Yah, mungkin semua kesalahanku padamu akan membuatmu marah. Tapi, tidak. Kau malah membalasnya dengan senyuman. Ya, dan pada akhirnya senyuman itulah yang menutup kisah kita. Menuliskan kata 'END' pada akhir halaman.
.
.
You didn't, Heiwa.—written by me.
Naruto owned by Masashi Kishimoto.
Warning!
Abal, Gaje, Typo(s), Semi-canon, Hurt/Comfort, Angst, Humor (yang sangat-sangat GaJe).
.
.
An ItaSaku fiction.
.
'Bold..'= Sakura's mind.
.
Please enjoy!
.
.
'Ingatkah kau saat aku menumpahkan jus apel di bajumu? Kukira kau akan memarahiku. Tapi aku salah.'
.
Flashback on, 20 years ago.
Pagi hari yang mendung, menurut anak perempuan berambut merah jambu itu. Kaki-kaki kecilnya menuntun tubuhnya yang membawa dua botol yang berisikan jus apel menuju suatu tempat di pinggir desa. Mata kehijauannya menjamah seluruh pandangan di depannya. Bibirnya membentuk garis lengkung indah saat ia tahu ia sudah sampai di tujuan.
Ya, mall yang mengadakan cuci gudang.
Eh, maksudnya lapangan latihan.
"Itachi-nii!" serunya memanggil seorang anak yang lebih tua darinya delapan tahun itu. Selanjutnya, anak berumur dua belas tahun itu menghampiri anak berambut senada dengan bunga Sakura. Obsidiannya menatap lembut sosok anak kecil di depannya.
"Aku bawa jus apel untuk Itachi-nii. Itachi-nii, minumlah!" ujar anak itu menyodorkan satu botol jus apel di genggaman kanannya. Yang di panggil Itachi hanya tersenyum lembut seraya menerima jus apel di tangan anak perempuan itu. Mereka lalu duduk di bawah pohon pinggiran lapangan itu.
"Ne, Saku-chan. Kau sedang lihat apa?" tanya Itachi pada anak di depannya. Gerak-geriknya seperti menerkam sesuatu di atas kepala Itachi. Perlahan-lahan ia tegak, dengan tangan yang menggenggam botol jus yang terbuka. Dengan cekatan ia menangkap kupu-kupu berwarna biru tua di kepala Itachi, tentu dengan tangannya yang kosong.
"Hap!"
Dan dia mendapatkannya.
"Yeeee, Saku-chan dapat kupu-kupunya!" ucapnya berteriak sambil melompat-lompat kegirangan. Namun, sialnya kaki Sakura tersangkut di batu antara rerumputan di sana.
BRUUK!
"Ittaaii!" rengeknya saat menyadari bahwa ia jatuh. Saat Sakura—anak berambut merah jambu itu mencoba duduk, ia menyadari bahwa botol jusnya telah kosong. Matanya membulat terkejut.
Siapa yang meminum jus apelnya?
"I-Itachi-nii! Go-gomen aku sudah menumpahkan jus-nya.." ucap anak itu malu ketika ternyata tak ada yang meminum jusnya, melainkan isi botol malang itu sudah berpindah ke baju latihan Itachi.
'Habislah aku, Itachi-nii pasti akan memarahiku' batin Sakura. Namun...
"Ini. Jusmu kan sudah tumpah, Saku-chan." Ucap Itachi tersenyum sambil menyodorkan jus apelnya yang baru ia minum ¾ botol.
.
'Tidak, aku salah. Kau tidak memarahiku.'
.
'Ingatkah kau saat aku mengajakmu ke danau selatan desa, lalu hujan seperti yang kau katakan sebelum pergi? Kukira kau akan mengatakan bahwa kau sudah memberitahumu.'
.
19 years ago.
"Sasuke-kun, Itachi-nii ada?" tanya Sakura, anak berambut merah jambu itu.
"Ada perlu apa?" tanya anak berambut raven di depannya ketus.
"Apa itu penting?" tanya Sakura balik, mulai naik pitam rupanya. Karena malas berurusan dengan Sakura, Sasuke—adik Itachi langsung memanggilkan kakaknya. Tak lama kemudian, menyembulah sosok yang dicarinya dengan anggun di balik pintu rumahnya. Ralat kata anggun—menjadi tampan.
