My Appa

.

.

.

Title : My Appa

Author : Nurul Hidayah

Cast : Kim Hana ( OC ), Oh Shin ( OC ), Kim Jongin, Do Kyungsoo.

Genre : GS! Romance, family.

Rated : T

Summary : " Hana adalah seorang remaja yang baru merasakan apa itu jatuh cinta.

Lalu, di suatu minggu pagi Shin yang merupakan teman terdekatnya menjemputnya untuk berkencan.

Bagaimana reaksi dari orang tua Hana saat mengetaui siapa Shin sebenarnya?

Disclaimer : Alur cerita milik saya sendiri. Jika ada kesamaan nama, mohon maaf.

WARNING! Yang merasa Baekyeon Shipper tidak usah baca A/N saya!

.

.

.

-oOo-

Kim Hana, putri dari pasangan Kim Jongin dan Do Kyungsoo. Usianya kini menginjak 18 tahun dan sekarang duduk di tingkat akhir Sekolah Menengah Atas. Hana seorang gadis dengan tubuh mungil seperti ibunya. Setiap kali melihat pasangan ibu dan anak itu berjalan bersama, bak pinang dibelah dua wajah keduanya amatlah mirip. Dari mata hingga bentuk bibir. Sifat dan tingkah lakunya pun benar-benar duplikat seorang Do Kyungsoo.

Inilah yang menyebabkan Jongin sering kali dilanda kegalauan. Dengan dramatisnya, ayah beranak satu ini akan mengeluhkan, ' benarkah dia tidak mewarisi sedikit pun genku? '. Walau hanya dengan kemiripan warna kulit sekali pun Jongin rela. Tapi, mau bagaimana, Kim Hana memang benar-benar mirip Kyungsoo dibandingkan Jongin.

Mungkin satu sifat yang memang diwariskan Jongin pada Hana yang tidak ada pada diri istrinya, cengeng.

Hana seorang gadis yang cengeng. Dia mudah menangis ketika dihadapkan pada hal-hal yang menyangkut perasaan. Seperti film atau novel yang mengangkat kisah tentang kehidupan keluarga, di mana anak keluarga itu mempunyai orang tua yang tak lengkap, salah satunya ada yang meninggal.

Anehnya, setiap dia akan menangis, dia memerlukan sesuatu untuk menutupi wajah merahnya saat menangis, entah itu tisu atau topi sekali pun. Inilah sifat yang Jongin wariskan pada putrinya. Sewaktu duduk di bangku sekolah, ketika pasangan Kaisoo itu masih berstatus sepasang kekasih, Jongin sering mengikuti kompetisi dance dan sewaktu latihan dia sering kali mengalami cedera.

Saat itu, Kyungsoo datang ke tempat latihan untuk membawakannya makan siang dan berencana untuk makan bersama. Betapa terkejutnya ia ketika kekasih kulit tannya itu makan sambil memakai topi hingga menutupi separuh hidung peseknya (-,- ). Saat Kyungsoo meminta untuk melepas topinya saat makan, Jongin menolak dan mengatakan ini style terbaru saat makan siang. Mendengar hal itu, Kyungsoo hanya mencibirnya dan melanjutkan makannya. Tapi pada akhirnya Kyungsoo tahu bahwa Jongin sedang menangis karena cederanya kambuh sehingga tariannya tidak maksimal padahal seminggu lagi ada kompetisi tari di sekolah mereka.

Kini, Hana kecil tumbuh menjadi gadis yang cantik dengan rambut hitam sebahunya. Dia anak yang manis, rajin dan penurut. Ketika Jongin pulang bekerja, Hana membantu ibunya menyambut sang ayah dengan menyeduhkan secangkir teh hangat dan membawakan tas kerja Jongin.

Tentu Jongin sangat bahagia mempunyai dua perempuan yang begitu perhatian dan mengurusnya dengan baik dalam hidupnya setelah ibu kandungnya. Jongin mersa hidupnya begitu beruntung memiliki istri dan anak yang tahu cara mengurus rumah tangga dengan baik.

