Kau Masih Kekasihku
(sebenernya ini sudah lama banget selesainya. Tapi ga da waktu buat ngepublish)
Genre : Romance, Angst, Tragedy, Fantasy (banyak bgt! ==')
Rated : M (Buat jaga-jaga)
Pairing : Sasu'Naru' (sebenarnya SasuSaku)
Disclaimer : Naruto©Masashi Kishimoto
Warning : Ngebingungin, ga nyambung, ga jelas, ga masuk akal, OOC dan banyak kelemahan lainnya.
Note :
*Inspirasi dari sebuah film barat yang ana lupa judulnya apa
*Bacanya pelan-pelan biar ga salah paham
*Kelihatannya Yaoi, padahal straight
*'Sakura' is Naruto, 'Naruto' is Sakura
*Sebelum menyesal dan akhirnya sebel, silahkan get out if U don't like
*Mohon maaf kalau ternyata udah ada fic yang kayak gini
Tobi Takaya Azzam
Present
Kau Masih Kekasihku
"Ngghh…" suara erangan ini berasal dari bibir seorang pria muda yang bernama Uchiha Sasuke, anak bungsu dari sebuah keluarga konglomerat. Oh, nampaknya dia baru bangun tidur. Tapi matanya masih terpejam. Hanya tangannya yang bergerak-gerak seperti mencari sesuatu. Dia meraba-raba sisi tempat tidur di samping kirinya. Tersadar karena sesuatu pula pastinya, dia membuka matanya, "Loh, udah bangun rupanya…" ujarnya ketika maksud hati mencari sosok di sampingnya yang ternyata tidak ada. Namun di meja lampu ranjang tersedia secangkir kopi yang terlihat uapnya. Mungkin baru saja dibuat.
"Hehe, belum jadi istri udah perhatian gini! Ga nyesel aku!" katanya lagi pada diri sendiri seraya meraih cangkir kopi tadi lalu menyeruputnya dengan khidmat. Kemudian, sambil masih membawa cangkir kopi tadi dia keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. Feelingnya mengatakan dengan kuat kalau sosok yang dia cari ada di sana.
"Ah, Sakura! Benar dugaanku kalo kamu di sini, sayang!" Sasuke menghampiri Sakura dengan duduk di kursi makan di samping Sakura. Lalu dia mencium pipi gadis itu.
"Ih, sana-sana! Mandi dulu gih! Masih bau udah berani-beraninya cium pipi orang!" Sakura menyentuh pipi kirinya yang dicium Sasuke.
"Bau, bau! Tapi cinta juga! Hihi…" Sasuke terkikik dan mencubit pipi Sakura sambil nyengir karena gemas.
"Week! Ga ngurus!" ejek Sakura, "Udah! Cepetan mandi dong! Ayo kita sarapan bareng! Tuh, aku udah potongin rotinya, tinggal makan aja!"
"Oke, oke, Nyonya Uchiha!" Sasuke beranjak berdiri untuk mandi.
Sasuke dan Sakura, sepasang sejoli yang sedang liburan dari kuliah mereka dan menginap di villa milik keluarga Uchiha. Ini baru hari pertama mereka menjalani liburan di sana. Sebenarnya, orang tua Sasuke mengajak liburan bersama ke luar negeri. Tapi karena rasa cintanya yang besar terhadap Sakura, apalagi mereka sudah bertunangan, Sasuke lebih memilih liburan hanya berdua dengan Sakura.
Kehidupan mereka jalani dengan penuh bahagia dan kemesraan, serasa dunia milik berdua dan penghuni lainnya mengontrak semua. Hingga sampai pada suatu kejadian yang sangat serius dan tak masuk akal menghancurkan hubungan mereka. Bisa dibilang ini akibat sifat keras kepala Sakura.
"Sasuke, mau temenin aku jalan-jalan, kan?" Sakura menghampiri Sasuke di sofa yang sedang membaca Koran.
"Kapan?" Sasuke menoleh ke arah Sakura.
"Ya, sekaranglah! Masa abad depan?"
"Males, ah!" Sasuke mengalihkan pandangannya kembali ke koran.
"Uh, kata cinta, kata sayang, ma…" ucapan Sakura terputus ketika Sasuke membungkam bibirnya dengan ciuman singkat.
