Picture
Disclaimer Maashi Kishimoto
Author : Roxelyn
Status : remake from before story
Pair Tobi x Hinata
Genre : hurt , romance chardeath
Warn : maybe a lot of typo and ooc *wink*
.
.
.
Hembusan angin pagi berhembus lembut, membawa udara yang segar. Hinata tengah bergulat dengan peralatan dapur sejak pukul lima pagi, menggantikan tugas sang ibu yang telah meninggalkan mereka didunia ini. Ayahnya berkeja diperusahaan miliknya, menafkahi ketiga anaknya yang masih bersekolah hingga saat ini. Putra tertuanya akan masuk perguruan tinggi, melanjutkan pendidikannya sebagai pengacara dan putri bungsunya akan mengecap bangku sekolah dasar. Putri keduanya sebentar lagi akan menyusul sang kakak dalam jangka tiga tahun. Tanpa sadar Hiashi tersenyum sendiri saat menemukan sosok putrinya tengah menata meja makan dan menyiapkan bekal makan siang untuk mereka semua. "ohayou otou-sama." Suara lembut putrinya membuyarkan lamunannya, Hiashi berkedip dan tersenyum tipis. "ohayou..." dan suara langkah kaki yang menuruni tangga disusul teriakan Neji yang sepertinya dibangunkan oleh Hanabi dengan cara tidak sopan mengisi pagi hari mereka. "KEMBALIKAN SEPATUKU!"
"TANGKAP AKU KALAU BISA , BWEEKK..."
Hinata tertawa kecil dan kembali menata meja makannya. "Hanabi dan Neji-nii sangat bersemangat ya pagi ini." Hiashi mengangguk menyetujui. "Otou-san, minggu depan apa aku boleh ikut berkemah dengan teman-temanku?" salah satu alis Hiashi terangkat naik. "ada kegatan klub pecinta alam yang menyarankannya dan sekolah menyetujuinya."
"Apa gurumu ada yang ikut?" Hinata mengangguk dan meletakan semangkuk nasi dihadapan ayahnya, Hiashi langsung mengambil nasi tersebut, menikmati sarapan yang disediakan anaknya dan menikmati suasana pagi yang sudah menjadi rutinitas rutin dikediaman rumah mereka.
...
Roxely
...
Suasana dikelas 9-B cukup ramai pasalnya guru mata pelajaran mereka belum menginjakan kakinya dikelas tersebut, memang para guru akan melakukan rapat pagi selama lima belas menit dan ini sudah lewat dari lima belas menit. Guru kimia mereka bahkan belum menunjukan batang hidungnya sedari tadi. Hinata sendiri tengah asyik mengerjakan soal latihan sambil menunggu gurunya, berbanding terbalik dengan beberapa siswa yang lebih memilih berbicara dengan akrab dengan temannya. Ada yang membaca buku pelajaran mereka dengan serius dan ada yang tertidur dikelas.
Selang beberapa menit belum ada laporan dari guru mereka yang tidak hadir, kemungkinan guru mereka tidak masuk karena alasan kesehatan yang memang selalu sakit, mengingat guru mereka bertubuh lemah sejak dulu.
'greeeek
Mendadak seluruh kelas diam saat pintu dibuka, seorang pria bersurai hitam dan bermanik merah memasuki ruangan kelas mereka, kacamata bening membingkai matanya. Alhasil? Seluruh kelas bungkam saat melihat pria tersebut berdiri didepan kelas, meletakan setumpuk buku dimeja guru dan menghadap para siswa yang mendadak bengong. "anda siapa?" pertanyaan polos tersebut meluncur begitu saja dari mulut Kiba dan dia langsung menutup mulutnya secara otomatis.
"Aku disini menggantikan Anko kurenai selama cuti hamil." Guru baru mereka membetulkan letak kacamatanya dan mengambil spidol, menuliskan namanya dipapan tulis dan juga keterangan pribadi miliknya. "Ada pertanyaan lain?" sekali lagi dia membetulkan letak kacamatanya dan terbatuk kecil. Hinata dapat melihat bahwa guru baru mereka dalam keadaan sakit dan tetap megajar mereka. "namaku Nakamura Tobi, umurku yahh itu pribadi." Apa ada tisu disini, entah mengapa senyuman guru baru tersebut amat mempesona, matanya berkilau seperti batu permata. Cantik.
"Aku lulusan Harvard university tahun lalu." Kelas mendadak ricuh saat mendengarnya. "dan kurasa kalian tidak usah heboh akan itu." Apa guru mereka ini bipolar, beberapa saat yang lalu dia amat ramah dan sekarang seperti ingin menelan mereka hidup-hidup karena berisik, H-hey! Lulusan Harvard adalah orang jenius semua dan berkantong tebal. "cukup perkenalannya saat ini." Tobi melirik kearah tablet miliknya yang berkedip berulang kali, membetulkan dasinya dan melihat semua muridnya. "maaf, aku akan segera kembali." Dan berjalan keluar sambil membawa tablet miliknya dengan tergesa-gesa. Hinata menatap polos kearah pintu dan tanpa sadar menepuk keningnya sendiri.
