Konnichiwa minna-san! Assalamualaikum! ^o^/

Ketemu lagi sama Sun, pada kangen ya? *dilempar panci*. Maaf ya kalo sun suka lama BANGET ngupdate fic-fic sun. Maklum sibuk, hihi :D

Kali ini sun mau mempersembahkan sebuah fic sederhana requestan dari temen Sun yang namanya Hikaru Minami (Hika-chan). Baru kali ini Sun bikin fic berdasarkan request, hohoho.. Maaf ya kalo gak sesuai dengan selera. Sun juga minta maaf *minta maaf mulu ni anak* kalo gak bisa menuhin request dari temen-temen yang lain.

Yosh, segitu dulu kata pembukaannya. Selamat membaca,.

Don't like don't read

Judul : Mencintai Bulan

Author : Sun Setsuna

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Warning : Typo(s), AU

Genre : Friendship, Romance, dan Humor

Summary : Bisakah Aku Mencintai Bulan?

Pagi hari dibawah langit biru. Seperti biasa, matahari masih terbit disebelah barat dan manusia masih diberi kesempatan untuk menghirup oksigen dengan gratis. Suatu hal yang seharusnya disadari dan disukuri oleh setiap jiwa yang masih merasakan ruh tetap melekat pada dirinya…..

Ditengah kesibukan lalu lintas, para pedagang, dan berbagai profesi lainnya, terdapat seorang gadis muda yang masih harus banyak belajar agar dapat memahami hidup ini.

-Mencintai Bulan-

Sakura's pov

Hai semuanya! Perkenalkan, Namaku Sakura Haruno. Panggil saja aku Sakura. Terkadang aku juga dipanggil dengan sebutan Sakura si ceroboh, begitulah aku, hehe

Saat ini aku sedang duduk dikelas X disebuah sekolah swasta di Konoha. Aku ini anak yang kurang popular dan sering dianggap aneh disekolah, jadi tidak mudah bagiku untuk mendapatkan teman. Belum lagi karena sifatku yang pemalu, atau lebih tepatnya malah malu-maluin, hehe... Tapi setidaknya sekarang aku sudah mendapatkan beberapa orang teman. Diantara mereka, yang paling akrab denganku adalah Uzumaki Naruto. Dia adalah kakak kelasku. Seorang pemuda berambut kuning dengan mata birunya yang menurutku sangat indah.

Aku dan dia menjadi arab karena kami punya banyak persamaan. Diantaranya adalah, kami sama-sama kurang popular *bangga*, ceroboh, pemalu, penyayang binatang, dan yang paling penting adalah, kami sama-sama suka dengan anime! Yeah! Hidup anime! ^o^/

"Hei Sakura! Kau mau minum apa?" Tanya seorang pemuda berrambut duren dengan setengah berteriak kepadaku. Dialah Naruto, Uzumaki Naruto.

"Seperti biasa saja!" jawabku sambil mengangkat tangan dengan berteriak pula.

Saat ini kami sedang berada dikantin. Kantin disini sangat penuh. Jika bukan karena banyaknya pepohonan yang dtanam oleh kepala sekolah kami, Pak Hashirama, pasti kantin ini sudah terasa seperti gurun sahara.

Setelah 'perjuangan' yang cukup menguras tenaga, akhirnya kami berhasil mendapatkan menu makan siang kami. Seporsi mie ayam untuk Naruto, serta nasi campur untukku. Dan tentu saja minuman favorite kami, air putih, haha..

"Hei Sakura, apa tidak apa-apa kau makan sebanyak itu setiap hari?" tanya Naruto dengan wajah heran sambil memperhatikan porsi makanku yang bisa dibilang tidak wajar untuk ukuran wanita. Sepiring penuh nasi yang disiram dengan sayur sop, plus dua buah tempe dan tahu.

"Kenapa memangnya?" tanyaku sambil meletakkan makan siangku dimeja dan duduk disalah satu bangku yang ada dikantin ini.

"Makanmu banyak sekali. Jangan-jangan kau ini sebenarnya…" ucap naruto menggantungkan kaimatnya.

"Apa?" tanyaku penasaran.

Naruto mendekatkan kepalanya dan membisikkan sesuatu ditelingaku.

"Jangan-jangan sebenarnya kau ini…..seorang pria," bisik makhluk kuning itu dan langsung kuhadiahi sebuah jitakan keras dikepalanya.

Bletak!