Namun, ada perasaan tak rela di hati Jongin saat memikirkan suatu saat nanti, salah seorang dari dua perempuan itu berpisah darinya dan memulai sebuah kehidupan baru. Jongin memikirkan bagaimana perasaannya saat Hana, putri kecilnya akan disunting orang lain dan hidup jauh darinya. Ughh, Jongin, dia baru kelas tiga SMA -,-"

Sering kali Jongin mengutarakan perasaannya ini pada istrinya sebelum mereka tidur, dan Kyungsoo hanya menanggapi perasaan Jongin dengan gelak tawa. Istrinya terkekeh mendengar penuturan seorang ayah yang merasa akan terlupakan saat anaknya menikah. Kyungsoo mengatakan bahwa Hana akan meninggalkan mereka itu masih sangat lama, masih banyak yang harus Hana lakukan sampai pada tahap di mana pemikiran jauh Jongin terwujud.

Tapi, tetap saja, namanya Jongin yang selalu melebih-lebihkan keadaan. Dengan alasan ketidak tenangan hatinya memikirkan hal itu, dia dengan seenak jidat Park Chanyeol menarik Kyungsoo dan mendekapnya erat semalaman. Bertingkah manja bagaikan balita. Modus seorang Kim Jongin.

Mungkin pemikiran Jongin tentang Hana yang menikah belum terwujud dalam waktu dekat, tapi bukankah bahwa pernikahan dimulai saat dua insan saling bertemu? Suka dan akhirnya berkencan?

Jongin hanya memikirkan Hana yang menikah, bukan Hana yang di suatu pagi Minggu dijemput seorang lelaki di rumah mereka untuk berkencan. Hihihi..

.

.

.

-oOo-

" Siapa namamu anak muda? "

Pagi itu, rumah keluarga kecil itu diketuk beberapa kali dari luar. Jam menunjukkan pukul 10 pagi saat Kyungsoo dengan apron hijaunya membukakan pintu untuk tamu mereka tersebut.

Nyonya Kim itu mengernyit saat mendapati seorang lelaki muda seusia putrinya berdiri dengan jaket baseball hitamnya. Dengan membungkukkan tubuhnya singkat, si pemuda memperkenalkan diri dengan nama Oh Shin, teman sekelas putrinya. Kyungsoo yang seakan tersadar lalu mempersilahkan lelaki muda dengan tubuh kelewat tinggi untuk remaja seusianya itu masuk ke rumah sederhanya.

Si nyonya rumah lalu mempersilahkannya duduk, menanyakan adakah minuman yang ingin diminumnnya. Shin menjawab dengan tingkah sopan bahwa tidak perlu bersusah payah untuk membuatkannya segelas teh atau apa pun itu karena dia ke sini untuk menjemput Hana. Kyungsoo yang mendengarnya terkejut. Dia lalu bertanya apakah keduanya akan pergi ke suatu tempat setelah ini, dan Shin mengangguk mengiyakan. Tepat setelah shin selesai menjawab pertanyaan Kyungsoo, orang yang dibicarakan keluar dari kamarnya dengan gaun selutut berwarna kremnya. Wajahnya semakin terlihat manis ketika sebuah bando berwarna perak menghiasi rambutnya yang hitam legam.

Sesaat, Shin seolah terpaku pada apa yang dilihatnya. Padahal dia setiap hari bertemu dengan Hana di sekolah dan mendapati " teman " sekelasnya itu siswi yang terbilang sederhana saat berseragam. Dan saat ini, dia terpesona, Kim Hana begitu memukau di matanya.

Bagi Hana sendiri, Shin juga sangat tampan dalam balutan jaket hitam dan poni hitamnya yang terangkat ke atas memperlihatkan dahi yang memberi kesan dewasa pada remaja itu. Keduanya saling tatap sebelum sebuah dehaman berat menginterupsi kegiatan itu.

Kim Jongin kembali dari acara berkebunnya di taman belakang rumah. Lelaki berusia 35 tahunan itu menatap bingung akan kehadiran seorang lelaki asing di rumahnya. Dirinya tambah kebingungan saat mendapati putri kecilnya dengan pakaian yang begitu manisnya telah berdiri di antara istrinya dan lelaki asing itu.

