DISCLAIMER : Masashi Kishimoto
RATE : T (Teen)
WARNING : AU, Bit OOC, Multichapter
.
.
.
Keempat orang pemuda dari kota Kirigakure ingin menantang adrenalin mereka dengan cara mengunjungi sebuah rumah yang telah ditinggalkan sang empunya semenjak ratusan tahun silam. Rumah bergaya Eropa kuno itu dikisahkan oleh banyak orang sebagai tempat yang memiliki energi negatif tinggi.
Angker.
Choujuro (siswa kelas X, 16 tahun), Shino Aburame (siswa kelas XI, 17 tahun), Gaara (siswa kelas XII, 18 tahun), Zabuza Momochi (siswa kelas XII, 19 tahun).
Keempat orang ini akan memulainya.
.
.
.
~Dimulai~
Sorot cahaya lampu berwarna kuning menyilaukan membelah sebuah jalan setapak sempit nan sepi. Deruan lirih dari mesin mobil menyaingi orkestra jangkrik yang membahana riang di sekitar situ. Di sisi kanan dan kiri hanya terdapat ladang jagung berhektar-hektar luasnya.
Keempat roda mobil bertipe sedan itu memelan saat sudah terlihat sebuah rumah berlantai dua yang jika sekilas dilihat saja orang awam sudah bisa memastikan akan berbahaya jadinya jika nekat masuk ke dalam.
Keempat buah pintu mobil itu terbuka bersamaan dan memperlihatkan empat orang pemuda dengan usia sebaya. Pemuda yang keluar dari pintu kemudi mengisyaratkan dengan lambaian tangan kanannya supaya ketiga rekannya maju mengikuti dirinya.
Krik .. Krik .. Krik .. Krik ..
Suara jangkrik yang terdengar cukup keras menemani langkah mereka. Angin malam yang dingin menusuk kulit turut berpartisipasi. Membuat pemuda bertubuh kecil yang jalan paling belakang terus-terusan bergemetar.
"Kau jangan memaksakan dirimu, Choujuro." ucap pemuda yang berjalan nomer tiga dari depan kepada temannya itu.
Yang bersangkutan membalas, "Shino-senpai, aku sudah terlanjur sampai di sini. Jika aku tidak memaksakan diriku maka aku pastinya akan sendirian di dalam mobil yang tentunya ... sama-sama parah."
Laki-laki yang berjalan memimpin hanya menimpali, "Cih, pengecut sekali kau Choujuro. Kita kesini ingin membuktikan tentang mitos itu. Jika kau tidak berani maka kembali saja sana ke ketiak ibumu."
Perkataan merujuk sarkastis dari pemuda bernama Gaara itu sedikit membuat hati Choujuro terluka. Namun dia lebih memilih membiarkan saja karena memang sudah seperti itu watak dari senpai-nya yang satu ini.
Zabuza mengamati pintu berdaun ganda yang berada di hadapannya. Senternya dinyalakan dan dia lalu memegang kenopnya yang sudah berkarat, "Tidak terkunci."
-Ceklek-
Daun pintu sebelah kanan terbuka lebar. Zabuza yang masuk pertama. Disusul Gaara, Shino, dan terakhir Choujuro yang rasa takutnya semakin menjadi.
Bau kayu lapuk serta debu pekat menyambut kehadiran keempat siswa dari Sekolah Menengah Atas 1 Kirigakure. Senter masing-masing mulai dinyalakan satu per satu, kecuali Zabuza yang sudah nyala sejak awal.
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Shino singkat.
Gaara menoleh, "Bodoh. Tentu saja menyelidiki rumah ini lah. Memangnya apalagi hah?"
"Santai Gaara. Jangan sering bersikap seperti itu." nasihat Zabuza karena sepertinya dia pun merasa gerah.
"Aku tidak peduli." sahut laki-laki rambut merah itu.
Hembusan nafas masing-masing terdengar cukup jelas sekarang. Karena situasi sangat sepi. Suara jangkrik di luar tidak sanggup masuk ke dalam.
