Disclaimer : Pledis Entertainment

Warning : BL/Yaoi, M-PREG

Mingyu x Wonwoo, Soonyoung (Hoshi), Jeonghan

_The Baby of Us All_


July 16th

Ini sudah sebulan lebih Wonwoo istirahat di dorm Seventeen karena penyakit gastritis yang kata dokter dideritanya. Tidak mengikuti kegiatan apapun. Sama sekali. Sesungguhnya dia sangat bosan. Tentu saja, selagi member lain sedang melaksanakan pekerjaannya dari pagi hingga menjelang tengah malam dia hanya diizinkan berbaring di kamarnya dan hanya boleh berdiri jika ingin buang air, mandi, ke dapur untuk makan, dan hal-hal lain yang sewajarnya dilakukan.

Ya, memang dia ditemani salah satu managernya sih, tapi tetap saja. Managernya itu selalu sibuk dengan ponsel dan laptopnya. Ia selalu saja menelpon kesana-sini, mengirim e-mail entah kepada siapa, dan browsing tentang berita-berita dan perkembangan K-Pop terbaru dari laptopnya, juga memantau penjualan album mereka tentu saja. Yang paling sering terlihat di layar laptopnya oleh Wonwoo hanyalah grafik-grafik warna-warni yang bergerak naik-turun.

Bosan kan, hanya dengan membacanya saja? Jika ia beruntung, sesekali managernya akan mengajaknya ngobrol—mengomel satu pihak lebih tepatnya.

Namun setelah sebulan ini, ada hal aneh yang dirasakannya pada dirinya. Dia belum memberi tahu siapapun tentang keanehan yang dirasakannya. Karena ya, mungkin itu hanya perasaannya saja karena dia sedang sakit atau karena telah terlalu lama berbaring. Ya, mungkin itu saja.

Satu-satunya yang bisa menghilangkan kebosanan Wonwoo sejenak adalah novel yang dibelikan salah satu membernya, Soonyoung, atau yang lebih dikenal sebagai Hoshi. Dia membelikannya di toko buku menggunakan kartu yang dipinjamnya dari salah satu manager mereka. Kalau boleh sedikit berpikir negatif, Soonyoung hanya mepergunakannya sebagai alasan untuk sekalian membeli berbagai macam komik kesukaannya. Tapi ya, tidak apalah. Sahabatnya itu sepertinya tidak begitu-begitu amat.

"Wonwoo-ya, aku harus ke gedung agensi sekarang, apa kau tak masalah ditinggal sendiri? Member sudah dalam perjalanan pulang sih, jadi aku pergi saja ya. Jangan bangun kalau tidak untuk ke kamar kecil saja. Dah!"

Wonwoo menghela napas. Managernya itu niat untuk bertanya tidak sih? Kalau memang hanya mau mengambil keputusan seperti itu sendiri sih dia cukup pamit saja kan, tidak perlu sok bertanya segala. Huh.

Wonwoo mengambil novel terakhir, yang masih dibungkus plastik, dari laci meja di sebelah tempat tidurnya. Dia mengatur posisinya menjadi setengah duduk lalu membuka novel itu dan membacanya sembari menunggu membernya sampai ke dorm.

..::''::..::''::..::''::..

"Wonwoooo-yaaaaaaa~~~"

Suara pertama yang terdengar oleh Wonwoo setelah suara pintu dorm-nya dibuka adalah suara berisik Soonyoung.

BRAK!

Soonyoung menendang pintu kamarnya yang setengah terbuka lalu melompat ke kasurnya yang memang mereka tempati berdua, sementara keempat member lain yang sekamar dengan mereka masing-masing menggunakan satu single bed.

"Wonwooooo~~ lihat ini!" Hoshi dengan semangat mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Novel baru untuknya!

Dengan senyum, Wonwoo mengambil beberapa buah novel yang baru tersebut, "Waah, baru lagi. Padahal masih ada satu lagi loh, yang belum aku baca." Kata Wonwoo sambil menunjukkan novel yang baru dibacanya sampai halaman 69 tadi.

"Gak masalah. Siapa tahu kau bosan dengan ceritanya di tengah-tengah, kau bisa ganti novel. Hehehe…" Soonyoung nyengir.

"Terima kasih, Soonyoung-ah." Ujar Wonwoo tulus. "Mingyu mana?" lanjutnya. Kepalanya celingukan mencari keberadaan kekasih raksasanya itu.

