Disclaimer dulu kawan-kawan!

Naruto dibikin, tentu saja, oleh Om Kishi.

Truly Madly Deeply adalah lagu Savage Garden, ditulis oleh Darren Hayes & Daniel Jones. Dipublikasikan secara internasional oleh Columbia Records pada tahun 1996.


Aku terus memandang ke arahnya. Rambut hitam, mata hitam. Kulit bagaikan salju. Bagaimana dia melempar kunai dengan tepat pada sasaran. Anak laki-laki kecil yang pulang dijemput kakaknya.

Hari ini dia sendirian. Sendirian di tepi sungai. Memandang kejauhan dengan mata dingin. Orang bilang dia kehilangan seluruh keluarganya. Aku ingin mendekat, mengajaknya bicara, tapi... aku tak bisa...

Sejak hari itu binar di matanya menghilang.

Dan aku, aku... Hanyalah anak kecil yang sebatang kara. Semua memandangku dengan mata merendahkan. Salah apakah aku? Apakah aku bukan manusia seperti yang lain? Apa aku ini kutukan? Tak pernah ada yang melihat apa yang kulakukan benar. Mungkinkah... mungkinkah... karena semua ini... orangtuaku membuang anaknya...?

Tapi aku tidak pernah berhenti memandangnya. Walau hal itu makin membuatku kecil tanpa arti. Sang Tuan Muda Sempurna, sementara aku hanyalah anak kecil yang harus membuat onar agar bisa dilihat, agar tidak menjadi daun kering di halaman rumah.

Dia lulus ujian, tentu. Dengan nilai penuh. Dan aku... hanya bisa memandangi anak-anak lain yang dijemput orangtuanya dari ayunan kecil ini, berceloteh gembira karena lulus.

Aku terus memandanginya. Memandangimu, Sasuke. Kau pulang melangkahkan kaki sendirian saat senja hari. Aku ingin menghampirimu, menemanimu pulang ke apartemenmu yang sepi itu. Tapi aku tahu, aku amat tidak pantas. Si Bodoh yang tiga kali tak lulus ujian tak pantas bersama Tuan Muda Sempurna yang bisa segalanya.

Tapi malam ini Mizuki-sensei memberitahuku, kalau bisa satu jurus saja dari gulungan terlarang, pasti aku lulus. Aku ingin kau melihatku lulus, Sasuke... Mungkin saja, mungkin saja aku bisa...

Ternyata, ternyata... ada siluman dalam diriku... Aku memang... memang...

Kenapa Iruka-sensei menolongku? Kenapa? Kenapa masih ada yang memandangku sebagai manusia? Aku tak percaya... Apakah ini yang disebut kasih sayang tanpa syarat?

Tapi malam penuh ketegangan ini berakhir bahagia, Sasuke. Aku bisa mengejarmu besok.

Dan hari ini tim genin akan dibagi. Sangat kuberharap bisa bersamamu, meskipun aku selalu menyembunyikannya. Yang kubiarkan semua orang lihat adalah aku menganggapmu rival, dan yang kusukai adalah Sakura-chan.

Aku tak tahu keberuntungan apa yang menaungiku hari ini, kita dijadikan satu tim. Tapi aku juga takut, orang sepertimu satu tim denganku, jadilah kuprotes. Dan aku iri mengapa kau begitu dikagumi, jadilah kupelototi wajahmu lekat-lekat untuk memuaskan rasa ingin tahuku.

Dan terjadilah insiden itu. Mendadak tubuhku terjatuh ke depan dan bibirku menyentuh bibirmu. Beberapa kali aku mengobrol dengan anak-anak laki-laki yang lainnya. Segerombolan anak lelaki yang baru puber bicara tentang ciuman pertama, saling menyombong pernah mencium gadis cantik, meski aku yakin semuanya hanya bohong belaka. Tapi denganmu Sasuke, ini sungguh nyata. Bagaimana lembut bibirmu terasa, bagaimana kehangatannya, aku percaya itu semua akan melekat erat dalam pikiran dan hatiku selamanya. Dan aku cukup beruntung, setelah insiden ini hanya para nona yang menghajarku, bukan dirimu, meski aku telah mencuri ciuman pertamamu, padahal kau pasti berharap mendapatkannya dari seorang gadis cantik yang serasi denganmu.