"S..senpai-senpai, ayo kita mulai." Choujuro membuka suara.
Shino menjawab, "Ide bagus. Lebih cepat lebih baik."
Gaara meninggalkan kelompoknya dan kini sudah duluan menelisik bagian demi bagian di ruangan yang sepertinya merupakan ruang tamu dulunya. Telapak tangan kanannya berusaha ditempatkan serapat mungkin di depan hidung serta mulut untuk melindungi pernafasannya dari serbuan debu-debu yang tebal.
"Kita menyelidiki rumah ini bersama-sama?" Shino mengusulkan.
"Atau berpasangan dua-dua?" usul Choujuro.
Zabuza menengok ke kiri, "Woy Gaara, bagaimana menurutmu?"
Gaara menoleh ke arah teman seangkatannya yang bertubuh kekar itu, "Terserah kau saja."
Zabuza menyoroti wajah Choujuro dan Shino bergantian menggunakan senter, "Menurutku lebih baik sendiri-sendiri."
Shino hanya mengangguk. Dan Choujuro mudah ditebak...
"A..ap..a?! Sendirian?!"
Zabuza mengiyakan, "Hn. Karena kupikir itu akan menghemat waktu kita daripada harus bersama-sama. Lagian rumah ini tidak terlalu lebar. Setelah dirasa tidak ada yang menarik maka kita akan berkumpul lagi di ruangan ini. Mengerti?"
Shino langsung setuju, "Aku tidak masalah."
Choujuro jelas ingin menolaknya dengan tegas. Tapi nyalinya yang memang ciut tidak mampu mewujudkan hal tersebut. Apalagi mereka bertiga lebih senior daripadanya. Maka, pikirnya menurut saja merupakan jalan terbaik.
Keempat laki-laki itu kini bersiap untuk menjalankan tugas masing-masing.
"Seperti ini saja. Aku di lantai satu koridor sebelah barat." Shino sudah memutuskan untuk dirinya sendiri.
Zabuza mengarahkan sinar senternya ke sebelah timur, "Aku area sebelah timur lantai ini."
Gaara mencengkeram kerah Choujuro dengan cukup keras, "Kau mau yang sebelah barat atau timur, bocah?"
Laki-laki berkacamata tebal itu hanya bisa menelan ludah, "Aku, aku sisanya saja Gaara-senpai."
Pemuda arogan itu melepas cengkeramannya, "Baiklah. Aku sebelah barat. Kau sisanya."
Sudah diputuskan tugas untuk masing-masing orang.
.
.
.
20 menit kemudian...
.
.
.
Shino menyandarkan punggungnya di pegangan tangga. Choujuro berjongkok di anak tangga paling bawah dengan wajah sangat pucat pasi. Sedangkan Zabuza bolak-balik menyenteri jam tangannya untuk memastikan waktu.
"Gaara belum juga datang." gumam Zabuza.
Choujuro mendongakkan kepalanya, "Apa jangan-jangan Gaara-senpai menemukan sosok makhluk halus seperti yang tadi kulihat sekilas ya? Hiiiyy!"
Shino mendengus pasrah, "Mau tidak mau kita bertiga harus melihat ke atas."
Zabuza menganggukkan kepala sekali. Dan Choujuro terpaksa mengikuti daripada ditinggal sendiri.
Ketiganya bergerak cepat menuju ke area koridor barat lantai atas. Di sana ada dua kamar. Kamar pertama yang terlihat segera dibuka oleh Shino. Tidak ada apapun, nihil. Kamar kedua yang berada di ujung koridor menjadi tujuan berikutnya. Kali ini Zabuza yang membukanya dengan cekatan.
-Klek-
Pintu itu terbuka lebar sedetik kemudian.
Gelap.
Senter ketiganya langsung mengubah kondisi tersebut menjadi lumayan terang.
Mata Zabuza terbelalak lebar. Shino memundurkan langkahnya hingga menubruk tubuh ringkih Choujuro. Dan yang terakhir hanya bisa berteriak lantang...
