Theory of Happiness

.

A Fanfiction by OrdinaryFujoshi

Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Cover Image : megumonster

.

.


Chapter 1 : Define Happiness


"Minta satu!" Tanpa menunggu izin dari pemuda crimson di hadapannya, Aomine langsung mencomot satu dari tumpukan cheeseburger yang menggunung di nampan Kagami.

Kagami jelas tidak terima makanan favoritnya diambil begitu saja. "Anjir! Itu punya gue! Aho!"

"Makan yang lain! Itu di nampan masih banyak, bego!" Aomine membekap bungkusan cheeseburger itu dekat dengan dadanya, menjauhkannya dari jangkauan Kagami.

"Nggak! Itu punya gue, bego! Balikin!"

"Gue cuma minta satu, bego!"

"Nggak bisa! Dan jangan panggil gue bego!"

"Tapi lo emang bego!"

"Lo juga bego!"

"Bakagami!"

"Ahomine!"

"Hee?! Lo berani—"

"Kagami-kun, Aomine-kun. Berhenti bersikap seperti anak kecil."

"Kuroko! / Tetsu! Sejak kapan lo disana?!"

.

Siang itu di Maji Burger, masih bersama dengan dua orang coretidiotcoret cahaya yang melepas penat mereka sesudah one-on-one di hari Sabtu yang terik. Tetap dengan sifat kekanakan mereka yang tak pernah mau mengalah satu sama lain. Tetap dengan level ke-idiot-an yang tidak manusiawi. Tetap dengan ketidak-pekaan satu sama lain yang sebenarnya saling suka.

Keduanya terlalu tidak peka−atau mungkin terlalu bodoh−bahkan orang buta pun bisa melihat mereka menyukai satu sama lain. Sebenarnya keduanya sudah sama-sama waspada terhadap perasaan mereka sendiri, tapi tetap disangkal habis-habisan. 'Mana mungkin aku suka pada Aho,' 'Yang boleh menyukaiku hanya aku seorang,' mungkin itu yang ada di pikiran mereka.

Kembali ke Maji Burger, dengan kedatangan bayangan−dan mantan bayangan−mereka yang hawa kehadirannya setipis sehelai rambut dibelah tujuh.

"Aku sudah berdiri di sini sejak tadi," jawab pemuda bersurai baby blue itu dengan ekspresi datar.

"MANA MUNGKIN—" mata Aomine dan Kagami seakan melompat dari tempatnya, terbelalak tidak percaya.

"Aku hanya bercanda. Aku baru datang," jawab Kuroko−masih dengan ekspresi datar−sambil menyedot isi dari gelas Vanilla Shake ukuran sedang di tangannya. Si pemuda nyaris transparan itu mengambil tempat duduk persis di samping Kagami sambil terus menyeruput isi gelasnya.

"Tetsu, lo kesini juga?" Aomine bertanya santai sambil mulai membuka bungkus cheeseburger di tangannya.

"Vanilla Shake di sini enak," sahut Kuroko pelan. "Dan Aomine-kun—"

"Ahomine! Balikin! Jangan lo makan itu punya gue!" seru Kagami memotong ucapan Kuroko, melihat pemuda dim yang duduk di hadapannya sudah membuka mulut, nyaris menyantap cheeseburger yang diminta (baca : dicuri) darinya.

Aomine mengalah kali ini. "Satu gigit doang, ya?" Atau sebenarnya tidak−ia tetap ingin menyantap burger keju itu.

"Ttaku," Kagami mendesis. "Terserah! Satu gigitan!" Jari telunjuk Kagami terangkat, ia memberi izin untuk satu gigitan.

Aomine menggigit burger itu banyak-banyak, berusaha memasukkan sebanyak mungkin bagian dari cheeseburger jumbo Maji Burger yang bahkan lebih besar dari telapak tangannya. Dalam hati Aomine sedikit kesal karena mulutnya tidak sebesar mulut Kagami yang bisa melahap satu burger jumbo sekali gigit. Gigitan Aomine hanya mencakup sekitar sepertiganya. Setelah digigit, burger di tangan Aomine langsung raib seketika, kembali ke tangan sang empunya yang pipinya masih menggembung penuh burger.