Dan tahukah kau, Sasuke, saat aku diikat di tonggak latihan tanpa makanan karena tak bisa merebut lonceng dari Kakashi-sensei dan kau mengulurkan bentomu padaku, aku sangat terharu. Saat itulah aku merasa pertama kalinya benar-benar punya teman, dan persahabatan itu, terulur dari tanganmu.

Tapi aku terus memilih untuk memberi makan egoku ini, ego manusia kerdil ini. Selalu merasa kehausan untuk membuktikan diri. Rivalitas yang tadinya hanya akting, sekarang tidak kurang nyata dari Tebing Hokage. Bodohnya aku ini...

Dan kau, Sasuke, setelah semua sikapku, kau rela menukar nyawaku dengan hidupmu sendiri, melindungiku dari hujan jarum es Haku. Dan ketika kutanyakan kenapa kau mau melindungi aku yang bersikap penuh ketidaksukaan padamu ini, kau menjawab "Mana kutahu, badanku bergerak sendiri, Bodoh.". Dan kaubilang lagi, kau tidak mau kehilangan orang yang kausayangi sekali lagi... Tapi mengapa kau rela kehilangan nyawamu sendiri, padahal aku ingin bersamamu? Tidak, Sasuke, jangan, jangan pergi!

Syukurlah, syukurlah kau selamat. Jangan lagi kau menggantung nasib jantungku dengan berada di ujung jurang kematian.

Kenapa harus ada makhluk macam Orochimaru, yang menggodamu dengan kekuatan. Sasuke, tolong jangan terpancing.

Dan dia, kakakmu, kembali ke desa, mengembalikan segala dendammu ke kepala. Dan rasa laparmu akan kekuatan menyeruak keluar. Dan aku, Sasuke? Dengan bodohnya aku memilih egoku lagi.

Dan malam itu kau pergi. Kami berlima bertaruh nyawa mengejarmu. Tapi begitu berhasil menyusulmu... Aku berkata bahwa kau sudah seperti saudaraku sendiri. Itu bohong Sasuke... perasaanku padamu bukan rasa persaudaraan...

Dan aku benar-benar super bodoh, seperti yang selalu kau ledek. Aku memilih jalan kekerasan untuk menghentikanmu. Walau jauh di lubuk hati, kita berdua saling mengerti, saling memahami.

Dan kau benar-benar pergi meninggalkanku... Betapa lemahnya aku, tak mampu mencegahnya...

Terbalut perban di rumah sakit, aku terus merenung. Apakah jika aku mengungkapkan aku mencintaimu, kau akan tinggal? Apakah jika aku memohon, kau tak akan pergi? Tidak, kau hanya akan jijik padaku dan makin mantap untuk pergi...

Menurut Ero-sennin, suatu kebodohan apabila aku masih bertekad untuk mengejarmu. Tapi biarlah, aku sudah kenyang disebut bodoh, dan disebut keras kepala pun aku tetap akan mengejarmu, Sasuke. Mana bisa aku tinggal diam melihatmu digerogoti dendam. Orochimaru hanya mengincar tubuh baru, kau tahu kan?

Kita bertemu lagi Sasuke. Dan menurutmu, harusnya aku berlatih agar bisa jadi hokage daripada mengejarmu seperti ini. Tapi aku tak ingin kau jatuh...

Sakura bertanya padaku, "Apa kamu menyayangi Sasuke, Naruto?"

"Sangat." Jawabanku hanya perlu satu kata.

Kami berdelapan mencarimu lagi. Pasti bisa, pasti bisa. Kali ini aku akan menjemputmu pulang. Kita akan bersama lagi.

Kabar yang kami dapat adalah Itachi tewas dan kau kritis. Tapi yang kami temukan hanyalah puing...

Dan aku sangat bingung, mengapa waktu itu Itachi berkata mungkin saja kau akan menghancurkan Konoha. Aku tak mau memilih salah satu antara kau atau kampung halamanku, aku akan berusaha memperoleh keduanya. Dan di mana kau? Kenapa perasaanku tak enak? Apa sekarang kau bahagia?

Saat Hinata berada di antara aku dan Pein, yang terbayang adalah dirimu. "Aku di sini karena aku menginginkannya." Di mataku itu adalah kau saat melindungiku dari serangan Haku. Itu kau, kau... Ya, aku berdelusi, dan kubiarkan diriku tenggelam di dalamnya, membuatku lepas kendali.

