Title :: King And I
Author :: wowok21
Disclaimer :: This story is mine, but the character not be mine
Kata Pengantar :: dicari ya, mungkin di chapter kali ini bakal author kenalin banyak banget cast, dengan intensitas yang belum seimbang- rencananya bakalan ada dua pasangan bahagia dia akhir sih, belum kepikiran pasangan mana yang jadi main cast. Semuanya pakai nama asli, oh tambahan jja karena ini ff sageuk, jadi kayaknya bakalan ada nama-nama anonim yang jumlahnya seabrek, mohon maaf atas kebingungan yang author buat :)
Pairing :: cari sendiri dulu ya reader (-͡. •͡) ok?
Leght :: fix Chapter
Setting :: Joseon
Warning :: Yaoi, Boy x Boy.
Please, Don't Like Don't Read. Read Kata Pengantar above, please!
Note: No bashing, no flame, no copas, no re-publis, no plagiat, yes to like and comment.
...
.
.
Happy Reading
.
.
.
Pada tahun 1476 (Masa Pemerintahan Raja Seongjong) ..
Seorang yeoja paruh baya terduduk lemas di depan kediamannya, dibalik wajah pucatnya- mata tajamnya menyeruak menatap setiap orang yang kini ada disekelilingnya. Hanbok putihnya sudah mulai bewarna kecoklatan karena beberapa kali usahanya memberontak digagalkan oleh beberapa prajurit yang terus mengawasinya.
Tap.. Tap.. Tap..
Seorang Polisi nampak menyeruak masuk kedalam lingkaran prajurit yang mengerubungi yeoja paruh bayu itu. Sebuah gulungan kertas yang ada di genggaman sang polisi lah yang menjadi perhatian yeoja paruh baya tersebut.
Dibukanya gulungan kertas itu, direntangkan dan diangkat setinggi kepalanya. Polisi itu memberi isyarat kepada beberapa prajurit, dan seketika dua orang prajurit maju dan menahan paksa lengan yeoja paruh baya tersebut.
Hari kedua, dibulan ke sembilan ditahun gajah.
Bekas Ratu Yoon terbukti bersalah, atas tindakan melukai Baginda Raja.
Setelah menghabiskan hukuman pengasingan, Ibu Suri Jeonghui memutuskan untuk memberikan hukuman yang setimpal yaitu hukuman eksekusi mati..
Tertanda (Ibu Suri)
Polisi itu menggulung kembali kertas tersebut setelah selesai membaca petisi kerajaan. Ia menatap prajurit-prajuritnya. "Sudah waktunya!"
Seorang prajurit mendekat dengan membawa semangkuk penuh ramuan hitam pekat, itu racun! Walaupun itu tidak mengacaukan begitu saja yeoja paruh baya, mantan Ratu Yoon tidak gentar dan tetap menatap tajam sekelilingnya. "Hentikan!"
Beberapa prajurit yang sedang mempersiapkan eksekusi berhenti seketika saat Bekas Ratu Min mengintrupsi jalannya eksekusi. Polisi itu menatap Bekas Ratu Yoon tajam, dan kemudian menyuruh para prajurit untuk tidak berhenti. "Jangan dengrakan!"
"KUBILANG HENTIKAN!" kata Bekas Ratu Yoon berteriak, dirinya menatap tajam sang polisi karena tidak mendengarkannya. "Apa yang kalian lakukan?"
"Justru apa yang anda lakukan?" tanya sang polisi balik.
"Siapa kalian? Beraninya menyentuhku! Aku Ibu Putra Mahkota!" kata Bekas Ratu Yoon sambil berusaha meronta, namun pegangan kedua prajurit pada lengan tak juga berhasil terlebas. "Kalian tidak berhak menyentuhku! LEPASKAN!"
"Jangan dengarkan yang yeoja ini katakan!" kata Polisi itu geram karena Bekas Ratu terus memberontak. "Melukai Baginda Raja adalah tindakan kriminal, apa yang kalian lakukan pada penjahat ini? Kenapa berhenti? INI PERINTAH KERAJAAN!"
