Jimin | Yoongi | AU! Idol | other member appears | R-15 | We don't take any profit with this chara | beware '-')/

.

Lovers High

Story by

cute voodoo & Phylindan

.

Do not Plagiarize

.

Enjoy!

.

.

.

.

Min Yoongi adalah seorang pemuda yang selalu merasa lebih dewasa daripada usia atau bahkan wajahnya sendiri.

Memang usianya sudah hampir duapuluhdua tahun. Tetapi ia masih cukup belia untuk bersikap sok dewasa. Apalagi dengan tampangnya yang seperti anak belasan tahun. Bentuk wajah khas keturunan orang asia timur, kedua mata sipit yang sayu, lalu kulit putih sepucat susunya merupakan kelebihan lain dari pesonanya sendiri. Orang-orang akan mudah mengingatnya tentu saja.

Dan (lagi) jangan lupakan ciri khasnya yang lain. Setiap perkataan yang terlontar dari bibir curvynya selalu terdengar jujur...

...namun menyakitkan.

Ya, itulah Min Yoongi.

.

Yoongi menggerutu kesal di sepanjang perjalanannya menuju rumahnya. Ia benar-benar akan membunuh saudaranya yang aneh itu, Shin Eunbi, karena sudah berani-beraninya merayu ibunya untuk menyuruhnya membeli semua camilan di minimarket yang ada di dekat komplek perumahannya.

Demi apapun, ini sudah jam sepuluh malam!

Seharusnya Yoongi sudah bercinta dengan ranjang kesayangannya untuk ia tiduri.

"Dasar Eunbi sialan! Ini yang terakhir kalinya aku diperintah seperti ini!" Yoongi membanting dua kantung plastik minimarket tersebut ke jalanan, hingga membuat isinya berhamburan keluar.

Untuk beberapa menit, Yoongi hanya memandangi bungkusan-bungkusan makanan ringan tersebut.

Orang yang kebetulan lewat dihadapan Yoongi hanya memandangnya aneh dengan kedua alis tertaut. Seolah berkata, 'Anak siapa ini marah-marah di jalanan?'

"Astaga! Apa yang aku lakukan?" Yoongi membulatkan kedua mata sipitnya yang terlihat lucu, lalu dengan cepat kembali memunguti semua makanan tersebut dan memasukkannya lagi ke dalam kantung plastik.

"Sialan, ini hanya memperlambatku saja."

Yoongi berdecak kesal dan menghentikan aktifitasnya itu selama beberapa detik. Menatap ke sekitar jalanan di perumahannya yang mendadak begitu sepi.

Terlebih sore tadi hujan begitu deras dan baru saja berhenti setengah jam yang lalu.

Jalanan yang kini begitu sepi, dan kesendirian Yoongi membuatnya bergidik ngeri.

"Eunbi-ya, jika terjadi apa-apa denganku, akan ku bunuh kau."Geramnya pelan.

Yoongi menghela napas lalu kembali berdiri. Matanya memandang jalanan yang masih separuh basah dibeberapa titik karena air hujan. Rumahnya masih berjarak sekitar seratus meter lagi dari tempatnya berdiri. Ia mengenggam plastik yang ada di kanan-kirinya dengan begitu erat.

"Lebih baik aku berlari."

Lelaki manis itu benar-benar berlari di tengah jalanan yang terkadang terdapat genangan airnya. Ia tidak mempedulikan celana trainingnya yang terkena cipratan air hujan yang diinjaknya. Yang ia pedulikan hanyalah, ia harus sampai di rumah sesegera mungkin.

"Sebentar lagi,"

Dengan napasnya yang sudah tersengal, Yoongi meyakinkan dirinya jika ia akan baik-baik saja.

Sampai sesuatu yang tidak diperhitungkannya terjadi.

BRUK!

"Aw!" Dan dugaan Yoongi memang salah. Ia berlari dan tidak melihat lubang kecil di jalan yang sebentar lagi menuju rumahnya. Sebelah kakinya tersangkut kesana, membuat ia jatuh dan isi kantung belanjanya kembali keluar.

Untuk yang kedua kalinya.

Yoongi meringis. Ia mendengus keras, melihat celana training mahalnya sobek di bagian lutut, dan lututnya lecet.

"Astaga. Ada apa dengan hari ini?" Gerutunya cemberut. Ia berusaha untuk berdiri walaupun kakinya masih terasa sakit.

Sampai tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di dekatnya tanpa sepengetahuan Yoongi. Lalu seorang lelaki berpakaian serba hitam muncul dari dalamnya hanya untuk menghampiri Yoongi tanpa aba-aba.