Hoshi melihat ke arah pintu kamar mereka yang terbuka lebar, "Sepertinya belum sampai. Dia naik mobil yang satu lagi, mungkin masih terjebak lampu merah." Jawab Soonyoung.

"Wonwoo-ya, apa kau sudah makan malam?" dari pintu, masuk sosok member paling kecil—dia akan mengamuk kalau tahu dikatakan kecil—Jihoon.

Wonwoo mengangguk, "Sudah."

"Obatnya?" tanya sosok kecil itu lagi.

Sekali lagi Wonwoo mengangguk, "Sudah."

Jihoon ikut mengangguk, "Badanku akan rontok dalam beberapa detik ke depan. Aku mau langsung tidur saja. Selamat tidur." Ujarnya sambil berlalu menuju ke kamarnya.

"Mimpikan aku, chagiyaaa~~" Soonyoung setengah berteriak agar Jihoon mendengar kata-katanya.

Dan tidak sampai sedetik kemudian terdengar suara dari kamar sebelah, "Ogah!" Soonyoung menangis di pelukan Wonwoo.

..::''::..::''::..::''::..

Wonwoo menggeliat gelisah dalam tidurnya. Tangannya meremasi kaosnya di bagian perut.

"Ukh, sakit sekali…" dia terbangun, kemudian mencari posisi yang lebih nyaman dan membuat sakit di perutnya berkurang. Tapi tetap saja, dia tidak bisa tidur. Soonyoung tidur di sebelahnya dengan dengkuran yang membahana. "Diamlah sedikit!" bisik Wonwoo sambil sedikit mengubah posisi kepala Soonyoung agar kamar mereka sedikit lebih tenang dan dia bisa tidur lagi dengan mudah.

Namun ternyata pergerakan yang dilakukan Wonwoo membangunkan Soonyoung dari tidurnya. "Ada apa, Won-ah?" tanya Soonyoung dengan suara seraknya. Matanya masih tertutup.

"Tidak apa," jawab Wonwoo. "Aku tidak bisa tidur. Perutku sakit sekali sekarang, dan suara dengkuranmu sama sekali tidak membantuku."

Soonyoung membuka matanya melihat Wonwoo, "Maafkan aku. Apa mau aku ambilkan air hangat? Atau aku bangunkan Mingyu?"

Wonwoo menggeleng, "Tidak perlu. Tidur lagi saja. Cobalah untuk mendengkur setelah aku tertidur."

Soonyoung mendengus, mana bisa dia tahu Wonwoo sudah tidur atau belum jika dia saja sudah tidak sadar? Tapi mata dan tubuhnya yang lelah tidak dapat terlalu lama berkompromi dan kini dia sudah terbaring tenang tidak bergerak. Kini gantian Wonwoo yang mendengus. Oh, dia iri sekali pada Soonyoung dan member yang lain yang sekarang sedang tidur.

Wonwoo mengelus perutnya. Dia memang hampir memiliki otot perut yang diidam-idamkan banyak lelaki di dunia ini. Perutnya tidak lembek, tapi tidak pernah sekeras ini sebelumnya. Seharusnya dengan dia tidak pernah bergerak banyak lagi dia tidak akan heran jika otot-otot perutnya kembali berubah menjadi lemak yang lembek. Tapi ini malah terasa keras setelah melewati beberapa millimeter lemak yang terasa lembek. Rasanya seperti otot perutnya terbentuk dengan baik di bawah lapisan lemak hasil dia tidak banyak bergerak selama sebulan lebih.

"Ah, sial, sakit lagi." Sakit perutnya yang tadi sempat hilang timbul kembali. Sebenarnya bukan sakit sekali, sakitnya sedikit saja. Tapi rasanya aneh. Tidak nyaman. Wonwoo sendiri tidak tahu bagaimana menjelaskannya kalau ditanya bagaimana rasanya.

"Kau mau aku antar ke rumah sakit, besok?"

Wonwoo terkejut. Soonyoung yang ternyata belum tertidur menatapnya dari sampingnya.

"Apa sakit sekali, Won-ah?" Soonyoung menyentuh perut Wonwoo sebentar, "Aku ambilkan air hangat dulu." Soonyoung beranjak sebelum Wonwoo sempat mencegahnya.

