di samping Hinata.

"Tapi sayangnya kau sudah punya Shikamaru , sudahlah nanti dia marah lagi." Ucap Hinata malas mendengar sahabatnya itu menyebut marga Uzumaki.

Siapapun pasti tau bahwa Uzumaki Naruto menyukai Hyuga Hinata. Bahkan Tsunade, kepala sekolah Konoha High School, tau akan kisah itu.

Blush , pipi Temari memerah , dan langsung meninggalkan gadis keturunan Hyuga itu. Baru saja tangannya akan membuka pintu di depannya Hinata sudah berlari ke arahnya sambil berteriak.

"Hei , tunggu aku!"

Tapi teriakan gadis itu tak di gubris Temari, ia tetap membuka pintu dan menuruni tangga menuju lantai bawah.

.

.

"Temari teganya kau meninggalkan aku, dan apa maksudmu membahas si Uzumaki itu? Aku sama sekali tak menyukai pria berkumis kucing itu, aku hanya menyukai, enggg…." Cecar Hinata begitu berhasil menyusul Temari, Hinata terlihat ragu untuk melanjutkan kalimatnya, terlihat dari sikapnya yang menautkan kedua ujung telunjuknya, "kau tahu siapa, kan." Lanjut gadis itu akhirnya, dengan semburat merah menghiasi wajah cantiknya.

Temari hanya tertawa dan tersenyum licik tatkala melihat gadis bermarga Hyuga itu mengomel. Sebuah kejadian langka melihat gadis berambut indigo itu mengomel seperti tadi.

"Kenapa kau tertawa ?" Ekspresi Hinata pun berubah menjadi manyun, hilang sudah semburat merah yang menghiasi wajah gadis itu tadi.

"Tidak, aku hanya heran saja melihat seorang Hinata Hyuga yang terkenal pendiam dan cool bisa berbicara panjang lebar seperti itu di depanku." Tawanya pun semakin menjadi-jadi, hal langka bukan, melihat seorang Hyuga OOC seperti tadi.

Blush, seketika pipi Hinata memerah. Ingin rasanya kali ini ia ditelan bumi untuk menyembunyikan rona merah yang menghiasi wajahnya itu.

"Kau juga aneh, wajahmu memerah ketika aku membicarakan Shikamaru. Atau jangan-jangan , Temari kau sudah pacaran dengan Shikamaru, ya?" tanya Hinata dengan wajah innconect-nya.

"Argh, aku ke perpustakaan dulu." Jawab Temari sambil memalingkan wajahnya menyembunyikan pipinya yang bersemu semerah tomat masak itu.

"Sejak kapan kau suka ke perpustakaan ? Hmm…? " tanya Hinata menggoda sahabatnya itu. Ia tau kali ini sahabatnya itu sedang salah tingkah.

"Eng- maksudku kantin, Hinata." Jawab Temari terlihat salah tingkah.

"Ya sudah, aku juga akan ke perpustakaan. Bye." Ucap Hinata meninggalkan Temari menuju perpustakaan.

.

.

Suasana perpustakaan terlihat lumayan ramai. Ayame sang penjaga perpustakaan-pun tampak sedikit kewalahan menangani pengunjung perpustakaan yang ingin meminjam buku. Semua orang terlihat sibuk, entah membaca, meminjam buku, atau ke perpustakaan hanya untuk memanfaatkan wifi yang di sediakan pihak perpustakaan.

Begitu juga dengan seorang gadis Indigo yang tampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Sesekali gadis itu mengacak-acak rambutnya.

"Kenapa pipiku memerah ketika Temari mengatakan itu , kenapa aku jadi malu ? Kenapa aku jadi salah tingkah begini ?Arrrggghh!" Sambil menjambak rambutnya. Beberapa orang di perpustakaan melihatnya bingung.

"Benar kata Temari. Kenapa aku bisa menyukai Sasuke?"

"Kenapa bukan Naruto?"

Buku yang dipegangnya hanya tergeletak begitu saja di atas meja, tanpa tersentuh , pikirannya melayang. Ia terlalu bingung dengan yang namanya cinta. Hingga tak menyadari seorang pemuda berambut kuning memperhatikannya sedari tadi.

"Hinata-chan" Panggil pemuda itu akhirnya. Gadis itu terkejut tatkala menyadari siapa pemilik suara itu.

"Aa . . . . Naruto ?"

"Boleh aku duduk di sampingmu, Hinata?"

"Hn" Jawab gadis itu tak berminat pada pria bermata blue diamond itu. Pemuda bernama Naruto itu kemudian menarik kursi tepat di samping kanan Hinata. Terlihat sebuah komik di tangan pemuda itu.

