Haiiiii... saya kembali dengan sequel dari With Friend.

Entah saya bingung dengan otak saya yang anehnya nggak BISANYA SAYA MENDAPAT BANYAK IDE KETIKA SAYA SEDANG PUSING-PUSINGNYA NGERJAIN ULANGAN DAN TUGAS RUMAH! #frustasi

Abaikan yang diatas

Terimakasih minna-sama untuk yang telah mereview, memfollow, memfav, membaca dan merequest. Fic saya With Friend.

Ini juga ada sebuah request dari Nam. Tapi maaf sekali Nam saya nggak bisa biki yang sesuai dengan requestan dari Nam. Tapi ini sebagai permintaan maaf saya.

Ada yang request tentang BBB Air.

Nah... akhirnya saya dapet peran yang tepat untuk Boboiboy Air. #narinari

Ada juga yang request BBB Api jadi Magma.

Ah.. maaf kan saya. Saya nggak bisa memenuhi itu.

Untuk perilaku lucu yang sama kayak kartunnya. Saya nggak bisa jamin soalnya kalo saya bikin fic yang serius susah untuk disempilin humor. Hehehehe

Saya juga tidak bisa membuat EPILOUGE. Tapi saya akan buat sequelnya.

Karena saya senang sekali membuat Boboiboy Halilintar atau Petir menderita #dikeroyokfansBBBHalilintar, jadi saya masih menggunakan topik yang sama kayak With (tertawa laknat) #dihajar

Maaf karena tidak bisa membalas review semua.

Oke chapter pertama dimulai.

Warning : GaJe. Abal. OOC. Typo. Alur maju mundur dan balapan(?) a.k.a kecepetan dan beragam jenis kesalahan lainnya.

^_^ SELAMAT MEMBACA ^_^

Setelah menghadapi Adudu dengan robot tempurnya. Boboiboy masih belum bisa bersatu. Bukan belum bisa sebenarnya tetapi Ochobot melarang mereka untuk bersatu dahulu sambil menunggu Petir pulih dengan sempurna. Hal itu dilakukan agar tubuh Boboiboy secara utuh tidak mengalami kelelahan. Setidaknya hali itu disambut baik dengan Angin dan Api karena mereka bisa bermain-main berdua seharian. Tanah pun tak keberatan karena ia bisa membantu atoknya namun ia juga khawatir karena firasatnya akhir-akhir ini dengan Petir. Namun berbeda dengan Petir. Dia benar-benar bosan dan merasa risih karena semua klonnya menghawatirkan keadaannya. Turun kebawah saja mereka semua sudah panik dan membantunya. Padahal tubuhnya sudah pulih dan ia sudah bisa mengeluarkan listrik meski belum bisa membentuk keris Petir sempurna.

"Petir, bukankah sudah kukatakan untuk beristirahat di kamar saja. Kau mau aku dimarahin Tanah ya?" ucap Angin yang sedang melihat TV bersama Api ketika melihat Petir yang berjalan sambil memegang kepalanya yang masih terasa pening. Segera saja Angin menghapirinya dan membantu Petir berjalan. Petir yang mendengar itu hanya mendengus dan memutar bola matanya.

"Aku sudah mendengar itu seribu kali" ucap Petir malas.

"Kau mendengarnya tapi tak melakukannya. Sama saja bohong." Ucap Angin menimpali.

"Huhh..."

"Kau kenapa ingin turun kepalamu masih pusingkan? Kenapa kau tidak tidur di atas saja? Atau kau ingin melihat pertunjukan bola apiku? Hah..hah..hah...?" ucap Api langsung berdiri dan memutar bola-bola apinya. Dengan senyum ceria yang setia mengambang diwajahnya.

"Pertunjukanmu itu membosankan. Aku bosan dikamar terus." Kata Petir menatap bosan Angin dan Api yang masih memutar-mutar bola apinya.

"Aku tau kamu bosan tapi setidaknya kau harus memikirkan kita semua. Kalau kau belum pulih-pulih kita belum bisa bersatu dan jika kita belum bisa bersatu kita bisa kehilangan ingatan kita." Kata Angin kalem.

"Tumben kau bisa bicara seperti itu?" tanya Api heran dan berhenti memainkan bola apinya. Angin yang mendengar itu hanya tersenyum lebar menanggapi perkataan Api.

"Sekarang kembali ke kamar dan tidurlah!"