Beberapa prajurit mulai maju dan membantu- karena Bekas Ratu Yoon memberontak dengan semua tenaganya. Matanya menatap tajam pada sang polisi. "AKU BILANG LEPASKAN AKU!"
"Jangan dengarkan!" kata polisi.
Disamping beberapa Prajurit yang memaksa bekas Ratu untuk diam- seorang dengan paksa mencangar mulutnya, dan seorang lagi dengan sigap menuangkan racun kemulut Bekas Ratu Yoon- tanpa tersisa sedikitpun-
Bekas Ratu Yoon tergelak lemas begitu racun memasuki tubuhnya, dengan perlahan perlawanannya mengendur- dan merosot jatuh ketanah. Para prajurit mundur serentak seiring Bekas Ratu Yoon menjadi tak berdaya.
Mata tajamnya setia menatap keseliling. "Aku tak akan melakukan perbuatan kalian hari ini! Kalian semua harus mebayar atas apa yang kalian semua lakukan padaku- ak tidak akan membiarkan negara ini berdiri tanpaku!"
Semua prajurit terdiam seketika- orang yang meminum sianida akan mati dalam lima menit, namun setelah minum semangkuk Bekas Ratu Yoon masih tetap bertahan di menit-menit akhirnya. "Kujamin tidak ada keturunan lagi, selain jalan hinaan! Paduka kelak tidak akan punya keturunan selain putraku! Kecuali jika mereka menikahkannya dengan sesama jenis!"
Polisi itu kesal mendengar omongan bekas Ratu yang mendoakan hal buruk untuk kerajaan- "Hentikan membicarakan hal buruk, ada jutaan orang yang mendoakan yang terbaik untuk Joseon-"
"Dengarkan ucapanku!"
Kalimat terakir yang bekas Ratu Yoon ucapkan- sebelum akhirnya dia menghembuskan nafas terakirnya, dan terkulai lemas di halaman rumahnya- beberapa prajurit mendekat untuk memastikan keadaan bekas Ratu Yoon- dan mereka akhirnya menggotongnya ke tandu kerajaan untuk dimakamkan.
.
.
Tahun 1504 (Pemerintahan Pangeran Yeonsan)
Seorang yeoja tergopoh-gopoh di jalanan desa- malam yang sudah mulai larut membuat tak ada satupun yang melihatnya. Dalam dekapannya nampak seorang bayi mungil tertidur nyenyak, dalam diam yeoja itu terus menyusuri desa mencari tempat aman untuk bersembunyi dari kejaran petugas patroli.
Brukk..
Yeoja itu terjatuh bersamaan dengan seseorang yang bertabrakan dengannya. "Mianhae- Jeongmal Mianghae!"
"Untuk apa yeoja sepertimu di tengah jalan selarut ini-" tanyaseorang yeoja yang ditabraknya.
"Nyonya! Tolong saya!" kata si yeoja sambil berlutut dihadapan yeoja yang ditabraknya- "Saya harus selamat! Anak saya masih membutuhkan saya! Tolong saya, nyonya!"
"Nyonya besar pasti sudah menunggu, nyonya!" kata seorang gadis mengingatkan. "Nyonya mungkin akan segera melahirkan!"
"Baiklah-" kata yeoja yang dipanggil nyonya itu. "Ikutlah ke kediaman majikan kami, kau ceritakan semuanya pada Tuan kami!"
"Nde-" Yeoja itu mengangguk patuh- kemudian berjalan mengekor tepat dibelakang nyonya dan gadis, dan seorang yeoja lain lagi itu. Pandangannya terus siaga kebelakang- jika ada petugas patrolo yang datang secara tiba-tiba.