"Kuperhatikan sedari tadi kau hanya melamun. Apa kau ada masalah Hinata? Enggg, kalau kau mau, kau bisa menceritakannya padaku." Ujar pemuda itu memecah keheningan yang tercipta di antara mereka berdua. Keheningan yang dibenci pemuda itu.

"Tidak , aku hanya ingin sendiri. Maaf." Ucap Hinata sedikit ketus. Tanpa disadarinya ucapan itu seketika mengubah raut wajah pemuda di sampinya menjadi raut kecewa. Namun tak selang beberapa lama pemuda itu kembali memasang senyum andalannya. Sebisa mungkin tak menunjukan raut sedih-nya.

"Huffh , baiklah." Jawab pemuda itu akhirnya.

.

.

.

Terlihat seorang pemuda tengah tidur-tiduran di sebuah kamar yang di dominasi warna orange. Beberapa pajangan dan foto menghiasi kamar pemuda berkulit tan itu. Pemuda itu tampak sedang memandang langit-langit kamarnya. Sesekali ia mengubah posisi tidurnya, wajahnya menyiratkan seakan ada sesuatu yang mengganggu pikiran pemuda itu.

.

Naruto POV

Aku ingat dimana ia pertama kali bertemu Hinata, yup di sebuah taman sewaktu mereka kecil dulu. Pada saat itu aku baru saja pindah ke Konoha dan tinggal di sebelah rumah keluarga Hyuga dan belum memiliki satu orang teman pun. Saat itu aku tengah termenung diayunan taman, ia melihat seorang gadis kecil yang tengah bermain pasir. Gadis itu Hinata. Ia terlihat ceria dan tertawa lepas , lalu seulas senyum menghiasi bibir gadis berambut indigo itu . Senyum yang begitu lembut. Senyum yang membuatnya terpesona. Gadis itu mendekatiku dan tersenyum.

"Salam kenal. Namaku Hinata Hyuga. Maukah kau menjadi temanku?" iya tersenyum manis padaku sambil mengulurkan tanganya.

Itulah awal mengapa aku menyukai gadis keturunan Hyuga itu.

"Aaaaah , mengapa senyummu begitu manis Hinata? Sampai-sampai membuatku tak bisa melupakannya…." Aku hanya bisa berbicara dengan foto-fotonya di kamarku.

Foto-foto ?

Aku adalah seorang photographer, kamera adalah hidupku. Setiap hari aku selalu membawa kamera SLR ku kemanapun, dan setiap saat aku hanya menghabiskan waktu untuk memotret seorang gadis manis pujaanku. Benar sekali, gadis itu Hinata. Seorang gadis bermata lavender, sebuah mata yang langka dan hanya dimiliki oleh keturunan Hyuga.

Semua foto itu kusimpan di sebuah ruangan yang sewaktu kecil adalah tempat bermainku. Terdapat pintu yang menghubungkan kamarku dengan ruangan itu, sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna biru dan kuning, yang dindingnya terpajang begitu banyak foto, baik hasil karyaku atau hanya sebuah foto kenangan, salah satunya foto 3 anak kecil, dua laki-laki dan satu perempuan. Di kiri terlihat anak laki-laki berambut hitam menoleh kearah gadis bermata lavender yang berada di tengah dan di kanan terlihat seorang anak laki-laki bermata biru samudra yang juga memandang ke arah gadis itu. Foto itu diambil sekitar 10 tahun lalu di depan pohon oak dan sang gadis membawa kotak perak.

Pikiranku kembali mengenang percakapan sebelum foto itu di ambil.

Flashback

"Naruto , Sasuke tolong tulis harapan kalian di masa depan di kertas ini, ya. " Perintah Hinata seraya menyerahkan selembar kertas kepada ku dan Teme.

"Lalu setelah aku tulis, apa yang akan kita lakukan ?" Tanyaku penuh bersemangat.

"Hnnn , benar untuk apa ?" Sambung anak bermata onyx di sebelahku .

"Kita akan menaruhnya di kotak ini dan membukanya 10 tahun lagi tidak 20 tahun lagi , jadi kita akan berkumpul di sini lagi. Sudahlah cepat tulis, Naru, Sasu!"

"Baiklah Hinata-chan."

"Hn."

Flashback end

Aku masih sangat ingat apa yang ku tulis saat itu aku hanya tersenyum setiap kali mengingatnya.

'Aku berharap bisa selalu menjaga dan berada di samping Hinata'

"Aishiteru Hinata-chan" aku menutup mata dan mendekap foto di dalam pelukanku.

.

