Hi everyone~
I'm back with a new Fic 'bout IchiRuki here~
Cause im a BIG FAN OF ICHIRUKI ! *readers: sok inggris*
Haha, ini cerita tiba-tiba melintas tuuiiing gitu aja dikepala pas lagi ngetic fic the exBOYFRIEND *promosi ni yeee, kalau gak keberatan baca fic yang itu juga ya*
Jadi daripada membusuk gitu aja di otak, mending dituangin .
Well, gak pakek banyak cerita kita masuk aja ke intinya.
Are you ready? *duaaak*
Disclaimer:
BLEACH © TITE KUBO
Start from an unintentionally © Greengroophy
Main Pair: Rukia-Ichigo
Rate : T (teens only)
xXxXx
Kau tau bagaimana rasanya jika ketika kau bangun dari tidurmu yang nyenyak, lalu hal yang pertama kau lihat adalah sosok orang yang paling kau cintai sedang tidur disebelahmu dan menatapmu lembut, kau bisa melihat senyum yang terukir dari bibirnya, senyum kecil yang bisa membuatmu gila. Pasti itu merupakan kebahagiaan setiap wanita didunia.
xXxXx
Rukia POV
Hmmm, hangat~
Tumben sekali hangat dipagi musim dingin seperti sekarang ini?
Hay minaa~ namaku Kuchiki Rukia, dan sekarang aku masih tertidur.
Yah sebenarnya aku sudah bangun dari tadi, tapi aku cukup malas untuk membuka mataku. Rasanya begitu berat. Kepalaku juga terasa berputar-putar jadi aku memutuskan untuk tetap melanjutkan aksi tidur-tiduranku saja. Aku sama sekali tidak ada niat untuk kesekolah hari ini. Cabut sajalah !, ngomong-ngomong kenapa okaasan belum membangunkanku sekarang?.
Tapi hey, kenapa disini hangat sekali, padahal sekarangkan baru memasuki musim dingin, harusnya sekarang ini dinginkan?. Aku semakin membenamkan tubuhku kedalam selimut tebal yang cukup nyaman ini, tapi kenapa rasanya susah sekali. Seperti ada beban berat yang menahanku di pinggangku, sehingga membuatku agak kepayahan dalam menggeser posisi sekarang. Aku kurang tau pasti benda seperti apa itu, yang aku rasakan benda itu melintang dari belakang pinggangku sampai perut ku, Belum lagi punggungku seperti menempel pada sesuatu yang juga begitu hangat, dan errr jujur saja benda misterius itu membuatku sedit nyaman.
Well, karna penasaran,mau tidak mau aku harus segera membuka kedua kelopak mataku, sehingga menampakkan warna violet yang sudah lama menjadi warna iris mata kecilku.
Mataku masih agak berat, aku harus susah payah membukanya, meski awalnya samar-samar lama-kelamaan pengelihatanku sudah agak membaik, yang pertama kali kulihat tembok kokoh bewarna caramel dengan beberapa poster band-band beraliran keras. Meski keadaan ruangan ini remang-remang aku masih dapat mengenali kalau ini sama sekali bukan kamarku, yah ini bukan kamarku. Lalu ini kamar siapa?
Aku juga penasaran dengan benda yang dari tadi menghimpit pinggang dan punggungku. Masih dengan mata yang berdenyut serta kepala yang cukup berat aku memutar paksa kepalaku kebelakang, dan sesuatu yang terlihat pertama kali ialah-
Dagu?
Yah, aku yakin aku sedang tidak salah lihat, meskipun pandanganku masih agak sedikit kabur, tapi aku yakin sekali kalau itu dagu seseorang.
Aku menaikan pandanganku dari dagu sedikit keatas dan-
"Ichigoo?" Aku benar-benar kaget sekarang. Mataku menangkap sosok seorang bocah laki-laki yang masih tertidur dan bertelanjang dada. Apaa? Bertelanjang dada? Dan sepertinya keadaanku pun tidak terlalu berbeda dengannya.
Akh, pasti aku sudah gila. Bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi. Aku meremas rambutku keras, kepalaku pusing karna aku terlalu banyak menggerakkan kepalaku. Mataku mulai berkunang-kunang.
Aku, Ichigo, dikamar, dan- tanpa pakaian? Oh tidak !
Normal POV.
Suara bising Rukia barusan, membuat Ichigo sedikit tersadar dari tidurnya. Dia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya, memperjenih pandangannya yang berkunang-kunang. Kepalanya terlalu berat untuk digerakkan, belum lagi bau alkohol yang cukup tajam disekitarnya. Dia merasa seperti ada yang memanggilnya barusan. Meski agak berat dia mulai mengerakkan kepalanya mencari sumber suara dan mendapati Rukia yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Ichigo cukup bingung dengan pemandangan yang didapatnya barusan.
"Ru…Rukia? Apa yang-"
"Kyaaa, apa yang kau lakukan padaku jeruk mesum." Rukia langsung memotong kata-kata Ichigo, lalu merubah posisinya menjadi duduk dan menarik selimut tebal itu sampai menutupi lehernya.