Wonwoo merasa tidak enak telah mengganggu Soonyoung dari tidurnya. Jelas sekali sahabat seumurannya itu lelah setelah menjalani jadwal yang bertumpuk-tumpuk seharian. Dia harus berterima kasih padanya. Sahabatnya itu orangnya lucu, juga usil. Tapi dia bisa perhatian di saat-saat tertentu seperti ini. Wonwoo merasa beruntung Tuhan telah memberikannya seorang Soonyoung sebagai sahabatnya. Karena yah, dia mengerti dirinya. Tidak seperti kekasihnya yang tidak peka itu. Tapi yah, bagaimanapun juga dia mencintai kekasihnya itu.

"Hyung, kenapa kau bangun?"

Nah, panjang umur kau Mingyu, baru saja dibicarakan.

"Perutku terasa tidak enak. Kau sendiri kenapa bangun?" jawab Wonwoo setelah melihat wajah mengantuk Mingyu yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya. Tangannya melambai-lambai menyuruh Mingyu untuk mendekat.

Soonyoung masuk saat Mingyu baru duduk di pinggir kasur mereka.

"Aku selalu memastikanmu benar-benar tidur dengan lelap, hyung." Ujar Mingyu. Tangan besarnya mengacak rambut Wonwoo yang berantakan.

Oh, betapa Wonwoo ingin menangis sekarang. Dirinya dikelilingi oleh orang-orang yang dengan tulus menyayanginya. Ini masih Mingyu dan Soonyoung yang dengan rela membuang waktu tidurnya hanya untuk memastikan bahwa dirinya baik-baik saja, member yang lain belum disebutkan bagaimana perhatiannya mereka padanya.

"Ya, dia bahkan hampir membunuhku dengan menutup wajahku memakai bantal hanya karena aku mendengkur." Gerutu Soonyoung. Ia menyerahkan cangkir yang berisi air hangat itu kepada Wonwoo. Setelah itu ia memukul kepala Mingyu, mendapatkan tatapan tidak terima dari adik tiangnya.

Wonwoo berusaha menahan tawanya agar air hangat di mulutnya tidak tersembur keluar, selain agar 4 member lain yang sedang tidur di kamarnya ini tidak terbangun.

"Uuuh, cayaang, kacian cekali kamuuu…" kata Wonwoo sambil mengelus-elus rambut cokelat Soonyoung yang kini sudah berbaring kembali.

Soonyoung melirik Mingyu dengan tatapan mengejek, dengan tidak langsung mengatakan kasian deh, Mingyu, Wonwoo lebih sayang dan membela dirinya dibanding Mingyu. Mingyu menatap Wonwoo tidak terima, "Hyung, kenapa kau malah bermesraan dengan Soonyoungi hyung sementara aku ada di sini dengan senang hati menerima belaian tanganmu." Bibir Mingyu maju.

"Makanya jadi orang jangan kejam." Kini Wonwoo juga mengusap-usap kepala Mingyu. Dia merasa seperti seorang ibu dengan kedua anaknya yang manja senang diusap-usap kepalanya olehnya.

"Kenapa ribut sekali?" terdengar suara serak Jun mengganggu kegiatan mereka. Ketiga orang itu terdiam melihat ke arah kasur Jun. tapi tidak sampai satu menit, suara dengkuran pelan Jun yang sedari tadi terdengar menemani suasana obrolan mereka kembali terdengar. Mereka tertawa tanpa bersuara.

"Sudah sana, kau tidur lagi." Soonyoung mengusir Mingyu, menyepak pantatnya untuk kembali ke kamarnya.

Mingyu mencibir, tapi tetap saja beranjak setelah ia mencuri satu kecupan di bibir Wonwoo. "Tidurlah lagi, hyung. Jangan sampai sakitmu menjadi tambah parah."

Wonwoo mengangguk dan kembali berbaring setelah pintu kamarnya ditutup dari luar oleh Mingyu yang dengan semangat dadah-dadah padanya tadi.

"Perutmu masih sakit? Aku, Jihoon, Mingyu dan Jeonghan hyung sudah menyelesaikan rekaman kami tadi. Tapi Jihoon masih harus tetap datang ke studio rekaman besok, kau tau, itu bagiannya. Kita berempat bisa pergi ke rumah sakit besok. Lagian minggu lalu kau tidak jadi ke rumah sakit untuk mengecek keadaanmu lagi, 'kan?" kata Soonyoung.

Wonwoo menghela napas, "Aku malas sekali ke rumah sakit, Soon-ah."

Soonyoung mendecak.

"Tapi kalau kau memaksa menemani, aku tidak bisa menolak." Wonwoo menutup matanya, berusaha tidur lagi.