"Ga..Gaa..GAARAAAAA-SENPAAAIIII!"
Tubuh Gaara tergantung di langit-langit kamar. Kedua matanya sedikit membuka. Tubuhnya kaku. Terasa dingin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pukul 02.14 dini hari. Rumah tua di tengah ladang jagung yang selalu sepi hampir malam bahkan siang kini mendadak ramai oleh suara-suara maupun sinar.
Ketiga kawan Gaara itu tanpa berpikir panjang langsung pergi dari situ secepat yang mereka bisa menuju ke desa terdekat. Ada sebuah desa sekitar 7 kilometer ke selatan dari situ, desa Yugakure.
Ketiganya langsung menghampiri kantor polisi setempat untuk melaporkan hal ini dan segera ditanggapi dengan baik. Dan berita ini langsung disampaikan dari Kepolisian Sektor Yugakure menuju Kepolisian Resort Konohagakure karena tempat dimana rumah tua itu berada masih masuk ke dalam wilayah Konoha.
Dua buah mobil polisi berwarna biru tua terparkir persis di depan bangunan tempat dimana Gaara menemui ajal. Sirine terus-terusan menyala. Beberapa personil terlihat sedang menggotong sebuah kantung besar berwarna oranye yang berisikan tubuh manusia menuju ke dalam mobil van yang bertuliskan 'Polisi Sektor Yugakure'.
Yang lain sedang sibuk memasang garis kuning bertuliskan 'POLICE LINE' pada pintu masuknya.
Zabuza sedang merokok di seberang rumah itu sembari berjongkok sendirian. Berusaha untuk menenangkan pikirannya yang syok. Walaupun dia akui dirinya berani namun untuk masalah kali ini dia baru pernah mengalami.
Shino sedang dimintai keterangan oleh seorang polisi yang pada bagian dada sebelah kiri tertulis nama 'Darui'. Ia mampu menjelaskan dengan tertata sekalipun apa yang barusan dilihatnya satu jam lalu masih membuat benaknya terpukul.
Dan Choujuro yang kini berada di jok belakang mobil merupakan yang terparah. Dia sudah memasukkan tiga pil, beserta yang ini, ke dalam kerongkongannya. Kemudian dia meneguk banyak air dari botol air mineral kemasan supaya pil itu masuk ke lambungnya. Pil penenang sepertinya.
Dari kejauhan terlihat sebuah mobil bertipe SUV yang memiliki sirine pada bagian atap. Mobil itu melaju pelan hingga akhirnya berhenti di samping van Kepolisian Yugakure. Dari dalam keluar dua orang dari tempat duduk terdepan. Seorang pria berambut perak jabrik ke atas yang mengenakan sebuah masker dan seorang pria bercambang lebat yang langsung menyalakan cerutunya begitu berada di luar.
Polisi yang bernama Darui segera menghadap kepada kedua orang itu.
"Selamat malam pak." dia memberi hormat kepada Kakashi kemudian berganti ke Asuma.
"Malam ya? Kupikir ini sudah pagi, dini hari tepatnya." ujar Kakashi dengan reaksi pasif walau pada akhirnya dia tetap membalas hormat dari Darui.
"Aku adalah Inspektur Asuma Sarutobi dan dia adalah Detektif Kakashi Hatake. Kami berdua dari Kepolisan Resort Konohagakure." dia memperkenalkan dirinya beserta sang rekan kerja. "Anda?"
Darui menurunkan tangan dari pelipis, "Saya Darui. Kepala Kepolisian Sektor Yugakure. Mohon kerjasamanya." pria berkulit cokelat tua itu ber-ojigi di hadapan dua petugas dari Konoha.
Kakashi langsung masuk ke topik, "Darui-san, apa yang sebenarnya terjadi? Aku dengar kasus bunuh diri? Hoahmm..." ia menguap lebar di akhir kalimat karena mendadak dibangunkan dari tidur nyenyaknya untuk bertugas. Siapapun pasti akan bereaksi sama jika berada pada posisinya.