"Itachi-nii, ayo kita ke danau!" ajak Sakura semangat. Itachi lalu tersenyum dan berjongkok. Hanya meratakan tingginya dengan Sakura, bukan mau pup.
"Tapi bukankah ini sudah mendung? Kurasa akan hujan?" ucap Itachi. Lalu Sakura pun menunduk. Bibirnya melengkung kebawah, menandakan kalau ia sedang sedih. Namun, beberapa saat kemudian, sebuah tangan menepuk lembut pundaknya.
"Tunggu ya, aku siap-siap dulu." Ucap Itachi masuk kedalam rumahnya. Tak berapa lama kemudian, Itachi keluar dengan sebuah tas kecil di tangannya. Lalu Sakura menarik tangan Itachi dengan semangat.
Sepanjang perjalanan terasa sangat menyenangkan bagi keduanya. Perjalanan mereka diisi oleh celoteh mulut kecil Sakura. Itachi sesekali meresponnya atau tertawa kecil melihat tingkah Sakura. Itachi kira Sakura sama seperti Sasuke adiknya, namun dalam bentuk 'perempuan'. Mata Sakura pun cerah saat menyadari mereka telah sampai di danau.
"Akhirnya sampai juga!" seru Sakura.
ZRAAASSHH!
Suara hujan pun membuat Sakura dongkol. Itachi pun datang menghampiri Sakura yang tengah sedih.
'Kali ini Itachi-nii pasti akan menggerutu! Ia kan sudah memberitahuku bahwa akan hujan' batin Sakura cemas. Tapi ia terkejut ketika Itachi tersenyum lalu mengeluarkan kotak kosmetik dari tasnya. Eh, maksudnya payung kecil dari tas-nya.
"Wah hujannya lebat sekali ya. Tak kusangka akan selebat ini, Saku-chan," ucap Itachi sambil memayungi Sakura dan dirinya.
.
"Kedua kalinya, aku salah. Kau tak menggerutu bahwa kau sudah memberitahuku akan hujan sebelumnya."
.
"Masih banyak hal yang tak kau lakukan ketika aku mencoba keras kepala, dengan opinimu yang telah menjadi fakta. Namun kau tak pernah marah. Sebaliknya, kau selalu membalasnya dengan senyummu. Kau juga banyak membantuku."
.
18 years ago.
"Aniki, kenapa kau membawa si jidat ini?" tanya Sasuke, adik dari ketua anbu dengan sinis.
"Dia akan belajar untuk ujian genin lusa bersamamu, Sasuke-kun." Jawab Itachi dengan senyum. Sedangkan Sakura hanya bersembunyi di balik tubuh tegap Itachi.
Sasuke mau tidak mau menerima Sakura untuk ikut berlatih bersamanya. Memang, kemampuan Sasuke jauh di atas Sakura. Namun lama kelamaan Sasuke mulai terbiasa karena keberadaan Sakura. Yah, itu jauh lebih baik ketimbang ia sama sekali tak bisa berlatih dengan aniki-nya. Pagi itu terasa berlalu dengan cepat.
Terkadang Sasuke tak henti-hentinya menjahili Sakura. Entah dengan cara apa, ia terus menjahili Sakura. Setelah menjahilinya, Sasuke akan tertawa terbahak-bahak, Sakura yang memerah malu, dan Itachi yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
Bagaikan DJ yang sedang tenggelam dalam lagunya.
Baik, tolong jangan hajar penulis untuk scene Itachi yang (nista) kebangetan.
Terus berulang seperti itu, sampai akhirnya Itachi mengingatkan Sasuke untuk berhenti mengejek Sakura.
"Memegang kunai bukan seperti itu, Sakura-chan," ucap Itachi melangkah mendekat. Sedangkan Sasuke sedang berlatih (tendangnya) taijutsunya pada sebuah pohon besar. Menyalurkan semua emosi kecemburuannya karena Itachi lebih memerhatikan Sakura. Mungkin kalau saja pohon yang di tendang-tendangnya itu bisa bergerak aktif, maka pohon itu akan menjewer Sasuke.
