Disclaimer : Masashi Kishimoto-sama
Tittle : My Little Naru
MainCast : NaruSaku
Author : San Yumaru
.
.
.
Setelah bertahun tahun hiatus dan hilang dari dunia ff, San rasanya rindu dan ingin kembali ke dunia ff T^T. Mudah-mudahan bias melepas penat dan stress kerja T^T. San September nanti sudah usia 20 lohhhh (^3^) #gapenting ya -_- Ga kerasa hampir 6 taun ninggalin dunia ff, semoga ga garing dan terkesan cerita jadul ya hehe. Semoga readers sekalian bias menghibur San dengan memberikan review yaa..
.
.
Happy Reading
.
.
Sakura Prov
Zzzzrrraaashhhhhhhh…..
Hujan hari ini deras sekali, sampai sampai aku tidak bias melihat apa yang ada di depan sana. Kenapa air bias turun sebanyak ini? Apa dilangit ada penampungan air? Wah.. jadi penasaran. Hmm penampungan seperti apa ya yang ada dilangit, pasti tangki yang besar dan bias menampung air sangat banyak.
"Sa-chan?" Seseorang memanggilku dari belakang, membuatku sedikit terkejut.
Aku segera menoleh ke belakang, melihat siapa yang memanggilku tadi. "Ah, Hinata, kamu buat aku terkejut saja" Ternyata Hinata, tumben sekali dia belum pulang.
"Hehe gomenne, Sa-chan" Balasnya sembari menggaruk pipinya dengan telunjuk. "Kamu tidak bawa payung? Sepertinya hujan tidak akan berhenti dengan cepat, kalau tidak pulang kita bias terjebak di sekolah semalaman" Lanjutnya.
"Lalu bagaimana lagi, aku tidak bias pulang. Besok ada ujian, aku tidak mau sakit, Hi-chan" Jawabku, yang entah kenapa malah mengukirkan senyuman di wajah gadis kecil berambut indigo itu.
"Aku bawa payung, ukurannya besar jadi mari pulang bersama" Ajaknya yang membuatku langsung menganggukan kepalaku.
Aku berjalan menyusuri koridor kelas, suasananya sangat sepi sekali padahal ini masih tengah hari. Anak anak yang lain sudah pulang sejak dua jam yang lalu, jadi wajar saja kalau sudah sesepi ini. Sekarang aku sudah berada di depan pintu keluar sekolah untuk mengganti sepatuku. Hujanya deras sekali, suaranya juga keras, pasti dingin sekali diluar..
Wuzzhhh~
Angin segera saja menyambut kami berdua, di-dingin.. benar benar sangat dingin..
"Ayo, Sa-chan" Seru Hinata yang tanpa sajar sudah jauh didepanku.
Segera saja aku berlari ke arahnya, dan segera bergabung dibawah payung biru tua miliknya. Ishhhhh! Kenapa dingin sekali, rasanya mau beku diluar sini!
"Dingin ya~" Tiba tiba saja Hinata menoleh ke arahku, dengan bibir mungilnya yang bergetar hebat.
"Hm" Aku sungguh menghawatirkannya, dengan jaket setebal itu dia masih sangat kedinginan begitu juga aku. Ditambah hujan yang semakin deras, membuat jangkauan pandang kami berkurang.
"Aku takut tersesat, aku tidak bias melihat apa apa di depan" Gumamnya.
"Rumah kita kan dekat dari sekolah, kita tidak mungkin tersesat" Jawabku, yang aku harap bisa membuat ketakutannya itu menghilang.
Angin berhembus lagi, semakin kencang saja, membawa air menyerang tubuh kami lebih kuat. Tubuh Hinata semakin menggigil. Aku bingun, aku bingung harus apa. Aku takut Hinata kenapa-napa, aku takut , aku sangat takut, aku tidak bisa berbuat apapun. Padahal ini cuma hujan bukan badai salju, tapi.. tapi-
Kkkyyaaaaaa!
Selesai sudah, kini angin menerbangkan payung kami dengan sangat cepat, kami tidak bisa mengejar, terlalu berbahaya. Dan akhirnya kami hanya diam, kami berusaha menembus hujan yang menusuk ini. Hinata sudah bersin bersin, begitupun dengan aku. Kami-sama tolong kami, besok ada ujian yang sulit sekali dan aku tidak mau nilaiku buruk. Aku mohon berikan pertolongan pada anak SD ini..