"Iya, iya!" calon suaminya itu beranjak berdiri untuk ganti baju. Sakura mengikutinya dan menggandeng tangannya.
Beberapa saat kemudian…
"Aku turun duluan, ya!" setelah ganti baju, Sasuke hendak keluar dari kamar.
"Yah, Sasuke! Tungguin, nah! Aku dandanan dulu!" Sakura kalang kabut ditinggal Sasuke, padahal hanya untuk mempersiapkan mobil dulu.
"Apa, sih? Udah gitu aja, cantik kok" Sasuke tersenyum dan berkata dengan nada yang lembut.
"Ga gitu, dong! Aku kan mau jalan sama orang ganteng! Aku harus tampil cantik biar serasi! Lagian ini buat jaga-jaga, siapa tau kamu kecantol sama cewek lain!" Sakura manyun.
"Ga mungkinlah! Hatiku cuma untuk hatimu selamanya! Udahlah, ga pa pa! Percaya deh, aku tetap mencintaimu meski kamu dalam keadaan apapun!"
"Mulai dia! Gombal dekil!" akhirnya Sakura menuruti saran Sasuke untuk tidak berdandan dan segera meraih lengan tunangannya itu. Lalu mereka pun pergi.
Setelah agak lama Sasuke menemani Sakura shopping, berikutnya Sakura mengajak pergi ke sebuah toko barang antik. Cuma untuk cuci mata.
"Hii, barang-barang di sini kesannya serem, ya!" komentar Sakura.
"Salahmu ke sini" kata Sasuke cuek. Tiba-tiba, di salah satu lemari berpintu kaca di sana, Sakura menumpu ketertarikan pada sebuah kotak kecil hitam beludru, seperti kotak cincin. Lalu dia pun meminta penjaga toko tersebut untuk memperlihatkan kotak hitam tersebut.
"Mba, saya mau lihat itu, boleh?" Sakura menunjuk ke objek yang dimaksud.
"Silahkan. Tapi jangan dibeli, ya!"
"Hah?" Sakura heran, 'Memang sebagus apa ya bendanya? Dasar aneh! Kalo ga mau dijual ya ga usah dipajang dong!' gerutunya dalam hati.
Ketika penjaga toko itu memperlihatkannya, Sakura terkesima melihat cincin yang ada di dalamnya. Hampir saja dia mengapresiasikan kekagumannya. Dia bergumam dalam batin, memuji keindahan cincin tersebut, 'Indahnya! Batunya merah! Pasti cocok denganku!'. Dia sengaja menahan komentar ini untuk membuat si penjaga toko berpikir kalau dia tak tertarik. Untuk meyakinkan itu, dia berkomentar palsu, "Oh, cuma sebegini…" katanya sambil menutup kotak itu.
Sedari tadi otaknya menyusun rencana untuk mencuri cincin itu, "Ya, sudah! Saya mau guci itu aja deh!" Sakura menunjuk ke rak belakang penjaga toko tersebut. Si penjaga toko lantas menoleh ke arah yang dimaksud, "Yang mana?"
"Yang itu!" Sakura berkata begitu tetapi tidak melihat ke penjaga toko. Tangannya membuka kembali kotak hitam tadi dan mengambil cincinnya, kemudian dia tutup lagi.
"Yang mana, sih, mba?" penjaga toko bingung.
"Itu, yang paling kecil! Agak kiri dikit deh! Nah, itu tuh!" Sakura tetap melancarkan sandiwaranya, menjaga kemungkinan agar si penjaga toko tak curiga. Hal ini disadari Sasuke, tapi Sasuke hanya melongo.
"Ini?" si penjaga toko memperlihatkan objek sebagai maksud palsu Sakura.
"Eh, iya! Hmm, ternyata begini! Sayang sekali, padahal dari jauh terlihat bagus. Gimana yah? Eeeh…ga jadi deh!" Sakura mengembalikan objek yang memang sejak awal tak diinginkannya. "Makasih, ya, mba!" dia dan Sasuke pun pergi dari toko itu.
Perjalanan pulang…
"Ih, kamu ga kasian apa sama mbanya tadi? Kamu ga jadi beli, ngambil cincinnya pula!"