Soonyoung tertawa yang terdengar seperti dengusan, "Ya, ya, aku memaksa sekali." Dia melihat Wonwoo yang hanya tersenyum kecil. Dia pun melanjutkan tidurnya.

..::''::..::''::..::''::..

"Iya, hati-hati anak-anakku semuanya~" Suara merdu Jeonghan terdengar sebelum bunyi pintu dorm Seventeen tertutup.

Wonwoo, Mingyu, dan Soonyoung sedang mandi. Di kamar mandi yang terpisah, tentu saja. Dia mendengus, merasa sendirian padahal mereka ada berempat di dorm. Member lainnya baru saja pergi ke studio rekaman untuk menyelesaikan rekaman lagu terakhir untuk album mereka mendatang.

Jeonghan pun lalu memilih untuk ke dapur, berniat menyiapkan sarapan untuk adik-adiknya dan memulai sarapannya sendirian. Perutnya sudah keroncongan sedari tadi, tapi dia memilih untuk mengurusi member lainnya yang terlambat bangun agar bersiap dengan cepat.

"Hyung, serealnya jangan dimakan, itu punya Wonnie hyung." Mingyu yang mandi di kamar mandi belakang, yang harus melewati dapur untuk ke kamarnya bersuara.

"Oh! Astaga, demi Tuhan, Kim! Kau mengagetkanku!" Jeonghan mengelus dadanya, "Aku hanya sedang menyiapkan sarapan untuk kalian, bukannya aku mau memakan sereal ini." Jeonghan mendengus.

"Kalau gitu aku mau dibuatkan bubur dong, hyung~" kata Mingyu manja.

"Enak saja. Ini masih ada ramen untuk sarapan, habiskan saja. Aku malas memasak lagi. Lagian 'kan memasak seharusnya bagianmu. Tapi kau malah terlambat bangun juga." Gerutu Jeonghan. Dia mulai memakan ramennya.

Mingyu memajukan bibirnya sambil berlalu ke kamarnya untuk berpakaian.

Tak lama, Wonwoo datang ke dapur. Jeonghan menggeser kursi untuk Wonwoo di sebelahnya menggunakan kakinya. Wonwoo duduk dan menatap sereal kering dengan segelas susu yang dianjurkan dokter di sebelahnya. Kemudian ia menatap Jeonghan, "Hyung, aku tidak ingin makan sereal. Aku mau ramen saja." Wonwoo mengambil satu sereal menggunakan jarinya dan memakannya dengan wajah enek.

Jeonghan menatapnya tak percaya, "Yang benar saja, Wonwoo-ya. Bisa-bisa sakit perutmu kambuh diberi makanan pedas seperti ini."

Soonyung dan Mingyu datang dan bergabung dengan mereka di meja makan.

"Kau kenapa, hyung?" Tanya Mingyu yang duduk di depan Wonwoo, melihatnya berwajah cemberut. "Mengapa serealnya tidak kau makan?"

"Aku ingin ramen saja, aku tidak ingin sereal." Adu Wonwoo. Kepalanya tertunduk, takut jika Mingyu marah.

"Apa kau mau aku masakkan ramen yang bisa hyung makan? Hyung hanya perlu menyebutkan makanan apa saja yang dilarang."

Wajah Wonwoo cerah seketika. Detik itu juga dia mendikte apa-apa saja yang dilarang dokter untuk masuk ke perutnya sembari Mingyu menyiapkan ramen yang akan direbusnya sebentar tapi berkali-kali menggunakan air mendidih yang berbeda—untuk menghilangkan zat-zat lilin atau apapun itu yang katanya ada di ramen instan.

Jeonghan dan Soonyoung hanya melanjutkan sarapan mereka dengan diam. Jeonghan selesai duluan dan memilih untuk mandi karena yah, sedari tadi dia masih bau iler, demi mengurusi member-member jam karet kalau masalah tidur itu.

Tepat setelah Soonyoung menyelesaikan sarapannya, ramen spesial untuk Wonwoo pun sudah menanti untuk disantap.

"Waah, kuahnya bening sekali, Gyu." Wonwoo memegang sendok dan sumpitnya, "Selamat makan." Dan dengan semangat memakan ramen buatan Mingyu yang rasanya agak sedikit manis karena Mingyu tidak memasukkan banyak garam.

"Duh, enaknya. Aku juga mau coba dong." Tangan Soonyoung mendekat dengan sumpitnya.