"Heyyyyy! Kalian yang disana tunggu disitu!" Teriak seseorang dari kejauhan sembari melambaikan tangannya.
Kami-sama menjawab doa-ku. Aku sangat terharu, apakah dia itu malaikat yang dikirimkan kami-sama untuk menolong kami berdua?
Sekarang dia ada dihadapanku, wajahnya tidak begitu jelas karena tertutup rambutnya yang pirang. Dia melepas jas hujan yang dia kenakan, dia langsung menutup tubuh ku dan Hinata dengan jas hujannya lalu menggiring kami untuk mengikuti arah yang ia mau.
"Dasar anak-anak, apa yang kalian fikirkan dengan berdiri di tengah hujan seperti ini? Berbahaya tau, kalian bisa sakit. Aku tidak habis fikir, benar benar tidak habis fikir"
Dia terus meracau sepanjang jalan, tapi aku senang dia menolong kami. Dia seperti malaikat yang dating di tengah badai, seperti film film anime saja hihi..
Kini kami sampai di sebuah warung- Heeeee! Warung ramen Ichiraku? Kenapa dia membawa kami kemari? Apa dia akan meneraktir kami makan ramen?
"Demi ramen panas!" Teriaknya, lalu dia menjatuhkan tubuhnya ke ubin. Dadanya naik turun dengan sangat cepat, dia pasti kelelahan juga kedingingan.
Tak lama Ichiraku-jii segera keluar dari dalam dapur, "Jadi ini alasanya kamu menerobos hujan? Wah, wah, Naru sudah besar ya sekarang" Ucapan yang dilontakan Jisan itupun membuat si pemilik nama mendelik dengan raut wajah kesal.
"Aku sudah dewasa Ji-san, jangan panggil aku dengan nama Naru lagi, membuatku malu saja" Rutuknya yang malah membuat Ji-san terkikik kecil.
"Yasudah kalau begitu, selanjutnya kamu harus bersihkan tubuhmu yang basah itu nanti bisa masuk angin. Dan untuk kedua anak yang masih asyik melamun ini, tolong bawa dia ke kamar Ino-chan, pinjamkan mereka baju" Ujar Ji-san.
Tak menunggu waktu lama pria bernama Naruto itupun beranjak dari posisinya. Tangannya terulur, menyentuh pundak kami dan menggiring kami untuk menaiki tangga. Aku mendongak ke atas untuk menatap wajahnya, ada tiga garis yang menghiasi pipinya seperti kucing, matanya berwarna biru laut dan kulitnya tidak begitu putih. Aku.. menyukai matanya, matanya sangat indah. Aku suka dia, dari pertama kali melihatnya. Wahh, sangat maluuuuu~
Tak sadar sekarang kami sudah berada di depan sebuah kamar dengan pintu berwarna ungu muda, dia beberapa kali menoleh ke arahku, lalu kemudian dia mulai mengetuk pintu kamar tersebut.
"Ino-chan~ tolong buka pintunya dulu, aniki ingin minta tolong" Ucapnya lembut.
Clek
Pintu kamar itupun segera terbuka, menampilkan seorang gadis seumuranku. "Apa?" Jawabnya singkat, lalu pandangannya beralih pada kami berdua.
"Mereka tadi kehujanan, Ino-chan mau kan pinjamkan baju untuk mereka?"
Untuk beberapa saat gadis bernama Ino itu terdiam dan terus menatapi kami, aku rasa dia tidak suka kami meminjam bajunya.
"Tentu saja!" Tak aku sangka ia mengatakan jawaban diluar dugaan. "Mari masuk, aku akan pinjamkan baju hangat untuk kalian" Serunya sambil tersenyum lebar.
"Ummhh.. A-apa tidak apa apa?" Hinata yang sedari tadi terdiam tiba tiba membuka suaranya
Segera saja gadis itu merangkul tubuh Hinata yang basah kuyup, "Tidak apa apa, kebetulan aku juga sedang main pesta minum the, aku senang kalau ada seseorang yang bergabung" Balasnya. Tak Aku sangka dia begitu ramah, aku fikir dia akan mengusir kami.
