"Ne... Naruto. .." ucap seorang gadis kecil kepada seorang anak laki-laki di sampingnya.

"Ya, Akeno. Ada apa?"

"Aku merasa kedinginan, kurasa sepertinya aku demam."

"Mendekatlah!" Ucap Naruto sementara kedua lengannya membungkus, memeluk Akeno dari samping. "Bagaimana?, Lebih baik?."

Mengangguk Akeno pun berkata "Emm.. ini terasa hangat.."

"Syukurah.."

Hening...

"... Naruto."

"Hmm?.."

"K-kita akan b-baik-baik saja bukan?"

"Tentu! Kita berdua akan baik-baik saja, selama kita saling memiliki dan melengkapi antara satu sama lain, tidak akan ada yang tidak bisa kita lakukan!" mendengar perkataan Naruto, entah kenapa, secara tiba-tiba semua kekhawatiran Akeno hanyut begitu saja.

"Ne.. Naruto."

"Ya Akeno?"

Tersenyum melihatnya "Aku mencintaimu." Dan Akeno pun terlelap di bahu Naruto. Naruto pun juga ikut tersenyum mendengarnya, lalu melihat Akeno yang mulai terlelap disisinya, ia pun mengubah posisinya lebih nyaman, lalu memejamkan matanya mengikuti Akeno yang terlelap lebih dulu. Tapi sebelum itu...

"Ya... Aku juga mencintaimu, Akeno."

Dengan itu, mereka saling meringkuk berpelukan di bawah kain selimut di dalam gang yang sepi dan gelap, dan untuk pertama kalinya sejak mereka diusir beberapa waktu lalu, mereka merasa aman, mereka merasa lengkap, merasa bebas dari bayang-bayang kelam hidup mereka.


Seraph of the End

Crossover : Naruto and highschool DxD.

Disclaimer: I Never Admitted Ownership of Naruto and Highschool DxD.

Author : Obi-san

Genre : Adventure, Drama, Romance, Hurt/Comfort, Fantasy, Supranatural.

Rate : M

Pair : Naruto U,

WARNING : AU, Semi-Canon, Typo(s), OOC, OC, Alur yang mungkin tidak jelas, dan berantakan.


Sudah sekitar satu bulan sejak kedua saudara kembar yang tak pernah mengakui kembarannya hidup dalam kekerasan fisik maupun kelemahan mental. Setiap hari mereka harus mencuri sedikit makanan agar dapat bertahan hidup di dunia yang kejam bagi mereka. Walaupun diri mereka takut dan lelah, tetapi mereka harus terus bergerak sepanjang waktu, dan berharap bahwa semua akan berubah menjadi baik.

Hanya terus berjalan dan terus berjalan, mereka mengatakan kepada diri mereka untuk kuat, terus berusaha menjadi tegar. Terus berjalan dan semua akan baik-baik saja...

"...PENCURI!.." Teriak seorang pedagang tua yang tengah mengejar dua orang bocah berumur 10 tahun yang telah mengambil beberapa bahan dagangannya, "BERHENTI KALIAN!, Dasar anak nakal!."

"Dalam mimpimu! Pak tua!" balas anak laki-laki itu berteriak sambil tertawa riang.

"Bwee..." sedangkan anak yang satu lagi, dia masih sempat-sempatnya untuk meledek orang yang tengah mengejarnya.

Aksi kejar-kejaran itu pun terus berlangsung bahkan kini mereka sampai ke distrik perumahan baru dimana masih banyak sekali gedung-gedung yang masih dalam tahap pembangunan. Meskipun lelah si pedagang buah itu terus saja mengejar ke-dua pencuri itu, ia benar-benar tidak habis pikir dengan kedua anak itu, ia sudah mengejar mereka selama dua puluh menit dan ia tidak melihat sedikit pun raut wajah kelelahan dari mereka.

Setelah lelah mengejar kedua bocah pencuri tadi hingga ke sebuah gang kecil di antara gedung yang tengah dibangun, kedua bocah itu menghilang. Terengah-engah, pedagang tua itu pun berteriak atas satu penghinaan terakhir dari dua bocah pencuri tadi dan kembali ke tempat dimana ia selalu berjualan buahnya.

