Holaaa, Minna ! ^o^

Ketemu lagi dengan 2 author baru gaje yang masih perlu banyak belajar ini.

Ini adalah fict collab kami yang pertama kali.

Maaf jika fict ini gaje, ya !

Tapi kami sudah berusaha loh. Kami kan juga manusia, pasti banyak kekurangan.

Mohon bantuannya, ya !

Baiklah tanpa banyak bacot lagi…

HAPPY READING, MINNA! \(^o^)/

Kitsune VS Sharingan

Disclaimer:

Mashashi Kishimoto-sensei

Rated:

T (untuk jaga-jaga)

Genres:

Romance / Tragedi (maybe)

Pairing:

Diutamakan..

SASUNARU

WARNING!

Boys Love, sedikit –banyak- OOC, AU, miss typo(s), dll.

DON'T LIKE? DON'T READ!

Chapter 1

"Heh ? Cuma segitu kemampuan kalian ?" kata seseorang pemuda mungil berambut merah dengan mata berwarna orange.

Ia berkata kepada 3 orang yang sedang terkapar dengan nada meremehkan.

"Cih ! Kuat juga kau," kata seseorang dari 3 lelaki berbadan besar itu.

Ketiga orang itu pun lalu berdiri tegap walau masih sedikit susah.

"Anak muda, sekarang kami tidak akan main-main lagi. Kami pasti akan mendapatkan putri dari Teuchi," kata salah satu dari mereka yang memiliki tubuh sedikit lebih kecil dari yang lainnya.

Pemuda berambut merah itu hanya berdiam diri dengan senyum meremehkan yang masih ada di wajah tan mulus miliknya.

"Nona Ayame, tenang saja. Tiga tikus-tikus jalanan ini akan segera saya bereskan," kata sang pemuda sambil menyuruh wanita dewasa yang ada di sebelahnya menyingkir ke ujung gang.

"Ba - baik," kata wanita tersebut yang langsung berlari ke arah ujung gang.

"Nah, ayo maju, tikus-tikus cilik," kata pemuda tersebut dengan tangan kanan yang diancungkan serta lima jarinya yang dikibas-kibaskan agar ketiga lelaki tadi maju ke arahnya.

"Cih! Bocah tengik ! Jangan sombong dulu kau !" kata lelaki yang paling tua di sana.

"Ayo maju !" lanjut lelaki tua tersebut garang.

Dengan segera mereka bertiga pun maju ke arah pemuda berambut coklat yang sangat optimis itu.

"HIAAH !"

Lelaki dengan badan yang paling kecil dari ketiganya langsung menyerang sang pemuda dengan pisau lipat yang baru saja dikeluarkannya dari kantung jaket kulit berwarna coklat yang dikenakannya.

Pemuda tadi dengan sigap langsung menahan tangan lelaki yang memegang pisau tadi dengan kedua tangannya, lalu ia pun memutar tangan lelaki tersebut keras sehingga lelaki tersebut berteriak kesakitan.

"ARRGGH !" teriaknya.

Pemuda mungil itu pun langsung mendorong lelaki tersebut ke arah tembok dengan kasar.

"Brak !"

Melihat lelaki yang baru saja didorongnya pingsan kesakitan, pemuda tersebut segera menyeringai senang.

Lalu tiba-tiba...

"DUAAGH !"

Pemuda mungil tadi tersungkur akibat pukulan telak yang mengenai kepala bagian belakangnya.

"Ah ! Shit !" umpatnya kesal.

Lelaki yang memukulnya tadi, dengan segera akan memukul pemuda mungil ini menggunakan besi yang digunakannya tadi sekali lagi.

Namun, dengan cepat pemuda mungil tersebut melakukan gerakan patah break dance.

"Hiah !" "Duagh !" "Duagh !" "Bruak !" "Crash !" "BBRRAAK !"

Lelaki ke-2 dari ketiga orang tadi akhirnya pingsan dengan beberapa kali tendangan telak yang mengenai tubuhnya.

Sang pemuda pun berdiri. Ia langsung berhadapan dengan 1 orang lelaki yang tersisa.

"Hebat juga kau, anak kecil," kata lelaki tersebut.

"Jangan meremehkanku, dasar tua bangka !" kata pemuda kasar dengan seringai khasnya.

"Heh ! Tapi kau tak akan menang dariku, bocah !" kata lelaki itu dengan pistol yang ada di tangan kirinya. Ia mengambilnya secepat kilat dari balik jaket kulit hitam yang dikenakannya.