Sayangnya, pohon yang bergerak aktif hanya ada di film Harry Potter.
Tunggu tunggu, Sasuke cemburu pada Sakura, atau Itachi?
Tentu saja pada Sakura, kalau sama Itachi pasti adalah cemburu sang adik pada kakaknya. Jangan berpikir negatif, Sasuke bukanlah termasuk golongan rainbow jaman sekarang. (Tahu maksudku?)
"Uh, aku salah terus.." ucap Sakura memanyunkan bibirnya. Ia lalu membantu Sakura membenahi cara menggenggam kunainya.
"Kau memang selalu salah, karena jidatmu juga salah bentuk!" ejek Sasuke yang datang entah darimana. Dan wajah Sakura pun memerah, matanya berkaca-kaca. Lalu Sasuke tertawa terbahak-bahak.
"Sasuke-kun jahat!" ujar Sakura menangis lalu segera pergi dari tempat latihan itu. Ia berlari sekuat tenaga, sambil mengusap air matanya.
"Sasuke, kau tidak boleh menjahati Sakura seperti itu!" ucap Itachi mengejar Sakura.
"Hei Aniki, aku hanya bercanda! Dia itu tak bisa diajak bercanda!" ucap Sasuke juga berlari.
Mereka berdua dengan mudah mencari jejak Sakura. Tentu saja karena Google Maps.
Ralat. Aplikasi itu belum diciptakan di jaman ninja.
Tentu saja, mereka dengan mudah menemukan anak berambut merah muda itu karena kemampuan Uchiha yang mengalir dalam darah mereka. Ya, anak berambut merah muda itu kini sedang di tengah-tengah gerombolan anak perempuan, sedang menangis gara-gara hardikan yang mengarah padanya. Sakura hanya bisa berjongkok dan menangis.
"HAHAHA, JIDAT LEMAH!" begitulah hardik salah satu dari mereka, yang lalu tertawa terbahak-bahak. Namun seketika kawasan itu hening, ketika dua Uchiha muda datang dan memberi deathglare mereka. Bagaikan dua singa yang tengah berjalan menembus di kerumunan monyet.
"Sakura-chan, daijobou?" tanya Itachi menghampiri Sakura. Sakura mengangguk pelan, lalu membawa Sakura dan Sasuke ke pelaminan. Eh maksudnya, ke kediaman Uchiha.
"Sakura-chan, gomen ne aku mengejekmu tadi.." ucap Sasuke. Sakura mengangguk sambil mengusap air matanya. Ingat, bukan air mata buaya.
"Sakura-chan, mulai besok kau harus kuat, ya!" ucap Itachi duduk di samping Sakura. Sakura yang memalingkan kepalanya ke arah Itachi mendapati laki-laki berumur genap empat belas tahun itu hanya tersenyum.
"Kenapa, Itachi-nii?" tanya Sakura. Itachi menutup matanya sejenak. Sasuke dan Sakura menatap Itachi penuh tanda tanya.
"Karena besok aku akan menikah." Ucap Itachi serius. Sambil menunjukan kartu nikah dan undangannya.
"NANIIII?!" teriak Sasuke dan Sakura bersamaan. Selanjutnya, Itachi tertawa.
"Heiwa, heiwa! Aku bercanda.." ucap Itachi tertawa. Sasuke dan Sakura pun cemberut.
"Jadi besok kenapa?" tanya Sakura gusar.
"Besok aku ada misi penting. Jadi aku harus keluar desa untuk beberapa bulan.." jelas Itachi. Sakura lalu manggut-manggut.
"Tapi, Itachi-nii akan kembali lagi, kan?" tanya Sakura.
"Memangnya kenapa, Sakura-chan?" tanya Itachi balik.
"Karena uang belanja bulanan habis buat beli baju lebaran."
Oh tentu saja. Kalimat dengan itachi, Eh, maksudnya Italic di atas hanya imajinasi gila penulis belaka.
"Karena aku..." ucap Sakura menggantung.