Kyungsoo dengan canggung berusaha mengalihkan perhatian suaminya dengan memintanya untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Jongin menurut dan beranjak ke dapur.

Namun sebelumnya, dia meminta Hana dan Shin agar tetap duduk di sana setelah dia kembali.

.

.

.

" Perkenalkan, nama saya Oh Shin, teman sekelas Hana, " ucap lelaki berparas dingin itu.

Saat ini, Jongin, Kyungsoo, Hana dan Shin sedang duduk di sofa ruang tamu keluarga Kim. Dengan wajahnya yang tak terbaca, Jongin mulai bertanya pada Shin tujuannya datang ke rumahnya.

" Wah, pagi-pagi sekali kau bertamu, jadi apa yang membuatmu datang sepagi ini? "

Dengan wajah yang tak kalah tak terbacanya, Shin menjawab pertanyaan dari ayah " temannya " itu. " Saya ingin meminta izin pada anda untuk mengajak Hana jalan-jalan hari ini, " jawabnya.

" Jalan-jalan? " Jongin lalu mengalihkan tatapannya pada putrinya yang tetunduk dengan pipi gembil yang memerah samar. " Berkencan maksudmu? " tanya Jongin untuk memperjelas " jalan-jalan " yang dimaksud Shin.

" Jika anda menyebutnya begitu, bisa dianggap seperti itu, " balas remaja belasan tahun itu.

Kyungsoo menyadari ada hawa tak mengenakkan yang menguar dari tubuh suaminya. Tapi sepertinya kali ini dia hanya akan diam dan membiarkan suaminya melakukan apa yang ingin dilakukannya pada lelaki muda ini. Di sebelahnya, putri kecilnya masih saja diam menunduk tanpa mau mengangkat wajah. Hahh, akankah saat yang dikhawatirkan suaminya terwujud secepat ini? Kyungsoo dibuat dilema jadinya.

Jongin lalu menyeringai dan mulai melanjutkan pertanyaannya. " Oh, sudah berapa lama kau mengenal putriku tuan Oh? " tanyanya lagi.

" Sekitar dua tahun. Sebenarnya saya adalah siswa pindahan dari Busan, " jawab Shin kemudian.

" Benarkah? Lalu dengan siapa kau tinggal di sini, anak muda? " Jongin bertanya seakan ini adalah ruang investigasi bagi para pelaku kejahatan.

Suasana temaram yang hanya diisi kedunya, Kyungsoo dan Hana yang seolah tak terlihat.

" Awalnya saya hanya tinggal sendiri di sebuah apartemen, tapi semenjak satu bulan yang lalu, kedua orangtua saya juga ikut pindah ke sini, " akunya.

" Saya tinggal di rumah yang berjarak satu kilometer dari rumah ini, " lanjut Shin lagi.

Suasana yang semakin dingin semakin terasa, Kyungsoo tak bisa membiarkannya begitu saja. Dia harus mencari akal untuk mencairkan suasana ini.

" Ahh, Hana-ya, bagaimana kalau kau membantu ibu memasak saja sebelum pergi? Sepertinya, karena keasyikan berbincang jadi lupa sebentar lagi makan siang, " Kyungsoo lalu menggeret tangan putrinya menuju dapur yang diikuti dengan patuh oleh sang anak.

Tinggalah Jongin dan Shin berdua di ruang tamu sederhana itu. Kedua pasang mata elang dari dua orang yang berbeda saling menatap dengan intens. Untuk sesaat keduanya terdiam sebelum suara Jongin memecah suasana sunyi di antara mereka.

" Jadi, apakah hubunganmu dan anakku sebenarnya? "

.

.

.

" Jadi, bagaimana masakan Hana, Shin-ah? " tanya Kyungsoo pada Shin yang sedang menyuap sup panas dari mangkoknya.

" Uhukk.. " Shin tiba-tiba saja terbatuk saat Kyungsoo bertanya padanya. Hana, selaku orang terdekat dari tempatnya duduk lalu menyerahkan air untuk diminumnya.

" Gwaenchana? " Sambil mengelus punggung Shin, Hana bertanya pada lelaki bersurai hitam itu. Shin mengangguk dan kembali melanjutkan makannya tanpa menyadari tatapan kesal seseorang di seberang meja.

