Holaa minna-san! Author gaje nan abal kembali dengan membawakan fic yang lebih gaje dan abal. Ide pasaran lagi. #pundung.
.
NARUTO © MASASHI KISHIMOTO
LEQUEL © AIRA Q-ARA CLEOPATRA
.
Pair: SasukexSakuraxSai. Little Sasosaku, ShikaIno and NaruHina
Genre: Romance / General
T rated
.
WARNING: AU, OOC (terutama Sai dan Sasuke), TYPO(S), IDE PASARAN, GAJE, ABAL, BAHASA TIDAK BAKU (maybe), DLL.
DON'T LIKE DON'T READ! DON'T FLAME!
.
.
"Sakura, kau beneran akan berkencan dengan Si Akasuna itu?" gadis berambut pirang menatap khawatir pada sahabat di depannya itu.
"Apa salahnya sih kalau aku berkencan dengannya, Ino? Bukannya kau tahu bahwa kami sudah jadi sepasang kekasih?" Sakura menatap bosan Ino. Tangan mungilnya mengaduk-aduk jus alpukat yang sudah dibelinya.
Mereka berada di kantin sekolah yang sudah agak sepi. Hanya segelintir orang yang masih betah duduk di sini. Hari ini adalah hari tenang, kepala sekolah memberikan kebebasan agar para siswanya sedikit beristirahat untuk menghadapi ujian kelulusan SMP yang akan diadakan satu minggu lagi. Untuk itu, wajar jika banyak para siswa memilih untuk bermain di luar sekolah.
Tapi tidak untuk dua manusia ini. Ino dan Sakura memilih tetap di dalam sekolah. Tepatnya, Ino menemani Sakura yang sedang menunggu jemputan dari kekasihnya—Akasuna Sasori. Sasori memang berbeda sekolah dengan Sakura. Dan itu membuat Sakura harus menunggu jika ingin pulang bersama.
"Astaga, Sakura!" suara Ino mulai meninggi. "Bukankah kau sudah dengar bagaimana perilaku si Akasuna itu?"
"Itu mungkin hanya gosip, Ino. Sasori selalu bersikap baik padaku. Kau terlalu melebih-lebihkan." Sakura mulai sebal sekarang. Kekasihnya selalu memberikan apapun yang dia mau dan bersikap sopan padanya. Bagaimana bisa muncul gosip seperti itu?
"Sakura, dengarkan aku," Ino mulai mengatur kesabarannya. Butuh energi yang lebih untuk melawan Sakura yang memang 'sangat' keras kepala. "Aku tidak tau itu gosip atau bukan. Tapi kau tau kan sebelum berpacaran denganmu, mantan Sasori—"
"Cukup, Ino! Aku tidak mau kau menjelek-jelekan kekasihku di hadapanku lagi." Perkataan Ino terpotong oleh bentakan Sakura. Sakura segera bangkit dari duduknya dan mengambil tas slempangnya. "Sasori sudah menjemputku. Sampai jumpa," Sakura berjalan melewati Ino. Dihiraukannya Ino yang masih duduk mematung di sana.
Sakura terus berjalan menuju gerbang depan, dimana kekasih tercintanya sudah menunggu.
"SAKURAAA! HATI-HATIIIIII!" sayup-sayup Sakura mendengar suara Ino yang melengking itu. Bibir tipisnya tertarik sedikit. Walaupun Sakura masih merasa bersalah karena sudah membentak Ino tadi, hati kecilnya merasa berterima kasih pada Ino. Ino sudah bersedia mengkhawatirkannya dan tidak marah setelah Sakura membentaknya.
Drrttt drrrtttt
Sakura merasakan ponselnya bergetar. Segera ia ambil ponsel pink dari saku roknya. Sebuah nama tercantum di layar ponsel tersebut.
'Dari Ino,' batin Sakura.
