Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pair(s) : U. Sasuke & U. Naruto

Rate : T (mungkin akan naik seiring perkembangan cerita).

Warning(s) : OOC, OOC, OOC, boy love, shonen-ai, AU, un-beta'd

A/N : Cerita ini sebenernya udah lama pengin saya post, tapi masih aja ada rasa kurang puas dengan plot-nya (standar sekali soalnya). Tapi dari pada nggak di-post dan cuma menuh-menuhin leppie saya, jadi saya publish aja. Mohon kritik dan sarannya....

_

_

_

Boy X Boy

by

greenandred

-

----

-

Sore itu, seperti biasa. Aku turun di Stasiun Higurashi di dekat rumahku dan langsung berjalan pulang ke rumah. Saat berjalan pulang aku sama sekali tidak menyangka akan ada kekacauan besar yang tengah menungguku di rumah. Aku hanya berjalan santai seperi hari-hari sebelumnya. Melewati jembatan dekat stasiun, melewati sebuah konbini bernama Yote Ke dan sebuah warung mie ramen. Dan kemudian tanpa aku menyadarinya, aku telah sampai di depan rumahku.

"Okaeri." ucapku saat aku membuka pintu depan rumahku dan memasuki genkan rumah kami. Aku langsung melepas sepatu kets-ku.

"Tadaima." aku mendengar ibuku menjawab dari dalam rumah dan kemudian melihat kepalanya menyembul keluar dari pintu ruang keluarga.

"Naruto, kemari sebentar." ibuku memanggil, masih dari dalam ruang keluarga kami. Aku kemudian berjalan ke ruang keluarga. Di sana ayahku, ibu, dan Kyuu-nii sedang duduk bersama sambil nonton berita di TV.

"Ada apa?" aku bertanya sambil mendudukkan diriku di sebelah Kyuu-nii.

"Coba lihat ini," ibuku berkata sambil menyodorkan secarik kertas padaku. Aku menerimanya. Kertas itu ternyata adalah sebuah foto. Foto seorang remaja laki-laki paling tampan yang pernah kulihat. Anak itu memiliki kulit pucat porselen dan.... Apa ya istilahnya? Flawless....?

Rambutnya berwarna hitam dan akan berpendar kebiruan bila terkena sinar dari sudut yang pas. Aku bertanya-tanya sendiri apakah itu hasil cat rambut atau memang alami. Anak itu memiliki wajah yang terpahat sempurna; tulang pipi yang tinggi, hidung yang panjang dan lurus, alis mata yang tidak terlalu tebal maupun terlalu tipis, bibir penuh berwarna pink pucat, dan dua buah mata dengan iris sehitam malam. Pandangannya tajam, tegas dan agak dingin.

"Bagaimana menurutmu?" ibuku bertanya.

"Bagaimana apanya?" aku bertanya balik. Kenapa tiba-tiba ibu menunjukkan foto cowok cantik ini padaku?

"Yah, apa kesanmu setelah melihat foto itu?" ibuku bertanya lagi dan anehnya, sepertinya ayahku dan Kyuu-nii juga menunggu jawabanku.

"Biasa saja," jawabku singkat. Benar 'kan? Memang apa yang akan kalian harapkan saat seorang remaja lelaki melihat foto remaja laki-laki lainnya yang kebetulan sangat cakep? Mereka tidak sedang mengharapkan aku akan berteriak kegirangan atau bersemu merah 'kan? Yang benar saja! Ibuku kelihatannya sedikit kecewa dengan jawabanku barusan itu.

"Naruto biar kuberi tahu kau, dia adalah Uchiha Sasuke, anak bungsu dari keluarga Uchiha. Sebuah keluarga yang sangat terpandang dan memiliki jaringan perusahaan teknologi paling besar di seluruh dunia," ibuku berkata lagi.

"Lalu memangnya kenapa?" aku bertanya, bingung. Memang kenapa kalu dia itu anak bungsu dari salah satu keluarga paling berpengaruh di dunia ini? Dan lagi, kenapa ibuku menunjukkan foto Uchiha Sasuke ini padaku? Tidak ada hubungannya denganku 'kan?

"Kaa-san, langsung saja beritahu dia," tiba-tiba Kyuu-nii menyeletuk.

"Beritahu aku apa?" aku bertanya lagi.

"Dia adalah calon suamimu,"

Aku ingat kalau kepalaku jadi berputar begitu mendengar pernyataan ibuku ini.

_

_

Saat aku terbangun aku sudah berada di dalam kamarku, di balik selimut berwarna oranye milikku dengan pemanas ruangan yang menyala dan seluruh anggota keluargaku mengelilingiku. Aku berusaha bangkit untuk duduk, kepalaku pusing sekali.