"Butuh bantuan?"

Suaranya terdengar ramah dalam nada yang lembut. MembuatYoongi harus mendongak karena perhatiannya teralih.

Lalu menatap lelaki berkacamata hitam yang berdiri di depannya yang sedang mengulurkan tangannya ke arah Yoongi.

Yang bahkan Yoongi tidak tahu lelaki yang menolongnya ini datang darimana. Karena tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Jika kau tidak keberatan." Suaranya lagi.

Membuat Yoongi mau tak mau mengulas senyuman. "Tentu."

Lelaki itu mempertemukan telapak tangannya dengan tangan Yoongi. Menggenggamnya erat lalu membantu Yoongi untuk berdiri. "Biar aku yang membereskannya."

Yoongi tersentak karena tawarannya."Eh, tidak—"

"Tidak apa-apa." Lelaki misterius itu berjongkok di jalanan hanya untuk memasukkan semua bungkus makanan yang berserakan tersebut kembali ke plastik besar yang sebelumnya dibawa Yoongi. "Aku melihatmu berlarian dari ujung jalan sana. Ada apa?"

Wajah Yoongi merona malu. Tak menyangka jika ada yang melihat aksi lari-larian tak jelasnya tadi sampai ia tersandung dan terjatuh.Yoongi tidak mungkin 'kan harus menjawab jika ia sedang ketakutan.

"Tidak ada apa-apa." Jawab Yoongi dengan memaksa mengeluarkan tawa canggungnya.

"Ku pikir kau ketakutan, karena sendirian disana." Lelaki itu terkekeh kecil.

Oh, crap.

Wajah Yoongi semakin merona malu. Pemuda yang wajahnya tak dapat Yoongi lihat dengan jelas karena memakai sebuah topi gelap yang terdapat bordiran merah bertuliskan hanja itu dapat menebak situasi Yoongi. Lalu setelahnya ia memberikan dua kantung plastik itu kembali ke tangan Yoongi. "Ini."

"Terima kasih." Yoongi membungkukkan tubuhnya. Mengulaskan senyumnya sekali lagi. "Maaf telah merepotkanmu."

"Aku tidak pernah merasa direpotkan. Perlu ku antar kau ke rumahmu?" Pemuda itu mendengus kecil seperti menahan kekehan tawanya. Yoongi bisa merasakannya sekilas. Dan hal itu menunjukkan pada Yoongi bahwa pemuda dihadapannya itu bukan seseorang yang mudah didekati karena dengusannya barusan menunjukkan sikapnya yang suka menutupi diri. Terlebih mereka belum saling mengenal satu sama lain.

Tetapi... Hal itu malah membuat Yoongi tertarik—sedikit.

"Ti—Tidak! Tidak perlu! Aku masih bisa berjalan! Lagipula, rumahku sudah dekat..." Yoongi menolak tawarannya dengan halus dan juga gugup tentu saja.

"Benarkah? Kau yakin?" Yoongi mengangguk cepat mendengarnya. "Baiklah kalau begitu, aku harus pergi. Selamat malam."

"Se—selamat malam. Sekali lagi terima kasih atas bantuannya." Yoongi membungkuk lagi untuk terakhir kalinya.

Sebenarnya ini kejadian yang cukup memalukan untuknya.

Lelaki itu hanya mengangguk kecil lalu tanpa basa-basi apapun masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di sana untuk melaju pergi kembali.

Yoongi memandangi mobil hitam itu hingga hilang ke tikungan jalan menuju gerbang keluar.

Yoongi lalu memegangi kedua pipinya yang memanas, entah karena rasa malunya atau karena mendengar suara pemuda serba hitam tadi yang wajahnya tidak dapat terlihat jelas oleh Yoongi.

Mendadak saja jantungnya yang tiba-tiba berdetak terlalu cepat dari biasanya ketika kejadian beberapa saat lalu bersama pemuda misterius itu terus berputar di kepalanya.

"Astaga, Min Yoongi. Tidak mungkin jika kau terpesona pada pandangan pertama, bukan?"

Yoongi segera menggelengkan cepat kepalanya.

"Maksudku... Dia menarik."

Suatu siang, Yoongi sedang menikmati makanannya di kafetaria kampus sendirian setelah sejak pagi hari ia memasuki kelasnya.

Tetapi tiba-tiba suara berisik mengganggu kesenangan siangnya di kafetaria tersebut. Siapa lagi kalau bukan sepupu perempuannya itu.

"Oppa! Oppa! Yoongi Oppa!"