"Sakit!" teriaknya meringis sambil mengusap-usap kepala kuningnya.

"Salah sendiri ngomong yang macam-macam," elakku sambil menahan kedutan yang muncul didahiku.

Ucapan Naruto tadi membuatku semakin lapar. Kalian pikir tidak ada hubungannya ya? Tentu saja ada. Maarah itu membuat energy kita terbuang percuma. Hah~ Aku semakin tidak sabar untuk menyantap menu utama yang sudah membuat cacing-cacing diperutku berjoget.

Kutatap makanan didepanku dalam-dalam. Sebenarnya bosen juga sih makan seperti ini hampir setiap hari. Tapi mau bagaimana lagi. Dengan uang makan siang Rp. 6.000 sehari yang diberikan ibuku, cuma ini yang bisa kudapatkan. Keluargaku bukan dari kalangan berada, jadi yang penting bagiku adalah tidak kelaparan selama disekolah itu sudah cukup bagiku.

"Kau sendiri bagaimana Naruto? Kenapa tiap hari makan mie ayam?" tanyaku membalas pertanyaan Naruto tadi.

"Em? Emmak," jawabnya dengan mulut penuh dengan mie dan malah terdengar seperti dia sedang memanggil emaknya, haha..

"Hei Naruto, apa kau tidak tahu ya kalau mie ayam itu berbahaya?"

"Bahaya darimana nya? Memangnya mie ini terlihat akan meledak dimulutku? Haha.." tawanya seolah meledek ucapanku barusan. Benar-benar mengesalkan makhluk dihadapanku ini.

Walaupun kami akrab, bukan berarti kami tidak pernah cekcok atau kesal satu sama lain. Tingkah Naruto yang semaunya dan sering mengabaikanku membuatku kesal dan frustasi. Rasanya pengen aku cukur botak aja rambut dikepalanya itu! Emangnya enak apa dicuekin? Padahal kan aku cuma ingin lebih akrab dengannya. Huft, benar-benar menyebalkan. Tapi aku juga menyadari kalau akupun sering membuatnya kesal, hehe. Mudah-mudahan saja tidak ada pertengkaran yang akan merusak pertemanan kami ini. Tapi untuk sekarang, sepertinya aku akan memberikan sedikit pelajaran baginya, fufufu..

"Oi Naruto! Memang kau belum pernah dengar 'se-su-a-tu' tentang mie ayam yang sedang kau makan itu ya?" tanyaku lagi dengan memberikan penekanan pada kata sesuatu.

"Ada apa memangnya?" tanyanya dengan tampang polos. Sepertinya ini akan semakin menarik, fufufu..

"Asal kau tau ya, Naruto. Para pedagang mie ayam itu mencampurkan boraks kedalam mie nya supaya lebih awet. Untuk menghemat biaya produksi, ayam yang mereka gunakan juga berasal dari ayam tiren alias mati kemaren, atau bahkan kemarinnya lagi. Dan saus yang mereka gunakan juga berasal dari cabai dan tomat busuk. Supaya tetap terasa enak, mereka juga menggunakan minyak babi didalamnya. Begitu yang aku liat di berita."

Glek!

"Be-benarkah seperti itu Sakura?" Tanyanya yang baru saja menelan sisa mie ayam yang ada dimulutnya dengan bantuan seteguk air.

"Tentu saja." Jawabku sambil mulai menyantap makanan didepanku dengan santai. Tapi tidak dengan Naruto, mukanya langsung tampak pucat dan keluar keringat dingin. "Hei hei, kau kenapa Naruto?" tanyaku pura-pura khawatir.

"Aku jadi tidak nafsu makan lagi," jawabnya sambil meletakkan sendok dan garpu yang sedang digenggamnya dan langsung membuatku merasa tidak enak.

"Maaf Naruto, aku tidak bermaksud membuat nafsu makanmu hilang." Ucapku mencoba meminta maaf. Aku tidak menyangka kalau akan sampai seperti ini. Bisa repot kalau dia sampai tidak makan dan sakit karena aku. "Kau tenang saja Naruto, penjual mie ayam disini, Paman Teuchi, tidak mungkin berbuat seperti itu. Dia itu orang baik. Dia tidak sama dengan pedagang-pedagang curang itu." Ucapku mencoba menghiburnya,

"Hm," jawabnya dengan ekspresi yang masih sama seperti sebelumnya. Wajahnya semakin tertunduk dan pucat seolah baru saja melihat setan.

