Rhyme A Black

PresenT

Milik Kita Berdua

Untuk HFNH/NHFD Second year

Dan sesama NHL…

Kalian seperti keluarga untukku

Naruto belongs to Masashi Khisimoto-sensei

WARNING : saya ingatkan, kalau memang kalian tidak suka dengan OOC, AU, miss typo yang berserakan, mending tekan tombol back saja. Jangan sampai kalian mengamuk gaje setelah baca karya 'gila' satu ini. Wokkeh?

Inilah dia…

1… 2… 3… TAKE… ACTION!

0O0

"Yeahhh!"

"Hiyaaa…. Cacingggg!"

"Anak-anak, tolong tenang, semuanya tenang." seorang guru laki-laki yangs edang memakai perlengkapan bercocok tanam lengkap itu terlihat kewalahan menangani murid-muridnya. Saat ini, murid-murid kelas tiga SD itu sedang berkumpul di bukit belakang sekolah mereka untuk melakukan penanaman pohon. Anak-anak ini akan menanam pohhon secara berpasang-pasangan, yang laki-laki akan membuat lubang galian, sedangkan anak perempuannya akan memasukkan bibit semaiannya. Namun, kegiatan menanam yang tengah berjalan lancar selama lima belas menit terakhir sampai akhirnya Naruto, murid paling cebol dan paling nakal di kelas itu mengganggu murid-murid lain dengan cacing yang didapatnya. Iruka-sensei, guru yang mengawasi mereka sampai kewalahan menghentikannya.

"Naruto Uzumakiii! Jangan menakut-nakuti temanmu yang lain. Cepat buang cacing itu dan lakukan pekerjaanmu dengan benar!" Iruka-sensei sampai menjewer telinga Naruto dan memberikannya sekop kecil untuk menggali.

"Baik… Baik… Sensei." Dia meraih sekop kecil itu. Iruka-sensei pikir bahwa Naruto akan melakukan tugasnyya. Namun sepertinya itu hanya dalam mimpi saja. Anak itu kembali berkeliaran dan menganggu teman-temannya yang lain.

"Benar-benar membosankan. Hahhh… apa tidak ada sesuatu yang menarik yaa?" ia berbicara sendiri. Bocah berambut pirang itu hanya berjalan-jalan melihat-lihat teman-temannya yang lain sedang assik menanam dengan teman pasangan mereka masing-masing. Dia melihat Sakura, bocah kecil berambut merah muda tampak tersenyum-senyum sementara seorang anak laki-laki berambut kebiruan sedang kesusahan menggali lubang. Belum lagi Ino, temannya yang super cerewet itu seenaknya memerintah Chouji—seorang murid yang bertubuh err… gemuk dan Shikamaru, seorang anak yang bertampang pemalas (dan bukan Cuma tampangnya, dia benar-benar pemalas) untuk membuat lubang yang besarrrr sekali. Hahh.. entah untuk apa.

Dan secara tak sengaja, mata biru cerah bocah itu melihat sesosok anak perempuan sedang berjongkok di depan poly bag yang telah diisi oleh bibit semaian. Dengan senyum iseng, dia mendekati anak itu.

"Heyyy! Apa yang kau lakukan?" tanya Naruto sambil berdiri di depan anak perempaun itu. Anak itu mendonggak pada Naruto, memperlihatkan matanya yang berwarna perak keunguan. Poni ratanya sedikit tersibak oleh angin yang bertiup sepoi-sepoi. Anak perempuan itu langsung berdiri, dia menjatuhkan balok kayu yang dia gunakan untuk membuat sebuah cekukan kecil diatas tanah yang tadi digaruknya.

"Kamu mau bikinnn… lubang? Menggali? Ini yang kamu sebut menggali? Astagaaa… lubang sekecil ini mana bisa ditanami pohon, disiram air saja sudah pasti mati!" Naruto nyerocos, bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya sambil menunjuk hasil kerja anak itu.

"Kau ingin menanam pohon ini?" tanya Naruto kali ini dia diam sejenak menungguk anak perempuan itu menjawab. Anak itu hanya mwengangguk kecil.

"Ini pohon apa?"

"P-po-ppohon a…apel." Akhirnya suara anak kecil itu terdengar juga, setelah sedari tadi hanya mengangguk saja.

"Kau ingin menanamnya di sini?" anak perempuan itu mengangguk lagi. Naruto tampak berpikir, wajah yang selalu dipasangi cengiran lebar itu terlihat serius. Lalu,seakan ada bola ide yang menerangi isi kepalanya, ia langsung melonjak dan lompat kesenangan. "HEIII! Aku punya ide! Kita tanam saja pohon ini di puncak bukit sana yuk!"

Anak perempuan itu menatapnya dengan wajah heran.