"Jika hujan tidak juga reda sampai jam 3, aku akan mengantar kalian kerumah. Istrahat dulu dengan di kamar Ino, dan jika kalian lapar kalian bisa minta Ichiraku-jii membuatkan rame-"
"Apa aku boleh memanggilmu Nii-san?" Tanya ku memotong ucapannya yang belum selesai, entah kenapa aku ingin sekali mengatakan ini. Aku rasa sangat tidak sopan kalau tiba tiba aku menggilnya dengan embel embel Nii-san tanpa meminta izin.
Dia tersenyum, lalu menepuk kepalaku, "Boleh saja" Jawabnya, lalu diapun pergi meninggalkan kami.
Aku- entah kenapa mengaguminya. Kenapa aku selalu ingin menatap wajahnya, matanya yang berwarna seperti laut itu, aku senang dia dekat denganku, aku suka, seperti saat bersama Ka-chan dan Tou-san.
Sejak saat itu aku dan Hinata sering sekali bermain dengan Ino, walaupun sekolah kami berbeda kami sangat akrab. Hampir setiap hari aku bermain di rumahnya, sungguh sangat menyenangkan. Naruto-nii ternyata umurnya tak jauh beda dengan kami, umurnya hanya berjarak dua tahun diatas kami, tapi bagiku dia sudah terlihat sangat dewasa. Naruto-nii sangat baik pada kami, dia sangat ramah walaupun dia itu sangat ceroboh. Tingkahnya sangat lucu, kadang Ino dibuatnya tertawa sampai sampai dia mengeluarkan air mata. Sekolah Naruto-nii tidak jauh dari sekolahku, kadang aku melihatnya sedang bermain bola di lapangan. Aku suka melihatnya, sangat suka.
Hampir satu tahun setelah kejadian itu, Ino dan Naruto-nii selalu menemani hari hari ku. Naruto-nii tak sedikitpun malu main dengan anak kecil seperti kami, bahkan ketika teman temannya mengejeknya. Meskipun tidak setiap hari, tapi aku senang bermain bersamanya. Walaupun tidak setiap hari bertemu, tapi tetap saja aku suka.
Tapi kesenangan itu tidak lama terjadi, setelah kenaikan kelas ternyata Tou-san dipindahkan ke Tokyo oleh perusahaannya sehingga mau tak mau ia juga harus memboyong keluarganya. Hatiku entah kenapa merasa sangat sakit dan sedih, aku akan berpisah dengan Hinata, Ino, dan terutama Naruto-nii. Aku tidak tau apakah aku bisa mendapatkan teman seperti mereka lagi, teman baik yang selalu menemani aku. Sekarang waktunya pamit pada mereka. Aku mengunjungi rumah Hinata dan rumah Ino, aku tidak bisa membendung air mataku sendiri. Aku terus menangis, terus saja menangis.. Naruto-nii menghampiri aku dan kembali menepuk kepalaku. Dia berkata kita akan bertemu lagi, dia bilang tak perlu khawatir karena mereka akan mengunjungiku. Tapi tetap saja ini terasa menyedihkan. Sampai aku sadar, Aku telah jatuh cinta diumurku yang baru menginjak 6 tahun, jatuh cinta kepada orang yang dikirimkan Kami-sama..
END SAKURA PROV
11 tahun kemudian
Kreettt…kreettt..kreetttt
Suara Tongeret sudah terdengar sangat nyaring, menandakan bahwa musim padas telah tiba. Stasiun Konoha terlihat sangat penuh, orang orang bergerumbul menjadi satu seperti semut. Karena ini musim panas pertama itu artinya liburanpun dimulai. Tak sepenuhnya liburan keluar kota, banyak juga orang yang pulang kampung karena rindu sanak saudaranya. Sudah puluhan kereta yang hilir mudik sampai sore ini, sudah banyak pula orang yang datang dan pergi tapi suasana stasiun masih saja sangat ramai.
"Kau yakin dia akan kesini?" Tanya seorang pria kepada seorang gadis berambut indigo yang berada tepat di sampingnya.
"Hm, aku yakin Sa-chan pasti datang" Jawab gadis berambut indigo itu dengan mantap, dengan mata yang terus saja fokus untuk mencari seseorang diantara kerumunan 'semut' ini.