Sementara si kembar menatap orang tua tersebut dari langit malam yang gelap, sementara pikiran mereka berfokus mengepakkan sayap mereka untuk turun dan kemudian setelah mereka menapak tanah, mereka melanjutkan tertawa ketika mereka mendengar pedagang tua itu berteriak frustrasi.

"hah... Jadi apa yang kita dapatkan kali ini Akkey?" Naruto bertanya setelah mereka duduk di salah satu bangku taman yang terletak tidak jauh dari mereka.

"Ara, kau terlalu bersemangat Naruto-kun," kata Akeno sementara sebelah tangannya menutupi mulutnya, menyembunyikan senyumannya di balik tangannya.

"Berhentilah menggoda ku Akkey!," Naruto hanya memutar bola matanya bosan, melihat tingkah dan perkataan Akeno.

"Hmp. Kau tidak menyenangkan, Onii-chan," Akeno berkata sambil cemberut, "Yosh.. Kali ini kita punya empat buah jeruk dan dua apel!"

"WOW, kali ini kita berpesta!" ucap Naruto sambil berusaha untuk mengambil sebuah apel, dan tepat sebelum Naruto hendak memakan buah apel itu, kepalanya terlebih dahulu mendapat sebuah pukulan.

"Tidak Naruto. Ingat kita harus berhemat!" ujar Akeno menegur Naruto yang kini sedang mengusap sebuah benjolan di kepalanya.

"Hai, hai.." sementara Naruto hanya memutar bola matanya bosan sambil tangannya yang masih mengusap benjolan yang masih setia berada di kepalanya, dan itu terasa sakit, tapi ia diam saja mengetahui perkataan Akeno ada benarnya. Walaupun, Sungguh, ia tidak habis pikir dengan tenaga Akeno..

Akeno merupakan anak yang cerdas, mungkin itu berasal dari ibunya. Dan dia yang bertanggung-jawab bagi kehidupan mereka berdua. Dan ia merupakan anak yang paling lucu- namun tidak akan pernah satu kali pun Naruto akui-. Dan... Entahlah mungkin hanya itu saja untuk kali ini.

Sementara Naruto, ia merupakan bocah yang kuat. Dan tentu saja ia adalah anak yang cerdas. Dan.. mungkin saja ia merupakan lelaki yang tampan. Ia tidak benar-benar tahu apa kelebihannya.

"Ne.. bolehkah aku memakan satu jeruk ini, Akkey?"

"Tentu saja Onii-chan," ucap Akeno sambil tangannya bergerak mengupas kulit jeruk dan lalu menempatkan satu slice di antara bibirnya, " Silahkan Ouji-sama!.." dia menjulurkan setengah bagian menuju Naruto.

"Oy.. hentai!, berhentilah menggodaku!"

"Oh ayolah Naruto, kau ingin memakannya kan, dan kau harus mengambilnya dari tempatnya. Dan juga kita telah melakukan ini sepanjang waktu!" ujar Akeno yang terus menekan targetnya dan terus kokoh pada pendiriannya. Walaupun hatinya sedikit panas karena kata kutukan Naruto.

"Anda hanya ingin saya menciummu, Ojou-sama!" ujar Naruto yang mulai berlaku sebagai pelayan... atau budak?. Terserah.

"YA!, ayolah.. kau itu saudaraku! Jadi kita bebas melakukan ciuman atau ini-itu!" Akeno mulai merengek dan menelan irisan jeruknya.

"Apa maksudmu dengan ini-itu?!"

"Aku tahu kau bukan bocah biasa, kau pasti tahu apa yang ku maksud!."

"Tidak. Kita tidak akan!"

"Ya, kita akan!"

"TIDAK"

"YA"

Mereka berdua saling memelototi antara satu sama lain dan akhirnya berpaling dari satu sama lain, hal ini berlangsung selama beberapa saat, sampai...

.

.

Kruuyuk...

Akeno berbalik untuk melihat Naruto yang terlihat tengah menahan malu dan ia tertawa karena itu. Sungguh itu tidak membantu sedikitpun...

"A-a-aku tidak apa-apa, sungguh. Aku tidak merasa sakit perut atau apapun!" ucap Naruto yang kini berusaha mengalihkan wajahnya kearah lain.