"A..apaan sih kau ini?" Ichigo sedikit berkeringat dingin begitu mendapati gadis kecil itu berada di kasur yang sama dengannya dan tanpa pakaian tentunya. Dia juga merubah posisinya menjadi duduk seperti rukia, lalu menggaruk kepala belakangnya yang sama sekali tidak gatal.
"Apa yang ter..terjadi?" Ichigo bingung dengan apa yang terjadi sekarang. Begitu bangun dia langsung mendapati Rukia yang menjerit histeris dan pakaian mereka yang sudah bertebaran di lantai. Bahkan dia tidak ingat apa yang terakhir dia lakukan sampai dia tertidur.
"Kau jangan pura-pura bodoh jeruk. Aku yakin kau tau apa yang terjadi sekarang." Ya, kalau dibilang Ichigo tidak tahu apa yang telah terjadi terlalu naïf rasanya, karna Ichigo bukanlah bocah polos yang sampai tidak tau apa yang telah terjadi jika seorang wanita dan pria bangun di pagi yang sama, dikamar yang sama, di kasur yang sama dan sama-sama tidak berpakaian. Tentu saja mereka telah melakukan 'hal' yang seharusnya tidak mereka lakukan. Yang Ichigo bingungkan ialah, kenapa harus Rukia.
Rukia si mata violet yang selalu adu mulut dengannya setiap hari. Rukia si cebol yang selalu berhasil memukul kepalanya yang berselisih 40 cm dari kepalanya sendiri. Rukia si maniak Chappy yang harusnya tidak berada disini sekarang, dikamarnya.
"Ta..tapi ini tidak mungkin.. kan? Kau…aku, arrght." Ichigo mengacak rambut Orens nya, membuat rambut itu semakin berantakan karna ulahnya itu. "tidak mungkin hal itu terjadi" gumannya pelan, namun masih dapat ditangkap oleh indra pendengaran Rukia.
Rukia POV.
"kenapa bisa begini." Desahku pelan, aku mencoba menyenderkan punggungku kebelakang, lalu menenggelamkan kepalaku diantara kedua lututku yang masih tertutupi selimut.
Aku tidak habis pikir kenapa ini semua bisa terjadi, aku dan Ichigo? Ohh tidak, yang benar saja.
Aku mencoba memutar kembali memori kemarin sebelum aku bangun dan mendapati diriku dikamar asing bersama Ichigo. Tapi kepalaku malah berdenyut, sakit sekali.
"Aduuuuuh." Rintih ku pelan, aku menggigit bibir bawahku untuk mengurangi rasa sakit dikepalaku, tangan kecilku menekan-nekan kedua sisi kepalaku berusaha untuk mengurangi rasa sakit itu.
"Kau ti… tidak apa-apa Rukia." Kulirik Ichigo, dia sedang menatapku- panik? Yang benar saja, mana mungkin dia bisa panik terhadap keadaanku.
"Aku tidak apa-apa jeruk, hanya sedikit pusing. Kau tidak usah sok khawatir begitu. Menjijikan tau!" Jawabku sedatar mungkin. Aku masih kesal dengannya, apa yang telah dilakukan si jeruk pervert ini semalaman padaku. Pasti dia sudah melakukan hal yang macam-macam padaku.
Bodohnya aku.
"Hey, aku hanya Tanya keadaanmu saja, kenapa kau jadi sinis begitu heh?" Protesnya, kulihat ia masih menatapku meminta jawaban. Tapi masa bodoh, aku malas untuk memulai pertengkaran dengannya sekarang. Aku masih cukup dibinggungkan dengan keadaanku sekarang.
Cukup lama kami terdiam sampai aku memecahkan keheningan yang memuakkan ini.
"Bagaimana ini semua bisa terjadi Ichigo?" Tanyaku pelan sambil menatapnya yang sama sekali belum merubah posisinya dari tadi. Dia masih duduk dengan selimut yang hanya menutupi sampai bagian dadanya saja, sama seperti ku.
"Aku tidak tau midget, kepala ku terasa pusing kalau harus dipaksa mengingat kejadian semalam."
Aku kembali memutar bola mataku pada selimut putih, satu-satunya benda yang menutupi tubuhku sekarang. selimut putih yang kini terdapat beberapa bercak darah dibagian bawahnya. Aku tau dengan jelas kalau itu merupakan darah hasil perbuatanku dengan Ichigo. Yah, darah keperawananku. Mataku sedikit berair jadinya. Sekarang aku bukanlah wanita baik-baik, aku sama halnya dengan wanita murahan. Bisa-bisanya aku melakukan hal yang seharusnya tidak pernah kulakuakan, setidaknya sampai aku menikah nanti, apalagi aku melakuaknnya dengan Kurosaki Ichigo, penghuni Karakura yang paling memuakan bagiku. Orang yang begitu dicintai Orihime sahabatku ,serta kekasih dari rivalku disekolah Senna. Ahh, Senna. Kurasa dia akan membunuhku kalau mengetahui aku telah melakukan hal yang tidak-tidak dengan Ichigo-nya
Air mataku makin deras ketika mengingat bagaimana pendapat otousan jika tahu hal ini. Mungkin dia akan marah besar padaku, tidak menutup kemungkinan dia akan mengusirku dari rumah dan tidak akan menganggapku sebagai anaknya lagi. Aku akan membuat okaasan malu karna mempunyai anak perempuan sepertiku, pasti dia merasa telah gagal menjadi orang tua. Aku juga akan mencoreng nama besar Kuchiki. Aku tidak siap itu semua terjadi, betul-betul tidak siap untuk saat ini.