Sang pemuda terkejut melihat hal itu. Terlihat dari matanya yang sedikit melebar.

"Dasar Pak Tua. Kalian hanya berani memakai senjata," kata sang pemuda meremehkan.

Lelaki yang mendengar perkataan pemuda tersebut langsung saja naik pitam. Dengan segera ia menembakan peluru dari pistol miliknya itu secara 3 kali ke arah sang pemuda dengan brutal.

"Mati kau, Bocah ! Hahahaha !" kata sang lelaki dengan tawa besar yang membahana.

Pemuda tadi yang melihat arah ketiga peluru itu, langsung berlari ke arah sang lelaki dengan cepat sambil tetap menghindar dari ketiga peluru yang ditembakan.

Tanpa lelaki yang sedang tertawa terbahak-bahak itu sadari, sang pemuda telah berdiri di samping kanannya.

"Ciesh !"

"Habislah kau, Pak Tua," desis sang pemuda pelan tapi kasar.

":Huh ? Apa ?" tanya lelaki itu bingung sambil menoleh ke arah asalnya suara.

"Buagh !"

"BRUUKK !"

Lelaki tersebut pun langsung ambruk tak sadarkan diri ketika tengkuknya dipukul keras oleh sang pemuda.

"Prok !... Prokk !... Prokk !"

"Kitsune's mission complette," kata pemuda tersebut sambil menepukan kedua tangannya, supaya tangannya yang dianggapnya kotor tersebut bersih.

Pemuda mungil tersebut lalu berjalan ke arah sang wanita yang melihat kejadian heboh tadi dengan sedikit syok.

"Mari, Nona Ayame. Kita pulang saja, hari sudah terlalu gelap. Kejadian ini dilupakan saja. Nona sudah aman," kata pemuda tersebut lembut dengan senyum manis.

"Ah! I - iya," kata sang wanita yang bernama Ayame itu.

Lalu setelah itu, dengan menaiki mobil mewah berwarna silver, mereka pun pergi dari tempat tersebut.

\(^o^)/~\(^_^)/~\(0.0)/~\(=.=)/

Mobil yang dikendarai oleh kedua orang tadi pun sampai di sebuah kediaman bergaya jepang kuno.

Kemudian sang pemuda pun turun pertama kali dari kursi pengemudi. Ia pun lalu berjalan ke arah kursi penumpang belakang dengan cepat dan membukanya perlahan.

"Silahkan, Nona Ayame," kata sang pemuda sopan dengan membungkuk hormat ala butler.

"Ah! Iya," lirih wanita tersebut dengan senyuman lembut.

"Silahkan, Nona Ayame. Misi saya telah selesai. Saya akan pulang setelah anda memasuki kediaman anda dengan selamat," kata pemuda tersebut ramah dengan senyum khas yang tak kunjung lepas dari wajahnya.

"I - iya. Terima kasih, Kitsune-san,"kata wanita tersebut sambil membungkuk hormat.

"Sama-sama. Lain kali silahkan memakai jasa kami lagi, Nona Ayame," kata pemuda tersebut sambil membalas membungkuk hormat.

Wanita tadi pun menegakan tubuhnya kembali, serentak dengan sang pemuda. Ia tersenyum ke arah pemuda tersebut. Sang pemuda pun membalas senyuman itu dengan senyuman lembut miliknya.

"Ah ! Ini kunci mobil anda, Nona Ayame," kata sang pemuda berambut merah tersebut sambil memberikan sebuah kunci dengan gantungan ramen.

"Iya, terima kasih," kata Ayame dengan senyumannya.

Lalu, setelah itu, wanita bernama Ayame itu berjalan ke rumah keluarganya.

Pemuda tersebut ?

Dia langsung saja berjalan ke arah berlawanan. Lebih tepatnya, pulang ke tempatnya.

\(^o^)/~\(^_^)/~\(0.0)/~\(=.=)/

Setelah beberapa lama sang pemuda berjalan, akhirnya ia pun sampai di sebuah gedung yang cukup tinggi.

Ia menoleh ke atas, entah untuk apa. Mata orange-nya menerawang jauh.

Setelah puas melakukan hal itu selama kira-kira 3 menit, pemuda berambut merah tersebut lalu melihat jam tangan onyx - nya yang terikat rapi di pergelangan tangan kirinya.