"Ah, biar aja! Habisnya aku suka sih! Lihat deh! Cantik, kan?" Sakura memperlihatkan cincin itu pada Sasuke. Ketika itu Sasuke menyadari kalau di bagian dalam cincin tersebut terdapat tulisan kuno yang diukir.
"Eh, eh, bener ga sih penglihatanku? Coba deh kamu teliti bagian dalam cincinnya, ada tulisan kah?" Sasuke tak bisa meneliti sendiri karena sedang menyetir.
"Iya ada! Wah, aku yang tertarik duluan kok ga tau, ya? Hm, tulisan apaan nih?"
"Mungkin sejenis mantra?" terka Sasuke.
"Kali…ah, bodo amat!" Sakura memasang cincin tersebut di jari tengah kanannya, jari manisnya sudah ditempati cincin pertunangan.
Sampai di villa, pada malam harinya ketika mereka akan tidur, mereka masih membincangkan cincin itu.
"Eh, kamu ga takut kalo misalnya terjadi apa-apa karena cincin itu?" ujar Sasuke sebelum memejamkan matanya.
"Maksudmu? Jangan bilang kalo kamu dah mulai percaya sama takhayul-takhayul! Bukan Sasuke banget, tau ga!"
"Yah, ga gitu! Aku cuma keinget aja, kan banyak tuh barang-barang dari toko antik, biasanya punya kekuatan magis. Nah, sedang kamu ga tau kekuatan magis dari cincin itu apa. Ada tulisan-tulisan anehnya lagi!"
"Aih, sama aja kale kalo kamu mulai percaya gituan! Jaman sekarang mah ga perlu percaya sama gituan lagi! Orang dah nginjek bulan juga!" Sakura tetap ngotot, "Lagipula, kalo andai terjadi apa-apa…Aku percaya Sasuke selalu ada untukku, hihi! Dah, ah! Selamat tidur!" sebelum dia membalikkan tubuhnya, dia mencium pipi Sasuke sebagai pengantar tidur. Setelah itu, dia tak langsung menutup matanya. Dalam cahaya yang remang-remang karena hanya ada dua lampu ranjang yang menyala, dia memandangi dulu cincin tersebut yang sudah menempati jarinya. "Rasanya, di kotak hitam itu ada dua lubang untuk cincin. Tapi kenapa cuma ada cincin ini, ya?" Sakura termenung sesaat, lalu tidur.
Pukul 01.17, dini hari…
"Arrrggh! Kalah lagi! Setan alas!" salah satu lelaki dari sekelompok pejudi berteriak untuk kesekian kalinya.
"Nyehehehe…Sudah kubilang, jangan remehkan aku! Usiaku memang paling muda di sini, tapi aku paling professional!" seorang lelaki lain yang mengalahkannya mengejeknya, "Ayo, cepet bayar! Apa lagi yang kau punya? Rumahmu? Istrimu? Eh, tidak, tidak! Istrimu sudah alot! Hahaha!" katanya lagi sambil menenggak minuman keras.
Yang lain ada yang menimpali, "Aku saranin deh, potong dulu tuh 'anu'mu buat bayar ni bocah!" lelaki yang kalah tadi merasa terpojok dengan tertawaan para pejudi lain karena lelucon tadi.
"Ugh, a, aku cuma punya ini…" lelaki itu sudah tak punya pilihan lagi. Dia mengeluarkan sebuah cincin bermata biru dari sakunya.
"Apa ini? Cuma sebegini, kau pikir bisa membayar semua kekalahanmu?" pria yang mengalahkannya lantas tak terima.
"I, itu…sebenarnya aku mencurinya dari istriku yang punya toko barang antik. Nah, biasanya barang-barang di sana berharga mahal semua, jadi kupikir ini…"
"Maksudmu…ini cincin kuno?" pria itu mulai menunjukkan rasa tertarik dan memperhatikan tulisan yang ada di bagian dalam cincin itu, "Yah, bolehlah! Oke, ini kuterima…Huaahhhm! Dah, ah! Mulih ae yok! Cape aku!"