"Bha-nyhak amhat shatu ghi..git!" keluh Kagami saat melihat ke arah burgernya─dengan mulut masih penuh.

"Telen dulu itu," jawab Aomine bete.

Kagami tidak menggubris ucapan Aomine. Burgernya yang sudah digigit Aomine sepertiga itu yang jadi target selanjutnya. Tapi entah kenapa cara makannya kali ini lain, biasanya ditelan bulat-bulat, yang ini dikunyah pelan-pelan.

Iris biru pucat Kuroko yang duduk disebelah Kagami membelalak dengan OOC-nya. Ah, ia melihat bentuk lain dari romansa AoKaga. Jiwa fudan Kuroko−yang tertular dari Momoi, dia AoKaga shipper sejati−seakan meledak kepenuhan asupan. Ditambah karena dua pemuda yang badannya jauh lebih tinggi dan kekar darinya itu berbagi segelas cola ukuran jumbo, dengan sedotan yang sama.

'I-Indirect kiss!' jerit Kuroko dalam hati dengan OOC-nya. Rasanya ia langsung ingin memotret tingkah laku dua 'cahaya'-nya yang imut tak terkira ini−lalu segera melapor pada Momoi, tentu saja. Sepertinya kalau sudah berhubungan dengan romansa antar pria sesama 'cahaya' ini, Kuroko bisa jadi sangat OOC, meskipun ekspresi yang terlihat di luar tetap ekspresi datar seperti biasanya.

"Tadi kenapa manggil gue, Tetsu?" Aomine menyandarkan tubuhnya ke kursi Maji Burger dengan santainya.

"Tidak, tidak apa-apa."

.

Selesai rehat sejenak dari one-on-one mereka, baik Aomine maupun Kagami memutuskan untuk pulang saja. Kelihatannya Kagami memesan terlalu banyak−24 cheeseburger jumbo−kali ini. Kuroko sudah tak terlihat dimanapun lagi. Ia sudah undur diri lebih dulu, alasannya ia ada tugas yang harus dikerjakan. Padahal sebenarnya Kuroko hanya mau sedikit laporan pada Momoi atau Kise−yang notabene cukup dekat dengan Aomine dan mendukung hubungan si pemuda dim dengan Kagami−tentang apa yang dilihatnya hari ini. Jelas Momoi akan kecewa berat memutuskan untuk menolak ajakan teman masa kecilnya itu untuk ikut menemaninya one-on-one hari ini.

"Aomine," panggil Kagami pada pemuda bersurai navy blue di perjalanan pulang mereka ke apartemennya.

"Hm?"

"Mampir dulu yak," celetuk Kagami santai, sambil menatap mata sapphire Aomine dalam-dalam. Beruntung saat itu Aomine sedang tidak minum, bisa-bisa ia tersedak ketika disuguhi pemandangan uke manis maji tenshi yang menatapnya dengan semburat merah di pipi, mengundangnya untuk mampir dulu di tempat tinggalnya.

Ah, namanya saja Aomine Daiki. Tingkat ke-mesum-annya sudah tidak terbanding siapapun yang dikenalnya. Jajaran bintang film biru jadi idolanya, daftar film panas menjadi koleksi sekaligus teman malam minggunya. Mendengar ajakan Kagami−jangan lupa ekspresi Kagami saat mengajaknya−pikiran Aomine langsung dipenuhi fantasi kotor, melakukan 'itu' dengan Kagami. Di dalam benak Aomine sudah penuh bayangan Kagami tanpa sehelai benang pun, memohon pada sang seme untuk memperlakukannya dengan lembut—

.

Suara entah dari mana : Wahai kamu author yang mesum, rating fanfic ini emang apaan... Inget rating woy.

.

