Dore kurai toki ga sugitatte
Kono omoi o mune ni shimatte
Bokura wa ikiteyukunda
Ai to music sore dake de iin da
Daiji na mono wa subete aru no sa saisho kara
Kimi no naka ni
'PLOK! PLOK! PLOK!'
"Bagus! Lain kali coba kau stabilkan sedikit nadanya di bagian lirik terakhir, ya, Miku?" Ucap manager kami yang baru saja bertepuk tangan sendiri. Kami bertiga sudah kebal dengan celotehan tak berartinya.
Ah, sebelumnya perkenalan dahulu, ya, 'kan? Namaku Otosaki Rin, anak kelas 2-D dari Sora Gakuen. Masuk di klub musik dan tergabung dalam sebuah band sekolah. Iya! Band sekolah! Aneh, ya? Padahal hanya band sekolah tapi sudah memiliki manager sendiri yang bahkan sudah dapat mengadakan konser di beberapa tempat di kota kami. Aku memegang sebagai guitarist, tepatnya memainkan gitar electric. Ah! Ingat! Jangan sampai ada yang mengatakan permainan gitarku jelek, atau bisa saja kulemparkan jeruk-jeruk bali yang kuletakkan di pojokkan ruang band. Amunisi jika ada yang menghinaku. Korbannya adalah manager kepala hijau itu saat dia mengatakan bahwa aku kurang cekatan dalam memindahkan jari-jariku di penampang senar gitar. Dan hasilnya, taraa! Kepala hijau itu langsung benjol! Kata dewa jeruk yang berasal dari mimpiku, jika aku melemparkan jeruk bali ke seseorang yang membuatku kesal, maka aku dapat voucher berkunjung ke taman jeruk terbesar.
Selanjutnya, vocalist band kami. Hatsune Miku! Gadis bersurai tosca twintail yang enerjik ini dari kelas 2-A Sora Gakuen. Menguasai berbagai macam tinggi-rendah nada dalam bernyanyi. Dia hobi menyanyi, bahkan di kantin juga suka menyanyi dengan berdiri di atas salah satu meja kantin sambil menggenggam sebuah negi. Iya! Negi! Negi yang dibelinya setiap ada penjual sayuran yang sering masuk ke halaman sekolah untuk menjajakan sayuran milik pedagang tersebut kepada guru-guru yang mungkin tidak sempat pergi ke pasar. Nah, di situlah Miku akan langsung berlari menghampiri pedagang sayuran tersebut dan membeli sekantong penuh negi. Dari seluruh negi tersebut, satu akan digunakannya untuk diumpamakan sebagai sebuah microphone. Sesekali jika negi itu masuk ke dalam mulutnya, tak sengaja dia gigit dan terkunyah, maka acara menyanyi dadakannya berakhir sebentar lalu mengambil negi berikutnya dan digunakan lagi sebagai microphone.
Lalu ada Nakajima Megumi! Sang drummer yang menenggerkan googles merahnya di surai hijau lumutnya ini dari kelas 2-F Sora Gakuen. Jika sudah ada di dekat drum atau dapat diraihnya, dia pasti langsung menggebuknya dengan seluruh tenaga dan tersenyum sangat-sangat-sangat lebar. Di mana ada drum, pasti ada sepasang wortel di atas permukaan drum tersebut. Jika dia tidak menemukan sepasang stick drumnya, pasti dia menggunakan sepasang wortel tersebut. Iya! Wortel! Wortel itu digunakannya untuk memukul drumnya bahkan mungkin sampai wortel itu terkikis. Tak sekali-kali jika pedagang sayuran yang sering datang ke sekolah mengetahui wortel itu habis untuk memukul drum Gumi, pasti pedagang itu langsung marah-marah. Kenapa? Gumi mendapatkan wortel-wortel itu dari hasil meminjam dari pedagang sayuran tersebut dengan alasan tak bawa uang saku, padahal Gumi selalu membawa 5 lembar uang bernilai 1000 yen sedangkan wortel-wortel itu hanya seharga 100 yen. Tak jarang acara marah-marah sang pedagang sayuran juga didominasi dengan acara kejar-kejaran antara Gumi dengan pedagang sayuran tersebut.
Sekarang manager kepala tosca ini! Sepupu dari Hatsune Miku ini dikenal pemalas di kelasnya, atau dengan kata lain juga dari kelas yang sama denganku yaitu kelas 2-D. Hei! Tapi jangan remehkan dia! Mungkin dia pemalas, tapi jika sudah masalah seni musik, matanya pasti akan menunjukkan refleksi dari sebuah negi di masing-masing manik matanya. Kenapa negi? Dia sama saja dengan Miku yang freak pada negi. Bila dia mengetahui Miku membeli sekarung negi, pasti Miku sudah memberi perlindungan dengan menyewa dadakan truk express untuk membawa kabur sekarung negi milik Miku. Kata Miku, dia pernah mengambil paksa negi milik Miku lalu dibawanya pergi ke atas pohon beringin ditemani sadako yang sudah lama tinggal di pohon beringin tersebut (Bukankah itu aneh? Sejak kapan sadako tinngal di pohon beringin?) dan dilahapnya sendiri. Sejak saat itu, jika kepala tosca ini mengincar negi sepupunya, Miku tak segan-segan menyewa truk express atau bazooka untuk bersiap-siap. Satu lagi! Jika dia diganggu dalam acara malas-memalas di kelas, dengan setengah sadar, Mikuo mengambil negi jumbo yang berukuran 3 meter dari laci mejanya lalu menggunakannya untuk menggebuk orang yang telah mengganggunya tersebut. Entah bagaimana negi tersebut dapat masuk di lacinya yang hanya berukuran 75×70 cm.