"Heh, heh..." Akeno yang berusaha untuk menghentikan tawanya, dan dia lalu mengulurkan sebuah jeruk kepada Naruto.

"Ini.. Naruto!" Dengan tangan yang terulur dengan setengah potongan jeruk. Akeno menawarkan dengan senyuman yang lebar.

"T-terima kasih, Akeno.." untuk sejenak Naruto akan melupakan harga dirinya dan membuka mulutnya untuk meraih jeruk tersebut. Akan tetapi...

"Tapi,, tidak sebelum aku mendapatkan ciumanku!" Akeno menyeringai, sungguh ia sangat suka menggoda Naruto, saudaranya itu.

"A-A-KE-NO! Berikan kepadaku jeruk itu sekarang!" Naruto yang mulai kesal, meneriaki gadis tersebut dan lalu setelah itu keduanya mulai bergulat.

Meskipun semuanya terlihat buruk, tapi seperti inilah kehidupan mereka. Meskipun begitu, mereka tidak menyesal sedikit pun, karena menurut mereka, entah kenapa ini terasa begitu damai, terasa menyenangkan, dan lalu terlebih dari itu semua ini terasa begitu, sempurna.

::

::

::

Tak terasa satu tahun mereka lewati untuk terus hidup di jalanan. Terus bertahan hidup dari segala keburukan dunia. Bahkan, kegiatan seperti mencuri ataupun mencopet kini sudah seperti kebiasaan yang dilakukan mereka sehari-hari.

Ketika salah satu anak bangun, maka anak lainnya akan menyusul untuk bangun dari tidurnya. Selanjutnya mereka akan pergi mencari makanan, baik itu membeli ataupun mencuri langsung dari toko.

Dengan uang yang mereka kumpulkan dari hasil mencuri selama ini, mereka telah berhasil membeli beberapa pakaian baru untuk mereka dan sebuah kantong tidur. Yap, hanya satu, kenapa? Karena Akeno yang sangat suka tidur bersama saudaranya itu dan begitupun sebaliknya. Namun itu tidak akan pernah Naruto akui. Sekalipun!

Dan ada satu hal yang membuat Naruto bingung adalah, bahwa Setiap bulan Akeno pasti akan meminta izin kepadanya untuk menggunakan sedikit uangnya, yang ketika ia bertanya untuk apa ia gunakan uang itu, maka jawaban yang sama yang terus Naruto dapatkan..

"Wanita memerlukan hal-hal tertentu, Onii-chan~"

Lalu segera setelah dia membeli hal-hal tersebut, Akeno akan menjadi seseorang yang sangat menakutkan, sehingga mau tidak mau Naruto harus belajar untuk berperilaku baik di depannya.

Setelah mereka selesai melakukan sarapan, maka si kembar akan mulai mencari dan memurnikan roh-roh jahat dengan keterampilan yang mereka dapatkan dari keturunan ibu mereka. Setelah melakukan pekerjaan mereka, biasanya mereka akan merasa cukup lapar sehingga makan siang selalu menjadi agenda selanjutnya.

Setelah itu, mereka akan terbang ke kota lain sambil sesekali berhenti di tengah jalan untuk beristirahat ataupun berlatih sihir mereka, menggunakan seluruh artileri mereka, termasuk kekuatan malaikat jatuh mereka. Meskipun perlu paksaan untuk Akeno agar ia mau melakukannya.

Mereka saat ini tengah pergi ke sebuah kota baru. Kini pikiran Naruto mulai kembali lagi ke beberapa Minggu yang lalu ketika ia mencoba untuk meyakinkan Akeno untuk menggunakan petir suci, dan ketika ia mengingat itu ia meringis, sungguh itu bukan pengalaman yang menyenangkan.

Flash back!

Saat itu mereka tengah dalam perjalanan menuju sebuah kota, akan tetapi karena alasan bahwa ini saatnya jadwal mereka makan siang, mereka pun berhenti di sebuah Padang rumput di pinggiran hutan untuk beristirahat dan sedikit berlatih menggunakan kekuatan mereka.

"Hei Akeno?"