'Karena aku akan memberi tahu perasaanku pada Itachi-nii!' batin Sakura. Namun batin hanyalah batin. Mulut Sakura tak dapat bergerak untuk melafalkan kalimat yang ada di hatinya.
"Karena aku butuh Itachi-nii untuk melatihku lebih banyak..." ucap Sakura. Bagus, sekarang jidat ini sudah pandai berbohong.
"Tentu saja, aku akan kembali, Sakura-chan.." ucap Itachi. Lalu mereka bertiga menghabiskan hari itu dengan latihan, dan canda tawa.
Akan kupegang janjimu, Itachi-nii.
.
"Kau melindungiku, Itachi-nii."
.
Flashback off.
.
"Ya. Aku memang berniat untuk memberi tahu perasaan ini saat kau kembali nanti, Itachi-nii."
.
Semua akan indah pada waktunya, ne?
Kapan waktu gadis ini akan indah?
"Sakura? Daijobou desu ka?" tanya pemuda dengan poni yang menutupi sebagian matanya.
"Daijobou."
Bohong!
Menitikan air mata, berdiri di depan makam yang ber-kanji Uchiha Itachi, menaruh bunga, dan selalu setiap harinya seperti itu. Jangan lupakan matamu yang sedikit menyerupai Gaara. Apakah anak didikan sanin berdada besar itu terlihat baik-baik saja?
Tidak bisakah kau melihat kesedihan di mata Arya Wiguna, Sasuke?—ganti nama Arya Wiguna dengan nama Sakura.
"Kau masih sedih akan Itachi?" tanya Sasuke lagi. Entah mengapa, para pembaca dan penulis merasakan bahwa ini adalah sebuah introgasi Sasuke terhadap Sakura karena sudah mencuri ayam tetangga.
Abaikan beberapa kata di atas.
"Menurutmu apa aku masih sedih, Sasuke?" tanya Sakura balik.
Apa Sakura harus menghajarmu dulu baru kau mengerti rasa sedih Sakura? Kau kira Sakura ini apa? Monster?
Kalau dipikir-pikir, saat sedang marah wanita yang menyimpan beberapa chakra-nya di jidat itu memang seperti monster saat sedang marah.
Sejak hari dimana Sasuke dan Sakura latihan untuk ujian Genin, karib kekasih Sai itu tak bisa dikatakan tak apa-apa. Setiap hari ia selalu melewati kediaman Uchiha diam-diam, untuk memastikan kalau Itachi menempati janjinya. Setiap hari ia selalu menatap pintu rumahmu, Sasuke. Menahan tangis karena emosi menyakitkan yang membuncah di dadanya.
Berharap Itachi benar-benar kembali. Berharap Itachi muncul dari balik pintu itu.
Lima menit saja.
"Maafkan aku.." ucap Sasuke.
Ya, Sasuke. Mau kau goyang dribble di depan semua anbu dan ninja untuk permohonan maaf pun tidak akan cukup. Tidak dapat membawa Itachi kembali kedunia ini.
Jadi, goyang dribble sudah tenar di jaman itu, ya?
Selangkah, dua langkah. Sakura mencoba menyeret langkahnya pergi. Entah kemana, ia tak tahu. Karena ia bukan teman Dora the explorer yang selalu meneriakan 'Peta' saat ia tersesat. Sampai akhirnya langkahnya terhenti ketika ia berada di lapangan latihan.
Sakura mengedarkan pandangannya kepada lapangan itu. Lapangan ini sangat jarang dikunjungi karena letaknya yang di belakang kediaman Uchiha. Rumput-rumputnya memanjang, ranting-ranting pohon juga makin memanjang, menghalau beberapa sinar matahari untuk menembus menuju lapangan itu. Membuat lapangan itu tampak semakin kecil. Manik hijaunya menatap salah satu pohon di lapangan itu.
Momen jus apel, ya?
"Itachi-nii..." ucap Sakura melafalkan nama seseorang yang sangat ia... cintai. Lalu kepalanya mengadah keatas.
"Bisakah kau turun kebawah sini? Barangkali sejenak?" ucap Sakura, entah pada siapa.