'Haa...Ternyata sudah jam 12,' batin pemuda itu dengan helaan nafas panjang.

Pemuda tersebut pun berjalan memasuki gedung itu dengan santai.

Saat ia berhadapan dengan sang satpam yang sedang berjaga di dalam posnya. Ia langsung memberi salam.

"Malam, Tazuna - jiisan," sapa pemuda itu dengan seulas senyum.

Lelaki paruh baya yang merupakan satpam di tempat tersebut melihat sang pemuda.

"Ah ! Kitsune-sama. Tumben pulang malam ?" tanya Tazuna ramah.

Pemuda tadi pun duduk di tempat duduk yang ada di pos satpam tersebut.

"Hahahahaha... Biasalah, Jiisan. Hari ini aku harus menjaga putri dari pemilik restorant ramen terkenal di Tokyo ini," kata Kitsune santai sambil melepaskan jas hitam yang dipakainya. Kemudian ia pun meletakkannya senderan kursi tersebut. Setelah itu, ia melonggarkan dasi merah maroon-nya dan membuka 2 kancing teratas dari baju kemeja putih yang dikenakannya.

Tazuna yang berada di dalam pos pun, keluar dari posnya untuk duduk di sebelah pemuda yang dipanggilnya Kitsune itu.

"Yah, itu sudah pekerjaanmu, bukan ? Bukannya kau menginginkan ini sejak kecil ?" tanya Tazuna sambil menerawang ke arah langit malam yang penuh akan bintang.

Kitsune pun menoleh ke arah Tazuna.

"Jiisan benar. Aku gak boleh mengeluh. Walau capek, aku kan sudah menginginkan ini sejak kecil. Hehehe...," kata Kitsune semangat dengan cengiran yang menempel di wajah tannya.

"Hm..begitulah Kitsune-sama muda yang jiisan kenal. Nah, sekarang cepat masuk ke dalam. Di sana dia pasti telah menunggu laporanmu," kata Tazuna sambil berdiri.

Kitsune yang melihat Tazuna berdiri pun ikut berdiri.

"Ah! Tenang saja, jiisan. Dia tidak menungguku kok. Soalnya keluarga Nona Ayame pasti telah mengirimkan uang ke dia," kata Kitsune sambil menggembungkan pipinya.

"Hahaha...Kau sangat berbeda dari saat kau bertugas," kata Tazuna dengan tawanya.

Kitsune pun semakin menggembungkan pipi tannya, lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Jiisan~ saat bertugas dan saat gak bertugas itu beda. Aku harus profesional, dong," kata Kitsune.

Tazuna hanya tersenyum geli mendengar penuturan tersebut.

"Ya, sudah. Sana cepat masuk," kata Tazuna.

Kitsune pun menyengir senang. Ia lalu berjalan masuk ke arah gedung tersebut.

\(^o^)/~\(^_^)/~\(0.0)/~\(=.=)/

Pemuda yang dipanggil Kitsune itu berjalan di koridor gedung yang menjadi tempat tujuannya sedari tadi itu.

Sungguh remang, tempat ini. Tentu saja, jam yang terletak di dinding koridor tersebut telah menujukan pukul 12.55.

Kitsune yang memang telah terbiasa dengan tempat ini, hanya berjalan santai menuju ruangan yang berada di lantai 4 dari 7 lantai yang dimiliki gedung ini, yaitu Directur's Room.

Saat berada di depan pintu tersebut, Kitsune pun mengetuk pintu tersebut.

"Tok!...Tok! Tok! "

Beberapa detik kemudian, setelah mengetuk pintu tersebut, terdengarlah suara bariton khas yang berasal dari dalam ruangan tersebut.

"Masuk,"

Kitsune yang mendengar perintah tersebut segera membuka pintu itu. Setelah memasuki ruangan, Kitsune pun menutupnya pelan.

Bisa diketahui, ruangan ini jauh lebih terang dari koridor yang dilalui olehnya sedari tadi.

Karena cahaya yang terang di ruangan inilah, dapat dilihat dengan jelas ada seorang pemuda berambut orange dengan mata ruby sedang duduk di kursi yang menandakan bahwa ialah directur di sini.

Suasana di ruangan ini menjadi cukup tegang dan sepi, karena kedua pemuda yang berbeda usia sekitar 4 tahun ini saling bertatapan.

Tapi suasana ini terpecah saat ada seseorang lelaki yang datang ke ruangan tersebut.