Kembali ke keadaan semula. Miku yang mendengar ocehan sepupunya hanya menguap bosan dan menggigit sebatang negi yang entah dari mana asalnya. Gumi hanya terus-terusan memukul drumnya pelan dengan nada yang sama yaitu 'BADUM TSSSS!' berulang kali. Sedangkan aku sudah mempersiapkan amunisiku.
'PUK! PUK!'
Mikuo yang mendengar suara itu langsung terdiam dan melirik ke arahku yang sudah melempar pelan jeruk baliku di tanganku. Sekejap Mikuo langsung terduduk dan merangkul lututnya kemudian bergerak seperti kursi goyang. Aku, Miku, dan Gumi langsung berusaha menahan tawa melihat kelakuan manager kepala tosca itu. Aku meletakkan kembali jerukku ke tempat semula. Kemudian aku menghampiri Mikuo lalu berjongkok di hadapannya.
"Hei! Sampai kapan kau mau seperti ini? Sebentar lagi kita pulang. Kau mau dikurung di sini?" Ucapku dengan nada lembut. Ya, kalau dipikir-pikir kasihan juga karena tak biasanya dia seperti ini.
Setelah mendengar ucapanku, dia mendongakkan kepalanya. Astaga! Kenapa wajahnya seperti itu?! Matanya berair dan ditambah puppy eyes. Itu makin membuatku kasihan plus merasa jijik!
"He—hei! Hentikan tatapan itu! A—aku berjanji akan menghentikan perbuatanku tadi asal kau menghentikan tatapan itu!" Ucapku yang mulai ketakutan.
"Demi apa?" Ucap kepala tosca ini lirih. Uh! Kenapa aku mempunyai manager seperti ini?! Miku, lain kali kau harus menumbuk dia!
"Ba—baiklah! Demi apapun asal kau berhenti menatapku seperti itu!" Jawabku ketus lalu memalingkan wajahku. Kau tahu? Ini mengerikan!
Tepat setelah aku mengatakan hal tersebut, Mikuo tiba-tiba memeluk leherku. Orang ini kenapa?! Dia punya riwayat kejiwaan?!
"Mi—Mikuo! A—aku tak bis—bisa… bernafas!" Setelah itu Mikuo langsung melepaskan pelukan mautnya. Dia malah menatapku dengan watados. Lain kali sekalian saja kutimpuk kepalanya lagi!
Aku segera beranjak dan menyimpan gitar electric milikku ke dalam casenya. Ya, hari sudah sore. Bahkan jam menunjukkan pukul 17.38 dengan jarum jam yang berbentuk… negi. Jangan tanya kenapa jadi serba negi, karena ruang musik ini sudah seperti kekuasaan manager kami! Uh, lain kali aku harus membuat manager kepala hijau itu jera sampai mau mengurangi hiasan yang dominan dengan benda hijau tersebut di ruangan ini, karena rasanya aku bisa muak dengan warna yang sering disebut warna alam ini!
"Rin! Kami pulang dulu, ya! Jangan sampai manager kita yang entah kenapa dengan kejiwaannya ini tertinggal dan terkunci di sekolah! Dan, Mikuo! Awas saja jika kau berani macam-macam pada Rin, kupastikan jika ji-san memindahkanmu ke sekolah di mana Ring-nee bersekolah!" Ucap Miku yang mulai menjauhi ruang ini. Dan, fualaa! Hanya ada aku dan negi-freak-versi-cowok di ruangan ini.
Ya, soal perkataan Miku mengenai memindahkan Mikuo ke sekolah Ring-san itu aku pernah diceritakan Miku. Katanya, Ring-san itu orang paling dapat membuat nista sepupunya terutama laki-laki. Mikuo sempat datang ke rumahnya bersama Miku, apalagi saat itu Ring-san sedang sendirian di rumahnya. Ya, final action! Miku menangis di pojokkan kamar Ring-san karena negi-neginya dikubur di halaman belakang. Sedangkan Mikuo yang paling nista, dia dalam kondisi harus diperban di kepalanya karena dipukuli dengan roll adonan berkali-kali. Bahkan sebelum dipukul-pukuli, kepala Mikuo sempat ditanam selama 10 menit! Tidak! Ring-san tidak jahat atau yandere! Dia sebenarnya sangat baik dan easy going. Buktinya saat aku diajak Miku ke rumah Ring-san, dia selalu bercanda dan menyuguhi kami dengan cookies cokelat dan teh hijau.