"Iyaaa! Kita tanam pohon apel ini dan menandai bukit ini sebagai milik kita. Hmmm… hebatkan?"

Anak perempuan itu mengangguk dan tersenyum. Manis sekali. Tanpa aba-aba, Naruto meraih tangan kecil anak perempuan itu. Tanpa sadar, pipi chubby anak itu memerah, belum ada seseorang yang mau berbicara dengannya sejak pertama ia mengenal yang namanya bangku sekolah, apalagi sampai mengajaknya bergabung untuk melakukan sesuatu. Anak laki-laki berambut pirang itu… dialah yang melakukannya untuk pertama kali.

Tak lama kemudian, sampailah mereka di puncak bukit itu. Tiupan angin yang sepoi-sepoi meniupkan aroma manis dari bunga-bunga yang tumbuh di padang bunga anyelir dan foxglove ungu menyatu mewarnai bukit yang menghijau. Mereka berhenti di satu titik. Naruto langsung berjongkok untuk membuat sebuah lubang yang cukup dalam, sementara anak perempuan itu masih terus terpana oleh pemandangan yang dilihatnya itu.

"Heiii. Apakah segini cukup?" Tanya Naruto memperlihatkan hasil kerjanya. Sebuah lubang berukuran 50 x 50 cm berhasil sdibuatnya. Baju dan wajahnya sampai kotor sengan tanah gembur. Anak berambut pendek indigo itu mengangguk, lalu berjongkok di samping Naruto dan mengeluarkan bibit pohon itu dari poly bag, memasukkannya ke dalam lubang yang tadi telah dibuat oleh bocah pirang itu. Tak lama, dengan senyum penuh kepuasan mereka memandangi hasil karya mereka.

"Dia pasti akan tumbuh menjadi pohon yang paling keren!"

Anak itu mengangguk lagi.

"Haaahhh… kau ini mengangguk terus. Tak ada ekspresi lain apa?" tanya Naruto dengan nada kesal bercampur bingung melihat anak perempuan itu hanya tersenyum dan mengangguk saja. Yeaahhh… meskipun harus ia akui bahwa senyum anak perempuan itu cukup manis juga.

"Heiii kalian berdua! Naruto… Hinata… apa yang kalian berdua lakukan di sana? Ayo cepat kita akan kembali ke sekolah." Teriak Iruka-sensei. Anak perempuan yang ternyata bernama Hinata itu segera berlari ke arah Iruka-sensei. Sementara Naruto hanya terdiam di tempatnya.

'Jadi… namanya Hinata.'

"Hinata!" Naruto berteriak memanggil nama anak itu. Hinata menoleh, "Tunggu aku!" lanjutnya sambil berlari menuju Hinata yang menunggunya di depan sana.

Pertemuan mereka itu…

Telah menjadi awal dari sebuah kisah…

0o0

Sebenarnya, ruangan berukuran 5 x 4 itu adalah sebuah basecamp dari sebuah grup band indie di kota Konoha, sebenarnya. Tapi, berhubung pentolan band itu sedang dalam keadaan 'otak yang berpindah ke telapak kaki' ruangan itu sekarang berubah seakan baru saja ada gempa berkekuatan 9,9 skala richter yang mengguncangnya. Kaleng soda, kertas-kertas yang berisi kunci-kunci nada yang belum jadi, kotak-kotak makanan berserakan di mana-mana. Tinggal taruh seekor tikus, maka tempat itu akan cocok dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah.

"ARGHRGRHR! pengen rasanya gue banting nih gitar." cowok berambut pirang jabrik itu mengacak-acak rambutnya penuh rasa frustasi ala desperate wife, mata birunya melirik secarik kertas yang berisdi tulisan yang tampaknya lebih mirip sandi rumput. Sudah seharian penuh dia berkutat dengan gitar kesayangannya itu. Menulis lirik-lirik lagu, mengambil not secara acak dan berharap agar Dewa Inspirasi akan memberikan wangsit untuk mengarang satu laguuuu saja. Teman-teman satu bandnya saja sampai terheran-heran melihat cowok yang memiliki tanda ' kumis kucing' di kedua pipinya itu stress gara-gara memikirkan sebuah lagu. Biasanya juga, dia stress gara-gara mikirin cewek.

"Tenang aja Nar, pasti ide itu bakalan datang dengan sendirinya. Ide tuh gak bisa dipaksakan buat— "

"—tapi dicari." cowok yang bernama Naruto itu langsung memotong ucapan Chouji, temannya yang bertubuh tambun itu.

Chouji memutar bola matanya, "Terserah lo aja deh, Nar. Daripada ngeliatin beruk stress mending gue latihan drum aja."

"Iyaa. Latihan drum. Kalo bassnya rusak, lo tinggal gantian mukulin perut lo itu." Ucap Naruto setengah bercanda. Dan sebagai balasannya, ia dihadiahi lemparan stick drum dari drummernya itu. Hah, untung saja tidak sampai nancep di kepalanya.