-skip-
Yeoja itu menunduk dalam-dalam, di depannya kini duduk Nyonya besar pemilik kediaman ini. Di dekapannya ada seorang bayi mungil yang sangat manis, semalam dirinya menunggu digudang saat Nyonya besar dalam proses persalinan. Nona diluar memberitahunya jika Nyonya besar adalah istri dari Penasehat Kerajaan, betapa terhormatnya beliau.
"Siapa namamu?" tanya Nyonya besar
"Ryu imnida-" jawab yeoja itu lirih.
"Kau juga memiliki bayi? Siapa namanya?" tanya Nyonya besar ramah.
"Saya belum memberinya nama, bagi budak seperti kami- nama bukanlah suatu yang penting." kata yeoja itu penuh hormat.
"Bagaimana dengan putraku?" kata Nyonya besar sambil menatap sayang putranya. "Bukankah dia sangat menggemaskan?"
"Beberapa orang pantas untuk disukai, kurasa Tuan muda kelak akan meraih simpati banyak orang, hingga ia berdiri di puncak nanti."
Nyonya besar membelalakan matanya- yeoja itu sendiri ikut terkejut mendengar apa yang ia kaatan- entah, semuanya keluar begitu saja tanpa ia pikirkan. Sepintas muncul bayangan seorang namja yang hidup di istana, dirinya tidak tau jika itu masa depan bayi itu atau bukan..
"Maksudku- bekerja di pemerintahan." kata yeoja itu mencoba menghilangkan kecurigaan nyonya besar.
"Sebenarnya siapa dirimu?"
"Saya adalah mantan dayang istana-" kata Ryu sambil menunduk dalam.
"Mwo?"
"Saya adalah mantan dayang istana Selir Jeong, saya melarikan diri saat Yang Mulia Raja akan mengeksekusi Selir Jeong."
"Lantas bagaimana kau bisa mempunyai anak?"
"Saya semakin takut- saat saya melanggar peraturan dan kemudian hamil. Saya menutupinya sebisa saya- dan melarikan diri saat perut saya semakin besar. Saya pergi untuk cuti- tak lama Selir Jeong dan pengikutnya dieksekusi, mereka mencari saya karena mereka pikir saya melarikan diri-"
"..."
"Tolong saya Nyonya! Saya tidak bisa membiarkan bayi saya mati!" pinta yeoja itu. "Saya tau jika keberadaan saya disini akan membahayakan keluarga Nyonya, namun setidaknya- biarkan bayi saya tinggal disini.."
-skip-
Nyonya besar sedang bermain dengan putranya di kamar, pegawainya yang bernama Yoon masuk dengan tiba - tiba, tanpa mengetuk dahulu. Dalam gendongan Yoonn, bayi yeoja itu tampak tertidur pulas. "Mamanim-"
"Ada apa Yoon?" tanya Nyonya besar terkejut.
"Yeoja itu! Yeaoja yang semalam berada disini- dia- dia!" Yoon tak dapat berkata lancar, saking gugup dan terkejutnya dia berbicara terbata-bata.
"Ada apa dengannya?"
"Dia sudah dieksekusi mati di kantor kejaksaan-" kata Yoon lirih.
"MWO?"
"Semua orang membicarakannya- saat saya pergi kesana, ternyata itu yeoja yang kemarin ada disini.."
Nyonya besar memijit pelipisnya yang terasa berdenyut tiba-tiba. "Bagaimana bisa begitu?"
"Siapa sebenarnya dia?" tanya Yoon mencoba mencari kebenaran. "Lantas apa yang akan Nyonya lakukan pada bayi ini?"
Terngiang-ngiang di kepala Nyonya besar mengenai permohon yeoja itu untuk mengizinkan bayinya tinggal disini- bagaimanapun itu adalah janji, Nyonya besar mengangguk yakin. "Besarkan bayi itu sebagai Putramu, Yoon.."
"M- mwo? Sa- saya? Pu- putra saya?"
"Kau bisa kan?"
Yoon menatap bayi laki-laki yang ada dalam dekapannya. Tangannya membelai lembut wajah bayi iyang ada dalam dekapannya. "Jika begitu, saya akan namai di Woon."