"Apaan?!" balas Yoongi ketus. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan aneh sepupunya yang satu ini. Yoongi membanting buku tebalnya ke atas meja kafetaria kampus dengan gusar. "Apa?"

Eunbi mengeluarkan ponsel keluaran terbaru miliknya. Tak mempedulikan Yoongi yang terlihat marah padanya.

"Sebentar, oke?" dengan lihai jemarinya menekan-nekan layar ponsel tersebut.

"Nah!" Eunbi menarik kursi yang ia duduki untuk mendekat ke arah Yoongi. "Aku baru saja melihat berita di allkpop mengenai boygroup terbaru. Oppa harus melihat mereka. Astaga! Mereka keren sekali! Mereka baru saja debut satu minggu yang lalu!" ucap Eunbi heboh.

"Tunggu dulu. Kau bilang seminggu yang lalu?" Eunbi mengangguk.

"Kenapa kau baru menunjukkannya padaku sekarang? Kau ketinggalan berita? Untuk pertama kalinya seorang Shin Eunbi ketinggalan berita?" Yoongi mencibir.

Eunbi berdecak kesal. "Jangan meledekku. Aku tahu Oppa ingat mengenai ponselnya yang harus ku servis selama dua minggu kemarin," Eunbi meletakkan ponselnya di atas meja. "Ah, iya! Kau harus melihat mereka semua! Astaga, astaga! Mereka semua tampan-tampan! Aku suka sekali dengan Kim Taehyung!"

"Eunbi-ya, bisakah kau tenang sedikit?" Yoongi memerintah dan menghela napas malas. Kalau berhubungan dengan 'lelaki tampan', sepupu cantiknya itu selalu saja memamerkan pada Yoongi.

Eunbi mengangguk kecil dan memutar video debut dari grup yang bernama Bangtan Seonyeondan atau BTS itu. Suara musik yang keras dan cukup berisik terputar dari video tersebut.

Mata sayu Yoongi memperhatikan satu persatu dari empat enggota grup tersebut dengan seksama. Ia pikir, mungkin saja ada yang menarik perhatiannya. Sesekali Yoongi mengangguk-angguk kecil, melihat kemampuan dance, vokal, dan rap grup tersebut yang menurut Yoongi cukup baik. Empat orang dengan rupa yang memiliki kemampuan berbeda-beda. Tetapi ada satu orang yang terlihat menonjolkan kemampuannya. Dan itu sangat menarik perhatian Yoongi.

Video terhenti. Dari perkenalan semua member dan performancenya. Eunbi menatap Yoongi dengan mata bulatnya yang antusias.

"Bagaimana, Oppa? Bagaimana?" tanya Eunbi bersemangat. "Apa ada salah satu dari mereka yang kau sukai?"

"Menarik. Ku—" kalimat Yoongi terpotong dengan sorakan girang Eunbi yang membuat Yoongi memutar malas kedua matanya.

"Kupikir aku menyukai seseorang yang menyebutkan namanya sebagai Jungkook..." Yoongi menerawang.

"Jungkook? Astaga! Dia maknae di grup itu! Namanya Jeon Jungkook, tahun kelahiran sembilantujuh, Oppa! Hei, kau jadi Hyung fans~ kyaa." Eunbi mencolek pipi gembil Yoongi dengan gemas.

"Ya! 97?!" Yoongi terkejut.

Eunbi terkikik. "Oppa, aku pulang dulu, oke? Aku belum membuka fancafe mereka seharian. Bye! Kau juga harus segera pulang ya, Oppa! Aku tidak mau Oppa ku yang manis ini diculik orang!"

Yoongi hampir ingin melempar buku tebalnya jika saja temannya Kim Seokjin tidak datang dan tiba-tiba saja berdiri di hadapannya untuk mengajaknya makan siang (lagi) di restoran dekat universitas mereka.

.

.

Yoongi tidak habis pikir, bagaimana bisa sebuah grup yang baru saja debut satu minggu yang lalu, dapat tenar secepat itu? Sudah beberapa kali ia melihat pamflet-pamflet iklan yang bergambar keempat lelaki tersebut. Dan Yoongi baru menyadarinya. Dari makanan, pakaian, aksesoris, sepatu, dan yang lainnya. Yoongi jadi berpikir yang negatif, 'Jangan-jangan entertainmentnya tukang suap?!'

"Yoongi," panggil Seokjin pelan. Kedua matanya tetap fokus dengan jalan raya yang ada di depannya. Mereka sedang berada dalam mobil yang dikemudinya sendiri.