.

Normal POV

.

.

Di tempat lain terlihat seorang gadis tengah duduk di bingkai jendela kamarnya. Sesekali angin menerbangan rambut indigo gadis itu. Mata gadis itu terlihat terpejam menikmati semilir angin yang menggelitik pori-pori kulitnya. Sebelum akhirnya terlihat setetes air mata menghiasi pipi gadis Indogo itu.

.

Hinata POV

Rasa cintaku pada Sasuke itu muncul begitu saja, seiring waktu yang mewarnai persahabatan kami. Persahabatan sedari kami kecil, bahkan rumah kami bersebelahan. Selain aku dan Sasuke masih ada Naruto. Namun entah mengapa, Aku hanya jatuh cinta pada Sasuke. Apa karena aku lebih dulu mengenal Sasuke?

"Sasuke apa kau menyimpan perasaan yang sama padaku ?" aku seperti berbicara pada diriku sendiri, hanya harapan belaka, terlalu berharap perasaan ini akan terbalas.

"Hufh" helaku. Menatap nanar ke sudut kamar, di sana terdapat foto kami bertiga (Sasuke , Hinata , dan Naruto) Aku berdiri di tengah mereka, Naruto merangkulku dan Sasuke dengan gaya coolnya dengan tangannya yang berada di kantong seragam SMP nya.

Dia terlihat tampan, kurasakan pipiku memerah karna memikirkan itu. Kembali memory itu memenuhi pikiranku.

Flashback

Hari ini adalah hari kelulusan kami setelah tiga tahun menempuh pendididkan di Konoha Junior High School. Aku tersenyum memandang Sakura, Sasuke dan Naruto yang sibuk berfoto dengan baju mereka yang penuh coretan

"Hinata, mari kita berfoto bersama." Ajak Sakura sambil menarik tanganku ke arah dua pemuda yang telah bersiap mengambil foto selanjutnya.

"Tapi Saku, aku sangat berantakan" Elakku sambil tersipu malu, baju yang ku kenakan tak kalah penuh coretan dengan milik mereka.

"Tak apa Hinata-chan kau tetap terlihat cantik kok." Goda Naruto sambil memperlihatkan senyum 3 jarinya padaku.

Blush. Pipiku kembali memanas dan bersemu malu.

"Wah kau tambah manis dengan pipi merahmu, Hinata," ucap Naruto bersemangat sambil merangkul Hinata, dan besiap-siap untuk mengambil foto selanjutnya,

('kyaaaaaaa , mau deh kalo Naruto bilangnya ke aku' *plak di gampar reader

'Gomen , back to laptop')

"Sudah cepat foto , pertama kalian foto bertiga, biar aku yang foto setelah itu gantian, ok?" seru Sakura sebelum wajahku semakin bertambah merah.

"Hn" akhirnya pemuda bermata onyx itu mengeluarkan suara juga. Hampir saja aku melupakan keberadaan pemuda raven itu. Pipiku kembali bersemu ketika memandang pemuda raven yang berdiri di sebelahku itu. Tubuhnya pemuda itu lebih tinggi dari aku, tinggiku hanya mencapai bahunya. Atau bisa di bilang sama tinggi dengan Naruto.

Rangkulan Naruto segera menyadarkanku dari lamunanku. Aku pun segera memandang ke depan dan tersenyum manis.

"Cheese!" seru Sakura

Flashback off

.

"Aishiteru Sasuke-kun , ah… aku berharap saat itu kaulah yang memelukku."

Air mataku mulai menetes satu persatu, andai di sini ada Naruto pasti pemuda itu akan langsung mengusap air mataku. Mengingatnya kembali membuat pipiku memerah.

"Sasuke…. Andai itu kau bukan Naruto"

.

.

.

Normal POV

Di tempat lain (lagi) seorang pemuda berambut raven tengah berjalan, melewati barisan-barisan pertokoan. Terlihat seorang gadis berambut pink sedang sibuk berceloteh di sebelahnya, dan hanya ia tanggapi dengan 'Hn'. Rasanya hari ini pemuda itu begitu malas untuk berpergian, apalagi musim semi sebentar lagi akan berakhir musim panas. Dan udara di sekitarnya-pun semakin terasa panas. Pemuda itu kembali menghela nafasuntuk yang kesekian kalinya hari ini.

.

Sasuke POV

Tadi siang Naruto mencariku setelah aku keluar dari kelas bersama Sakura dan mengatakan hal yang sama sekali tidak aku duga.

.

Flashback

"Teme, tunggu!"