"Kyuu, ini filenya," katanya dengan tangan yang membawa map berwarna hijau.

Kedua pemuda itu pun langsung menoleh ke arah pemuda yang telah mengganggu mereka.

"GAARA !" teriak Kitsune senang. Dia pun langsung memeluk pemuda yang dipanggilnya Gaara itu dengan erat.

"Ah ! Naruto," kata pemuda bernama lengkap Sabaku Gaara itu. Dia pun membalas pelukan Kitsune dengan lembut tanpa melepaskan map yang dipegangnya.

Pemuda yang duduk di kursi tersebut melihat adegan itu dengan tampang jijik.

"Oe ! Pendek ! Lepasin si Maroon itu ! Cepat buka penyamaranmu !" geram pemuda bernama Namikaze Kyuubi itu dengan tampang garang. Ia sungguh malas melihat kejadian yang menurutnya amat menggelikan itu.

Dengan enggan, sang Kitsune pun melepaskan pelukannya. Ia mencibir tidak jelas.

"Huh ! Kuso Niichan ! Malas banget sih. Gak bisa liat orang seneng dikit," kata sang Kitsune sambil membuka wig merahnya.

Saat itulah terlihat rambut pirang lembut yang keluar dengan kasar dari wig merah tadi.

"Sudahlah, Naruto. Kyuu memang begitu," kata Gaara lembut.

"Ini filenya," lanjut Gaara sambil meletakan map hijau ke meja Kyuubi dengan malas.

Kyuubi hanya menerimanya tanpa menghiraukan cara Gaara memberikannya dan Naruto yang ngambek.


"Naruto," panggil Gaara ke arah Naruto, sang Kitsune yang sedang sibuk di toilet ruangan itu.

Gaara pun memasuki toilet itu tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Terlihatlah disitu Naruto sedang berkutat dengan matanya. Dan di wastafel yang ada di depan bawah Naruto terdapat kotak soft lens.

Gaara pun tersenyum. Ia mendekati Naruto.

"Sini biar aku yang lepasin," kata Gaara lembut saat ia menepuk pundak Naruto pelan.

Naruto menoleh ke arah Gaara.

"Hehehe... Tolong, ya, Gaara," kata Naruto dengan cengiran lebarnya.

Gaara pun dengan cekatan dan lembut melepaskan bola mata berwarna orange dari Naruto yang ternyata hanya sebuah soft lens itu.

Lalu setelah melepaskan soft lens yang dikenakan Naruto, Gaara pun langsung memasuki soft lens-nya ke dalam kotak sesuai letak yang dipakai Naruto tadi.

Terlihatlah warna biru sapphire dari mata Naruto.

"Ah ! Makasih Gaara," kata Naruto sambil tersenyum.

"Iya," jawabGaara dengan senyum tipisnya.

Naruto pun berjalan ke arah pintu toilet hendak keluar dari ruangan itu.

"Naruto ! Kau terluka," seru Gaara panik, tanpa sadar saat ia melihat sedikit luka di kepala Naruto.

Naruto berhenti dan memegang kepalanya.

"Ah ! Iya. Pantesan pusing. Hehe...he," kata Naruto yang tiba-tiba langsung ambruk itu.

\(^o^)/~\(^_^)/~\(0.0)/~\(=.=)/

"Haa... Naruto, kau harusnya lebih berhati-hati lagi," kata Gaara dengan helaan nafas panjang.

Sekarang mereka masih berada di ruangan Kyuubi, Directur'Room. Setelah Naruto ambruk tadi, dengan panik Gaara langsung menggendong Naruto ke sofa yang ada di ruangan Kyuubi.

Gaara yang baru selesai memperban secara keliling kepala bagian belakang Naruto yang sejajar dengan dahi, langsung saja menghela nafas panjang untuk yang kesekian kalinya.

"Hehehe...Maaf, Gaara," kata Naruto dengan cengiran lebar khasnya.

"Emang dasarnya kau ceroboh, Pendek," kata Kyuubi yang sedang duduk di kursinya.

Naruto yang mendengar hal itu, dahinya langsung berkedut-kedut kesal.

"KUSO NIICHAN ! INI ITU SALAHMU !" teriak Naruto kesal.

"Heh ? Apa salahku ? Kau tak bisa lihat ? Kalo tidak bisa, sini aku beri tahu. Aku dari tadi berada di sini, Pendek. Jadi apa salahku ?" kata Kyuubi cetus. Ia sungguh malas, lebih tepatnya tidak suka dikatakan yang menyebabkan masalah.