"Jika kau tidak bisa turun kebawah sini, akan kuambilkan tangga milik Kakashi-sensei" ucap Sakura. Yang penulis langsung dihajar sama Om Masashi Kishimoto karena menistakan karakter kesayangannya.
"Jika kau tak bisa turun kesini untuk menemuiku, setidaknya dengarlah aku!" jeda Sakura mengambil nafas. Ini adalah editan untuk kalimat di atas.
"Aku... aku berharap bisa bertemu denganmu lagi, Itachi-nii! Bisakah kau merasakan bagaimana sakitnya ketika kau mati di tangan adikmu? Bisakah kau rasakan bagaimana aku berlatih untuk menjadi lebih kuat agar tak merepotkanmu? Bisakah kau rasakan bagaimana rasanya ketika aku sadar bahwa kau tak akan pernah bisa menepati janjimu? Bisakah kau merasakan penantianku?" tanya Sakura, pada rumput yang bergoyang.
"Aku... mencintaimu!" seru Sakura pada langit kemerah-merahan di atasnya. Matanya sedikit berkaca-kaca.
WUUUSSSHHH~
"Saku-chan.." panggil seseorang. Kepala Sakura langsung berputar mencari asal suara tersebut. Mata Sakura membulat seketika mendapati sosok di depannya yang menggunakan jubah Akatsuki. Matanya mengerjap beberapa kali, memastikan bahwa ini adalah nyata. Angin yang bersenandung kala itu menambahkan kesan bahwa ini nyata.
Dia... adalah seorang yang Sakura rindukan selama ini!
Dia, Uchiha Itachi!
"Itachi-nii?" tanya Sakura memastikan. Saat Itachi tersenyum, saat itulah Sakura menerjang Itachi dan langsung memeluknya. Ini nyata. Sakura dapat merasakan hangat tubuh Itachi. Sakura dapat merasakan tangan Itachi yang mengelus kepalanya. Sakura tak dapat memastikan apakah ini rasa sedih atau bahagia. Ia hanya dapat menangis tersedu-sedu.
"Kau merindukanku, ya?" tanya Itachi. Sakura hanya mengangguk dalam pelukan Itachi. Gadis itu masih terisak untuk beberapa saat. Dan Itachi membiarkannya dalam pelukannya dalam beberapa saat. Sampai akhirnya isakan Sakura mulai reda.
"Sakura-chan, bisa kau menatap mataku?" ucap Itachi. Lalu Sakura pun melepas pelukannya dan menatap mata Itachi.
"Heiwa.." setelah Itachi mengaktifkan Sharingannya, pandangan Sakura menghitam dan ia tak ingat apa-apa lagi. Persis bagaikan pemadaman listrik bergilir yang dilakukan P*N.
Ya, masih misteri apakah ini nyata atau hanya ekpetasi seorang Jones.
.
"Tekanan darah normal, detak jantung juga stabil.." samar-samar, suara itu menyeruak masuk kedalam gendang telinga seorang gadis berumur dua puluh enam tahun itu. Perlahan-lahan, ia membuka kelopak mata dan menampilkan manik hijaunya.
"Sakura, kau tak apa?" tanya seorang gadis berambut blonde.
"Aku tidak apa-apa, Ino." Jawab Sakura—gadis yang terkulai lemas diatas ranjang rumah sakit itu. Jarum infus yang menembus epidermisnya bekerja dengan baik kala itu.
"Sasuke menemukanmu demam tinggi disenja setelah kau bertemu dengannya saat sedang menjenguk makam Itachi, Sakura-chan." Ucap Ino yang di tanggapi kerutan alis Sakura. Bukan kerutan di sekitar mata, seperti yang dikatakan iklan-iklan produk kecantikan.
"Kenapa, Sakura?" tanya Ino.
"Itachi itu siapa?"
"Jangan bercanda, Sakura. Kau pasti mengenalnya!"
"Tidak! Aku tak mengingatnya!"
"Apa kau bisa mengingat sesuatu sebelum kau pingsan?" tanya Ino. Sakura menggeleng lemah.
"Tapi, aku mengingat satu kata.." ujar Sakura.
"Apa itu Sakura?"
"Heiwa.."
.
"Tapi... kau tak kembali, Itachi-nii."
.
—THE END.