.
.
Istana sibuk. Dayang dan pelayan bersama-sama membersihkan aula, meletakkan tikar-tikar sesuai dengan tingkatannya. Sepertinya akan ada upacara besar, di Istana akan di adakan Upacara Kelulusan Ujian Sarjana. Dayang dapur istana juga sibuk menyiapkan semua hidangan kerajaan. Benar-benar pesta besar. Tapi ada sedikit insiden, beberapa buah yang ada di meja .
Kasim Sun berdiri di depan kamar Putra Mahkota "Yang Mulia Putra Mahkota, sudah waktunya. Kita sudah banyak mengulur waktu. Tolong segera berpakaian.."
Karena tidak ada jawaban, Kasim Sun memutuskan untuk masuk dan betapa syoknya dirinya, Putra Mahkota tidak ada dikamarnya- Yang Mulia menghilang. "Yang Mulia!"
.
.
Dua buah tandu berhenti di depan istana Gyeongbuk. Lady Shin keluar dari tandu yang pertama, Lady Shin adalah Nyonya baik hati yang mau menolong Ryu beberapa tahun yang lalu. Suaminya yang menjadi seorang Kepala Sarjana. Itu sebabnya ia dipanggil Nyonya Kim
Nyonya Kim terhenyak saat, tandu disampingnya tak kunjung terbuka- Nyonya Kim memanggil putra bungsunya yang ada di dalam untu segera keluar.
"Yoon Jin-ah! Yoon Jin-ah, Kenapa kau belum keluar?" Nyonya Kim membuka jendela tandu, ia hanya menggeleng saat melihat putranya masih asyik membaca. "Sudah berapa kali Oemma katakan untuk tidak membaca dalam perjalan?"
"Arraseomnida-" guman Yunjin lirih saat keluar dari tandu.
Namja mungil itu berusia 9 tahun, Kim Yun Jin. Ryu berkata jujur karena Yoon Jin tampak sangat ramah. Nyonya Kim begitu menyayanginya. Ia melarang semua hal yang terlalu namja, seperti berkuda, memanah, membaca, dan yang lainnya. Yoon Jin sangat menyayangkan itu, akhirnya ia selelu diam-diam pergi untuk melakukan hal itu. .
"Cepat, kalau tidak kau tidak akan bisa melihat hyungmu." kata Nyonya Kim
Yoon Jin membenarkan pakaiannya yang kusut dibantu oleh Woon, bayi malang yang kemudian Keluarga Kim angkat sebagai pelayannya, Woon tumbuh menjadi namja yang baik hati dan sangat taat- dia selalu membantu Yoon Jin.
Yoon Jin memandang istana dengan terpesona. Istana itu benar-benar besar.
Di dalam, para sarjana muda duduk sesuai barisannya. Nyonya Kim dan Yoon Jin bergegas masuk, keduanya terlambat. Namun beruntung karena Baginda Raja belum memasuki tempat upacara. Nyonya Kim dan Yoon Jin tersenyum pada Jong In. Jong In senang karena akhirnya mereka datang, ia tersenyum pada ibu dan adiknya.
Jong In juga menoleh ke baris di seberang dan tersenyum pada Sehun, temannya.
"Siapa namja yang dipandang oleh hyung?" tanya Yoon Jin penasaran.
"Walaupun bukan lulusan terbaik, dia sangat berbakat." kata Nyonya Kim setelah mengikuti arah pandang putra bungsunya. "Namanya Oh Sehun."
"Apa itu Sehun hyung murid appa..?"
"Ne, bersama Pangeran Jongdae juga." kata Nyonya Kim menjelaskan.
"Oemma selalu memaksaku membawakan minuman."
"Kau tahu, mereka berdua adalah teman dekat hyungmu! Sarjana lulusan terbaik dalam sastra dan militer semua adalah murid Appamu." Appa Yoon Jin adalah Tuan Kim Yeong Jae, yang kini menjabat sebagai Kepala Sarjana.