"Kau gila? Aku bisa mati bosan jika tidur terus." Hardik Petir menatap Angin tak percaya. Angin yang ditatap Petir hanya cuek dan tetap membawa Petir masuk ke kamar. Petir yang memang tubuhnya masih lemas tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menuruti Angin dan mencoba keluar lagi nanti.

OooooooooooooO

Disaat yang sama, di markas kotak Adudu terlihatlah Adudu yang menggunakan perban dan plester di beberapa tempat di tubuhnya. ia sedang tiduran dikamarnya sambil memikirkan bagaimana mengalahkan Boboiboy.

"Boz ada sinyal yang di pancarkan pesawat luar angkasa lain untuk berkomunikasi dengan kita!" kata komputer memberikan informasi kepada Adudu. Adudu yang sedang berbaring langsung beridiri dan berjalan kearah layar komputer yang lebih besar.

"Dari siapa?"

"Saya tak tau boz. Tetapi sinyal telah dapat di terima dan bisa berkomunikasi dengan pengirim boz"

"Sambungkan"

Hanya perintah singkat dari Adudu. Komputer langsung menjalankan perintah dan memunculkan seseorang yang telah lama dikenal Adudu. Ia memiliki ciri fisik yang hampir sama dengan Adudu namun ia memiliki tubuh yang lebih tinggi dari Adudu.

"Wahai.. hambaku sekalian. Aku Ejojo telah menghubungimu.. hahahahhahaha"

"Ada apa kau menghubungiku lagi Ejojo?"

"Hahahaha.. Ada apa Adudu kau kalah lagi kah? Kau memang bodoh melawan anak-anak ingusan itu saja kau tak mampu"

"Eleeh.. Kau pun kalah melawan Boboiboy" ucap robot berwarna ungu menanggapi perkataan Ejojo.

"DIAM.. Apa kau ingin ku hancurkan lagi?"

"Huaaa... Jangan,.. Tolong aku incik boz." Teriak robot ungu itu dan berlari kebelakang Adudu.

"Ish.. Dah lah. Ada apa Ejojo?"

"Hahhaha.. Aku ada sesuatu yang bisa mengalahkan Boboiboy. Aku akan ketempat kau jika kau mau bekerja sama denganku?"

"Apa itu?"

"Hahaha... Kau mau menerima kerja sama ini tidak?"

Adudu tidak langsung menjawab. Terlihat memikirkan banyak hal. Ia bingung, ia ingin mengalahkan Boboiboy dan menguasai dunia. Itu tak akan terealisasi bila keadaannnya masih seperti ini. Boboiboy dan kawan-kawannya terlalu kuat untuk dihadapi sendiri oleh Adudu. Namun jika ia berkerja sama dengan Ejojo maka...

"Baik aku trima." setelah menimbang kerugian dan keuntungan yang akan ia dapat dari kerjasama ini.

"Hahaha aku akan datang dalam 1 jam. Kau bersiaplah!" ucap Ejojo dan memutuskan hubungannya denga Adudu dan bergerak menuju markas Adudu.

"Incik boz yakin kah?" tanya probe yang masih bergetar ketika mengingat kejadian yang melibatkan Ejojo beberapa waktu lalu.

"Aku yakin dan nanti aku akan mengalahkan Ejojo dan menguasai dunia ini sendirian. Hahahahaha"

Satu jam telah berlalu sejak Ejojo meghubungi mereka. Tampak langit yang menggelap karena tertutup sebuah pesawat luar angkasa yang super besar di atas markas Adudu. Di sana terlihat Ejojo yang berdiri tegak di atas kapal dengan angkuh dan tangan yang terlipat di dadanya. Melihat itu Adudu keluar dari markas kotaknya dan menyapa Ejojo.

"Kau sudah datang Ejojo?"

"Kau sudah lihat aku disini dan kau masih bertanya 'Apakah aku sudah datang?' kau bodoh sekali Adudu" ucap Ejojo dengan nada yang meremehkan Adudu.

"Err... Sudahlah apa rencanamu?"

Adudu tak mempedulikn kata-kata Ejojo dan langsung bertanya tentang rencana Ejojo. Ejojo yang mendengar itu melompat turun dari pesawatnya dan mendarat tegak di depan Adudu.

"Aku memiliki satu benda hebat yang bisa mengaktivekan ratusan robot tempur untuk menguasai bumi bahakan planet Atata tiga. Benda itu ini"Ejojo memperlihatkan sebuah kristal berwana merah seperti warna kekuatan Halilintar.