Pria yang menang itu memiliki ciri-ciri berambut kuning cerah dan spike style, mirip anak berandalan. Kondisi apartemennya pun serasi dengan penampilannya yang kumal. Begitu sampai apartemennya, dia langsung merebahkan diri ke ranjang, lalu memandangi lagi cincin yang dia dapat dari hasil berjudi tadi. "Cantik juga! Cocok dengan mataku! Hahaha! Jadi sayang mau kujual! Hmph…" dia kemudian memakai cincin itu dengan sembrono. Dia tempatkan di jempol kanannya, lalu dia tertidur.
Pukul 06.10, pagi hari…
"Huaahhmmm…" pria yang tadi malam menang judi itu terbangun. Dia langsung duduk dan membuka matanya. Tapi…
"Hei, di mana aku ini?" pria ini seakan tak mengenal kamar apartemennya sendiri. Mungkin bisa jadi karena pengaruh minuman keras yang kemarin dia minum terlalu banyak. Pria itu nampak sangat kebingungan. Dia mencoba mencari petunjuk untuk mengetahui sebenarnya dia berada di mana. Aneh memang.
Kemudian, dia mencoba membuka suatu pintu yang ternyata adalah kamar mandi, dan…"AAAAAAAAAHH!" dia berteriak ketika dia bercermin. Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya?
Pukul 06.38, Di villa Uchiha…
"Hnh…" seperti biasa, kalau Sasuke bangun dia pasti memastikan keberadaan sosok di sampingnya, meski dia tau Sakura pasti sudah lebih dulu bangun. "Eh…" namun ternyata kali ini berbeda, Sakura masih tertidur.
"Haha, tumben dia bangkong! Hm, mungkin dia cape! Ah, aku mau gantian bikinin dia minuman di pagi hari" maka jadilah Sasuke yang pergi ke dapur lebih dulu. Beberapa menit kemudian, dia kembali ke kamarnya dan membawakan segelas susu coklat hangat kesukaan Sakura. Setelah dia membuka gorden jendela agar matahari pagi masuk dan meletakkan susu itu di meja lampu ranjang, dia mencium kening Sakura untuk membangunkannya, "Pagi, Putri tidur…"
"Zzzzhh…" Sakura tak kunjung bangun juga.
"Ya, ampun! Sejak kapan ni anak jadi susah bangunnya? Hei, Sakura! Bangun dong, sayang! Sudah pagi nih!" Sasuke mencoba membangunkannya lagi dengan membelai pipi halus kekasihnya.
"Ngggghhh…" Akhirnya Sakura membuka matanya juga. Tapi sepertinya dia bangun dengan terpaksa. Erangan dengan nada marah tadi adalah buktinya. "Aarrgh, siapa sih berani ganggu aku tiduuur, huh? Brengsek!" di luar dugaan, Sakura berkata kasar seperti itu. Ini jelas membuat Sasuke heran dengan sikapnya. Kemudian, lagi-lagi Sakura mengatakan hal yang makin membuat Sasuke bingung, "HAH! Sasuke! Ngapain kamu di sini! Aih, aku tidur sama kamu, ya! Cih, bisanya! Apa yang kamu lakukan sampe aku bisa di sini, hiiiihh!"
"Sakura! Apa yang kamu bicarakan? Kamu kenapa? Sakit?" Sasuke meletakkan telapak tangannya di dahi Sakura, "Biasa aja! Kamu kenapa kok jadi ngomong ngelantur gitu?"
"Sakura? Ngelantur? Apa sih?" nampaknya orang yang ada di hadapan Sasuke memang tidak sedang sakit, berhalusinasi, hilang ingatan apa lagi bercanda. Tanpa banyak bicara, dia segera ingin pergi ke kamar mandi, "Oi, mana kamar mandinya, Teme?"
Sasuke tambah terkejut mendengar panggilan yang dilontarkan tadi, 'Bisa-bisanya Sakura jadi kurang ajar gitu! Ada apa ini? Jangan-jangan kesambet?' tanpa membalas perkataan sosok yang bertanya padanya, dia hanya memberi isyarat tangan untuk menunjukkan kamar mandinya.
Di kamar mandi, sosok yang diherankan juga sedang bingung, "Aku ini ada apa sih? Suaraku berubah, trus tadi tidur sama Teme pula! Ieewh!" gumamnya sendiri. Begitu melihat dirinya di cermin, "UWAGYAAAAAHHH!" dia langsung berteriak seperti kesurupan. Sasuke yang masih di kamar kaget mendengarnya, maka segera saja dia membuka pintu kamar mandinya yang kebetulan tak dikunci. "Sakura! Ada apa?"