.
Kasim Sun mengumpulkan seluruh penjaga dan meminta mareka mencari Putra Mahkota. Putra Mahkota masih disini sejam yang lalu, jadi beliau pasti masih ada di istana. "Cari Putra Mahkota! Jangan berhenti sampai ditemukan!"
"Baik tuan."
Kasim Sun pusing, terkadang Putra Mahkota berubah menjadi jail dan nekat. "Jika Baginda Raja tahu, kita semua akan dihukum berat. Cepat cari dia! Cepat!"
.
Raja Jungjong memasuki aula. Semua berlutut memberikan hormat. Yoon Jin bersama ibunya juga berlutut. Tak berapa lama, Putra Mahkota pun memasuki aula istana dari sisi barat. Seorang Kasim maju membawa gulungan kertas berisi Keputusan Raja.
Lulusan terbaik sarjana sastra, Kim Jong In
Posisi kedua, Kim Se Min dan posisi ketiga Yim Byeong Uk, maju kedepan.
Nyonya Kim tampak bangga, matanya berbinar- binar. Ia senang melihat putra dan anak didik suaminya berhasil menjadi lulusan terbaik tahun ini.
.
.
Ratu Munjeong dan Selir Gyeong duduk bersama menikmati teh sambil melihat kedalam kolam kecil ditengah taman istana.
"Meskipun ia pintar sastra dan militer, dia tidak bisa ikut ujian negara. Meskipun ia berbakat, dia tidak bisa menjadi pejabat. Meskipun ia menghormati dan mencintai Ayah, dia tidak bisa menerima kasih sayang Ayah."
"Yang Mulia Ratu, apa yang anda bicarakan?" tanya Selir Gyeong tak paham.
"Pangeran Jongdae. Meskipun ia disayangi banyak orang, ia tidak bisa muncul di depan mereka. Dan juga, Pangeran Jongdae hidup seperti ini karena keadaanku."
"Seorang terhormat tidak boleh menyalahkan orang lain untuk semua kesalahan. Petani tidak boleh menyalahkan tanah kalau tidak subur dan pemusik tidak boleh menyalahkan alat musik. Masalahnya ada pada pemilik dan tidak tergantung pada obyeknya. Kenapa anda menyalahkan diri anda sendiri?"
"Maukah kau mendengarkanku?"
"Tentu Yang mulia."
"Keputusan sudah dibuat, oleh Baginda.."
"Keputusan?"
"Pangeran Jongdae, tidak bisakah jika ia dikorbankan?"
"..." Selir Gyeong tak menjawab, jadi sesakit inikah rasanya menjadi seorang Selir? Selir budak ataupun Selir Raja itu sama saja, tetap berada dalam ketidakberdayaan.
"Biarkan Pangeran Jongdae yang menikahi namja!" kata Ratu Munjeong menuangkan secangkir teh untuk selir Gyeong. "Dan biarkan Putra Mahkota yang mengasuh keturunannya!"
Setelah acara selesai para tamu harus kembali duduk, Yang Mulia Raja tiba-tiba saja kembali dan mengatakan ajika beliau kan menyampaikan sebuah pengumuman penting.
"Dua tahun menikah, Putra Mahkota tak kunjung memiliki keturunan." Semua orang terkejut, ini adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, tapi Raja malah mengumbarnya. "Baiklah, untuk mengantisipasi sebuah kutukan. Putra Mahkota akan dinikahkan dengan seorang namja"
Semua orang memekik, begitu juga dengan Yoon Jin, Jong In, dan Nyonya Kim. Putra Mahkota akan dinikahkandengan seorang namja?
"Namja lajang, berusia 8 hingga 15 tahun dilarang menikah sampai pemilihan Selir Putra Mahkota selesai."
.
.