"Lalu kenapa kau memberitahuku? Seharusnya kau bisa mengaktivekannya sendiri?"

"Aku memerlukan kunci untuk membuka kekuatan kristal ini."

"Lalu? Kunci apa itu?" tanya Adudu penasaran dengan penjelasan Ejojo.

"Itu adalah kekuatan listrik yang berwarna sama seperti kristal ini. Ini akan memberikannya energi agar ia bisa pulih hanya dengan memegangnya. Namun sayang sekali hanya orang itu yang bisa menggunakannya. Kau pasti tau siapa orang itu kan?"

"Halilintar."

"Hahahaha...Kau benar sekali. Hahahaha.. Aku tak pernah berpikir kau akan secerdik itu, menggunakan salah satu Boboiboy itu untuk mengaktivekan robot X2000 yang tak bisa diaktivekan di planet Atata tiga. Meskipun kau sudah kalah melawan Boboiboy kan?"

"Err... Kau fikir aku bodoh sekali kah? Tapi bagaimana kita menculik Boboiboy Halilintar lagi. Dia pasti sekarang sedang dijaga oleh Boboiboy yang lain?" tanya Adudu pesimis.

"Aku bisa membantu membawanya" kata seseorang dibalik bayang. Dia menggunakan topi yang dihadapkan depan dan jaket berwarna biru dengan lengan hitam sampai ke pergelangan tangannya.

"Kau Boboiboy Air kan?" tanya Adudu bersiap menyerang Air. Hal yang sama juga dilakukan oleh langsung menembakkan peluru dari pistol yang selalu bertengger di pinggangnya namun hal itu sia-sia saja semua tembakan Ejojo tak pernah menggores Air karena perisai yang dibentuk Air untuk melindunginya.

"Ya. Aku Boboiboy Air. Tenang saja mereka tak tahu aku juga muncul. Mereka tak akan menggangguku membawa Halilintar. Aku akan membantu kalian membawanya." Kata Air datar dengan pandangan yang datar pula.

"Bagaimana kami bisa mempercayaimu? Kau juga salah satu Boboiboy apa tujuanmu kemari. Cepat jawab" tanya Adudu ragu dan membentak Air.

"Aku akan membawanya. Aku tak perlu kepercayaan kalian. Aku hanya benci pada mereka karena memanfaatkanku. Aku sudah lelah melakukannya. Jadi aku ingin memberi mereka pelajaran. Aku berangkat sekarang tunggu saja." ucap Boboiboy Air dan pergi meninggalkan mereka. Ejojo dan Adudu hanya saling pandang. Mereka ingin menangkap Halilintar sendiri namun Boboiboy Air telah pergi. Jadi mereka hanya menunggu bagaimana Boboiboy Air melakukannya.

"Kau yakin?" tanya Adudu kepada Ejojo.

"Biarkan saja jika dia membocorkan ini. Aku akan segera menyerang Boboiboy dan yang lainnya."

OooooooooooO

Disaat yang sama. Petir hanya terbaring menatap langit langit kamarnya. Sudah berkali-kali ia mencoba keluar kamar dan hanya berakhir masuk lagi kedalam kamarnya. Bahkan ia sudah hampir sampai di taman dan berakhir dengan cek cok mulut dengan Tanah. Hanya karena firasat bodoh yang dirasakan Tanah.

Flash back.

Petir yang merasa bosan dikamar mencoba lagi keluar dari kamarnya. Ia berdiri dan sedikit terhuyung-huyung ketika merasa kepala pusing.

"Ugghh..." Sebuah lenguhan kecil meluncur dari mulut Petir. Kepalanya terasa berputar-putar, tubuhnya terasa berat dan ia merasa ingin pingsan. Tangannya mencoba menggapai kursi belajar dan menyeimbangkan tubuhnya.

"Dasar Adudu brengsek. Jika saja bukan karena Gempa aku pasti akan membunuhnya." Umpat Petir.

Ia berjalan pelan sambil memegangi kepalanya. dibukanya pintu perlahan. Ia mengintip dari pintu itu sedikit dan melihat Angin yang tertidur pulas di kursi depan TV. Ia melangkahkan kaki keluar kamar dan berjalan menuruni Tangga. Kepala terasa berat namun ia menghiraukannya. Rasa bosan mengalahkan rasa sakit yang menyerang kepalanya. sampai di pintu rumah ia membuka pintunya dan berjalan ke taman. Kepalanya terasa berdenyut-denyut. Petir berjalan pelan sambil terus memegangi kepalanya.

dari kedai Tanah melihat anak yang memiliki postur tubuh yang sama dengannya menggunaan topi yang sama namun dihadapkan ke depan yang diketahui bahwa ia adalah Petir. Tanah langsung panik dan berlari kearah Petir. Meninggalkan cocholate pesanan pelanggan begitu saja.

