Enchanted Disaster

.

Story by Pinky Barney

.

Naruto Belong to Masashi Kishimoto

.

Warning : AU, OOC, Typo, Miss Typo

.

Don't L ike Don't Read

.

.

.

.

.

.

Prologue

.

.

.

.

.

Palu sudah diketuk oleh hakim, keduanya mendongak. Ini adalah akhir dari kisah mereka yang tak punya batas dan aturan itu. Para penonton persidangan menundukkan kepalanya, ini adalah akhir dari pasangan sempurna yang mereka elu-elukan untuk beberapa tahun itu.

"Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura kalian dinyatakan tidak memiliki keterikatan lagi dalam hukum." Wanita yang sedang disidang itu mendesah lega, akhirnya, dia bisa bebas dari laki-laki yang kini sudah tidak lagi menyandang status sebagai suaminya.

"Sasuke, terima kasih." Ujarnya pelan yang hanya bisa didengar keduanya. Pria yang dipanggil Sasuke itu mengangguk pelan kemudian meninggalkannya dalam kelegaannya.

.

"Mama, mama mau ke mana? Kenapa baju mama dibawa semua? Sarada ikut, ya?" Gadis kecil itu merengek memegang tangan ibunya yang kini berdiri mengatur orang-orang yang sedang membawa barang-barangnya pergi. Ibu muda itu berjongkok, menyamakan tingginya dengan gadis kecil yang kini tampak hampir menangis.

"Mama harus pergi karena urusan pekerjaan, Sarada tunggu di sini, ya? Nanti mama akan sering-sering berkun-pulang." Ujarnya, buru-buru mengganti kata-katanya sebelum putrinya curiga. Putrinya langsung memeluknya erat, seolah tidak ingin melepaskannya dan menangis sekencang-kencangnya.

"Mama tidak boleh pergi! Mama tidak boleh pergi! Nanti Sarada sendirian. Mama…." Rengek gadis kecil itu tidak menyadari kalau air mata juga mengalir di pipi ibunya yang kini hanya bisa mengelus punggungnya.

Sakura melepaskan pelukan putrinya, tangan kirinya masih merengkuh putrinya sementara tangan kanannya mengambil kalung. Sebuah kalung dari emas putih, dengan liontin berbentuk bunga Sakura dari berlian Swarovski yang dibentuk dengan teliti.

Tangannya memakaikan kalung itu pada leher putrinya dengan gemetar. Setelah terpasang, dia kemudian membuka liontinnya dan membiarkan putrinya melihat isinya. Miris rasanya melihat mata sembab putrinya yang kembali menangis melihat foto di dalamnya, foto Sakura dengan Sarada dalam gendongannya.

"Ini artinya lebih dari hidupku sendiri." Ujarnya mengartikan kata, 'More than my own life' yang terukir di sisi lain liontin. "Aku menyayangimu, lebih daripada hidupku sendiri sayangku." Ujar Sakura kemudian memeluk putrinya itu sekali lagi. "Itulah seberapa besar rasa sayangku padamu."

Isakan tangis tidak terhindarkan, lolos begitu saja dari putri semata wayang Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura itu. Sakura menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakannya keluar. Mantan istri Uchiha Sasuke itu sudah siap melepaskan pelukannya lagi, kalau saja Sarada tidak mencengkram lengannya kencang.

"Sarada, mamamu harus pergi, kemari!" Ibu dan anak itu menoleh ke arah sumber suara yang mengganggu keduanya. Sarada akhirnya melepas pelukannya dan Sakura langsung mencium dahi putrinya sayang.

"Mama pergi, ya? Nanti mama sering-sering pulang." Ujarnya lagi, mengacak rambut Sarada yang masih sebahu itu. Sarada mengeleng pelan sambil menggigit bibir bawahnya erat-erat. Sakura menciumnya sekali lagi kemudian membiarkannya bersama dengan ayahnya.

"Datanglah sering-sering ke sini. Sarada akan merindukanmu." Ujarnya. Sakura mengangguk memperhatikan Sarada yang terisak di perpotongan leher mantan suaminya.

"Terima kasih, Sasuke." Ujarnya dengan senyum yang agak dipaksakan. Sakura tersenyum lembut pada keduanya. "Tolong jaga Sarada, Sasuke." Ujarnya kemudian pergi meninggalkan keduanya mengikuti truk yang sudah berjalan lebih dahulu di depannya dengan mobilnya sendiri.