.
HUUUUEEEE!
FIKSI MACAM APA INI!?
Gajelas banget apaan genrenya, entah hurt/comfort, entah angst, entah humor T.T
Pokoknya Laven cuma menuangkan ide Laven. Hehehe :D
Sebenarnya minna, ini adalah sequel buat fiksi "Berakhir." Tau kan? Yang belum tau bisa langsung liat di profil Laven #CiePromosi -_-'
Cuma, Laven ganti pairnya dan ada beberapa yang Laven edit :D
Kenapa ganti pair? Suka-suka Laven :p /dihajar
Oiya, Laven kasih tau arti judulnya. Artinya "Kau tak melakukannya, Heiwa."
Nah, disini kan Itachi suka bilang heiwa ke Sakura, dan Sakura-nya juga keras kepala. Tapi Itachi gapernah marah tuh sama Sakura. Jadi Sakura yang awalnya ngira bakal dimarahin bilang "You didn't, heiwa.". Heiwa itu artinya hampir sama kaya Peace, yang artinya damai. :D
.
.
Omake?
.
.
Bunga-bunga Sakura berguguran. Anginpun menerbangkan kelopak-kelopak kecil bunga khas Jepang itu. Membawanya terbang ke awan.
Disana, di kediaman Uchiha. Tampak sepasang manusia yang saling bergandengan tangan dan dikelilingi banyak orang. Keduanya terbalut rasa cinta dan bahagia. Senyum itu tak henti-hentinya hilang dari bibir sang mempelai wanita. Ya, cincin mereka menyatukan perasaan mereka.
"Selamat ya, Sakura-chan, Sasuke-kun! Semoga kalian bahagia selamanya!" tutur gadis berambut blonde itu. Lawan bicara hanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Penampilannya yang simpel namun menawan, dengan kimono yang senada dengan warna rambutnya.
"Nah, anak didikku sudah besar sekarang." Ucap seseorang yang tiba-tiba datang. Ingat, jelangkung tidak terkenal di jaman itu.
"Hokage-sama!" sapa Sakura—yang kini marganya berganti menjadi Uchiha.
"Santailah di hari yang membahagiakan ini, Sakura. Aku tak mempersalahkan jika kau memanggilku sensei.." ucap hokage yang mengenakan masker itu sambil menepuk kepala Sakura.
"Ne, Sasuke. Rasanya baru kemarin aku mengajarimu raikiri. Sekarang kau sudah menjadi suami muridku saja.. Hahaha.." ucap Kakashi yang diakhiri tawa ringan. Sakura juga ikut tertawa. Sasuke? Oh jangan pernah berharap Sasuke tertawa lepas di depan umum. Melihat senyumnya saja sudah seharga kumis tebal pink-nya dewa Neptunus.
Memang Dewa Neptunus punya kumis tebal berwarna pink?
"Saku-chan, semoga bahagia..."
"Eh? Kakashi-sensei. Aku tak mendengar apa yang kau ucapkan?" tanya Sakura. Kakashi mengerutkan alisnya.
"Aku tak mengatakan apapun, Sakura." Ucap Kakashi bingung.
"Lalu... siapa yang mengatakan itu tadi?" tanya Sakura pelan. Kakashi mengendikan bahunya.
"Heiwa, Saku-chan." Sakura memutar kepalanya. Mencari-cari siapa yang baru saja menyebut namanya. Namun nihil. Ia tak menemukan siapapun di belakangnya.
Entah kenapa penulis merasa bahwa ini adalah syuting film Ann*bell*.
"Sasuke-kun?" panggil Sakura. Sasuke pun menatap Sakura.
"Menurutmu, siapa yang sering menyebutkan Heiwa?" tanya Sakura takut-takut.
"Heiwa?" tanya Sasuke balik. Ia kelihatan berpikir. Lalu beberapa saat kemudian ia tersenyum. Bukan senyum p*psod*nt.
"Seseorang dibalik awan.." ucap Sasuke.
.
Akhirnya, kau menutup kisah kita dengan dua hal, Itachi-nii.
Senyum, dan...
—Heiwa.
(Done. Juny 2015, Friday.)
(2700 word.)