"Hah…hah…hah…hhh" sosok yang dipanggil Sakura tersebut terengah-engah dan menoleh ke arah Sasuke dengan tatapan sinis, "Apa yang kamu lakukan padaku, hah! Jawab yang jujur kenapa aku bisa gini?" dia mengguncang-guncang tubuh Sasuke. Sasuke tetap tak mengerti. Merasa sia-sia menunggu jawaban dari orang yang hanya bisa melongo, dia pun pergi keluar kamar dan mencari pintu untuk keluar.
"Sa, Sakura!" Sasuke berniat menahan sosok yang dipanggilnya Sakura tadi. Tapi dia terlanjur melesat keluar dengan cepat. Sempat Sasuke melihat Sakura meloncati barisan tangga pertama ke barisan tangga kedua untuk mempercepat langkahnya. 'Apa-apaan itu? Kenapa Sakura jadi bengal begitu sejak bangun tadi?'
Sedang di apartemen pria si pejudi, ternyata pria tersebut sudah tak lagi pada kamarnya. Dia sudah berada di jalan sambil menangis, "Hik…hiks…huhu! Sasukeeee!" katanya. Tanpa sadar dia menjadi perhatian orang-orang. "Ugh, aku ga boleh cengeng! Aku pasti bisa kembali ke villa! Tapi, caranya gimana ya?" setelah berpikir agak lama, terpaksa menjadi tukang angkat barang di pasar dia lakukan demi mendapat uang. Kemudian, dirasa uang yang dia dapat sudah mencukupi, dia bergegas ke villa Uchiha. Lalu…
TING TONG! TING TONG! TING TONG! Sasuke yang mendengarnya dari dalam menyangka kalau itu adalah Sakura yang telah kembali. "Ah, pasti itu Sakura!" maka dia segera membukakan pintu. Ternyata…
"Sasuke! Huhu…" pria pejudi tadi tiba-tiba memeluk Sasuke dan tangisannya kembali pecah.
"Eh! Naruto! Apa maksudmu? Tiba-tiba datang, ga jelas asal usulnya, meluk orang pake nangis lagi! Dasar Dobe!" Sasuke berusaha melepaskan tubuhnya dari si pria yang ternyata bernama Naruto itu.
"Bukan! Aku bukan Naruto! Aku Sakura, tunanganmu! Percayalah!"
"What the f**kin' in the ass? Eh, kamu itu ga puasnya yah cari gara-gara melulu sama aku! Dah, dah! Pergi sana! Gila! Sori ya, di sini bukan tempat nampung orang sinting macam kamu!" setelah mencaci begitu, Sasuke berniat menutup pintu. Tapi ditahan oleh 'Naruto'.
"Sasuke, tunggu! Kumohon, percayalah padaku! Jangan lihat tubuh ini, tapi tanyakan hatimu siapa jiwa yang menempati tubuh ini!"
"…"
"Sasuke! Please! Coba kamu pikir baik-baik, apa urusannya Naruto yang udah sekian lama ga ketemu sama kamu tiba-tiba datang sambil menangis dan berani memelukmu?" 'Naruto' mencoba meyakinkan Sasuke.
"Kalau begitu, tunjukkan apa yang menjadi bukti bahwa kau Sakura" tegas Sasuke.
'Naruto' mengambil napas, lalu berbicara, "Pertama, yang paling penting hari jadi kita tanggal 13 Februari 2004, tepat enam tahun yang lalu pas kamu kelas tiga SMU dan aku kelas satu SMU. Lalu, pertunangan kita tanggal 23 Juli 2007, tepat di hari ulang tahunmu. Saat itu kamu memberikanku liontin di mana ada foto kita berdua. Cukup?"
"Ga, kupikir itu hal yang mudah diketahui oleh Naruto sekalipun, berhubung aku juga adalah anak dari seorang direktur. Hal gitu udah biasa kalo jadi terekspos…" ujar Sasuke dengan nada dingin karena merasa muak kembali melihat wajah rivalnya dulu semasa SMU.