Dahi Naruto pun semakin memunculkan banyak kedutan di sana-sini atas jawaban dan perilaku Kyuubi.

"Jelas saja ini salahmu ! Kenapa cuma aku yang bekerja jadi bodyguard-nya di sini ? Sedangkan semua yang telah dilatih menjadi bodyguard hanya bekerja biasa layak orang kantoran ? Dan lebih parahnya,... ada yang cuma duduk-duduk santai ?" tanya atau bisa disebut bentak Naruto dengan intonasi perkataan yang sangat ketus.

Karena tidak mau kalah, Kyuubi pun membalas perkataan adiknya itu lagi.

"Lah ? Aku yang directur perusahaan Namikaze's Bodyguard ini sekarang. Jadi suka - suka aku mau buat ini perusahaan kayak gi mana kek. Itu terserah aku," kata Kyuubi santai sambil meminum teh hijau yang telah disediakan di mejanya.

Gaara yang melihat Naruto yang akan membalas perkataan Kyuubi lagi pun segera memberhentikan pertengkaran konyol itu.

"Sudahlah, Naruto. Kyuubi itu gak bisa dilawan. Ayo sekarang kita tidur saja! Besok kita kan sekolah," kata Gaara sambil menggenggam pergelangan tangan kanan Naruto.

Naruto yang mendengar hal itu hanya bisa menggembungkan pipinya karena Gaara melarangnya melawan perkataan Kyuubi. Tapi ia sadar, Gaara melakukan ini untuk melindungi Naruto agar Naruto bebas dari Kyuubi yang bisa-bisa saja mengamuk.

Saat sampai di depan pintu, Gaara menoleh ke arah Kyuubi.

"Kyuu, kau juga pulang. Besok ada kuliah jadwal pagi kan," kata Gaara tidak berniat bertanya.

"Iya - iya, Maroon cerewet. Kau urus aja si pendek sahabatmu itu. Aku lagi banyak client. Pastikan dia udah fit besok," kata Kyuubi

Gaara yang mendengar itu hanya mendengus kesal.

"Emang aku pembantu kau. Aku ini kerja di sini buat ngelindungi Naruto," kata Gaara yang langsung pergi dengan tangannya yang masih menggenggam pergelangan tangan Naruto.

Kyuubi yang mendengar hal itu hanya bisa berdecak kesal.

'Andai kau tau perasaanku, Gaara,' batinnya.

Lalu Kyuubi pun melanjuti pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.

\(^o^)/~\(^_^)/~\(0.0)/~\(=.=)/

"Naruto," panggil Gaara yang sedang menyetir kepada seseorang yang ada di sebelahnya.

Naruto yang dipanggil Gaara pun langsung menoleh ke arah Gaara.

"Ada apa ?" tanya Naruto.

"Apa kau tidak capek ? Kau selalu terluka karena pekerjaanmu ini, Naruto ?" tanya Gaara khawatir, tapi ia masih tetap fokus ke arah jalanan.

Naruto pun menyengir lebar.

"Gaara, kau tau kan aku sudah menginginkan ini sejak kecil ? Aku hanya ingin membalas budiku ke keluarga ini, Gaara," kata Naruto dengan senyum lembut.

Gaara melirik ke arah Naruto. Walau Naruto tersenyum lembut, tapi Gaara dapat melihat raut sedih di wajah Naruto.

~TO~BE~CONTINUED~

Nyahahaha..

Bagus kah fict ini?

Pantaskah dilanjutkan?

Kami tunggu jawaban kalian di review, minna!

Trus cocokkah judul dari fict ini? Genre-nya?

Jika ada yang merasa gak cocok kasih tau kami berdua apa yang cocok supaya kami bisa memperbaikinya.

Ehm..lalu ada yang tau gak siapa dua author baru yang menulis ini fict?

Ada yang tau gak?

Ada gak?

Ayo ja-plak-

Ya, udah deh...yang tau jawab, ya!

.

.

.

.

.

.

.

.

Terima kasih, ya yang telah membaca fict gaje dari 2 author baru ini!

Jika berkenan tolong direview!

Dengan catatan, kami tidak menerima flame apapun dari kalian. Kalo mau kritik, kritik aja! Jangan pake flame!

Akhir kata..

SEE YOU IN NEXT CHAP! \(^O^)/