Pria itu menggati posisi duduknya, "Coba telfon atau sms dia, sudah sampai diman-"
Belum sempat menyelesaikan kata-katanya wanita berambut indigo itu sudah menghilang dari sampingnya, berlari entah sedang mengejar apa, yang pasti dia tidak pernah tau kalau adiknya itu bisa berlari secepat itu.
"Sssaaa-cchhhaaannnnn!" Teriak Hinata, gadis berambut indigo yang kini tengah berlari sambil terus mengibaskan tangannya.
Dengan mata yang berbinar, gadis yang dipanggil dengan 'Sa-chan' itupun segera menghampiri Hinata, memeluk tubuhnya yang beraroma lavender itu dengan erat. "Aku rindu sekali denganmu" Gumamnya dengan suara yang terdengar bergetar.
"Aku juga rindu, maaf belum sempat berkunjung padahal dulu sudah janji" Balas Hinata, yang kini melepas pelukannya pada Sakura. "Kau tinggi sekali, Sa-chan" Kepalanya mendongak, Sakura memang lebih tinggi darinya.
"Haha, kau juga bertambah tinggi, Hi-chan" Balas Sakura. Tak ia sangka Hinata sudah menjadi gadis yang cantik, mata amystisnya bertambah indah dan bulat, dan errr…. Dadanya itu montok sekali, jauh berbeda dengan miliknya.
"Wah, wah, sekarang Sakura sudah besar ya. Sampai kaget melihat kau tumbuh besar begitu" Seru seorang pria dari belakang, membuat mata Sakura membulat dan rona wajahnya berubah menjadi merah.
'N-naruto-nii' Gumamnya dalam hati. Jantungnya berdebar lebih kencang, ia tidak sanggup menoleh, ia sungguh tidak sanggup. Sudah lama Sakura tunggu waktu ini, sudah lama sekali.
Perlahan kepalanya menoleh, ingin melihat siapa orang yang berada di belakangnya. Benar benar momen yang mendebarkan. "N-na-na- Neji?" Rengutnya, entah kenapa Sakura sangat kecewa melihat pria yang ada dibelakangnya adalah Neji. Tapi, Neji lumayan juga, semua orang terlihat berubah setelah dewasa.
"Apa kabar Sakura?" Sapanya
"Sangat baik, Neji-nii" Jawab Sakura sambil mengembangkan senyum manisnya.
"Aku akan bawakan barang milikmu, pasti kamu lelah kan? Perjalan dari Tokyo ke sini itu sangat panjang" Ujar Hinata yang terlihat begitu riang sekali, matanya yang bulat terus saja memandangi sahabat kecilnya itu.
"Tidak perlu, Hi-chan" Sakura sedikit mengibaskan rambut merah mudanya. "Aku akan pindah kemari, aku akan bersekolah disini lagi" Ucapnya, yang berhasil membuat Hinata meloncat loncat kegirangan.
Sesudah perbincangan singkat itu Hinata dan Neji mengantar Sakura pulang ke rumah lamanya, rumahnya tidak banyak berubah dan juga terurus. Dia akan tinggal sendiri disini, ini merupakan permintaan di ulang tahunnya yang ke tujuh belas bulan lalu. Ia sangat rindu kota ini, kebisingan Tokyo sangat membuatnya tidak nyaman.
Kembali kakinya berpijak dirumah sederhana ini, aromanya masih sama seperti dulu, dan kehangatan rumah ini juga masih sama seperti dulu. Kakinya terus melangkah menaiki anak tangga, kamarnya memang berada di lantai dua, ia rindu sekali dengan kamar kecilnya itu.
"Wahhh akhirnya sampai jugaaa!" Racaunya sembari terlengkup diatas kasur berwana merah muda. Kepalanya menoleh ke samping, bisa terlihat dari jendela gedung sekolah dasarnya dulu. "Naruto-nii" Gumamnya, yang langsung saja membuat wajahnya jadi semerah tomat.
"Sudah satu dekade, seperti apa ya sekarang wajah Naruto-nii? Melihat tubuh Neji-nii yang menjulang tinggi dan wajahnya yang tampan saja sudah bisa terbayangkan bagaimana rupa Naruto-nii sekaran. Hiiiiiii! Jadi malu nanti kalau bertemu dengannya" Sakura benar benar penasaran, jika sekarang umurnya saja sudah 17 tahun berarti Naruto-nii sudah memasuki dunia perkuliahan. Dadanya terus saja berdegup, wajahnya juga semakin memerah.