"Baiklah, gimana dengan yang ini?" 'Naruto' kembali menarik napas. Dia mulai pesimis Sasuke tidak akan mempercayainya, "Kemarin kamu berkata padaku bahwa hatimu akan selamanya untuk hatiku. Kau…" tiba-tiba nadanya menjadi melemah dan dia menitikkan air mata, "Kau…tetap mencintaiku meski aku dalam keadaan apapun…" 'Naruto' tertunduk, pipinya yang tadi mulai mengering kini basah lagi karena dibanjiri cairan yang sama.
"Ah…itu…" Sasuke tersentak.
"Apakah…hiks…apakah hal yang kayak gitu…bisa Naruto ketahui…hiks? Selain itu…apakah Naruto bakal nangis habis-habisan demi meyakinkanmu…di depanmu begini, Sasuke? Hiks…" ucapan 'Naruto' terputus-putus karena isak tangisnya.
"Aku…" Sasuke benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Ingin dia peluk sosok yang ada dihadapannya, tapi organ tubuhnya seakan menolak. Seakan masih belum mempercayai bahwa yang di depannya ini sebenarnya adalah Sakura, gadis yang paling dia cintai. Otaknya memang sampai saat ini belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi, namun hatinya bekerja lebih cepat. Tanpa perlu banyak teori, begitu mendengar janji yang pernah dia ucapkan hanya untuk dan di hadapan Sakura tempo hari, hatinya langsung percaya. "Sakura…jadi ini beneran kamu?" Sasuke kembali membuka suaranya. 'Naruto' pun mengangguk. Maka, segeralah Sasuke merangkulnya dan mengajaknya masuk.
"Jadi, sebenernya kenapa kamu bisa jadi kayak gini?" tanya Sasuke setelah mengajak 'Naruto' duduk.
"Aku ga tau. Terakhir yang kuingat, pas aku mau tidur kemarin, aku ngeliatin cincin yang kemaren aku curi. Pas aku bangun, eh, taunya aku ada di kamar sebuah apartemen, mungkin apartemennya Naruto kali!" 'Naruto' menceritakan kejadian aneh yang dialaminya.
"Kalo gitu, berarti cincin itu…" Sasuke mulai curiga, "Coba perlihatkan tanganmu sebentar…"
'Naruto' melakukan yang diminta Sasuke, "Cincinnya, matanya biru! Trus tempatnya di jempol! Sudah kuduga, kan sejak awal sudah kubilang kalau barang antik itu biasanya punya kekuatan magis! Kamu sih ngotot! Jadinya gini kan! Pantas dirimu yang bangun tadi pagi, sikapmu aneh banget. Ternyata itu bukan kamu, tapi mungkin jiwa Naruto yang menempati tubuhmu dan jiwamu tertukar dengan tubuhnya ini" Sasuke mengomel dengan tempo yang cepat.
"Maafin aku, Sasuke!" 'Naruto' tertunduk meratapi penyesalannya, kemudian dia teringat sesuatu, 'Apa mungkin dua lubang cincin di kotak hitam itu, satu lubangnya untuk pasangan dari cincin bermata merah yang kucuri, yaitu cincin bermata biru ini?'
"Ada apa? Sepertinya kamu mikirin sesuatu?"
"Anu, Sasuke…" 'Naruto' mencoba memberitau walaupun takut dimarahi lagi, "Sebenarnya…waktu cincin ini masih di kotak hitam itu, ada yang kuherankan, kenapa ada dua lubang cincin di kotaknya…eeeh, kupikir cincin yang sekarang di tubuh Naruto ini adalah pasangan cincin yang kucuri…"
"Aduh! Parah betul kamu ini, Sakura! Pantas saja si penjaga tokonya bilang ga boleh dibeli karena ga da pasangannya, selain itu yang paling berbahaya karena cincin ini punya kekuatan aneh! Haih, pusing aku!" Sasuke mengomel lagi. Mendengar itu, 'Naruto' cuma bisa tersenyum garing. Dia mencoba meredamkan amarah Sasuke, "Eng, Sasuke jangan marah lagi sama aku yah! Sasuke sekarang ga perlu marah-marah terus, yang penting sekarang adalah Sasuke mau kan bantuin aku cari jalan keluarnya?"