" Jadi, apakah makanan putriku enak, tuan muda Oh? " Kali ini Jongin yang bertanya, mengulang kembali pertanyaan Kyungsoo yang tertunda jawabannya tadi.

Shin mengangguk sejenak, lantas membuka suaranya. " Sebenarnya ini enak hanya jika tidak terlalu asin, " jawabnya. Seketika wajah Hana memerah malu dan Kyungsoo sendiri melototkan mata bulatnya. Istri Kim Jongin sekaligus ibu Kim Hana itu tak percaya pada ucapan lelaki muda di seberang mejanya ini. Untuk orang yang baru pertama kali kenal, Shin cukup berani untuk mengeluarkan kata-kata " lancang " seperti itu. Dirinya lantas melirik ke arah putrinya dan mendapati si gadis kembali tertunduk dengan kulit memerah hingga telinga.

Jongin? Jongin malah sebaliknya, dia tersenyum tipis, amat tipis sehingga tak satu pun di antara tiga orang lainnya yang menyadarinya.

" Benarkah? Ku pikir ini sudah enak, " balasnya santai.

Shin lalu melirik Hana yang tertunduk di sebelahnya, ada perasaan bersalah di dirinya setelah mengatakannya. Mulutnya memang tidak bisa diajak bekerja sama.

" Maaf, mungkin lidahku sedang bermasalah, " ucap Shin.

Jongin mencebikkan bibir bawahnya. Dalam hati dia meenggumam betapa menariknya pemuda ini.

Setelahnya, tak ada yang memulai perbincangan lagi. Semuanya hening dalam sumpit dan mangkok yang saling beradu.

.

.

.

-oOo-

Shin dan Hana sedang mengantri untuk membeli cemilan saat di bioskop nanti. Keduanya memang berjanji akan menonton film hari ini. Setelah berpamitan dengan orang tua Hana, Shin melajukan sepeda motornya menuju sebuah bioskop di daerah Seoul. Keduanya memutuskan untuk menonton sebuah film berjudul Cart yang dipilih Hana. Salah satu pemainnya adalah idola Hana, D.O. .

Setelah mendapatkan cemilan yang diinginkan, Shin dan Hana masuk ke dalam bioskop. Keduanya memilih duduk di tiga deret bangku teratas/ belakang.

Lampu dimatikan dan film diputar. Alur film mengisahkan perjuangan seorang wanita yang bekerja di sebuah pabrik untuk mendapatkan haknya sebagai karyawan. Di samping itu, diceritakan pula kisah anak dari sang wanita yang bekerja secara diam-diam tanpa sepengetahuan ibunya dan si anak itulah yang menjadi idola Hana. Setiap si idola muncul Hana akan berteriak kegirangan. Senyumnya terkembang lebar saat melihat idolanya bermain peran.

Berkebalikan dengan Hana, Shin malah asyik memandang wajah gadis di sampingnya. Dia seakan terhipnotis oleh wajah Hana di keremangan bioskop. Dirinya sejak pertama kali pindah sudah merasakan debaran halus saat melihat gadis itu. Semakin lama mengenalnya, Shin semakin tertarik. Selain wajah manisnya, perangai yang lembut namun terkadang cerewet itu menjadikan gadis yang lahir bulan Agustus tersebut membuat Shin merasakan ada perasaan lain saat dia sedang menatapnya. Dan untuk kesekian kalinya, Shin kembali jatuh cinta.

Ini tekatnya, hari ini di tempat ini dia akan mengutarakan perasaannya.

Hana yang merasa terus dipandangi, akhirnya menoleh ke samping dan benar saja, Shin sedari tadi memandangnya.

" A..ada aa..apa kau memme..mandang..ku begitu? Hana bertanya dengan gugupnya. Pipinya kembali memerah saat Shin tiba-tiba memegang tangannya.

" Hana-ya.. Kim Hana. " Shin memanggil namanya dengan lirih. Meski samar, setidaknya dia bisa mendengar yang diucapkan " temannya " itu.

" Mmm.. " balasnya. Shin makin intens menatapnya. Dan saat kata itu terucap, sebuah kecupan di dahinya membuat Hana hanya bisa terdiam.