"Ayolah Naruto, jangan buat aku jadi merasa bersalah begini." Bujukku lagi, tapi tidak berpengaruh padanya. Sepertinya dia benar-benar jadi tidak nafsu makan. Sial! "Baiklah Naruto, akan kulakukan apapun supaya nafsumu kembali," bujukku untuk yang terakhir kali.

"Apapun?" tanyanya pelan. Tampak dia mulai memberikan respon terhadap bujukkanku.

"Iya, apapun," jawabku yakin.

"Apapun?" tanyanya lagi dan malah membuatku merinding saat melihat senyuman menyeringai dibibirnya.

"I-iya,"

"Kalau begitu…." Ucapnya menggantung dan membuatku jadi semakin ngeri.

"A-apa?"

"Buka bajumu,"

"Eh? DASAR HENTAI!" teriakku memenuhi seluruh ruangan kantin.

Gara-gara teriakanku tadi, semua anak yang ada dikantin mulai menatap kearah meja kami dengan tatapan aneh.

"AAAA! Aku malu!" teriakku sambil menutupi wajahku dengan kedua telapak tangan.

"Yang seharusnya malu itu aku!" teriak Naruto dengan wajah merah.

"Eh? Begitu ya?" tanyaku dengan memasang tampang tidak berdosa.

"Kau ini apa-apaan sih Sakura? Teriak seperti itu didepan umum, malu tauk!"

"Salah sendiri, siapa suruh ngomong kayak tadi."

"Aku kan cuma bercanda tadi. Lagipula aku tidak tertarik dengan dadamu yang rata itu," ucapnya sambil menyandarkan punggungnya pada bangku yang sedang didudukinya.

"Apa kau bilang barusan, hah?" tanyaku pura-pura tidak mendengar.

"Dada rata,"

Buak!

Sebuah hantaman maut kuberikan (lagi) diatas kepala kuningnya itu.

"Sakit!" teriaknya namun tidak kuhiraukan.

Normal pov

"Hei Naruto, kau kenal dengan orang yang disana tidak?" Tanya Sakura malu-malu sambil menunjuk sesosok pria yang sedang duduk seorang diri sambil menikmati nasi goreng sebagai teman makan siangnya.

"Hm? Yang mana?" Tanya Naruto yang sejenak menghentikan suapan mie ayamnya. Tampaknya dia sudah tidak terpengaruh dengan cerita Sakura tadi. Pemuda bermata biru itu mencoba mengarahkan pandangannya kearah tunjukan Sakura. "Yang rambutnya kayak pantat ayam itu?" tanya Naruto mencoba meyakinkan tebakannya itu.

"I-iya," jawab Sakura dengan wajah memerah.

"Oh yang itu, Namanya Uchiha Sasuke. Dia teman sekelasku." Jawab Naruto sambil kembali meneruskan makan siangnya yang tadi sempat tertunda.

"Eh? Yang benar Naruto? Jadi kau kenal dengannya?" Tanya Sakura sambil menggoyang-goyangkan bahu pemuda dihadapannya itu

"Hei Sakura, tenang! Aku jadi tidak bisa makan nih!" seru Naruto merasa terganggu.

"Ma-maaf," ucap Sakura melepaskan cengkramannya dari bahu Naruto. "Jadi, kau benar kenal dengannya?"

"Tentu saja, ngapain juga aku bohong. Bahkan kami sudah dua tahun dikelas yang sama."

"Cukup lama juga ya," komentar Sakura sambil kembali mengarahkan pandangannya pada pemuda bernama Sasuke tadi. 'Dia…. Seperti bulan,' batin Sakura memandang lekat-lekat pemuda tersebut dengan wajah tersipu-sipu.

"Kenapa? Kau suka ya?"

"Eh? Da-darimana kau tahu?" Tanya Sakura panik.

"Dari wajahmu saja sudah ketahuan. Dan ucapanmu barusan semakin membuktikannya, haha.. dasar bodoh."

"Huft.." tanggap Sakura manyun.

"Kau yakin suka dengannya?"

"Iya, yakin 100%," jawab Sakura semangat sambil mengcungkan kedua jempol tangannya dengan yakin.

"Tapi banyak lho cewek yang suka sama dia." Seketika itu juga ucapan Naruto langsung membuat Sakura tertunduk lesu.

"Sudah kuduga~," ucap Sakura dengan bayang-bayang suram dibelakangnya.