Aomine menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha menyingkirkan semua pikiran kotor akan rivalnya. Kagami yang masih memperhatikan Aomine, dibuat bingung karenanya.

"Kenapa?"

"Nggak.. Cuma nggak mau punya pikiran kotor—"

Aomine memang bodoh. Hal seperti itu harusnya kan tidak perlu diucapkan. Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, wajah Kagami sudah semerah tomat matang, dan sebuah jitakan keras sudah mendarat di kepalanya yang bersurai biru gelap.

"Itte! Kagami! Kenapa sih lo?!"

"Ahomine!" seru Kagami sambil menutupi sebagian wajahnya yang masih memerah. Jujur saja, tingkat manisnya Kagami jika berkespresi seperti ini bisa membuat gadis dan pemuda dalam radius 50 meter mimisan seketika. Beruntung Aomine habis dijitak dan masih kesal, sehingga tidak terkena efek manis pemuda crimson ini. "Mampir ke rumah gue buat mandi, mandi! Lo nggak mungkin pulang ke rumah dengan pakaian basah kuyup bau keringet gitu kan?"

Ah, Kagami. Perhatian sekali. Calon istri idaman Aomine.

Aomine hanya mengangguk kecil menanggapi perkataan Kagami. Ia tetap berpikir tidak ada orang di apartemen Kagami, sehingga ia bisa curi-curi kesempatan berduaan dengan Ace Seirin itu.

.

"Tadaima," Aomine membuka sepatunya.

"Kok lo sih? Ini kan apartemen gue," Kagami memandang rivalnya heran.

"Gue pengen lo yang jawab 'Okaeri'," jawab Aomine−santai sekali.

Kagami tidak sempat mencerna kalimat Ace Touou tadi. Keburu kedatangan seorang wanita pirang berkacamata yang memang kadang 'main' ke apartemennya. Catatan disini : 'main' bagi Kagami artinya 'ngerusuh'.

"Kagami! You're home~! I've been missing you!" cerocos Alex−nama si wanita pirang itu.

Aomine geleng-geleng bingung. Ia tak paham kalimat si wanita bule berdada besar di hadapannya itu.

"You bring a friend?" Alex langsung nyosor memeluk Aomine. Bagian tubuh atasnya yang hanya terbalut tank-top, menampakkan belahan dadanya, menempal pada perut dan dada bidang Aomine. Aomine dibuatnya sesak nafas tapi juga bahagia dapat kesempatan bersentuhan dengan dada wanita.

"Ah, yes. Actually, Alex, what the heck are you doing here?! Aren't you supposed to be with Tatsuya now?" Kagami kelihatan kesal.

"Just going to visit my cutie-pie Taiga~" Alex masih memeluk Aomine. "My, my! Isn't he Japanese? He isn't looks like one!" tanpa ba-bi-bu Alex nyosor mengecup bibir Aomine. Penyakit 'kissing-monster' Alex−kata Kagami−kumat. Bukan kecupan yang hanya ditempelkan saja, kecupan Alex itu sejenis french kiss yang seharusnya didapat Aomine dari Kagami. Pemuda yang dikecup matanya berubah putih semua. Kulitnya yang remang berubah agak pucat. Pemuda bersurai merah-hitam di sebelahnya sport jantung seketika. Segera Aomine ditarik dari pelukan dan kecupan Alex, didekapnya pemuda dim itu erat-erat. Aomine menang banyak hari ini. Beruntung benar kamu.

"Ah, sorry~" si wanita terkekeh pelan.

"Sorry, my ass!" Kagami makin kesal. "Just what the hell are you doing! Jangan pegang-pegang orang sembarangan dong!" Kagami protes orang 'tersayang'-nya main dicium begitu saja yang bukan olehnya. Tunggu. Tersayang?!

Aomine masih melongo. Kali ini tambah bingung karena Kagami bicara dalam bahasa Jepang dengan si wanita pirang. 'Emang cewek bule ini ngerti yang si Bakagami ini omongin?!'