"Ya maulah! Aku lagi ga waras kalo aku sampe ga mau!"
"Makasih, Sasuke!" 'Naruto' memeluk Sasuke tiba-tiba dengan manjanya.
"Ugh, ga usah peluk-peluk!" Sasuke tanpa sadar mengatakan hal itu pada sosok yang sebenarnya kekasihnya.
"Loh, kenapa? Sasuke masih ga percaya sama aku?" 'Naruto' melepas pelukannya dan dia kembali murung. Sebenarnya Sasuke sendiri tidak tau kenapa dia melakukan itu. Dia reflek. Tubuhnya belum bisa terima disentuh oleh rivalnya, walaupun hatinya sudah tau yang sebenarnya.
"Bukan begitu…Aku risih aja…dipeluk sama kamu dengan wujud begini…" Sasuke berkata jujur.
"Eh?" 'Naruto' terkejut mendengar pengakuan itu. Dia jadi tambah kecewa, mengingat Sasuke pernah mengatakan janji itu padanya.
"Buat jaga-jaga sikapmu juga, kalo misalnya ada di luar di mana tidak hanya kita berdua. Kalo sikapmu tetep kayak pas jiwamu di tubuhmu sendiri, bisa-bisa kita dikira yang aneh-aneh. Kau mengerti maksudku kan, Sakura?"
"…" yang diajak bicara hanya mengangguk lemah.
"Tapi kamu ga perlu ragukan kesetiaanku sama kamu. Aku ga bakal kecantol sama cewe lain seperti yang pernah kamu bilang, walau sekarang kamu berwujud cowok. Aku bakal selalu sabar nunggu kamu balik. Kita bakal usaha sama-sama"
"Kalo gitu, saat ni kan cuma ada kita berdua. Boleh dong kita mesra-mesraan kayak biasanya. Inget janjimu loh, Sasuke!" 'Naruto' menggenggam erat tangan kekasihnya, memasang wajah penuh harap. Sasuke berjengit mendengar permintaan, ehm, lebih tepatnya penuntutan janji. Tetap saja mata dan tubuhnya merasa risih jika harus…bermesraan dengan seorang lelaki, dan itu dalam wujud Naruto pula. Tapi apa mau dikata, janji tetaplah janji, "Ba, Baiklah…" jawabnya agak ragu, "Tapi kamu harus janji juga. Selama kamu dalam Naruto gini, sebisa mungkin kamu harus bisa jaga sikap kalo kita lagi ga berdua aja"
"Oke! Hihi! Makasih, Sasuke! I L Y S M!" 'Naruto' langsung mencium pipi Sasuke, "Maaf ya, Sayang! Aku pengen banget cium kamu, ga pa pa kan walau harus 'pinjem' bibir Naruto ini dulu? Hihi!"
"Kalopun kubilang ga, udah kamu cium juga!" setelah dicium begitu, Sasuke merasakan ada bau aneh yang berasal dari mulut 'Naruto'. Author pikir readers tau bau apa itu.
"Ih, mulutmu bau aneh!" ujar Sasuke sambil mengelap pipinya.
"Hah? Masa? Hah…hah…Ugh! Iya juga ya! Aih, kayaknya ga cuma mulut yang bau, tapi juga tubuh ini! Dasar, Naruto ternyata jorok, ah!" *Nurani Sakura : NARUTOOO! Aku ga betah di badanmu! Cueh! Awas aja tubuhku kamu macem-macemin!* Maka, 'Naruto' bergegas untuk mandi.
Ketika 'Naruto' mandi, Sasuke menyiapkan baju untuknya. Dia meminjamkan baju miliknya karena dia yakin baju Sakura sendiri pastinya terlalu kecil untuk 'Naruto', tubuh kekasihnya yang sekarang. Sambil menunggu, dia merenung. Memikirkan bagaimana cara untuk mengembalikan tubuh Sakura kembali.
~TCB~
(Tunggu Cerita Berikutnya)
A/N : Gimana? Aneh kan? Ana soalnya memang ga biasa bikin romance. Sori kalo feelnya ga dapet n terkesan lebay. Tolong reviewnya ya! Biar ana semangat ngelanjutin chapternya yang sedang menumpuk di otak… Dimohon reviewnya yang berhubungan dengan fic ini
Please click :