"Tapi aku akan mendukungmu, aku rasa kau wanita yang cukup baik untuknya," tambah Naruto sambil menunjukan cengiran khasnya dan membuat Sakura kembali ceria.

"Terima kasih Naruto! Kau memang temanku yang paling ganteng, haha.." puji Sakura dengan mata berbinar-binar karena akan mendapatkan bantuan dari Naruto.

"Giliran ada maunya aja pake muji segala, dasar kau ini," tanggap Naruto sweatdrop.

"Hehehe…" tawa Sakura sambil menggaruk-garuk kepalnya. "Kalau begitu, boleh aku minta nomer hapenya?" Tanya Sakura penuh harap.

"Tidak bisa."

Gubrak!

"Eh? Kenapa? Katanya kau mendukungku." Tanggap Sakura sebal.

"Aku tidak bisa memberikan nomernya begitu saja, dia tidak suka kalau nomernya diberikan kesembarang orang."

"Ya sudahlah kalau begitu." Ucap Sakura pasrah. "Kalau boleh tau, Sasuke itu orangnya seperti apa?"

"Um.. Sasuke itu…. orangnya rada cuek, jutek, dan dingin." Jawab Naruto mencoba mengingat ingat sifat teman sekelasnya itu.

"Hah~ kalau begitu akan sulit didekati." Keluh Sakura sambil menahan dagunya dengan tangan kirinya.

"Tidak juga. Terkadang dia juga bersikap ramah dan menyenangkan. Banyak juga kok cewek-cewek yang suka ngobrol dengannya."

"Bener-bener banyak saingannya, hah~"

"Ya begitulah kalau suka sama orang cakep, haha… Tapi aku juga tidak tahu apa Sasuke benar-benar suka berbicara dengan mereka. Dia itu orang yang misterius. Dan tampaknya dia tidak terlalu tertarik untuk menjadikan salah satu diantara mereka menjadi pacarnya."

"Kenapa? Apa Sasuke sudah punya pacar? Atau jangan-jangan Sasuke itu….. homo?" Tanya Sakura berbisik pada Naruto.

"Bukan bodoh!" teriak Naruto dan memberikan sedikit pukulan dikepala merah jambu Sakura.

"Trus kenapa dong?" Tanya Sakura sambil mengusap-usap kepalanya yang mendapatkan jitakan dari Naruto.

"Katanya dia tidak mau pake pacaran-pacaran segala, dosa. Lebih baik langsung nikah,"

"Whoaa! Keren-keren. Aku tidak menyangka masih ada orang seperti itu. Aku jadi tambah suka nih," Kagum Sakura mendengar jawaban dari Naruto.

"Kalau Sasuke tidak mau pacaran, buat apa kau menyukainya, hah?" Tanya Naruto heran.

"Itu sudah jelas. Supaya aku bisa menikah dengannya, hehe.."

"Bener-bener tipe yang berpikir singkat," tanggap Naruto sweatdrop

"Lagipula…." Ucap Sakura sambil melihat kesembarang arah dengan tampang lesu.

"Kenapa Sakura?"

"Aku tidak terlalu berharap untuk menjadi pacarnya atau kekasihnya. Aku sadar kalau aku tidak pantas untuknya. Dia terlalu indah bagiku. Dia bagaikan bulan, dan aku bagaikan matahari. Kami tidak mungkin bisa bersama…"

Hening..

"Tapi… Aku akan terus memberikan cahayaku supaya bulan itu dapat terus bersinar. Asalkan aku bisa terus berada disisinya. Memberinya saran ketika dia membutuhkan, menasihatinya ketika ia emosi, menghiburnya ketika ia sedih, tertawa bersamanya. Itu sudah cukup membuatku senang." Tambah Sakura yang kali ini mengatakannya sambil tersenyum manis.

"Hem, kau benar Sakura," tanggap Naruto ikut tersenyum mendengar ucapan Sakura tadi. "Sedikit saran dariku, kau jangan terlalu sksd dengannya. Dia tidak suka wanita seperti itu."

"Oke bos!" tanggap Sakura sambil pasang pose hormat layaknya tentara.

"Haha.."

"Oh iya Naruto. Walaupun kau ini orang yang blak-blakan seperti ku, tapi kau juga tipe yang pendiam dan tidak suka ada yang sksd denganmu kan?"

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Berarti kau tidak jauh beda dengan Sasuke?"