"Kemana Angin? Bukannya tadi aku memintanya untuk menjaga Petir?" gumam Tanah dan berlari kearah Petir dan segera mencegatnya.

"Tanah? Oh... sial. Aku ketahuan."

"Kau mau kemana? Bukankah kau sudah kuberitahu untuk tetap istirahat dan memulihkan dirimu? Kau tahu kan aku sangat khawatir, bukankah kau juga sudah kuberitahu tentang firasatku?" tanya tanah dengan wajah yang sangat panik.

"Persetan dengan firasatmu. Aku bosan dikamar."

"Lalu kau mau kemana?"

"Taman" jawab Petir singkat.

"Tidak, kita pulang sekarang" kata Tanah sambil merangkul tubuh Petir membantunya berjalan. Petir yang sudah kehilangan kesabaran menepis tangan Tanah dan mundur beberapa langkah meski kepalanya terasa berdenyut.

"Aku bosan. Aku muak dijaga terus terusan. Aku bukan bayi. Aku tidak lemah. Aku bisa menjaga diri." Ucap Petir marah.

"Aku tahu kau kuat. Tapi tidak untuk saat ini. Aku tak mau kejadian kemarin terulang lagi. Kau bahkan kemarin dapat dibawa Adudu dengan kondisimu yang sedang fit. Lalu sekarang dengan keadaanmu sekarang kau fikir kau bisa menghadapi Adudu?"

"Apa maksudmu? Aku bisa mengalirkan listrik di tanganku." Ucap Petir sambil menunjukkan listrik berwarna kuning di tangannya. Namun belum lama ia mengeluarkannya kepalanya terasa berdenyut-denyut dan badannnya terasa berat.

"Kau fikir kau bisa melindungi dirimu dengan itu hah? Lihat kau sudah akan pingsan hanya dengan mengeluarkan sedikit listrik seperti itu." Bentak Tanah khawatir dan kesal dengan kekeras kepalaan Petir.

"Ughh... Aku tidak lemah." Desis Petir sambil memgangi kepalanya.

"Kita pulang." Kata Tanah singkat dan menarik tangan Petir. Petir yang melihat itu mengeluarkan listriknya untuk menyetrum Tanah dan seketika kepalanya berdenyut semakin yang merasakan sengatan listrik dari Petir melepas tangan Petir. Dia menatap marah pada Petir dan iba pada saat bersamaan ketika ia melihat wajah Petir yang meringis menahan sakit dan tangannya yang memegangi kepalanya.

"Hentikan tidakan kekanak-kanakanmu itu Petir. Kau harus pulang kau mau kubawa pulang atau kupaksa membawamu dengan golem tanah?" kata Tanah kehilangan kesabaran. Ia mendekati Petir dan merangkulnya lagi. Namun seperti yang tadi Petir mengalirkan listriknya di bagian tubuh yang di sentuh.

"Arg..." erang Petir ketika kepalanya semakin sakit.

"Sudah cukup. Boboiboy Gempa." Tanah sudah kehilangan kesabarannya matanya berubah kuning dan berubah menjadi Boboiboy Gempa.

Petir yang merasa pandangannya berkunang-kunang hanya menatap salah satu elemen lain yang berubah menjadi level 2. Ternyata ucapan Tanah tidaklah main-main. Ia benar-benara akan memaksanya untuk pulang meski dengan Golem Tanah.

"Golem Tanah"

Sebuah golem tanah muncul dihadapan mereka dengan komando dari Gempa. Tangannya bergerak mencengkram Petir yang masih berdiri dengan tangan yang memegangi kepalanya. Petir meronta-ronta namun sia-sia kekuatannya tidak sepadan dengan Golem tanah Gempa. Petir hanya bisa pasrah ketika golem tanah dan Gempa berjalan membawanya kembali ke rumah.