Oke, lupakan yang tadi. Kini aku harus segera menyingkir dari kondisi ini, sebelum Mikuo menyeretku dan meminta yang aneh-aneh. Hei! Aku sudah berkali-kali menjadi korban seret-menyeretnya. Tapi sepertinya kali ini aku sedang tidak beruntung. Sial! Tali sepatuku lepas! Tak ada waktu untuk menghindar atau tak ada waktu untuk mengikat tali sepatu? Atau tak ada waktu untuk berfikir? Terlambat! Mikuo sudah menyeretku!
"Hei, bodoh! Mau kau bawa ke mana lagi sekarang?! Kunci dulu ruang musiknya!", Teriakku sambil memberontak. Kau tahu? Ini akan lebih memalukan jika ada orang yang melihatku diseret, tapi ini masih lebih baik karena hanya ada beberapa orang saja yang ikut ekstrakurikuler sudah mulai pulang.
"Tak perlu khawatir! Tadi sudah kuminta guru pengawas untuk menguncinya!" Jawab Mikuo yang masih menyeretku dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menenteng… Tunggu! I—itu case gitarku! Sejak kapan dia mengambil gitarku?!
"Lalu kita mau ke mana?! Dan kenapa gitarku ada padamu?!" Ucapku sedikit berteriak. Aku berusaha mengambil kembali namun selalu saja gitarku itu dijauhkan jangkauannya dariku.
"Kita akan ke studio VOCATUNES yang ada di sebelah utara sekolah yang berjarak 1 kilometer dari sini. Dan bagaimana gitarmu ada padaku, karena jika tak kuambil pastinya kau akan lari." Hei, ini hanya firasatku atau memang dia mengatakannya dengan santai? Tapi bukan itu masalahnya karena untuk apa aku dan dia ke studio musik itu?!
Aku hanya diam dan pasrah karena semakin aku memberontak, genggamannya makin membuat tanganku sakit. Sampai depan gerbang sekolah, sudah ada taksi yang menunggu. Sepertinya sengaja dipesan bocah ini.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Mikuo membuka pintu belakang dan menyuruhku masuk lalu meletakkan gitarku di sebelah kiriku. Mikuo? Dia duduk di depan. Ya, itu lebih baik daripada harus satu tempat dengan makhluk ini.
Selang beberapa menit, taksi yang kutumpangi berhenti di sebuah bangunan berlantai 10 dengan tampilan depan gedung terlihat mewah dan modern dengan tulisan 'VOCATUNES Music Studio' tercetak besar di tepi atap gedung ini. Tidak menunggu lama, Mikuo turun dan membuka pintu belakang taksi. Aku sudah mengambil gitarku dan keluar dari dalam taksi. Setelah turun, Mikuo berjalan dengan santainya di depanku seperti tidak menghiraukan diriku yang sudah menatapnya tajam. Akhirnya, aku hanya mengekor saja di belakangnya karena-aku-tidak-pernah-ke-tempat-ini-sama-sekali.
Setelah melewati beberapa koridor dan menaikki sebuah elevator, aku sampai di depan sebuah ruangan bertuliskan 'Official Studio Room' di kaca pintu. Mikuopun membuka pintu tersebut, menampakkan seorang laki-laki paruh baya tengah duduk di kursi yang menghadap ke arah pintu dan seorang laki-laki pendek yang mungkin seumuran denganku.
"Ah! Hatsune-san! Douzo!" Ucap laki-laki tua itu mempersilahkan Mikuo atau-denganku-masuk-ke-sana. "Ara, inikah perempuan yang kau maksud?" Lanjutnya.
"Ya, Hiyama-san! Perkenalkan, namanya Otosaki Rin. Dia guitarist di band kami. Sekarang permainannya mulai meningkat meski dia masih sering mengancam saya. Rin ini orangnya memang berbakat dalam bermain gitar, terutama gitar elektrik. Dia juga cepat dalam mempelajari lagu baru. Tapi, itulah yang membuat daya tarik dalam bermain gitar Rin bagus!" Ucap Mikuo. Sedangkan aku ketika mendengar ketika dia berucap jika aku sering mengancamnya dengan tatapan 'kupastikan-dirimu-tergilas-jika-kau-ucapkan-itu-lagi!'.
"Hm... Ya, sepertinya menarik! Ah, Otosaki-san! Perkenalkan, dia Kagami Len! Dia bersekolah di tempat yang sama denganmu. Dia akan berkolaborasi denganmu dan membuat sebuah awal yang baru untukmu dan untuknya. Jadi, kuharap kalian dapat bekerja sama dengan baik!" Ucap lelaki tua-aneh-dan-berkacamata itu kepadaku sambil membuka telapak tangannya dengan gesture memperkenalkan seseorang.
Tunggu dulu! Apa yang dia katakan?! KOLABORASI?! MENGAPA AKU HARUS BERKOLABORASI DENGAN ORANG YANG TAK KUKENAL?! DAN BAGAIMANA DENGAN MEGURI-BAND?!
TO BE CONTINUED...