Yoon Jin sudah masuk tandu dan siap pulang, tanda milik Oemmanya sudah melangkah terlebih dahulu- Woon dengan setia membantu Yoon Jin hingga masuk kedalam tandunya. Namun seorang dayang istana berlari menahan tandunya.
"Do ryeong! tunggu sebentar."
Tandu milik Yoon Jin berhenti saat Woon mengetuk jendela tandu beberapa kali, Yoon Jin menyibakan jendela kayu dalam tandunya. Dayang itu mengulurkan surat yang ditulis diatas kain, ia mengulurkannya dengan penuh hormat.
"Tidak perlu begitu, aku hanya putra Bangsawan biasa." kata Yoon Jin ramah
"Seseorang meminta saya memberikan ini pada anda." kata dayang itu setia dengan tubuh yang merunduk.
"Nuguya?"
"Yang Mulia Pangeran Baekhyun."
"MWO?"
Yoon Jin berteriak sangat keras, beberapa orang disekitar memandang ke arah tandunya. Woon juga tak kalah terkejutnya, namun dia memilih diam- karena itu tidak sopan. Ia juga melihat tandu milik Oemmanya berhenti memandang kearah tandunya, namun ia tersenyum dan meyakinkan supaya mereka jalan terlebih dahulu.
"Tapi aku tak mengenal pangeran." bantah Yoon Jin
"Yang mulia melihat anda tadi."
"Apa Yang Mulia Pangeran mengatakan sesuatu?" tanya Yoon Jin sambil menerima uluran surat itu.
"Secepatnya Do ryeong, Yang mulia ingin anda merespon suratnya secepatnya, setelah anda selesai membacanya."
Dayang istana itu mengangguk memberi hormat lalu pegi, Yoon Jin sungguh penasaran dengan ini. Tapi ia ingin Appanya yang membukanya. Bagaimanapun- Appanya melarangnya berurusan dengan istana.
Perdana Menteri Yoon menghadap Ibu Suri Junghui . Perdana Menteri Yoon mengagumi pohon bonsai milik Ibu Suri. Baginya bonsai ini nampak kelihatan begitu mengesankan, sama seperti pohon pinus yang timbuh di gunung.
"Apa kau tahu arti dibalik pohon bonsai, Perdana Menteri?" tanya Ibu Suri Junghui
"Bukankah artinya menumbuhkan bibit kecil sesuai keinginan anda?"
"Benar, tapi masalahnya dengan pohon bonsai, pohon ini mudah dilihat tapi sebenarnya sulit melakukannya. Jika waktunya tidak pas, maka sulit membuatnya sesuai dengan keinginanmu."
"..."
"Kudengar, Baginda sudah membuat keputusan?"
"Yang Mulia Putra Mahkota akan dinikahkan dengan namja penerus keturunan."
"Yang mulia adalah calon penerus tahta. Siapapun pasangannya harus yang terbaik bukan?" tanya Ibu Suri sambil terenyum licik.
Ratu Munjeong menghadap Baginda Raja, ia sudah mendengar kabar mengenai Putra Mahkota sepanjang hari. Ia berniat memberikan perubahan disana. Ratu memberikan isyarat pada Kasim Hyang untuk memberitahukan kedatangannya
Cheona- Jungjeon Mama telah tiba~
Sret..
Pintu Balai Agung terbuka- Ratu Munjong dapat melihat Baginda Raja membaca beberapa dokumen kenegaraan. Ratu duduk di kursi, berhadap-hadapan dengan Baginda Raja.
"Jung jeon?" tanya Baginda Raja
"Pangeran Jongdae bahkan belum menikah dan anda sudah mengirimnya keluar dari istana." kata Ratu Munjeong menatap Baginda Raja. "Jika anda tidak mengijinkannya kembali ke istana, maka Putra Mahkota akan menjadi semakin-"
"Cukup!"
Yang Mulia Raja marah, itu bukan posisi yang bisa ia permainkan dengan mengikuti perasaan. Semua Raja terdahulu harus mengalami penderitaan yang sama untuk menjadi Raja. Untuk orang yang akan bertanggung jawab pada rakyat, jika ia tidak bisa menahan keinginan-nya sendiri, apa dia pantas?