"Ada apa.. oh.. apakah kau memintaku untuk melakukan sesuatu? Apakah kau baik-baik saja Naruto?" balas Akeno yang mulai menggoda Naruto.

"Ya. Akeno, aku ingin berhubungan seks denganmu!" ucap Naruto dengan nada yang serius.

"A-apa?, K-kita baru 11 tahun Naruto... T-tapi jika i-itu yang kau inginkan maka baiklah. A-K-U.." ucap Akeno yang mulai melucuti pakaian yang dikenakannya.

"STOOOP!.." Teriak Naruto yang wajahnya telah berubah menjadi merah pekat.

Akeno : 1 Naruto : 0

"Hehe. Butuh waktu seribu tahun bagimu untuk kau berhasil menggodaku, Onii-chan!"Akeno menyeringai dan mulai membanggakan dirinya. "Tapi, apa yang ingin kau bicarakan?"

"huh. Aku hanya ingin tahu... etto.. mengapa kau tidak pernah menggunakan petir suci milikmu saat kita berlatih ataupun saat berlatih tanding?" tanya Naruto yang mulai menormalkan pernafasannya.

Mendengarnya wajah Akeno pun berubah menjadi gelap, "kau.. tahu persis mengapa kan, Naruto.."

"Tapi. Sungguh, hanya karena Bara-dia menggunakannya, bukan berarti kita harus membenci kekuatan ini. Itu hanya akan membuat lawan-lawan kita bisa dengan mudah mengalahkanmu dan lalu aku selanjutnya!"

"Aku-tidak akan pernah-menggunakan-kekuatan-menjijikan ini!." Akeno yang semula tengah terbaring kini berdiri lalu mengeluarkan sayapnya dan mulai merobek dan mencabut bulu sayapnya.

"Aku benci sayap ini. Aku sangat membencinya!"

"Berhenti, Akeno!."

"Ketika ibu meninggal, aku terus berharap dia akan datang menyelamatkannya, tapi dia tidak pernah melakukannya. Dia Monster!"

"Kumohon, Akeno. Berhentilah!"

"Aku tidak akan pernah menggunakan kekuatan yang seharusnya dapat membantu ibu itu. Tidak akan pernah. Sekalipun. Kekuatan ini seharusnya pergi ke neraka saja! Aku tidak peduli. Sayap ini adalah sampah. Begitu juga dengan ayah! Dan aku sebagai putrinya, aku juga tidak lebih dari sampah!" Akeno sekarang mulai lebih cepat merobek dan mencabut bulu sayapnya, air mata tangisannya tak henti-hentinya mengalir di wajahnya seperti miniatur air terjun, membasahi apa yang berada di bawahnya.

"Akeno!" Plakk!

Naruto yang sudah tidak tahan lagi dengan tangisan Akeno yang terus saja menyiksa dirinya dengan segera, bergegas memeluknya mencoba untuk menenangkan nya. Memeluknya lebih erat mencegah dia dari menyakiti dirinya sendiri.

"Akeno, sementara itu mungkin kau benar bahwa dia tidak lebih dari sebuah kotoran. Tapi, itu tak berarti juga dengan mu, begitu pula diriku. Kau adalah saudaraku, keluargaku maka jika kau adalah sampah maka begitu pula denganku. Dan juga, kita berdua tahu, bahwa lelaki tampan dan seksi sepertiku tidak pantas disamakan dengan sampah".

"kau terlalu percaya diri.." Akeno mendengus tapi meskipun begitu ia senang karena ada Naruto yang selalu setia menemaninya.

Melihat Akeno yang mulai tersenyum, Naruto juga mulai ikut melengkung kan bibirnya ikut tersenyum dan berkata, "Jangan pernah percaya bahwa kau adalah sampah, Akeno. Kau itu adalah kau. Saudaraku yang begitu menakjubkan. Begitu indah. Dan juga itu bukan terlalu percaya diri. Tapi, Aku mengerti diriku sendiri!"

"Apa-apaan kata-kata mu itu, aku bahkan tidak mengerti apa maksud perkataan terakhir mu itu?" Membuat Naruto yang semula tersenyum menenangkan, mendadak ekspresi nya berubah menjadi kesal dan jengkel.