Flash back end

Jika tadi ia bisa keluar meski kembali ke kamar lagi karena ketahuan Tanah. Sekarang ia sama sekali tak bisa keluar bahkan dari kamarnya. Sekarang Gempa yang menjaganya, Angin dan Api sudah benar-benar dimarahi karena lalai menjaga Petir. Petir yang tadi masih digenggam golem tanah Gempa hanya bisa diam dan melihat dua klon lain dimarahi Gempa. Gempa benar-benar tidak membiarkannya keluar. Pintu kamar di kunci dan Gempa menjaga di depan TV. Bahkan jika ia ingin sesuatu ia hanya harus memanggil Gempa dan Gempa lah yang akan mengambilnya. Bahkan jika ia kekamar mandi Gempa akan memapahnya kesana. Petir sudah tak bisa protes lagi karena Gempa mengancamnya akan mengikat tangan dan kakinya dengan tanah pencekam jika ia masih membangkang.

Petir berdiri dan meraih pintu. Memang percuma tapi tak ada salahnya kan mencoba? Dengan terhuyung-huyung ia memutar knop pintu. Dan seperti yang diduganya pintu dikunci dari luar. Petir masih mencoba memutar-mutarnya dengan kasar berharap pintu akan terbuka. Namun percuma pintu itu tak bisa terbuka.

"Sial. Terkunci. Huhh... sudahlah..."

Petir berbalik hendak berbaring atau berdiri di depan jendela untuk melepas bosan. Namun ia merasa sekelilingnya dingin, perlahan titik-titik air mulai terkumpul disekitarnya dan memperangkapnya. Ia merasa sesak, nafasnya tesenggal-senggal.

"Agh..."

Reflek ia mengeluarkan kekuatannya tapi itu hanya membuatnya semakin lemah ketika kekuatannya malah membuatnya terkena sendiri.

"aghh..." Petir berteriak namun teriakannya teredam oleh air yang memerangkapnya. Tubuhnya semakin berat dan merasa pusing. Perlahan ia kehilangan kesadarannya.

Perlahan air yang memperangkap Petir bergerak keluar melewati jendela menuju seorang anak bertopi biru dengan tangannya yang telurur seperti mengendalikan gerakan air-air itu. Anak itu menggerakan sebuah bola air berisi selembar kertas yang sepertinya tahan air, ke atas dan memasukkannya lewat jendela. Anak itu berjalan dan meninggalkan rumah itu dengan bola air dengan Petir di dalamnya yang mengikuti anak itu.

OoooooooooO

Gempa merasa tak enak sejak siang Petir tidak keluar dari kamarnya.

"Petir, kau belum makan kan? Aku membawakan makanan untuk mu!" Ia membuka pintu kamar Petir dan mendapati kamar yang kosong dan basah disana-sini.

"Petir? Kau dimana, Petir?" Gempa berteriak panik.

Ia melihat sebuah bola air yang melayang dengan kertas didalamnya. Gempa mendekatinya dan mengambil kertas itu. Bersamaan dengan kertas yang keluar dari bola air itu. Bola air itu pecah dan airnya membasahi lantai kamar. Gempa membuka kertas itu dan mendapati sebaris kata yang di takutkannya beberapa hari ini.

'Datanglah ke markas kotak Adudu. Jangan katakan pada yang lain. Hanya Boboiboy dan elementalnya saja yang boleh pergi kesana. Jika aku melihat kalian datang dengan yang lain. Aku tak bisa jamin keselamatannya'

TBC or Disc

Huaaaaaaaaaaa... ini awal yang super GaJe.

Maaf minna-sama.

Saya suka sekali membuat Petir or Halilintar menderita.. khu khu khu #dihajarfansHalilintar

Bagaimana dengan ch. 1 ini? aneh kah? Gaje kah?

Oh.. iya Believe ini, mungkin nggak sebanyak with friend chapternya.

Maaf juga kalo alur kecepetan dan cerita yang membosankan.

Maaf minna-sama.. maaf-maaf

Sebenarnya aku pengen ngelanjutin yang misterius boy or secret world or Death game

Tapi pada dapet setengah saya malah kepikiran ini. dari pada mubazir (emang makanan) jadi saya tulis aja

Sebenarnya saya mau publish ini entaran aja. Tapi ini tangan udah gatel banget mau publish. (mumpung bisa curi-curi waktu sambil ngerjain makalah)

Tenang saya bertanggung jawab kok semua sudah dalam proses dan secepatnya saya buat 'Tamat'

(All: kebanyakan AN woyyy!"

Oke-oke arigatou minna-sama

Dan review please

Nah.. karena ini chapter pertama. Jadi saya minta pendapatnya ini dilanjutin atau di delete aja?