"Kira-kira begitulah," jawab Naruto santai.

"Tapi kenapa kau bisa akrab denganku?" Tanya Sakura penasaran.

"Jawabannya sederhana. Karena kau tidak suka denganku. Jadi aku tidak perlu menjauhimu." Jawab Naruto sambil terus menyantap mie ayamnya.

"Sok tau. Siapa bilang aku tidak suka denganmu? Haha.." komentar Sakura sambil tertawa.

"…." Naruto tidak menjawab pertanyaan Sakura dan hanya menunduk diam tanpa memberikan respon.

"Hei Naruto. Kok diam?" Tanya Sakura bingung.

"…"

"Aku salah bicara ya Naruto?"

"….."

"Aku cuma cercanda kok." Ucap Sakura panik.

"…." Naruto masih diam.

"Wa-walaupun aku suka denganmu tapi itu cuma sebatas teman kok. Menurutku kau itu teman yang sangat berharga bagiku. Jadi maaf kalau aku salah bicara tadi. Please Naruto, jangan jauhi aku." Ucap Sakura tambah panic sambil terus berusaha menjelaskannya pada Naruto. Dia tidak mau Naruto mengaggapnya beneran suka denganya dan jadi menjauhinnya.

"…."

"Naruto! Aku minta maaf! Hiks.." tampak Sakura mulai sedih, terlihat dari matanya yang sudah tampak berair. "Hiks.."

"Sa-Sakura, a-air," ucap Naruto terotong-potong sambil menggapai-gapaikan tangannya kearah Sakura dengan muka pucat. Ternyata dia sedang tersedak. =='

"NARUTO BODOH!" bentak Sakura sambil menjitak kepala kuningnya dan kemudian baru memberikannya air.

"Ah~, hampi saja aku mati karena tersedak tulang ayam tadi. Terima kasih ya Sakura, hihihi.." tawa Naruto dengan tampang watados

"Kau sudah membuatku khawatir bodoh," rutuk Sakura dengan suara yang masih agak sedih dan mengelap air matanya.

"Hahaha.. Kau takut aku mati tadi ya? Haha.."

'Aku emang takut kalau kau mati, tapi tadi tuh aku takut kau marah dan menjauhiku, bukan takut kau mati mati,' jawab Sakura dalam hati.

"Ngomong-ngomong, tadi kau bilang apa Sakura? Sepertinya aku tadi dengar ada kata-kata suka. Suka apa?" Tanya Naruto tiba-tiba dan membuat Sakura terhentak. Ternyata Naruto tidak mendengar ucapan Sakura tadi secara penuh karena dia tadi sedang tersedak.

"Bukan apa-apa," elak Sakura sambil membuang muka.

"Ayolah Sakura, jangan pelit denganku, kita kan friend." Bujuk Naruto dengan wajah polosnya.

"A-aku cuma bilang aku suka jadi temanmu," jawab Sakura malu-malu.

"Kau tidak bohong kan?" Tanya Naruto lagi. Dengan tangan kanannya, dia memalingkan wajah Sakura kearahnya dan mulai mendekatkan wajahnya kewajah Sakura hingga membuat wajah gadis berambut gulali itu memerah seperti warna rambutnya.

'Kalau dilihat dari dekat wajah Naruto tampa juga. Matanya yang biru terlihat sangat indah." Batin Sakura yang seolah terhipnotis dengan tatapan pemuda didepannya itu. 'Bodoh, aku kan sedang suka dengan Sasuke, kenapa aku jadi memikirkan Naruto,' batin Sakura sambil meggoyang-goyangkan khayalan kepalanya.

"Sakura~." tampak wajah Naruto semakin mendekat keaarahnya,

"Menjauh dariku!" teriak Sakura lalu mendorong wajah Naruto dari hadapannya hingga pemuda itu terjunghkal dari bangkunya.

Gubrak!

"Kau ini kenapa sih Sakura?" Tanya Naruto rada kesal karena terjatuh akibat dorongan tenaga badak dari Sakura.

"Maaf-maaf. Salah sendiri, ngapain deket-dekat wajahku, we," elak akura sambil menjulurkan lidahnya.