"Maaf, Taiga~ Temanmu ini imut sekali, aku jadi tidak tahan untuk tidak mengecupnya," Alex mengedipkan sebelah matanya. Aomine kaget. 'Si cewek bule ini bisa bahasa Jepang?!' "Sudah ya, Taiga. Aku harus kembali ke tempat Tatsuya. Aku hanya mengambil yang ketinggalan di sini," Alex berjalan keluar pintu. "Have fun, Taiga~ And make sure you two wear condoms while doing 'it', so it's safe!" Alex melambai pergi.

"OI! IT'S NOT LIKE I'M GONNA HAVE THAT KIND OF RELATIONSHIP WITH THIS GUY! ALEX!" Kagami hampir saja mengamuk.

.

Ah, Kagami. Bukan kamu tidak akan punya hubungan sampai 'anu' dengan Aomine. Kata yang tepat adalah 'belum'. Tunggulah dengan sabar.

.

Apa mau dikata, Alex sudah tidak di ruangan. Kagami masih kesal−dan malu, tentu saja−Aomine masih berbunga-bunga karena dikecup wanita berdada besar atau dipeluk Kagami. Aomine bingung sendiri mana yang lebih membuat bunga bermekaran dalam hatinya bak shoujo manga.

"Oi, Aomine," panggilan Kagami mengembalikan kesadaran Aomine. "Handuk," Kagami melempar selembar handuk warna biru tua pada Aomine. Handuk itu ditangkap dengan baik oleh Aomine. tepat sebelum Aomine masuk ke kamar mandi, Kagami memanggilnya lagi sambil membawa sebuah kotak kecil. "Oi, pilih sabunnya dulu!"

'KAGAMI. LO COWOK APA CEWEK SIH?!'

Aomine semakin kaget ketika kotak di tangan Kagami terbuka. Isinya? Beragam jenis, warna, dan aroma dari sabun cair dan sabun batangan.

"Lo mau pake yang mana?" tanya Kagami malu-malu.

CREP

Panah imajiner menusuk tepat di dada kiri Aomine. Ke-unyu-an dan manisnya Kagami memang di luar akal sehat manusia. Terlalu angel untuk dikatakan manusia. Dalam hati Aomine bertanya-tanya mana sayap Kagami, dan apa jatuh dari surga sakit rasanya. Eeaaa.

"Aomine?"

Entah sudah kali keberapa Aomine spacing out. "Ya, ya," jawabnya malas. Matanya tertuju pada kumpulan sabun di dalam kotak itu. "Yang biasa lo pake yang mana?" tanya Aomine, bermaksud modus menyamakan aroma tubuhnya dengan sang pujaan hati.

"Yang biasa gue pake nggak disini," Kagami menjawab enteng.

'Ah, mungkin sudah di kamar mandi. Aromanya pasti maskulin kan,' pikir Aomine.

"Yang gue pake gue taro deket lemari, soalnya kalo dimasukin sini meleleh. Sayang kalo meleleh, padahal aromanya apel-apel gitu, gue suka."

JLEB

Kali ini bukan panah lagi. Sudah tombak yang menusuk dada Aomine. Ah, asal-muasal aroma apel yang manis kecewek-cewekan Kagami terjawab sudah.

Catatan : Kagami manis tak terkira, Aomine anemia seketika.

Kembali ke masalah sabun. Aomine masih mematung di hadapan sekotak sabun. Kagami mulai gerah menunggu. 'Ah, pilih asal aja kali ya,' akhirnya Aomine mengambil keputusan. Tepat sebelum tangannya terjulur, matanya menangkap warna merah tua dari sabun berbentuk balok dalam kotak.

"Yang ini aja," sabun merah yang terambil. Alasan Aomine sederhana−atau bodoh, sebenarnya−warnanya seperti mata Kagami.

Aomine siap mandi ketika Kagami menghentikannya lagi. "Samponya?"