"Hn?" jawabku malas pada si bodoh itu.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya pemuda ramen itu terlihat serius. Wajah yang sangat jarang di tampilkan oleh seorang Uzumaki Naruto.

"Untuk apa?" tanyaku masih dengan nada malas. Rasanya si bodoh itu tak ada matinya untuk mengganggu ketenanganku.

"Ini tentang Hinata."

Aku mengerutkan alisku. Apalagi yang akan dikatakannya kali ini.

"Ada apa dengannya ?"

Naruto menoleh pada gadis bermata emerald yang berdiri bingung disampingku.

"Sakura bisakah kau meninggalkan kami berdua? Aku perlu berbicara serius dengan Teme." Pinta Naruto pada Sakura dengan wajah sedikit memelas.

"Baiklah." Sakura melangkah pergi meninggalkan kami berdua.

Naruto kembali menatapku.

"Kau tau?" tanya pemuda itu ambigu.

"Tidak , kau belum mengatakan apapun padaku, Dobe."

"Oh ya aku lupa." Naruto menepuk jidatnya dan menunjukkan sederet gigi putihnya yang terawat dengan baik. Dasar bodoh.

"Hinata menyukaimu, Teme. "

Aku sedikit terkejut tapi tidak menunjukkan ekspresi apapun. Aku tak mau imejku seperti Naruto.

"Lalu?"

Naruto menghela nafas.

" Ya, itu artinya dia secara tak langsung menolakku . Kau menang Teme." Nada kecewa tersirat pada kalimat Naruto

"Aku tidak peduli." Jawabku singkat. "Dia bukan tipeku." Lanjutku, sambil memalingkan muka.

"Jangan berlagak sombong Teme. Jangan kira aku tidak tahu."

Naruto menaut-nautkan jarinya dengan gelisah. Sasuke menunggu apa yang akan pemuda itu katakana selanjutnya.

"…. Sasuke…."

"Apa?" Ah kali ini aku merasa seperti pasangan kekasih, lihat saja pandangan Naruto seperti wanita yang sedang jatuh cinta.

"….Cintailah Hinata-chan untukku , aku tak ingin ia bertepuk sebelah tangan…." Ucap si bodoh itu akhirnya.

"Maaf , aku tidak bisa." Apa dia sudah sebegitu putus asanya, sampai-sampai memintaku mencintai Hinata?

"Aku mohon Teme , kali ini saja." Pintanya dengan wajah memelas. Seperti kucing yang meminta ikan.

"Hn , aku tidak bisa janji , kau tahu aku sudah memiliki Sakura." Jawabku ragu.

"Iya aku tahu , tapi tolong aku Teme." Naruto memasang wajah memelas. Matanya nampak sendu.

"Hn…."

"Terima kasih Teme , kau baik sekali" Katanya sambil memelukku erat. Seakan ia mengerti maksud kata 'Hn' yang kuucapkan.

Flashback off

.

Aku kembali teringat bagaimana Hinata selalu ingat membawakannya bento ke sekolah setiap harinya, merawatku ketika sakit. Dan bodohnya aku hanya menganggap Hinata hanya melakukan itu karena kami adalah sahabat bahkan seperti saudara. Ternyata aku salah, semua persepsiku selama ini adalah SALAH.

"Hinata menyukaimu, Teme." Kata-kata Naruto terngiang kembali.

Aku tahu Naruto menyukai Hinata sedari kecil dan perasaan pemuda pirang itu tidak pernah pupus sampai sekarang . Naruto mencintai Hinata. Sepertinya ini akan berjalan rumit.


AN: Awalnya saya ragu untuk melakukan republish ini, tapi ide saya buntu, dan saya rasa ada beberapa hal yang perlu saya ubah dan tambah di dalam fic ini. Jadi deh saya re-publish. Maaf bagi reader yang mungkin sebel karena saya udah lama update, pake diubah-ubah segala ._.

Saya lama update gara-gara kehabisan ide, dan sibuk sekolah. Guru-guru kayaknya ngga bosen ngsi tugas numpuk untuk muridnya ._.

Dan saya juga sempat terfikir untuk menelantarkan fic ini. Tapi karena Krad bilang sama saya ada reader yang masih mengharapkan fic abal ini #terharu. Saya akhirnya selama 3 bulan ini sedikit demi sediki berusaha menggali ide untuk melanjutkannya.

Dan saya bisa publish hari ini juga karena hari ini silent day (nyepi) di Bali. Jadi seharian saya bisa lanjutin fic ini, tanpa harus mikirin tugas yang bejibun :D

Happy Silent Day!

NB: Dibutuhkan saran dan komentar untuk fiction ini.

Please

Review again

.

.

.

.

.

V