Ratu Munjeong masih ingin berdebat. "Mengapa anda membiarkan Putra Mahkota menikahi seorang namja?"
Raja tidak ingin bertengkar dengan istrinya. " Aku ingin istirahat, Jung Jeong kau kembalilah."
"Cheona-"
-skip-
Ratu Munjeong dalam perjalanan enuju ke paviliunnya, tak sengaja dirinya bertemu Selir Gyeong Bin pada saat ia baru saja keluar dari kawasan Balai Agung.
Park Gyeong bin membungkuk memberi hormat pada Ratu Munjeong. "Saya sangat menyesal."
"Ini bukan salahmu, Selir Gyeong." hibur Ratu
"Mianhae."
"Mengapa Pangeran Jongdae tak berkunjung belakangan ini?" tanya Ratu mencari bahan pembicaraan agar tak terasa canggung. "Kurasa sudah cukup lama-"
"Saya dengar ia pergi keluar ibukota untuk jalan-jalan."
Ratu Munjeong mengangguk paham tanda mengerti, Baginda Raja pasti telah melarang Pangeran Jongdae secara bebas masuk istana, alasannya karena akan menganggu cara kerja Putra Mahkota sebagai penerus berikutnya.
"Kalau ia kembali, jkatakan padanya untuk pergi ke paviliunku dan memberikan hormat." kata Ratu Munjeong sambil melangkah pergi meninggalkan Gyeong bin untuk kembali ke paviliunnya. Park Gyeong bin tersenyum dan memberi hormat. Ia tahu, Yang mulia Ratu sebenarnya adalah orang yang baik.
.
"Mengapa dayang istana itu menahan tandumu?" tanya Nyonya Kim.
Yoon Jin mengeluarkan sesuatu dari bajunya, itu surat tadi. Surat mahal dengan kain yang halus yang diberikan dayang tadi padanya, ia menahan diri untuk membuka surat ini karena ia berniat untuk menyerahkannya pada sang Appa.
"Ige mwoya?" Tanya sang Hyung.
"Ini kain halus, hanya Anggota keluarga Raja yang mengenakannya." Kata Tuan Kim sambil mengambil surat itu dari tangan Yoon Jin
"Dari Istana?" kata Nyonya Kim kaget.
Nyonya Kim menjadi sedikit sensitif jika mendengar semua hal yang berhubungan dengan Istana- setelah mendengar cerita oemma kandung Woon- ia tidak ingin anggota keluarganya berurusan dengan Istana, ia hanya merasa takut.
"Nuguya? Siapa yang memberikannya?" tanya sang Tuan Kim
"Yang mulia Pangeran Baekhyun."
Semua tampak terkejut, suatu kebanggan jika berhubungan dengan anggota keluarga raja. Namun Nyonya Kim tetap merasa was-was..
"Kau diundang untuk kunjungan ke istana- Appa dengar Pangeran tidak memiliki teman." kata Tuan Kim setelah membacar isi tulisan dalam surat itu.
"MWO?" tanya Nyonya Kim terkejut. "Kunjungan istana?"
"Jangan-" Sergah Jong In memotong percakapan.
"Wae?" tanya Yoon Jin sedih- "Sebenarnya aku ingin pergi- aku ingin melihat Istana dalam."
"Sekarang sedang dalam proses pemilihan selir untuk Putra Mahkota. Kuyakin Yoon Jin bahkan sudah masuk dalam daftar, jika dia bahkan di undang sebelum jalannya seleksi, kuyakin jika Baginda bertemu denganmu- kau akan masuk ke babak final."
Deg..
Nyoya Kim tertegun, dirinya teringat kata-kata Ryu bahwa putranya akan meraih simpati dan duduk di puncak, apakah ini jalannya.?
To be continue
.
.
.