Andai jeritan batin bisa terdengar, semua kaca di apartemen Kagami pasti langsung pecah akibat jeritan−jeritan manly−Aomine. Tetapi untuk melindungi image kerennya, juga untuk mencegah ketulian Kagami, Aomine memutuskan untuk tetap bungkam. Mungkin mengacuhkan Kagami kali ini lebih baik. Ia berjalan masuk kamar mandi apartemen Kagami dengan santai sambil menenteng handuk. Kagami menyerukan nama Aomine dengan nada kesal. Mungkin ia lelah diacuhkan oleh Aomine. Sabar, Kagami. Aomine takkan mengacuhkan perasaanmu padanya, asal kamu mau berhenti menyangkal perasaanmu.

.

Kurang dari sepuluh menit kemudian, Aomine keluar dari kamar mandi Kagami, topless. Hanya celana basket warna hitam yang menutup tubuh bagian bawahnya. Kagami benar, kaos putih tanpa lengan yang tadi dikenakannya untuk main basket sudah sangat basah. Mungkin kalau diperas juga bisa saking banyaknya air yang terserap di kain itu. "Kagami, pinjam baju," Aomine berjalan menuju kamar Kagami.

"Di lemari!" jawab si tuan rumah.

Kamar Kagami rapi. Beda jauh sekali dengan kamar Aomine. Tidak ada baju berserakan, semua terlipat rapi dalam lemari. Tidak ada buku bertebaran, semua ada di rak, tersusun baik tanpa debu. Bisa jadi karena Kagami sering membacanya, atau malah tidak pernah dibuka sama sekali. Meja di seberang tempat tidurnya rapi. Bawah kasurnya kosong tanpa majalah porno, berbeda sekali dengan Aomine. Dengan hati-hati, Aomine mengambil pakaian dari tumpukan kaos di lemari Kagami. Ia berjalan keluar kamar sambil mengenakan kaos biru laut polos itu.

"Oi, Kagami!" pemuda dim itu berjalan menuju ruang tamu. Terlihat lawan bicaranya duduk tenang di sofa sambil membaca Monthly Basketball−majalah olahraga khusus basket−sambil menunggu gilirannya mandi.

"Hm," respon pemuda itu hanya bergumam.

"Thanks ya," si pemuda dim duduk di lantai, persis di depan sofa tempat Kagami setengah tiduran.

"Ya," si pemuda bersurai merah-hitam hanya menjawab dengan satu kata, tenggelam dalam lembaran majalah di tangannya.

"Oi," Aomine memanggil.

"Kenapa sih?" Kagami menurunkan majalahnya. Agaknya ia terganggu karena Aomine mengganggunya membaca majalah. Asal tahu saja, yang sedang dibaca Kagami kan wawancara dan berita tentang Aomine. Wajar ia tak mau diganggu, bahkan oleh Aomine-nya sendiri.

Aomine terdiam. Sebenarnya tidak ada apa-apa. Hanya memanggil asal saja, supaya Kagami melihat ke arahnya dengan wajah manisnya−menurut Aomine−yang tetap manis meskipun ia marah atau kesal. Mungkin kalau ia bilang 'Nggak ada apa-apa, kok' sambil senyum-senyum, ia akan dihadiahi bekapan bantal sofa sampai bengek. Kalau didiamkan saja dan sok tidak memanggil, mungkin sebuah jitakan kesal akan mendarat di kepalanya. Kalau dia menjawab dengan hanya tertawa-tawa, semuah tendangan mulus mungkin akan mendarat di bokongnya. Bukan karena Kagami sadis, tapi keduanya memang selalu seperti itu. Tidak ada yang sanggup menandingi sadisnya Akashi, juga tidak ada yang maso diantara keduanya.

Akhirnya dengan canggung, Aomine berdiri dan pamit pada Kagami. Ia sedikit menunduk untuk berpamitan dengan Kagami, "Gue balik ya."

Lalu, CUP.