"Aku kan cuma pengen tau kau tadi ngomong apa,"

"Kan sudah dibilang, aku suka jadi temanmu. Dan itu tidak bohong!" Jawab Sakura rada nyolot. 'Aku memang tidak bohong kok. Aku memang suka jadi temannya. Bagiku dia adalah teman yang sangat berharga. Seperti yang aku ucapkan sebelumnya untuk Sasuke, asalkan aku bisa tetap bersama orang yang aku suka aku sudah senang. Tentunya rasa sukaku pada Naruto hanya sebatas teman. Lagipula Naruto itu sudah punya kekasih. Aku tidak mau merebut kekasih orang lain.'

"Iya iya, aku percaya," ucap Naruto sambil mengusap-usap pantatnya yang terasa sakit karena terjatuh tadi.

"Nah, kalau dari tadi begitu kan aku tidak perlu mendorongmu, hehe.." tawa Sakura sambil masang wajah tanpa dosa. "Maaf dah, gak usah manyun gitu. Ayo cepat kita habiskan makanan ini, sebentar lagi bel." Ucap Sakura sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Naruto berdiri. "

- Mencintai bulan-

Beberapa hari selanjutnya.

Jam istirahat siang, tampak Sakura sedang berada dikelas Naruto. Dia menghampiri Naruto yang duduk dibangku paling belakang dan kemudian duduk disebelahnya.

"Tumben kau kemari, ada apa?" Tanya Naruto heran. Tampak tubuhnya yang berkulit caramel itu masih berpeluh dengan keringat, hasil dari bermain basket di jam olahraga tadi.

"Enggak kok. Cuma mau ngasih ini, kau pasti haus kan?" jawab dan tanya Sakura sambil menyerahkan sebotol air mineral pada temannya itu.

"Wah, kau baik sekali Sakura. Sepertinya akan turun hujan deras hari ini, haha.." ledek Naruto tapi tetap menyambar botol minuman tersebut dan langsung meminumnya, "Ah~ segar~"

"Tentu saja, aku ini kan temanmu," ucap Sakura sambil sambil masang senyum terpaksa. 'Bukannya terima kasih malah bilang begitu, dasar Naruto.'

"Kau bilang apa tadi? Aku temanmu? sejak kapan aku jadi temanmu?" Tanya Naruto tiba-tiba dan membuat jantung Sakura serasa ditusuk bambu runcing. Sakit banget…

"I-itu…Se-sejak…." Sakura tidak tahu kenapa Naruto tiba-tiba berkata seperti itu? Gadis berambut pink itu tidak tahu harus menjawab apa. Yang bisa dia lakukan saat ini cuma berusaha agar air matanya tidak sampai menetes didepan orang banyak.

"Tidak tahu kan?" Tanya Naruto lagi. "Lain kali jangan seenaknya ngaku-ngaku sebagai temanku,"

"A-aku…. Hiks…" Sakura tidak dapat menahan perasaannya. Dia benar-benar sedih mendengar perkataan Naruto tadi. Dia sudah terlalu senang bisa memiliki teman seperti Naruto. Disaat yang lain tidak ada, cuma Narutolah yang biasanya menjadi teman bicaranya, menghiburnya, dan melepaskannya dari neraka kesepian yang sering ia rasakan. Tapi sepertinya Naruto tidak merasakan hal yang sama dengan Sakura. "Hiks… A-aku… aku…"

"Whahaha… aku suma bercanda kok Sakura, hahaha…" tawa Naruto sambil menahan perutnya. Sepertinya dia baru saja mengerjai Sakura. Padahal Sakura benar-benar shock waktu mendengarnya tadi.

"Kau jahat Naruto! Kau sudah membuatku sedih! Hiks.. hiks.." kesal Sakura sambil berusaha menahan air mata yang sudah terlanjur keluar karena ucapan Naruto sebelumnya.

"Maaf maaf. Kenapa kau sampai sesedih itu, hah?" Tanya Naruto bingung. 'Aku gak nyangka reaksi Sakura bakal seperti itu. Padahal kan biasanya dia selalu ceria dan jarang menangis. Waktu aku tidak sengaja mengenai kepalanya dengan bola basket saja dia tidak nangis, tapi kenapa cuma karena aku bilang kalau aku bukan temannya dia langsung menangis?'

"Berapa kali harus ku bilang sih? Kau itu temanku yang paling berharga. Aku ini senang jadi temanmu. Kau membuatku merasa tidak kesepian. Jangan seenaknya permainkan perasaan orang, hiks.." ucap Sakura kesal.