Lingkaran dendam yang dikatakan Pein, bagaimana memutusnya? Bagaimana caranya, agar tak ada lagi orang yang harus menanggung beban sepertimu? Bisakah aku menjawabnya?

Ternyata Itachi benar. Karena dendammu kau berusaha menghancurkan desa kita yang sudah hancur lebur. Akhirnya aku tahu yang sebenarnya tentang Itachi. Fakta yang membuat hatiku perih, balas dendammu menggerogotimu, tidak menyisakan apa-apa selain kehampaan dan penyesalan. Melihatmu seperti itu sungguh sangat menyakitkan. Tapi sudah kukatakan, aku tak mau memilih salah satu antara Konoha atau kau. Aku percaya, di dalam hatimu, masih ada Sasuke yang dulu memberikan separuh bentonya padaku.

Kita pun bertarung, babak belur, berlumuran darah. Mungkin memang harus begini. Tak ada bedanya dengan saat di Lembah Akhir. Tapi tidak juga, setidaknya kali ini kita bisa mendapat ujung cerita yang bahagia. Akhirnya.

"Maaf membuatmu menunggu lama, Sasuke."

Dan kau pulang. Pulang. Kembali.

Dengan kekeraskepalaanku aku jungkir balik berjuang agar kau tidak dihukum, agar kau diampuni. Harusnya bisa, kau membunuh Orochimaru, kau punya segepok informasi tentang Akatsuki. Berhasil, berhasil, syukurlah... Kita bisa bersama-sama lagi sekarang.

Kita selalu bersama tiap misi. Bersama tiap hari. Meskipun begitu hal itu tidak membuat semuanya jadi lebih mudah. Aku terpaksa mati-matian menekan perasaanku. Mencintai sahabat sendiri sama sekali tidak mudah, kau tahu kan Sasuke? Aku bisa kehilangan kau lagi, ada di sebelahku tapi tak terjangkau tangan ini.

Kau akan menganggapku berlebihan, Sasuke, berpikir ini hanyalah kata-kata tanpa makna, tapi aku akan jadi seseorang yang selalu mencintaimu, menjadi apapun yang kau butuhkan, menjadi harapanmu. Tahu tidak, aku mencintaimu dalam setiap tarikan nafasku. Seiring berjalannya waktu, rasa ini kian lama kian tumbuh besar. Kau adalah salah satu alasanku hidup. 1)

Aku memendam rasa ini begitu lama. Berat sekali melawan ketakutanku. Butuh bertahun-tahun untuk mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan semuanya. Waktu yang sama lamanya dengan yang dibutuhkan untuk mendaki tangga menjadi hokage. Saat ini aku hanya ingin kau tahu aku mencintaimu, aku akan selalu ada untukmu. Aku tak punya harapan apapun, kecuali tetap bisa menjadi sahabatmu. Hanya itulah harapanku, yang sekarang sedang kupertaruhkan.

Setidaknya aku yang sekarang sudah cukup layak mencintai seseorang.

"Aku mencintaimu jauh dari lubuk hati Sasuke, sejak dulu, sekarang, dan akan selalu begitu."


1) Bagian inilah yang saya comot dari lirik Truly Madly Deeply. Dasar, pakai main comot lagu orang, hehe *digetok*. Ceritanya saya bingung pake kata-kata apa yang tepat buat mendeskripsikan perasaan Naruto ke Sasuke, pikir punya pikir, Truly Madly Deeply yang pas.

Astaga, selera musik saya jadul ya. Itu lagu jaman saya SD, hehehe. Tapi lagunya emang bagus kok. Yang manusia angkatan lama macem saya ini, hayo, masih inget nggak lagu itu? Penasaran ma lirik aslinya? Tanya mbah Google, wkwkwk. Mau liat klipnya cari aja di YouTube ^ ^.

Fanfic Kakashi belum selesai, malah nulis ini. Yah, gak papa lah, buat selingan, siapa tahu ide fanficku yang itu malah nongol lagi dengan kesegaran. Lagipula, pairing favorit saya tuh NaruSasu.

Ya wis, tulisan bukan cerita ini cukup segini saja. Terima kasih buat yang udah baca.