"Enak saja." Wonwoo menjentik punggung tangan Soonyoung dengan jarinya. "Bikin sendiri sana."

"Huh, pelit." Soonyoung beranjak dari meja sambil menjulurkan lidahnya, dibalas juluran lidah juga oleh Wonwoo.

Wonwoo dan Mingyu melanjutkan sarapan mereka. Begitu mereka selesai sarapan—setelah Mingyu selesai menyuci mangkok dan gelas kotor yang dipakai member lain dengan berat hati—Mereka ke ruang keluarga mendapati Jeonghan sudah duduk santai di depan televisi dengan jeans dan kemeja ungu mudanya.

"Kalian sudah selesai? Ayo berangkat." Jeonghan mematikan televisi dengan remote kontrol dan berdiri. Soonyoung juga baru saja selesai ganti baju, sementara Mingyu dan Wonwoo memang sudah memakai pakaian pergi mereka dari tadi.

Mereka pun pergi ke rumah sakit yang cukup jauh, rumah sakit dimana dokter rekomendasi ibunya Jeonghan bekerja—berbeda dengan rumah sakit tempatnya memeriksakan Wonwoo waktu itu—kini mereka tidak sedang terburu-buru, tidak seperti saat itu, jadi mereka memilih untuk ke rumah sakit yang lebih besar dengan dokter yang memang sudah dikenal Jeonghan saja.

Mingyu menyetir. Padahal dia maunya menemani Wonwoo di bangku belakang, tapi Jeonghan, hyung-nya itu katanya malas. Dan saat itu Jeonghan sendiri sudah terduduk di kursi di samping kursi pengemudi. Jadi dengan terpaksa Mingyu yang menyetir dengan Jeonghan sebagai pemandu jalan saja.

Karena ini bukanlah akhir pekan dan masih jam kantor, jalanan masih sangat sepi sehingga mereka tidak perlu waktu yang lama untuk sampai di tujuan.

Jeonghan hanya perlu ke bagian pendaftaran dan memperlihatkan sebuah kartu—entah kartu apa—kepada suster yang berjaga, dan mereka bisa langsung masuk ke ruangnnya dengan diantar seorang suster di lantai 6. Dokter Oh.

"Jadi, siapa yang harus kuperiksa?" Tanya Dokter Oh setelah sedikit berkenalan dan berbasa-basi dengan mereka berempat.

Wonwoo yang tadi berdiri lalu maju dan duduk di samping meja yang menghadap ke arah sang dokter. "Apa keluhanmu?"

Mingyu, Jeonghan, dan Soonyoung tidak ada yang mau keluar ruangan, jadilah mereka berdiri di belakang Wonwoo.

"Saya divonis Dokter Park dari Rumah Sakit E terkena gastritis akut, dok. Setelah mendengar penjelasan mengenai gejala-gejalanya, awalnya saya merasa itu memang benar. Tapi semakin kesini saya merasa berbeda."

"Sudah berapa lama anda divonis terkena penyakit ini?" Tanya dokter Oh.

"Sudah sebulan lebih, dok." Mingyu yang menjawab. Wonwoo masih sibuk menghitung-hitung.

"Sudah lama juga. Apakah tidak ada pemeriksaan lagi setelah waktu itu?"

"Tidak ada, karena dengan obat dan vitamin yang diresepkan oleh Dokter Park saya perlahan-lahan membaik. Bahkan beberapa hari pada minggu lalu penyakit sama saya sekali tidak kambuh. Tapi perut saya terasa aneh, dok. Rasanya seperti kembung, juga keras. Padahal perut saya tidak pernah sekeras ini sebelumnya."

Dokter Oh menyatat semua yang dikatakan Wonwoo, termasuk nama obat-obatan yang diberitahukan oleh Wonwoo selanjutnya. Ia juga sempat menekan sedikit perut Wonwoo.

"Jadi kau kembali memeriksakan diri karena sakit perutmu jadi terasa berbeda, begitu?"

Wonwoo mengangguk membenarkan, "Tapi sebenarnya saya juga tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa sakit dan tidak nyaman ini dok. Rasanya tidak tajam seperti awal-awal dulu."

Dokter Oh mengangguk-angguk sambil bergumam, "Apa mau kita adakan pemeriksaan mendalam lagi?" tawarnya.

Wonwoo melihat Jeonghan dan Mingyu yang masing-masing ada di kanan dan kiri belakangnya dengan tatapan bertanya.