"Yoongi," lagi. Namun Yoongi tidak menjawab panggilannya juga.

"Yoongi-ah!" Bentak Seokjin.

"A—Apa?!" Yoongi reflek balas membentak.

"Kau melamun?"

"Ti—Tidak!" jawab Yoongi cepat, yang justru terdengar panik di telinga Seokjin.

"Ada apa? Kau memikirkan sesuatu?" Seokjin menginjak pedal remnya, saat yang ia lihat adalah lampu merah di perempatan jalan. Ia menatap temannya itu.

"Tidak biasanya kau melamun seperti itu Min Yoongi. Jadi jangan coba-coba berbohong padaku, hm?" Seokjin menatapnya intens. Membuat Yoongi semakin panik di kursinya.

"Aku hanya memikirkan untuk tempat hunting fotoku malam ini saja," Yoongi beralasan cepat.

"Benarkah?" Seokjin kembali fokus pada jalan raya yang ada di depannya saat lampu lalu lintas memberi warna hijau.

Merasa hanya mendapat anggukan dari Yoongi, Seokjin kembali melanjutkan perkataannya. "Hari ini kau akan hunting foto? Kemarin katamu hari ini akan menemani Eunbi?"

Astaga.

Eunbi.

Sepupu berisiknya itu.

Yoongi baru saja ingat!

.

.

Jika saja Seokjin tidak mengingatkan dirinya untuk menemani Eunbi malam ini. Bisa saja segalanya terjadi. Eunbi adalah gadis iblis dalam hal balas dendam terutama pada seseorang yang lupa berjanji padanya.

Kini Yoongi dan juga Eunbi sedang duduk berhadapan di sebuah restoran yang bisa dibilang sangat sepi. Dari lima belas meja yang tersedia, hanya tiga yang terisi termasuk meja yang ia dan sepupunya itu tempati. Yoongi sendiri tidak mengerti mengapa Eunbi mengajaknya ke restoran yang sangat sepi seperti ini.

Dan yang semakin mengherankan adalah ini sudah jam sebelas malam.

"Eunbi-ya," panggil Yoongi.

"Ya?" Eunbi menatap Yoongi. "Jangan bertanya ada apa, oke? Nanti juga kau akan tahu dengan sendirinya."

"Aku lapar." alih Yoongi. Ia sebenarnya memang ingin bertanya ada apa.

Eunbi benar-benar memanggil seorang pelayan. Keduanya memesan makanan dengan menu yang berbeda.

Ketika keduanya sedang asyik menikmati makan malam. Pintu restoran terbuka dan beberapa orang masuk ke dalamnya. Mengambil tempat duduk yang berseberangan beberapa meja dari mereka.

"Astaga! Mereka benar-benar datang!" pekik Eunbi tertahan.

Yoongi yang sedang mengunyah makanannya, mengikuti arah pandang Eunbi. Meja yang berisi empat orang laki-laki. Tidak ada yang spesial dari mereka. Yoongi hanya mengendikkan bahunya dan kembali menikmati makanannya.

Eunbi mengeluarkan ponsel mahalnya, dan dengan berhati-hati dia mengambil beberapa gambar dari laki-laki yang baru saja datang itu.

"Eunbi—"

"Ssst! Jangan berisik."

Pada akhirnya Yoongi hanya bisa menutup mulutnya. Beberapa kali ia mencuri pandang ke arah empat lelaki itu.

"Sepertinya aku pernah melihat mereka?" desis Yoongi berpikir mencari memorinya.

"Kau bercanda? Kau tidak mengenal mereka?" tanya Eunbi untuk sejenak mengalihkan kegiatannya.

Yoongi menggelengkan kepala menjawabnya.

"Mereka itu Bangtan Boys, Oppa! Yang baru saja debut minggu lalu! Kim Taehyung!" jelas Eunbi heboh namun berusaha menjaga suaranya agar tetap kecil dan pelan.

"Kau—"

"Tidak. Aku tidak bercanda." Eunbi kembali mengambil beberapa gambar mereka.

Sampai salah satu dari objek yang sedang ia foto menoleh ke arahnya. Eunbi membulatkan matanya terkejut. Ia segera berdiri, saat lelaki itu menunjuk ke arahnya.

"Oppa, ayo kita segera pergi!" dengan panik Eunbi menutupi wajahnya dengan jaket bulunya yang mahal dan menarik paksa Yoongi yang tidak mengerti apa-apa. Makanannya belum habis semua.

"Hei!" Panggilan suara lelaki yang lain.

