Disclaimer : Fili dan Kili milik The Hobbit dan The Hobbit milk J.J.R TOLKIEN.
Warning : Modern AU
Note : Author baru, dan fic pertama. mohon maaf jika banyak kesalahan, please jangan kutuk saya jadi apapun :D
Aku terbangun, semuanya gelap. Perlahan ku raba mataku. Perban? Ku telusuri perban yg membalut mataku, berharap menemukan ujung perban ini dan bisa melepasnya. Namun, sepasang tangan hangat tiba tiba menahan aktivitas ku.
"siapa?" tanyaku.
"ini aku, pamanmu" jawabnya. Aku mengenal suara itu, paman Richard.
"paman, apa yg terjadi? Dan dimana ini?" ku rasakan tangan hangat paman menggenggam tanganku.
"kita di rumah sakit. Apakah kau ingat kecelakaan itu?" pamanku balas bertanya.
Tunggu... Kecelakaan? Yg aku ingat hanyalah mobil yg kami tumpangi jatuh ke jurang. Dan serpihan kaca menusuk ke 2 bola mataku. Aku juga masih bisa merasakan hangatnya darah yg mengalir di pipiku, sebelum semuanya gelap.
"paman, dimana kakakku?" tanyaku saat menyadari bahwa bukan hanya aku yg kecelakaan hari itu.
"kakakmu... Kakakmu ada di kamar sebelah."
"apakah dia baik baik saja?"
"ya begitulah" jawabnya singkat, namun tersirat keraguan.
2 hari yg lalu, perban mataku telah di buka. Dan saat itu juga aku bertanya pada paman, siapa yg mendonorkan matanya? Tapi dia hanya terdiam lalu pergi keluar. Disaat seperti ini aku selalu berharap kakakku datang lalu kami pulang bersama.
Tiba tiba pintu terbuka menampakan paman Richard di sana.
"kili, kau sudah bisa pulang sekarang." ujar pamanku dengan wajah berseri.
"benarkah?" tanyaku meyakinkan.
"iya. Dokter bilang kesehatanmu sudah pulih" jelas pamanku
"lalu bagaimana dengan kak Fili? Apakah dia juga akan pulang sekarang?"
Tiba tiba pamanku terdiam dan hanya membalas dengan gumaman tidak jelas.
"paman?" desak ku. Namun dia hanya tersenyum tipis
"apakah kau benar benar ingin bertemu dengan kakakmu?" tanya paman dengan mata yg mulai berkaca kaca.
"tentu! Aku sangat merindukannya."
"baiklah jika itu maumu"
"paman, kita akan kemana?" kulirik pamanku yg hanya tersenyum. "dimana kakak? Kenapa kita ke pemakaman umum?" lanjutku.
Paman menghentikan langkahnya tepat di depan kuburan yg masih di taburi bunga. "kau bilang kau ingin bertemu kakakmu?" ku anggukkan kepalaku perlahan.
Paman lalu menuntunku mendekati kuburan itu. "disinilah kakakmu." ujar paman sambil mengusap batu nisan yg bertuliskan nama kakakku.
Nafasku tercekat, mataku memanas, jantungku terasa berhenti berdetak. Perlahan tubuhku merosot karena kakiku terasa lemas.
"Kili!" pamanku merangkul tubuhku.
"kak Fili!" Tubuhku bergetar hebat. Air mata dengan deras mengalir di pipiku. "paman, kenapa... Kenapa kak Fili meninggalkan ku?"
"kau harus kuat Kili." ujar paman sambil mengusap punggungku.
"kak Fili..." gumamku lirih. Ku peluk tanah merah itu. Persetan dengan bajuku yg sudah pasti akan kotor.
Saat tangisanku mulai mereda, ku tolehkan kepalaku kearah paman yg masih menangis dalam diam.
"paman, apakah kak Fili yg mendonorkan matanya?" tanyaku, disusul anggukan pelan paman Richard.
"sebelum meninggal, kakakmu meminta agar matanya di donorkan padamu." pamanku menjeda kata katanya. "lalu dia berkata, 'biarkan Kili melihat dunia dengan mataku'." lanjutnya gemetar.
Air mata kembali memenuhi kelopak mataku. Rasa sesak di dadaku semakin menjadi jadi, sehingga aku tidak tahu harus berbuat apa lagi selain menangis.
END