.

.

.

.

" Aku menyukaimu.. "

" Yeobo, apa maksudmu menanyakan hal itu saat di meja makan tadi? " -Kyungsoo

" Yang mana? " -Jongin

" Tentang masakan Hana. Kau benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya kau menanyakan hal yang sesensitif itu? " Kyungsoo mengomel di samping suaminya. Sepasang suami istri itu sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton berita sore. Karena kesal dengan suaminya, Kyungsoo lantas mencubit pahanya.

" Auu, Ya! " teriak Jongin kesakitan. Tangannya lalu mengelus bagian pahanya yang baru saja dicubit Kyungsoo. Sedang Kyungsoo hanya bersedekap dada tanda masih kesal pada suaminya. Dia tidak habis pikir pada Jongin yang bertanya kepada tamu mereka yang malah balik mempermalukan putri mereka.

Jongin hanya tersenyum setelah mengingat perbincangannya dengan Shin pagi tadi.

" Seseorang yang tulus ingin berteman dengan kita, akan selalu mengatakan kekurangan kita di depan. Bukan dengan menjelekkannya di belakang. "

Kyungsoo terdiam tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. Dia hanya diam mendengarkan suami berkulit tannya berbicara meneruskan ucapannya.

" Dan saat seorang lelaki benar-benar serius, dia tak akan macam-macam pada gadisnya. Menjaga mereka sampai saatnya tiba, saat akan ada tali pengikat yang menyatukan mereka tanpa bisa orang lain memutusnya kecuali maut yang memutusnya. " Kyungsoo mulai paham apa yang diucapkan Jongin. Senyumnya terlukis saat mengingat anak gadis mereka yang kini sudah mulai beranjak dewasa. Mengenal apa itu cinta. Hah.. Waktu tak terasa begitu cepatnya berlalu.

Dulu Hana hanyalah seorang gadis kecil yang selalu mengikutinya pergi ke pasar dan merengek ingin dibelikan gula kapas. Sekarang, bukan dirinya lagi yang akan membelikan gula kapas itu, tapi seseorang. Seseorang yang berharga untuk putrinya.

Kyungsoo tiba-tiba terpikir, dirinya terkejut akan perubahan Jongin yang nyatanya lebih santai saat menghadapi hari ini. Kyungsoo pikir, si bayi besarnya ini akan menangis tidak membiarkan putri mereka untuk diajak pergi. Nyatanya, Jongin hanya mengangguk dan tersenyum saat Shin meminta izin membawa Hana tadi pagi.

" Yeobo, kau aneh hari ini.." celetuk Kyungsoo pada Jongin. Jongin lalu menatapnya heran, sejenak mengalihkan atensinya dari televisi yang menyala.

" Apanya yang aneh? " balas Jongin sama keheranannya. " Kau jadi lebih bijak, " jawab Kyungsoo.

" Aku memang sudah bijak sedari dulu, yeobo.. " ucap Jongin bangga. Dia menepuk-nepuk dadanya seakan memang itulah dirinya.

" Cih.., " Kyungsoo mencibir. Bijak apanya. Yang ada kekanakan.

" Aku tidak akan melepaskan anakku pada orang yang tak dikenal, " sambung Jongin lagi. Kyungsoo mengernyitkan dahinya. Apa lagi maksud presdir Kim ini? Batinnya.

" Kau ingat namanya? " tanya Jongin pada Kyungsoo. Kyungsoo mengangguk dan tiba-tiba saja.. " Oh.. Oh Sehun maksudmu? "

" Oh Sehun dan Xi Luhan. "

.

.

.

.

.

.

" Shin-ah.. " panggil Hana pada Shin yang mulai melambatkan laju kendaraannya. Sebentar lagi keduanya akan sampai di depan rumah Hana.

" Mmm.. " Shin menyahutnya dengan gumaman.

" Apa yang kau bicarakan pada ayahku tadi pagi? " tanya Hana. Ia penasaran dengan apa yang Shin dan ayahnya bicarakan sewaktu ia dan ibunya memasak di dapur.