From: Ino pig
Sakura, kau harus hati-hati. Ingat! Tampang cuma topeng! Jangan mentang2 mukanya seperti muka bayi lalu kau menganggap dia polos dan baik! Lihat setiap gerak-geriknya. Jika perilakunya sudah aneh, kau harus segera lari. Jika kau tidak bisa, ambil apapun di dekatmu lalu pukulkan padanya. Atau kau bisa berteriak sekencang yang kau bisa. Jika tidak, kau ancam dia bahwa kau akan melaporkannya pada polisi. Jika ia mulai bersikap macam2, gigit bagian tubuhnya yang manapun sekeras2nya. Ingat Sakura, SEKERAS-KERASNYA!
Segera hubungi aku jika terjadi sesuatu!
'Astaga, ini sudah kelewatan,' Sakura menghela napas. Di sms pun Ino masih saja cerewet. Membacanya saja sudah membuat Sakura sedikit megap-megap. Untung Ino menulis lewat sms, Sakura tak bisa membayangkan jika Ino bicara langsung padanya.
Sakura mengembalikan ponsel ke tempat semula. Melanjutkan perjalanan ke gerbang yang sempat tertunda tadi.
"Sakura-chaannnn!" seorang berambut merah menyapa Sakura. Dia berdiri di samping mobil merah yang terparkir rapi. Senyum tak lepas dari bibir laki-laki baby face itu.
"Sasori-kun?" Sakura berlari kecil menuju Sasori yang sudah merentangkan tangannya.
Sakura langsung memeluk pria itu. Tangan mungilnya melingkar di pinggang Sasori, mencari kehangatan di sana.
"Jadi kencan 'kan?" tanya Sasori ketika Sakura melepaskan pelukannya.
"Tentu saja! Ayoo!" Sakura menarik tangan Sasori menuju mobil mobil merah.
Sasori terkekeh. "Kau semangat sekali, Sakura-chan?"
"Iya dong, ini kan kencan pertama kita."
Sasori hanya menurut saat Sakura menyeretnya menuju pintu mobil. Dia membukakan pintu untuk Sakura, kemudian mendudukkan dirinya di jok kemudi.
.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.
"Kita mau kemana, Sasori-kun?" tanya Sakura.
"Hn? Ke tempat rahasia. Kau pasti senang." Sasori menolehkan kepala sedikit untuk melihat Sakura, kemudian kembali menatap jalan di depanya.
'Sasori-kun memang baik. Dia bahkan memberi kejutan untukku. Romantisnya..' batin Sakura. Pikirannya sudah melayang membayangkan hal-hal romantis yang akan Sasori tunjukkan padanya. Dan tanpa ia sadari, Sasori berkali-kali melirik ke arahnya.
Ckkiiiitttt
"Nah kita udah sampai, Sakura-chan!" kata Sasori riang.
"Eh? Udah sampai, Sasori-kun? Cepet amat?" tanya Sakura heran. Baru sekitar 5 menit mereka naik mobil dari sekolahan, masa udah sampai?
"Iya, ayo turun!" Sasori mengajak Sakura turun dari mobilnya. Betapa tercengangnya Sakura ketika ia tahu ke mana Sasori mengajaknya. Pikiran romantis yang sejak tadi hinggap di otak Sakura buyar sudah.
Sakura menaikkan sebelah alisnya. "Emh..Beneran ini tempat yang mau Sasori-kun tunjukin ke aku?"
Sasori tidak langsung menjawab, malah menarik Sakura untuk duduk di semak-semak yang tidak bisa dibilang rapi.
"Tentu. Indah kan? Liat sungai itu, kau pasti suka!" Sasori menyeringai sambil menunjuk sungai yang tak jauh dari mereka.
Sakura mengikuti arah yang ditunjuk Sasori. "Indah apanya, Sasori-kun? Matamu tidak apa-apa 'kan, Sasori-kun?" Sakura menatap Sasori dengan pandangan cemas. Bagaimana tidak? Ternyata sungai yang dimaksud oleh Sasori tidak lebih indah dan bersih daripada Kali Ciliwung.
Sasori tetap diam. "Sasori-kun, kita pergi dari sini yuk. Tempat ini menjijikkan! Banyak tawooonnn!" mata Sakura terus tertuju pada lebah yang terbang di dekat kepala Sasori. "Ayo Sasori-kun, kita ke cafe aja," rengek Sakura.