"Hati-hati. Pelan-pelan saja," ibuku buru-buru mendekatiku dan membantuku duduk.

"Kaa-san, yang Kaa-san tadi bicarakan itu bohong 'kan?" aku bertanya, berharap. Ibuku tidak langsung menjawabku.

"Naruto, di antara keluarga Uchiha dan Uzumaki ada sebuah janji yang sampai saat ini masih tetap dijalankan. Demi kebaikan dua belah pihak dan demi hubungan masa lalu keud buah keluarga. Perjanjian itu adalah setiap lima generasi sekali keturunan terakhir dari keluarga inti kedua keluarga akan dinikahkan. Tidak peduli apakah mereka menolaknya atau tidak, mereka akan tetap dinikahkan, demi kebaikan kedua keluarga dan demi kejayaan masa lalu. Lalu kau Naruto, kau adalah keturunan terakhir keluarga Uzumaki dan kau harus menikah dengan keturunan terakhir keluarga Uchiha," rasanya aku jadi mati rasa. Kepalaku sekali lagi berputar, sakit. Tapi kali ini aku berusaha untuk tetap sadar.

"Tapi namaku 'Namikaze' Naruto, bukan 'Uzumaki' Naruto. Lagi pula sejak kapan keluarga Uchiha memiliki hubungan dengan keluarga Uzumaki?" aku bertanya dan berusaha untuk mengelak.

"Nama gadis Kaa-san dulu adalah Uzumaki Kushina, Naruto. Walaupun kini kau menyandang nama 'Namikaze', kau tetapalah seorang 'Uzumaki' dan tentang hubungan Uchiha dan Uzumaki itu...memang agak rumit," Tou-san ikut bicara.

"Rumit? Memang kenapa?" tanyaku lebih lanjut. Ayah dan ibuku bertukar pandang. Seperti yang sedang meyakinkan sesuatu pada satu sama lain.

"Dulu, dulu sekali, seorang gadis Uzumaki dan seorang pemuda Uchiha adalah sahabat dekat. Seiring berjalannya waktu sang pemuda mulai jatuh cinta pada si gadis. Suatu hari, sang Uchiha memutuskan datang pada keluarga Uzumaki untuk melamar gadis yang dia cintai itu. Namun sayangnya keluarga si gadis menolak tawaran si pemuda karena telah terlebih dahulu menerima lamaran dari pemuda lain. Sang pemuda pun akhirnya pulang dengan kecewa. Namun sebelum pergi, sang pemuda meminta kepada keluarga Uzumaki agar keturunan ke empat dari si gadis yang ia sukai itu agar menikahi keturunan ke empatnya. Keluarga Uzumaki yang sebenarnya cukup menyukai si pemuda pun akhirnya menyetujui persetujuan itu. Hingga kini janji itu tetap dijaga oleh kedu belah pihak dan sekarang telah saat diwujudkan," Kaa-san menjelaskan sejarah yang menurutku sangat tidak masuk akal itu dan sukses membuatku kaku selama beberapa saat.

"Tap-tapi, aku ini laki-laki, dan Uchiha Sasuke itu juga jelas-jelas laki-laki juga!" aku masih juga berusaha mengelak. Walaupun sedikit bagian dari diriku tahu, tak ada harapan sama sekali.

"Bagi kami gender tidak masalah, Naruto. Lagi pula tidak ada undang-undang di Konoha yang melarang perkawinan sesama jenis 'kan?" Tou-san bicara lagi.

"Tapi, tapi..."

"Naruto, untuk kali ini saja. Kali ini saja. Tolong. Kaa-san mohon padamu. Untuk yang satu ini saja. Tolong kabulkan permintaan Kaa-san," ibuku mulai memohon padaku.

"Kaa-san..."

"Tolong, Naruto. Kalau kau tidak melakukan ini entah apa yang akan dilakukan oleh kakek dan nenekmu pada keluarga kita," ibuku memohon lagi.

Apa yang harus kulakukan? Ini bukan perkara mudah! Yang benar saja? Aku harus menikah dengan LAKI-LAKI yang bahkan SAMA SEKALI TIDAK KUKENAL. Tapi aku juga tidak ingin berpisah dari keluargaku. Aku tahu kakek dan nenekku dari pihak ibu tidak terlalu menyukai kelurga kecil kami ini dan bisa saja mereka melakukan apa saja untuk memisahkan kami. Huuaaaarrrggghhhh!!! APA YANG HARUS KULAKUKAN??!!

_

_

_

Jadi, pantaskah cerita ini saya lanjutkan? Review pleaseeeee......!!!!!