" Eoh? Kenapa kau ingin tahu? " balas Shin, balik bertanya. Dia terkekeh. Kenapa Hana ingin mengetahuinya?

" Aish! Memangnya tidak boleh? Lagipula aku masih marah padamu soal makan siang tadi. Bisa-bisanya kau menyebut masakanku keasinan, " omel Kyungsoo kecil itu. Dirinya lantas bersedekap dada saat sepeda motor Shin telah benar-benar sampai di depan gerbang rumahnya.

" Maaf.. maaf. Aku hanya mengatakannya demi kebaikanmu. Jika kau terus memasak seperti itu, bukankah akan lebih buruk jika ada orang lain yang lebih jahat dariku mengomentari masakanmu? " jelas Shin panjang lebar pada Hana. Mendengar hal itu, Hana jadi tersenyum. Orang di depannya ini benar-benar berbeda 1800. Di luar dia tampak dingin dan terkesan tidak peduli. Tapi pada kenyataannya, dia adalah seorang teman yang baik dan jujur.* Eyyy, " teman " apa " teman " sekarang? ~( -,-)~

" Gomawo, Shin-ah, " balas Hana yang tersipu malu. " Tapi, apa yang kau bicarakan pada ayah tadi pagi? "

Shin kembali terkekeh. Ternyata gadisnya benar-benar penasaran dengan apa yang dibicarakannya bersama ayahnya. * " Ayah " apa " Ayahh? ~(-,- )~ /thor lu ganggu deh../

" Banyak hal yang dibicarakan dan tidak seharusnya wanita mengetahuinya, " ucap Shin menggoda Hana. Hana kembali cemberut mendengar ucapan kekasihnya itu. * Cieee yang mengakui~~ /dilemparbomatom/

" Sudah sana, masuk. " Shin lalu mengambil alih helm yang dipegang Hana. Senyum di wajah dingin itu dibalas dengan senyum bentuk hati oleh Hana. Sebelum masuk halaman rumahnya, Hana dengan kilat lalu mengecup sebelah pipi lelaki bermarga Oh itu. Cup.. Hehe, satu sama untukmu, Oh Shin.

-oOo-

" Satu hal yang perlu diingat oleh lelaki sejati. Dia tak akan membawa seorang gadis lebih dari saat matahari terbenam. "

Seorang ayah tahu mana lelaki yang baik untuk putrinya.

Karena dia belajar dari para pendahulunya.

Kakek dan nenekmu.

Ayahmu pernah berada di posisi yang sama saat melamar ibumu.

-oOo-

END

Halo, Nurul Hidayah di sini!

Setelah sekian lama, saya kembali lagi dengan ff baru. EXO! Kaisoo!

Oke, saya mau sedikit curhat. Saya lagi galon.

WARNING! Yang merasa Baekyeon Shipper tidak usah baca A/N saya!

Udah ada yang tau kabar si leader SNSD like fanpage BY di instagram? Ditambah para BYs yang nyangkut pautin postingan Baekhyun kodean sama si Taeyeon? Apa kabar hati saya yang seorang CBs ini.. Jujur, saya kaya kembali ke kejadian satu tahun yang lalu di mana keadaan saya lagi down-down (?) nya.

Saya jadi males ngikutin apa aja yang dilakuin sama si Baek. Bawaannya kesel... aja lia muka dia. Berasa pengen nyuruh si Chanyeol buat jauhin dia kaya tahun kemarin. Saya ga peduli, mau ini settingan kek, engga nek.. tetep aja bikin kesel. Saya tuh selalu mikir, dalam setiap OTP yang saya ship, yang biasanya kena rumor dan fakta kencan itu selalu pihak yang lebih femininnya. Baekhyun-Taeyeon, D.O. –Sojin. Kesel kan jadinya!

Kalo sampe si Jongdae juga ikut-ikutan, awas aja.

Oke, sekian cuap-cuap dari saya. Jangan ada bash atau apapun. Karena hanya ada kerugian menimpa diri anda jika membash saya yang membias Jongdae, ngeship ChanbaekKaisoo, yang ngakunya anaknya Yunjae, pacarnya Kai tapi teteemnya Sehun ini. Oke!

Review?