Pria berambut putih itu memalingkan muka sedikit, "Saya, saya jujur belum mengetahuinya secara pasti pak. Namun dari keterangan singkat yang dikatakan oleh ketiga rekan korban di kantor saya, korban ditemukan tergantung di kamar paling pojok lantai dua. Bisa diasumsikan singkat bahwa korban yang bernama Gaara melakukan bunuh diri."
Asuma menghembuskan asap pekat dari dalam mulutnya, "Kakashi, kau cek saja dulu korban. Jika memang bunuh diri maka kita serahkan saja kasus ini ke otoritas Kepolisian Sektor Yugakure."
Yang diperintah hanya mengangguk lirih dibarengi ekpresi malas. Dia langsung bergerak masuk menuju bagian belakang mobil van kepolisian untuk mengecek tubuh korban.
Zabuza yang sedari tadi sedang merokok sendirian kini memilih untuk mendekat ke tempat dimana para polisi berdiri. Dia mengajak Choujuro dari dalam mobil yang sepertinya sudah mulai tenang setelah mengonsumsi tiga buah pil penenang saraf sebelumnya.
"Bagaimana perkembangannya pak polisi?" tanya Zabuza dengan nada sedikit berat kepada Asuma dan Darui.
Shino yang melihat kedua temannya sedang bertanya ke dua petinggi kepolisian pun ikut mendekat.
Asuma menghisap cerutunya dalam-dalam kemudian menghembuskan asap dengan cepat, "Entahlah. Kita tunggu penyelidikan singkat dari rekanku itu." ia mengarahkan ujung cerutu ke arah bagian belakang mobil bercat biru dongker dimana Kakashi sedang bertugas sekarang.
Zabuza, Choujuro, dan Shino tetap menunggu dengan sabar.
Beberapa menit kemudian orang yang mereka tunggu muncul dari pintu belakang mobil seraya melepas sepasang sarung tangan putih yang dikenakan.
"Bagaimana pak?" Shino antusias dalam mengetahui kebenaran kasus.
Choujuro menundukkan kepala ke bawah. Zabuza berulang kali menepuk pundak laki-laki itu untuk menenangkan. "A..apa ini salahku? Sehingga, sehingga Gaara-senpai bu..bunuh diri?"
Zabuza menggeleng, "Itu bukan salahmu, Choujuro. Kau harus tenang."
Detektif dari Kepolisian Kota Konoha itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Korban yang bernama Gaara dengan umur 18 tahun itu, pada tubuhnya tidak ditemukan luka jerat yang nampak jelas pada lehernya. Tidak adanya cairan sperma serta feces dari kemaluan dan anusnya. Padahal dua hal ini merupakan indikator terpenting untuk mengidentifikasi kematian orang yang bunuh diri menggunakan tali. Ditambah ... lidah korban tidak menjulur melebihi bibir sama sekali."
Ketiga siswa sekolah menengah atas itu saling berpandangan satu sama lain. Tidak paham dengan esensi dari penjelasan barusan.
"Itu artinya rekan kalian tidak bunuh diri. Melainkan, dibunuh." jawaban sederhana yang terlontar dari mulut Sarutobi Asuma barusan membuat ketiga siswa berbeda kelas itu terhenyak. Ketiga pasang mata mereka melebar sepersekian detik.
Darui ikut menambahkan, "Dan kalian harus khawatir karena sederhananya, kalian bertiga dicurigai sebagai tersangka."
-TSUZUKU-
Yosh, ini merupakan fic tema detektif genre mystery/crime author ketiga setelah sebelumnya membuat dua buah yang berjudul 'Kopi Polonium' dan 'Beheaded' di fandom Fairy Tail. :)
Author sudah buat kerangka ceritanya sampai tuntas. Doakan ya supaya bisa selesai. :)
Seperti biasa, terima kasih sudah membaca!