Selang beberapa menit Tobi kembali masuk dengan seorang anak kecil digendongannya, wajah mereka mirip dan yang membedakan hanyalah mata anak itu berwarna biru tua dan sangat bulat, pipinya penuh akan noda coklat dan tembam. "Sensei, dia anak sensei." Tanpa sadar Ino bertanya dengan polos dan Tobi menggeleng. "dia anak kakakku. "menurunkan anak digendongannya dan menyuruhnya duduk dikursi, anak itu memang manis dan mematuhi apa yangdiperintahkan kepadanya. "berhubung aku masih baru." Kini perhatian Tobi kembali fokus kepada anak muridnya setelah memastikan bahwa Kyoshiro, nama anak itu kini sedang mencoret buku bergambar dengan riangnya. "kalian sudah belajar sampai bagian mana?" Tobi mengambil buku mata pelajaran dan melirik mereka sekilas. "Bila tidak ada yang menjawab kita akan memulai dar bagian satu dan aku tidak menerima protes." Coret tentang senyuman manis tadi, seisi kelas mendadak ricuh dan berakhir dengan mereka berjemur seharian dilapangan. Hinata salah satunya, dia entah sudah berapa kali mengumpat dan mengutuk guru baru tersebut.
Tobi berdiri dipinggir lapangan, berteduh dibawah pohon dan sekali-kali tersenyum mengerikan saat mendengar kutukan yang dilontarkan anak muridnya yang manis. "kutukan kalian banyak sekali." Ada hawa tak enak menyebar dari tubuhnya. "lari keliling lapangan lima puluh kali."
"EHHHH!"
.
.
.
.
"Kau kejam seperti biasa." Kurenai menyeruput teh miliknya sambil melirik anak didiknya tengah memijat kaki mereka yang pegal. Beruntung pada saat putaran ke dua puluh jam istirahat berbunyi nyaring bagaikan alunan musik harpa yang dipetik oleh malaikat. Tobi tertawa pelan, memainkan ponselnya dan Asuma mendengus sebal. "Kau seorang guru dan memainkan ponsel disaat muridmu kesusahan." Tobi tersenyum miring, mengeluarkan dompetnya dan Asuma sontak pucat pasi. "gesek saja dan pesan seberapa banyak rokok dan minuman yang kau mau, aku yakin tidak akan habis." Kurenai menepuk keningnya, pusing meladeni tingkah kedua orang pria dihadapannya saat ini.
Manik merahnya melirik kearah teman smpnya dulu, siapa yang tidak mengenal Tobi didunia seni?, dia fotographer terkenal yang hasil jepretannya akan bernilai jutaan, lulusan terbaik dari universitas Harvard dan sudah menyandang gelar dokter diusia muda. Banyak para peminat seni yang menunggu hasil karyanya dilelang oleh Tobi, tapi mereka harus mengigit jari saat Tobi memutuskan untuk mengambil cuti setahun untuk pulang kekampung halamannya.
Tobi menghirup aroma tehnya. "sepertinya kebiasaanmu di Inggris masih melekat ya." Asuma menghisap rokonya dan menyodorkan sebatang kepada Tobi. Tobi mengernyit dan mengembalikan rokok tersebut kepada Asuma. "aku sedang berusaha berhenti merokok dan kau menggodaku." Kurena tersenyum lepas dan meyodorkan sebatang kayu manis kepada Tobi. Asuma melotot horor, "dia manusia bukan serangga."
"Kau akan terkejut bila melihat isi tasnya." Tobi terkekeh dan menerima kayu manis tersebut, mengigitinya, mengabaikan tatapan heran Asuma. "apa?" Asuma mendengus sebal dan melirik kearah tablet Tobi yang berkedip berulang kali. "H-hei kau mimisan!" seru Kurenai panik, mengambil tisu dan memberikannya kepada Tobi. Tobi langsung menerimanya dan menutup hidungnya.
Salah satu alasan Tobi memilih mengambil cuti karena penyakit yang dideritanya kembali muncul, tangannya dengan lihai mencabut beberapa lembar tisu dan menutup hidungnya. "Kau sudah minum obatmu?" Tobi mengangguk dan membuang segumpal tisu tersebut ditempat sampah, dia mengambil beberapa pil dan menelannya sekaligus. "Apa kata dokter?"
"Tumor otakku lebih ganas dari sebelumnya dan mereka akan melakukan pengecekan lagi minggu depan." Tobi mengernyit dan kembali mengigiti kayu manisnya, mengabaikan tatapan prihatin yang diberikan sepasang suami istri tersebut. "Aku pergi dengan kakakku tenang saja."
"Tetap saja." Kurenai menyodorkan segelas air putih kepada temannya. "kau ada sejarah kanker paru-paru kan?" Tobi tertawa, seakan-akan tidak ada beban sama sekali dipunggungnya. "ayolah, kalaupun aku mati tidak ada yang akan menangisiku." Asuma memukul Tobi pelan. "jaga ucapanmu, bagaimana kalau suatu saat nanti ada yang mendapatkan hatimu."
"Tidak mungkin." Tobi tersenyum dan senyumannya hilang saat melihat raut wajah serius Asuma. "siapa kau? Ayahku?" Asuma sontak mencubit lengan Tobi gemas dan Tobi berteriak kesakitan, mengusap tangannya dengan kasar. Asuma memang seorang guru yang gemar mencubiti muridnya.
"Ingat Tobi bisa saja kau jatuh cinta pada siapapun bahkan kepada muridmu sendiri."
.
.
.
"Eung...oke." Kurena menghela nafas lelah melihat tingkah mereka...lagi?.
.
.
.
Tbc
Okay ini remake dari picture yang sebelumnya dan ya, author g janji bakalan kapan updated mengingat author mesti dirawat karena ditabrak *uhuk* dan jadwal pengobatan infeksi paru-paru author dua minggu lagi uda mesti nyetor muka didepan dokter...
Review ne !