"Apa menurut dokter pemeriksaan mendalam diperlukan?" kali ini Jeonghan yang bertanya.

"Tentu saja. Ada banyak kemungkinan yang tidak kita ketahui. Bisa saja Wonwoo-shi hanya masuk angin biasa, atau kali ini ususnya yang bermasalah, bisa juga itu hanya perasaannya saja karena dia sudah lama tidak bergerak banyak dan yang lain-lain lagi. Baiknya, jika gastritisnya benar-benar sudah membaik, obat-obatan yang diberikan Dokter Park bisa berhenti kau minum karena itu termasuk obat dengan dosis yang cukup tinggi, dan aku akan memberi vitamin dan obat dengan dosis rendah yang gunanya untuk mencegahnya kambuh lagi." Jelas Dokter Oh panjang lebar.

"Ooo, begitu." Jeonghan mengelus-elus dagunya. Semua mata tertuju padanya seakan-akan dialah yang harus mengambil keputusan. "Kalau begitu lakukan saja. Kami bisa menunggu di sini. Tapi jangan lama-lama ya, dok." Akhirnya memang Jeonghanlah yang mengambil keputusan, diiringi dengan candaan ringannya.

Dokter Oh tertawa, "Tenang saja, lama pun akan tetap kukembalikan." Balas Dokter Oh. Ia berdehem, memberi kode kepada perawat yang sedari tadi duduk menghadap layar komputer untuk memasukkan data-data Wonwoo.

..::''::..::''::..::''::..

Mereka kembali ke rumah sakit pada sore harinya. Tadi Dokter Oh bilang pada pemeriksaannya ada sesuatu yang tidak diduganya—tidak ada sama sekali dalam kemungkinan-kemungkinan yang dipikirkannya. Namun ia tidak memberitahunya karena hasil pemeriksaannya belum keluar, tidak ingin memberikan info yang salah, katanya. Jadi mereka diminta untuk kembali pada sore hari karena saat itu lumayan banyak juga yang menjalani pemeriksaan seperti yang dilakukan Wonwoo.

"Jadi bagaimana, dok?"

Dokter Oh pun membacakan hasil analisis pemeriksaan yang sudah dilaksanakan pada Wonwoo. Dari awal hingga akhir. Mereka berempat terbengong.

"Jadi, intinya apa, dok?" Tanya Soonyoung dengan ekspresi bodohnya.

Dokter Oh menghela napas sebentar. Dia juga tidak mengerti ini maksudnya apa, tapi berdasarkan apa yang telah dibacanya, dia menyimpulkan "Wonwoo-shi tidak terkena penyakit gastritis akut, tapi Hamil. Sudah 11 minggu."

To Be Continued

I slipped into the diamond life. Sebenarnya sejak Mansae baru selesai dipromosiin sih. Couple favoritku di Seventeen itu SoonHoon dan SeokSoon XD jadi, kalo lagi threesome Soonyoung di tengah, wkwkwk tapi aku flexible kok soal couple, se-crack apapun itu. Aku juga suka WonShi sebagai sahabat-sehidup-semati-sangat-penting-bahkan-couple-mereka-adalah-nomor-dua. Trus, menurutku Wonwoo itu uke banget. Bahkan kalau dibanding Jihoon, Jihoon masih lebih seme. Sebenarnya menurutku hampir semua member Seventeen itu seme kecuali Wonwoo dan Seungkwan. Bahkan Jeonghan juga seme. Jeonghan itu laki banget kok sebenernya. Mau tau alasan kenapa aku mikir kayak gini? Kalau banyak yang nanya di review, aku kasi tau alasannya di a/n chap selanjutnya. Kayak penting banget gitu yee ==" abaikan aja deh.

Oh ya, ini latarnya tuh ya sekitar 16 Juli gitu yah, di ceritanya sih sebelum promosi Aju Nice dimulai. Setelah tanggal ini, di fanfic ini, alurnya berdasarkan keinginanku aja, ga sesuai dengan jadwal2 mereka. Got it? Okeeeeey… oh ya, novel yang dibaca Wonwoo halaman 69 bukan karena apa yaaa, tapi urutan member Seventeen kalau dari yang tertua Wonwoo itu urutan ke-6 dan Mingyu ke-9 tapi halaman 96 itu rasanya udah banyak banget yang dibaca, padahal dia baru buka novelnya. Gitu deh pokoknya.

Review please~

Rhi ^^v