"Udahlah, Sakura. Di sini aman kok." Sakura tersentak. Sejak kapan Sasori menghilangkan embel-embel –chan untuk memanggilnya? Dan lagi, entah mengapa Sakura merasa cara bicara Sasori berbeda dengan yang biasanya.
Sakura mulai takut. Terlintas di pikirannya perkataan Ino. 'Jangan-jangan gosip itu beneran?' batinnya resah.
"Sasori! Ayo kita pulang!" Sakura sengaja mengeraskan suara, berharap Sasori mau menurut.
"Nikmati aja, Sakura. Jarang-jarang kan kita bisa menikmati pemandangan di tengah penatnya Kota Konoha."
Sakura nyaris memakan Sasori hidup-hidup. 'Menikmati pemandangan? Di tengah penatnya Kota Konoha dengan terus memandang sungai yang bahkan tak pantas dipandang? Mabok kali nih orang!' tentu saja Sakura menyimpan semua kalimatnya itu di dalam hati dan berusaha 'menikmati' sungai berwarna hijau kecoklatan yang terbentang di depannya. Tetapi semakin lama dipandang, sungai itu malah semakin membuatnya merasa jijik. Lebih jijik lagi ketika ia merasakan tangan Sasori ada di punggungnya, entah apa yang dilakukan oleh tangan tak beradab itu. Perlahan-lahan Sakura menjauh dari Sasori dan menepis tangan Sasori yang mulai tidak sopan.
Tapi tangan Sasori malah semakin jauh menggerayangi Sakura, "Apa-apaan sih? Kalau kamu macem-macem sama aku, aku bakal teriak!" suara Sakura yang bernada tinggi semakin membuat Sasori merasakan nafsu yang tidak sewajarnya.
"Udah akh, aku mau pulang! Terserah mau nganterin atau nggak! Ternyata bener kata orang-orang, kamu emang mesum!" Sakura bangkit berdiri dan berjalan ke arah jalan raya. Sasori mengejarnya dan memaksanya melakukan hal-hal yang belum pernah terpikir oleh Sakura.
Usaha Sakura melepaskan diri dari Sasori lumayan sukses. Namun sejauh-jauhnya Sakura kabur, secepat-cepatnya Sakura berlari, tetap saja masih bisa terkejar oleh Sasori. Belum sampai sepuluh menit, Sakura sudah terkejar oleh Sasori yang memacu mobilnya dengan kecepatan maksimal.
BRAAKKK
Sakura terlempar ke pinggir jalan karena 'tersentuh' oleh mobil yang dikendarai Sasori. Kepalanya terbentur keras. Sasori sempat mengerem sebentar, tetapi memacu mobilnya kembali ke kota dan meninggalkan Sakura yang terluka parah. "Salah sendiri nolak aku. Dasar cewek bodoh!" Sasori tertawa sinis di dalam mobil merahnya, sambil mendengarkan musik beraliran keras.
.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.
Sakura merasakan kepalanya sakit sekali. Seperti mau pecah. Ia berusaha berteriak minta pertolongan, namun suaranya tak mau keluar. Tangan dan kakinya seperti mati rasa. Pandangannya juga sudah semakin mengabur.
"Hei, kau tak apa-apa?" sayup-sayup Sakura mendengar suara orang. Ia berusaha mempertajam matanya untuk melihat siapa orang itu.
Dan yang terakhir terlihat adalah mata onyx yang sedang memandangnya cemas, sebelum pandangannya berubah menjadi gelap total.
TBC
Fic apa ini? Abal banget! (-.-)
Gomen jika mengecewakan. Chapter ini belum masuk ke konflik, mungkin baru prolognya. Gomen juga kalo saya menjadikan Sasori jadi antagonis dan kejam di sini. Padahal saya suka banget pair Sasosaku. Yah terpaksa karena tuntutan alur. (-.-)
KEEP OR DELETE?
Mind to Review?
~Satu review anda memberi satu juta harapan untuk saya~