Satu kecupan manis mendarat di kening Kagami. Keduanya kaget. Kagami, karena tiba-tiba tak ada angin, tak ada badai, gempa bumi, atau tsunami, Aomine bersikap manis sekali padanya. Aomine, karena refleks mengecup 'calon istri'-nya ketika ia akan meninggalkan rumah.

Wajah keduanya memanas seketika. Tanpa bicara Aomine memilih lari keluar sebelum keadaan menjadi lebih awkward diantara mereka. Kagami masih terpaku, kedua tangannya memegangi kedua pipinya yang memerah seakan pipinya yang tembem itu hendak jatuh saking malunya dia.

.

.

Ah, sayang−atau mungkin, untungnya−baju yang melekat di tubuh Aomine sekarang adalah baju Kagami, dan baju Aomine sendiri masih ada di tempat Kagami. Mau tak mau Aomine pasti harus mengambilnya. Masalah bagaimana ia harus mengambil barang di apartemen milik calon bini maji tenshi-nya itu bisa dipikir nanti. Bagi Aomine, yang lebih penting sekarang sepertinya bagaimana ia bisa menjelaskan pada Kagami ketika ia menanyakan soal kecup-mengecup ini. Bagaimana jika Kagami menanyakan bagaimana rasanya bisa mengecup kening pemuda crimson itu? Masa Aomine akan menjawab 'Berasa terbang ke atas awan'?

Sesudah Aomine pergi, Kagami masih membeku di tempatnya. Bukannya ia tidak senang, malah 180 derajat kebalikannya. Apa yang akan dilakukan Kagami setelah ini? Menanyakan Aomine kenapa ia mengecup keningnya? Atau bagaimana ketika pemuda dim itu datang hendak mengambil barangnya yang tertinggal? Ah, mungkin sebaiknya Kagami lebih fokus meredam rasa kebahagiannya yang meluap-luap terlebih dahulu.

.

.

Arti kebahagiaan? Aomine dan Kagami sama-sama tidak tahu. Atau mungkin belum tahu. Tapi... Bahagia itu sederhana, kan?

.

.

to be continued...?


Ordinary's Note :

Haaaaiiii~~~~ Akhirnya post di akun sendiri.

Nggak bosen kan baca tulisanku yang sering gaje ini?

Readers : BOSEEEEENNN /glek

Moga-moga itu cuma halusinasi saya :v

AARRGGGHHHH KAGAMIIII KAU MEMBUNUHKU. STOP BEING TOO CUTE, I BEG YOU :'''' Dan Aomine, LAGI LAGI KAMU MAIN NYOSOR YAH. DI FIC INI KAMU MENANG BANYAK. OKE. SEKALI INI SAYA AMPUNI. /caps nak

Kuroko terlalu OOC? Ah. My bad. Semua itu terjadi di setiap AoKaga multichapter yang saya tulis /padahal ini fic multichap pertama

Aku lebih hobi jadiin Kuroko diam diam fudan yang ngeship AoKaga. Momoi yang ngeship sampai mati. Kise yang nggak berenti nyerocos tentang imutnya mereka. Rasanya klop aja gitu, dan lebih berasa ketika makin banyak orang yang ngedukung hubungan mereka. Aku bahagia untuk AoKaga... /terharu

Bagi yang pernah liat beberapa bagian kayak mirip fanart atau apapun di tumblr, pinterest, twitter, facebook, dan lain sebagainya... Itu memang karena aku dapet pencerahan dari sana. Unsur memang disengaja, dan saya sangat berterimakasih pada semua fanartist yang memberi saya asupan yang cukup, sehingga saya bisa lulus dengan nilai yang baik dan memuaskan /loh

Dibuat berdasarkan permintaan dari Cik Ffureiya dan segenap teman di grup Line AoKaga Indonesia yang pengen AoKaga fluff-romance. Semoga fluff-romancenya kerasa, juga humor yang mengalahkan garingnya kitakore. Status terakhir Ordin soalnya sedang dalam training nulis fluff dan humor, jadilah fanfic ini.

Jadi... Gimana? Lanjut? Or delete? :'v

Reviewnya yah~~!