"Saranghae" ku beranikan mengatakan satu kata itu, walau hati ini ragu, apakah ia akan mengerti dan menerima hati ini. Ku kepalkan kedua tangan di tiap sisi tubuh, keringat dingin mengalir di tengkuk belakang.

Matanya terbelalak lebar saat kata itu ku ucapkan, mulutnya terbuka seakan-akan sebuah suara akan keluar namun tidak. Dia hanya diam menatapku dengan mata bulat besar itu. Mata yang sejak pertama kali ku lihat dan menawan hati ku sedikit demi sedikit.

"Hyung?" panggilku ragu dan ia tetap diam tak bereaksi.

Di tundukkan kepalanya menatap ke bawah, melihat hal yang tak ku mengerti yang ada di lantai. Ku coba untuk mencari tahu reaksinya, namun sia-sia, karena poninya yang lumayan panjang menutupi setengah wajahnya yang tertutup.

Ku telan ludah susah payah, melangkahkan satu kaki mendekatinya.

"Maaf"

Katanya yang membuat langkah kaki ku berhenti di tengah-tengah, "ya?"

"Maaf. Tapi di hatiku sudah ada seseorang"

JEDER

Bagai tersengat petir yang tiba-tiba menggelegar, hati ku langsung remuk redam. Tubuhku kaku di tempat dan mataku terus menatap sosoknya yang tertunduk. "Maksudmu?" lirihku, "Apa aku tahu siapa dia?" dengan berat ku beranikan diri ini bertanya sebuah pertanyaan yang ku yakinin akan memberikan rasa sakit tak tertahankan di hati.

"Siwon" ucapnya lugas, mendongak dan menatap langsung ke mataku, "Dan tadi aku baru pergi dari Rumah Sakit untuk memeriksa janin yang ada di perut ini. Keturunannya" lanjutnya tanpa jeda dan rasa khawatir bila semua perkataannya itu bagai mencabut nyawa ini perlahan, "Jadi, Mianhe Kyuhyun-ah" di balik tubuhnya dan berlalu meninggalkan ku.

Pergi meninggalkan ku sendiri mematung tanpa bisa bergerak walau otak ini memerintah agar mengerjar sosok mu, "Ternyata" tanpa ku sadari air mata ini mulai turun mengalir membasahi pipi, "Ternyata selama ini aku salah paham dengan kebaikanmu" ku hempaskan tubuh ku yang sudah tak berdaya ke lantai, "Ternyata cinta ini bertepuk sebelah tangan" ku baringkan tubuh ini tidur di lantai, membiarkan air mata tetap mengalir membasahi pipi. Suara sesegukan bisa ku dengar, tapi berusaha ku redam agar yang lain tak mendengar.

"Saranghae... Saranghae Sungmin-Hyung" bisik ku lirih. Mataku menatap pintu kayu yang sudah tertutup rapat. Menghilangkan sosokmu dari pandangan mata ini. "Saranghae..." ku tutup mulut ku agar suara isak tangis tak keluar, walau percuma saat seluruh memori cinta ku pada mu berputar-putar bagai video yang ter-play di benak.