"Astaga, astaga, itu suara Jimin Oppa." Eunbi yang panik menyeret Yoongi begitu saja, dan berlari ke arah mobil miliknya yang terparkir di depan restoran.

.

Mari kita perjelas rupa boyband yang sedang naik daun ini menikmati makan malam mereka di sebuah restoran.

Bangtan Seonyeondan atau BTS ini beranggotakan empat orang. Yaitu Park Jimin, Jung Hoseok, Kim Taehyung dan satu lagi Jeon Jungkook.

Park Jimin yang terlihat pendiam dan dingin serta sangat irit dalam hitam kelam dan wajahnya boleh saja terlihat manis jikalau sedang tersenyum. Tetapi sayangnya ia tidak sering tersenyum dan lebih suka menampilkan wajah dinginnya dengan tatapan tajam dari kedua mata sipitnya yang tegas itu.

Lalu Jung Hoseok. Leader dari boyband ini yang sangat berkebalikan dengan Jimin. Karena sikapnya yang ceria dan mudah tersenyum kapanpun dan dimanapun. Pribadinya yang hangat mudah didekati oleh banyak orang yang ingin berteman dengannya.

Kemudian Kim Taehyung. Satu lagi pribadi ceria dengan sifatnya yang dorky. Wajahnya memang tampan dan memiliki fans terbanyak dari semua member. Dan kalau diperhatikan dengan baik, pemuda berambut pirang ini memiliki perasaan yang lembut.

Yang terakhir dan yang paling muda adalah Jeon Jungkook. Maknae dari grup yang bisa melakukan apapun. Kemampuan seni baik dari vokal maupun tari yang tak perlu dipertanyakan. Sikapnya yang suka blak-blakan dan hobi bermain game membuatnya terlihat lugu dengan wajahnya yang tampan namun memiliki raut yang polos.

Fyi, keempat lelaki ini lebih muda dari usia Yoongi.

.

Jimin hanya diam mendengarkan saja ketika Taehyung dan Hoseok, teman satu grupnya mengeluarkan lelucon dan saling mengejek. Matanya hanya menatap Jungkook yang duduk di depannya dan sibuk bermain game sembari menunggu pesanan mereka datang.

Jimin yang bosan, mengedarkan pandangannya ke seluruh restoran itu. Restoran yang sering mereka datangi untuk sekedar makan malam.

Walaupun matanya minus setengah, Jimin tidak bodoh untuk tidak menyadari jika ada seorang gadis yang duduk berbeda beberapa meja darinya, sedang mengambil foto-foto dirinya dan teman-temannya.

Ia menunjuk gadis itu, yang kini panik menarik pergi seorang lelaki yang bersamanya. Jimin memang tidak dapat melihat wajah gadis itu dengan sempurna. Tetapi Jimin melihat begitu jelas wajah lelaki yang diseret oleh gadis tersebut.

"Hei!"

Ketiga temannya menoleh ke arahnya. "Ada apa?"

"Hanya seorang penggemar yang berusaha menganggu privasi." Jimin mendengus.

Sisanya saling bertatapan. Mereka tahu Jimin tidak suka jika jam-jamnya yang seperti ini diganggu.

"Menganggu sekali."

.

"Oppa, maafkan aku, oke? Ayo kita pergi ke minimarket untuk membeli antiseptik dan plester." Eunbi berucap dengan nada bersalahnya.

"Kau harus memotong kuku, Eunbi-ya." Ketus Yoongi. Ia memandangi lengannya yang tercakar begitu jelas oleh kuku-kuku panjang Eunbi.

"Dasar perempuan. Senang sekali merawat kuku sepanjang itu."

"Mian." Jawab Eunbi menyesal. Matanya tetap fokus pada jalan raya yang cukup sepi.

"Aku butuh penjelasan." Yoongi bersidekap.

Eunbi segera menjelaskannya. "Aku menyuruh temanku mengikuti mereka dari gedung agensi dan menginformasikan ke arah mana saja mereka pergi. Aku juga tahu restoran itu dari temanku yang seperti penguntit jika mereka sering makan disana."

"Kau juga sama saja seperti temanmu itu."

"Oppa." Panggil Eunbi mengalihkan pembicaraan.

"Hmm."

"Besok temani aku ke fansign Bangtan, ya?"

"Apa?! Kau mengajakku bertatapan langsung dengan mereka?!"

.

.

.

To be continued.

.

.

.

Nb : halo. Seperti yang telah direncanakan, ini projek kita bedua yang ke-2! Pake Yoonmin Yeay!

Akan ada banyak kejutan juga nanti :3

So, please anticipate it!

.