Aku merasakan ada tangan besar yang mengelus lembut kepalaku saat ini, aku mendongakkan kepalaku dari lututku, aku dapat melihat Ichigo menatapku panik, tangan besarnya mengelus pelan rambut hitam pendekku.
"Kau tenanglah, aku berjanji kalau terjadi apa-apa denganmu, pasti aku akan bertanggung jawab, kau harus percaya padaku." Dia mengatakan semua itu dengan lembut, sambil menatapku dengan tatapan yang entah mengapa bisa membuatku tenang untuk sekarang ini.
Lalu dengan kedua ibu jarinya dia mulai menghapus air mata yang turun dengan deras dari kedua kelopak mataku yang melintasi kedua pipiku, aku hanya memejamkan mataku mencoba merasakan kenyamanan dari setiap sentuhan yang dia berikan kepadaku sekarang.
Aku heran, bisa-bisanya aku merasa senyaman ini berada dengan posisi sedekat ini dengannya. Padahal biasanya jika berdekatan dengan jarak kurang dari 5 meter saja, pasti kami sudah terlibat pertengkaran kecil, yang akhirnya dengan sukses membuatku naik darah.
"Sebaiknya kita membersihkan diri sekarang, soal kejadian semalam kita bicarakan nanti saja, saat keadaan sudah kembali tenang. Karna kalau membahasanya sekarang dengan keadaan begini, ku rasa akan sulit menemukan jalan keluarnya." Ujarnya dengan nada dewasa, aku hanya mengangguk membenarkan pernyataanya barusan. Air mata ku masih menetes kecil, setidaknya tidak sederas yang tadi.
"Kalau begitu aku mandi dulu, kau tunggu disini saja." Intruksinya cepat, aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menganggukan kepalaku saja.
"Kalau begitu, cepat tutup matamu." Perintahnya cepat.
Hah, menutup mata, untuk apa? Jangan-jangan dia mau melakukan hal macam-macam lagi padaku sekarang.
"Untuk apa?"Tanyaku was-was. Sorot metaku menampakan tatapan curiga padanya, dan sepertinya dia sadar kalau ku tatap begitu.
"Hey, kau jangan negative thinking dulu cebol. Aku menyuruhmu menutup matamu, karna aku tidak mungkin kekamar mandi dengan keadaan -bisa kau tergiur dan menerkamku lagi" Jawabnya cepat, kulihat wajahnya memerah karna melontarkan jawaban itu.
Aku mengerti sekarang, bodohnya aku sampai harus menanyakan hal itu padanya. Aku langsung menarik selimut putih tebal itu sampai menutupi kepalaku, untuk menyembunyikan rona merah yang sudah mulai berkembang di pipiku.
"Kalau begitu cepat pergi kau jeruk, dan aku juga tidak berminat melihatmu dalam keadaan menjijikan begitu." Teriakku kencang.
Dia hanya tertawa kecil tertahan, tapi tawa itu masih dapat ku dengar, sepertinya sekarang dia sudah menggerak menjauh, karna barusan aku mendengar suara derap kaki yang bergerak menjauh.
Kubuka selimut putih tebal itu dari kepalaku, untuk melihat keadaan sekitar. Fiuuh untuk saja, ciri-ciri mahluk orens menyebalkan itu sudah tak tampak lagi sekarang.
Aku mencoba merebahkan tubuhku kembali di kasur berseprei putih polos itu. Masih mencoba menemukan jawaban dari pertanyaan yang dari tadi berkutat di kepalaku.
'bagaimana ini semua bisa terjadi'
Aku terus memikirkannya, berusaha mengingat kembali kejadian kemarin.
Dan-
Ahh, pasti itu penyebab dari semua ini.
Sialan !
TBC~
Loh, sudah bersambung?
Yasudahlah, maaf yah kalau chapnya kependekan.
Greeny emang sengaja ngegantung ceritanya, biar pada penasaran gitcuuu, kenapa Ruki sama Ichi bisa ngelakuin hal itu tuh.
Haha kalau mau tau rahasianyaaaaaa~
Cuman klik tombol review yang dibawah itu tuh. Langkah selanjutnya pasti semua udah pada tahu, kan uda pada jago !
Yosh, kasih komen dan kritikan oke.
Kalau ada yang mau Bantu menuangkan ide untuk fic ini kedepannya juga boleh-boleh sajaaa. Pasti Greeny tampung.
See you at the next chap~
REVIEW PLEASEE~