Kruyukkkk
"Sial" Rutuknya, suara perutnya itu mengganggu lamunan indahnya. Tapia apa boleh buat, dia memang belum makan apapun sedari pagi.
Dengan setengah malah Sakura beranjak dari tidurnya, seingatnya didekat sini ada mini market. Makan apa saja yang penting perutnya terisi dulu.
Sakura melangkahkan kakinya keluar rumah, menyusuri jalanan yang sedikit berubah ini. "Rasanya dulu jalan ini luas, tetapi sekarang terasa sedikit sempit. Hmm, mungkin aku yang bertambah besar hihi" Gumamnya.
Tak sadar sekarang dia sudah sampai di minimarket terdekat, segera saja ia masuk dan membeli semua apa yang dia butuhkan. Tak perlu waktu lama ia kembali keluar dari mini market itu dengan menteng kantung belanjaan sambil memakan es cream vanilla. Rasanya ingin cepat cepat sampai rumah dan tidur.
Brukh!
Seorang bocah menabraknya, membuat kantung dan es creamnya tumpah dan berceceran.
"Go-gomenne, Nee-san" Anak itu langsung tertunduk, kakinya terluka.
"Kakimu terluka, apa kamu baik baik sana?" Sakura merendahkan posisinya sejajar dengan anak itu, melihat apakah lukanya parah atau tidak.
Anak itu meringis kesakitan, "Tidak apa-apa, maaf aku kurang hati-hati" Ujar anak itu lalu berlari meninggalkan Sakura.
Namun belum sempat jauh berlari Sakura menahan tangannya, membuat anak itu kembali menoleh kebelakang. "Itu harus dioba-" Rasanya seperti ada batu yang menyagkut di tenggorokannya. Mata Sakura kembali membulat kaget, melihat siapa bocah kecil yang ada di hadapannya ini.
"Naruto-nii.." Gumamnya pelan. Betapa kagetnya Sakura melihat sosok anak kecil di hadapannya itu sangat mirip dengan Naruto. Rasanya seperti melihat Naruto saat umurnya masih 6 tahun.
Anak itu hanya terdiam kaku, matanya yang biru menghinda dari mata hijau Sakura. "Mungkin Nee-san salah orang" Balasnya pada gumaman Sakura tadi, matanya terlihat berair seperti menahan tangis.
Sakura masih terpaku dalam sosok anak dihadapannya ini. Terlintas difikirannya apakah Naruto sudah menikah dan mempunyai anak? Tapi sangat tidak masuk akal. Jika dia sudah menikah, tidak mungkin anaknya sudah seumuran anak ini. Ini pasti mimpi, atau halusinasi dari perutnya yang kelaparan.
"Permisi Nee-san, aku ingin pu-"
"Ingin lari kemana lagi kamu bocah nakal!" Tiba tiba seorang wanita menghampiri Sakura dan Naruto. "Pulang! Dasar- eh Sakura?" Tanya gadis itu tiba tiba.
Sakurapun langsung melirik, "Ino?" Jawabnya
Dahi gadis berambut pirang itu langsung mengerut "Kenapa kau ada disini?"
"Aku akan kembali tingal disini"
"Benarkah? Aku sangat senang mendengar itu, tapi aku punya urusan lain saat ini" Mata Ino pun kembali tertuju pada bocah pirang yang masih berada digenggaman tangan Sakura. "Aku lelah mengejarmu, sebaiknya kita pulang. Ayo, Naruto-nii"
"Tu-tunggu! Bocah ini, Naruto?"
TO BE CONTINUE
.
Haha ceritanya keliatannya aneh ya #ngejek karya sendiri gpp yang penting ga ngejek karya orang
Semoga suka dengan ide cerita yang tidak terlalu menarik ini. Sebenarnya sudah banyak sekali ide cerita yang lalu lalang di otak, aka nada beberapa judul yang memiliki konsep berbeda. Masih kaku karena baru buat cerita lagi, jadi gomen kalo beberapa tulisan kesannya sangat memaksa. R&R yaa, buat author tua ini jadi kembali zemangatsssssssss! See u next chap:*