'Jadi seperti itu ya,' batin Naruto baru menyadarinya. "Maaf-maaf. Udah ya jangan nangis dong. Gak enak nih, diliatin sama yang lain, cup cup cup." Tampak beberapa orang yang masih ada didalam kelas mulai memperhatikan mereka dengan tatapan heran. Naruto berusaha menenangkan Sakura dan memberikannya beberapa lembar tissue. "Oh iya Sakura, aku ada kabar baik untukmu. Minggu depan aku dan Sasuke akan ikut acara J-Fest di SMA Suna. Kau bisa ikut kalau kau mau melihat Sasuke saat sedang menjadi cosplayer, pasti bakal keren dah"

"Benarkah? Iya-iya, pasti aku akan datang, sroot!" jawab Sakura sambil mengeluarkan ingusnya dan langsung kembali semangat.

"Dih, padahal tadi nangis. Tapi giliran denger tentang Sasuke aja langsung semangat, dasar aneh," ucap Naruto sweatdrop.

"Sasuke, aku bawa makan siang untukmu," ucap seorang cewek pada Sasuke. Dia menyodorkan sebuah tempat makan siang yang sudah dibungkus dengan sangat rapi.

"Tidak, aku mau makan dikantin," jawab Sasuke dingin sambil beranjak dari kursinya.

"Kau ini ngapain sih Shion, Sasuke itu tidak suka dengan bekal darimu, iya kan Sasuke?" datang seorang lagi, cewek berambut merah dengan wajah yang tak kalah manis dari gadis bernama Shion tadi sambil membawakan bekal untuk Sasuke juga. "Makan bekalku saja ya Sasuke,"

"Hei Karin, aku ini datang lebih dulu tau,"

"Emangnya aku pikirin we,"

"Tapi aku sudah membuatnya, sayang kalau tidak dimakan. Terima ya Sasuke," bujuk gadis Shion sambil kembali menyodorkan kotak makan tersebut pad Sasuke.

"Punyaku saja Sasuke," Karinpun tak mau kalah dengan Shion dan ikut menawarkan bekalnya pada Sasuke.

Sementara itu Sasuke hanya menatap kedua kotak makanan itu dengan pandangan mata onyxnya yang dingin.

"Terima ya," gadis-gadis itu semakin mendekatkan kotak makannya pada Sasuke

"Sudah kubilang tidak,"

Plak!

Sasuke langsung menepis kedua kotak makan siang itu hingga jatuh dan pergi meninggalkan gadis-gadis itu begitu saja.

"Ke-kenapa dia seperti itu?" Tanya Sakura pada Naruto. Dia tampak terkejut-tidak menyangka kalau orang yang disukainya itu akan berbuat demikian.

"Hah~ mulai lagi dah," ucap Naruto sambil menghela napas. "Ya begitulah Sasuke. Mood nya tidak menentu dan tidak suka dipaksa,"

"Tapi itu kan kejam sekali,"

"Dia memang seperti itu. Kadang ramah, kadang seperti itu, kejam. Tapi sebenrnya dia itu baik kok,"

'Apa aku bena suka dengan orang seperti itu?' batin Sakura yang jadi bimbang setelah melihat kejadian tadi. Ditatapnya punggung pemuda berambut raven tersebut sedang berjalan keluar kelas. 'Tapi hatiku bilang kalau dia orang yang baik.'

"Sudahlah tidak usah dipikirkan, ayo kita kekantin, aku sudah lapar nih,"

"Ah? Iya,"

- Mencintai bulan-

Hari dimana acara J-Fest yang akan diadakan di SMA Suna tinggal sehari hari lagi, tapi Sakura tampaknya sedang mengalami kebingungan.

"Huwaa! Aku lupa jalan ke SMA Suna!" teriaknya histeris. "Bodoh-bodoh! Kenapa sih aku tidak bisa mengingat jalan dengan baik?" rutuknya pada dirinya sendiri.

TBC

Yup, untuk chapter pertamanya segini dulu ya. Disini masih belum keliatan unsur romancenya, Sun masih focus tentang pertemanan antara Sakura dan Naruto. Sipaa tu aja ada yang punya pengalaman yang sama. Terkadang kita tidak menyadari betapa berharganya diri kita bagi orang lain. Nah, kira-kira Sakura bisa gak ya ketemu sama Sasuke di J-Fest? Dan apakah perasaannya dapat tersampaikan ke Sasuke? Tunggu jawabannya dichapter selanjutnya. Jaa minna,

Mind to review please.. ^^