"arrgh.. Akeno. Dasar bego!.."

.

.

"Terima kasih.."

"Eh..?" Naruto yang masih mencak-mencak tidak jelas mendadak terhenti karena ucapan itu.

"Terima kasih. Terima kasih karena kau sudah mau melindungi ku, terimakasih karena kau selalu menemaniku, terimakasih karena kau mau menjadi saudaraku, Naruto-kun. Aku, aku benar-benar berterimakasih karena kau telah datang ke keluarga ku.-"

"A-Akkey sudahlah, kau ter-" Akeno dengan cepat ia bergerak membungkam Naruto. Ia dengan cepat mendekatkan tubuhnya dengan Naruto, semakin erat hingga kedua bibir mereka kini tak terhalang lagi oleh apapun bahkan oleh jarak sekalipun.

'Terimakasih, Naruto. Aku mencintaimu, sangat, sangat mencintaimu." Batin Akeno disela mereka berciuman dengan bulir-bulir air mata yang senantiasa menetes dari matanya. Bukan air mata kesedihan, melainkan air mata yang melambangkan betapa bersyukurnya ia telah dipertemukan dengan sosok di pelukannya.

Dan kini, dengan ini apapun yang akan terjadi, selama ia memiliki Naruto di dekatnya, ia berjanji bahwa ia akan terus tersenyum. Senyum yang sangat disukai Naruto. Ia akan selalu di dekat Naruto, selamanya.

End Flash back!

Naruto mengguncang dirinya keluar dari nostalgia dan lalu tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh bibirnya. 'Ciumam itu hanya kasih sayang dari cinta saudara kan?' Naruto berpikir untuk dirinya sendiri, tapi ia sedikit bingung tentang perasaannya.

Dan sayangnya, Akeno yang kini tengah berjalan di sampingnya melihat wajah gusarnya. Dengan wajah jahil iapun menyeringai, sepertinya hal seperti menggoda Naruto sudah menjadi salah satu diantara beberapa hobinya. Tidak, mungkin telah menjadi rutinitas hariannya, karena ia seakan tidak pernah hidup jika sehari ia tidak menggoda saudaranya itu.

"Ara Ara, berpikir tentang ciuman kita Naruto-kun? Ataukah kau mau melakukannya lagi?" disaat-saat seperti ini Akeno bisa-bisanya menggoda nya saat melihat Naruto menyentuh bibirnya.

"Hmph, memangnya ada seseorang yang rela di cium olehmu," balas Naruto, memalingkan wajahnya.

"Ara!.. begitukah? Apakah aku harus mencium paksa dirimu, hmm?".

"A-p-" ucapan Naruto terputus karena Akeno yang menarik kerah bajunya dan lalu menciumnya, memaksakan lidahnya untuk masuk ke dalam mulutnya.

Setelah kedua bibir itu terlepas, terlihat mereka memiliki rona merah tebal di kedua pipi mereka masing-masing.

Naruto hanya menatap Akeno mencoba untuk berpikir, namun segera dibawa kembali ke kenyataan ketika Akeno memberinya sebuah kedipan genit.

"A-Akeno"

"Oops, mungkin aku harus pergi?" Akeno melesat meninggalkan Naruto yang berada di belakang nya, masih belum sepenuhnya tersadar.

"a-a!-AKENO!..."

Setelahnya Naruto melesat mengejar saudaranya itu, batinnya tidak berhenti untuk bertanya-tanya apakah ia mencintai saudaranya, Akeno. Mencintai dirinya sebagai sesuatu yang lebih dari cinta sebagai saudara kandung, tapi ia dengan cepat membuang semua pemikiran itu. Yahh itu mustahil!

"Ara, Naruto. Wajahmu memerah!"

"AKENO!, Kubunuh kau!..."

Dan mereka pun pergi meneruskan perjalanan mereka, menuju sebuah kota baru, dan juga sebuah cerita yang baru!

To be continued!

A.N. : Mungkin ada diantara readers yang familiar dari fict ini. Karena fict ini sebenarnya memang pernah di publish sebelumnya. Fict ini merupakan karya author no-name. Daripada di buang lebih baik saya ambil lalu ubah dikit dan publish ulang.

Mohon pengertiannya!