Sarada menyentuh pelan liontin kalung yang diberikannya mamanya tadi, rasanya menyakitkan, padahal mamanya hanya akan pergi untuk pekerjaan. "Mama~" Rengeknya lirih.

.

Sakura mendesah lelah menatap tumpukan kardus dan koper di hadapan matanya. Entah kapan dia akan selesai menata semua barang ini. Dalam hati dia merutuki kebiasaan borosnya saat menjadi nyonya besar, sekarang dia memakan hasil perbuatannya sendiri.

Dilemparnya tas Hermes hitam miliknya ke sofa yang masih tertutup plastik, dan mulai membereskan pakaiannya satu persatu. Apartementnya memiliki dua kamar, seperti apartement sederhana lainnya. Dia yakin, kamarnya tidak akan cukup menampung semua pakaiannya, jadi dia cukup beruntung apartementnya memiliki dua kamar.

Belum sampai setengah pakaiannya dibereskan, tangannya sudah pegal. Dia yakin, dia bukanlah perempuan manja yang tidak bisa melakukan apa-apa, tapi dengan kehidupan dengan putra bungsu Uchiha, saat bekerja hal yang dilarang, dia terbiasa bermalas-malasan. Yang dia lakukan di sana hanyalah memasak karena Sasuke menyukai makanannya.

"Kapan ini semua selesaaai?" Jeritnya frustasi menatap barang-barangnya. Disandarkan tubuhnya pada ujung meja. "Aku lelah~." Rengeknya kesal.

Bunyi bel menyadarkannya, buru-buru dia membuka pintu apartementnya. Siapa tamu yang datang di hari pertamanya di sini? Siapapun itu, yang jelas mengganggunya.

"Sakura~." Jerit wanita yang memencet bel saat dia membuka pintu apartementnya. Menghela nafas pelan, kemudian Sakura mempersilahkan tamunya masuk ke dalam apartementnya yang masih berntakan oleh barang-barangnya.

"Maaf masih berantakan. Aku baru sehari di sini." Ujarnya sembari menaruh dua gelas sirup di atas meja ruang tengahnya. Wanita itu,-Ino- duduk di sofa Sakura yang masih berlapiskan plastik. Sakura memindahkan semua kardusnya ke kamar yang masih kosong.

"Mau apa kau ke sini, Ino? Aku masih berberes, kalau kau mau tahu." Ujarnya, kemudian mendudukkan dirinya di salah satu sofa miliknya dengan santai. Tangannya mengambil salah satu gelas sirup yang tadi dibuatnya, kemudian menenggaknya perlahan.

"Sai dan Inojin pergi. Ya sudah, aku kesini. Siapa tahu aku bisa membantumu?" Ujarnya dengan nada tanya di akhir kalimatnya. Mengikuti Sakura, perempuan berambut pirang itu menenggak sirup buatan Sakura itu.

"Kenapa tidak ikut mereka saja sih?" Sakura mendecak. Biasanya sahabatnya itu juga ikut suaminya kemana-mana, menempel seperti perangko, tidak bisa lepas.

"Hei, aku tidak ikut juga berarti aku menghormatimu. Keluarga Uchiha sialan itu mengadakan pesta atas perceraian Sasuke denganmu, kau tahu?" Cerocosnya. Sakura memutar bola matanya, sejak awal dia juga tahu keluar Uchiha tidak menyukai dirinya yang berasal dari kalangan biasa.

"Bukan hanya itu, mereka juga sepertinya sudah siap mencarikan Sarada ibu baru." Lanjutnya, Sakura tidak merespon. Perempuan berambut merah muda itu mengangkat tubuhnya dan berlalu ke kamarnya tanpa memedulikan sahabatnya.

"Kau mau membantuku merapihkan pakaianku?" Ujarnya dengan senyum.

.

.

.

.

FIN or TBC?

.

.

.

[A/N] Ini... Apaan? Aku ngapain bikin ginian? Ah, yaudah lah ya... udah lama gak bikin third POV... udah lama, banget.. Jadi mohon maaf kalau misalnya masih jelek atau tambah jelek... kritik dan sarannya kutunggu..