"Woiiii… mau ke mana lo?" tanya Chouji saat melihat Naruto bangkit dari pertapaannya sambil menenteng gitar.

"Nyari inspirasi…"

"Ohhh… tapi… Woiii! Woiii! Siapa yang mau ngeberesiin basecamp? Woiii setan berukkk balik lo! Woiiii!"

0o0

Naruto tengah duduk di kursi taman depan SDnya dulu. Entah mengapa kakinya malah membawanya ke tempat ini. Gitar coklatnya hanya tergeletak begitu saja di sampingnya. Matanya menerawang menembus dinding –dinding kelas yang telah lama berdiri itu. Tanpa sadar, ia mengingat sepotong kenangan manis yang ia buat di dalam rangkaian umurnya yang masih belia kala itu. Sebuah kenangan yang mendapatkan tempat khusus di dalam hatinya.

Naruto tersenyum-senyum sendiri mengingat kenangan itu. Otaknya masih menolak untuk percaya bahwa dirinya yang begitu badung (bahkan sampai saat ini) bisa bersahabat dengan seorang cewek yang amat sangat pendiam dan bisanya hanya tersenyum saja.

Dia memandang ke langit sore, masih ada waktu dua jam lagi sampai warna biru cerah langit berganti dengan beludru hitam yang berkerlap-kerlip. Dia kembali mengingat bagaimana wajah gasdis itu selalu merona merah setiap ia berada di samping gasdis itu, perkataannya yang terbata-bata setiap ia mencoba untuk mengajak gadis itu berbicara. Padahal mereka telah bersahabat sejak lama, namun sepertinya semua kelakuan gadis itu adalah bawaan sejak lahir.

Terkadang, dia suka merasa aneh sendiri, dia selalu saja bertingkah konyol dan bodoh jika berada di samping gadis itu, bersikap anti malu hanya untuk melihat senulas senyum manis yang terukir di wajahnya.

Namun, akhir-akhir ini, entah telah berapa lama ia selalu saja merasakan sensasi aneh nan menggelitik setiap ia berhasil mendapatkan senyum gadis itu. Sentakan-sentakan kecil di dadanya, desiran-desiran yang cepat dan lambat di saat yang bersamaan seakan menjadi gejala penyakit baru untuk tubuhnya. Belum lagi perasaan ingin melindungi gadis itu.

Pernah suatu ketika ia merasa marah saat mengetahui salah seorang teman band-nya, Kiba digosipkan sedang pedekate dengan gadis itu. Dia masih bisa mengingat percakapannya dengan gadis itu tempo hari, sewaktu Naruto melarang gadis itu untuk dekat-dekat dengan Kiba.

"Aku gak suka kamu dekat-dekat sama dia, Hime-chan." Larang Naruto sewaktu mereka sedang makan siang bersama di kantin sekolah.

"Tapi dia cuma nanya soal pelajaran aja, Naruto-kun." Sanggah gadis itu.

"Tapi dia tuh nakal, tukang bolos. Pokoknya aku gak suka kalo kamu ngomong sama dia." balas Naruto, seakan dia lupa bahwa dia itu seribu kali lebih nakal dibanding temannya yang bernama Kiba itu. Ckckcck…

"Tapi diakan teman dekat kamu, Nar. Satu band malah. Kok kamu gitu sih?"

"Pokoknya gak boleh!"

"Kamu kenapa sih, Nar? Cemburu yaa?" Tanya gadis itu dengan mimik serius.

Naruto terdiam, miso ramen yang hendak dimakannya terhenti, sumpitnya jatuh. Mata biru cerahnya memandang langsung pada mata keperakan gadis yang ada di hadapannya itu.

Benarkah… benarkah kalau ia cemburu?

TO BE CONTINUE

0o0

SELAMAT HFNH!

HURRAYYY NHL Family! Astagaaaa…Selamat menyambut Tahun Kedua Hari Fluffy NaruHina! Semoga pada tahun kedua ini perayaan besar untuk pairing tercinta kita ini makin meriah dan sukses besarrrr! Yeaaahhh! Dan semoga saja, dengan perayaan ini bisa menggugah semangat kebersamaan, kekompakan, dan ke-KEREN-an NHLovers semua. Dan semoga, kedamaian akan selalu ada di dalam hati semua NHL… YEAAAHHH!

Yapz! Mohon kritik dan sarannya!

Nah, sekedar info neh… NHL gabung yaa di forum/rumah NHL Family di :

'.'

WOKKEH NHL! KEEP STAY COOL!

Narsiezzz dikit gak papa yaphz ?

NaruHina, The Greatest Pair

Ever After…

*gak suka? Goreng aspal, wakakka!*