Welcome
(Sekuel Give Me Your Number, Please)
Created by ChaeRin
Main cast: Sehun, Kai
Main pair: HunKai
Don't Like Don't Read… don't bash, don't flame, BL, OOC (mungkin), typonya mohon dimaklumi… dilarang plagiat… ^^
One-Shoot
Disclaimer: Chae tidak mengambil keuntungan apapun dalam fanfic ini. Murni imajinasi. Semua cast yang namanya tertera dalam cerita ini bukanlah milik Chae. Mereka milik diri mereka sendiri. Chae meminjam nama demi kepentingan cerita
Happy reading…
"Yo Jongin! Selamat bergabung di asrama!", Jongin baru saja menginjakkan sebelah kakinya ke dalam ruangan pengawas asrama yang berukuran lumayan besar, sebelum Suho dengan baju semi formalnya dan lagi-lagi tengah menggantung sebatang rokok diantara bibir menyapanya kelewat semangat. Wajah dewasa itu membingkai senyuman lebar, sebelum menyuruh Jongin masuk lebih ke dalam ruangannya.
"Jadi- bagaimana dengan orientasinya? Sudah kuduga, kau pasti sukses besar!", kembali Suho menghembuskan asap putih mengepul tepat disaat Jongin sudah berdiri sekitar 2 langkah di hadapannya. Wajah manis itu merenggut sedemikian rupa, menyiratkan ketidaksukaannya dengan jelas terhadap tingkah menjengkelkan Suho.
"Ya, terima kasih", sahut Jongin setengah hati. Hati kecilnya masih keki gara-gara Suho mengingatkan orientasinya yang baru berlalu kemarin. Ditambah lagi, ucapan selamat datang diawal hari ini bagaikan genderang selamat datang ke dalam neraka terdalam dan bukannya ke asrama. Jongin tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan asramanya selama setahun ke depan, berhubung iblis itu sudah menginjak angkatan terakhir. Jadi paling tidak, neraka hidupnya akan berlangsung setahun penuh dan demi Tuhan, iblis itu adalah Oh Sehun! Orang paling menyebalkan yang akan membuat hidupnya jungkir balik seperti roller coaster dengan permintaan absurd sesuai pesan singkat yang kemarin masuk ke ponselnya.
"Mau minum teh atau kopi?"
Surai cokelat gelap bergoyang pelan. Menolak disuguhi teh ataupun kopi oleh Suho yang sudah siap-siap meraih 2 buah gelas. Plus diiringi senyuman singkat yang dapat diartikan 'maaf' dan 'terima kasih'. Sungguh dia tidak berselera meminum apapun juga. Satu-satunya hal yang ia inginkan saat ini hanyalah diantar ke kamar asramanya dan mengunci diri di sana. Hari ini dia tidak ingin melihat ekspresi tembok terkutuk itu. Tidak sekalipun. Ponsel sudah ia matikan. Dan sejak dari gerbang sekolah sampai detik ini ia berada di dalam ruangan Suho, belum satu kalipun ia berpapasan dengan makhluk titisan iblis itu.
"Oke baiklah. Mau langsung kuantar ke kamarmu?"
"Yah. Terima kasih", Jongin bersyukur laki-laki itu tidak mengulur waktu lebih banyak lagi. Ia sudah gugup setengah mati. Semakin lama ia berdiam di ruangan ini semakin banyak waktu terbuang, dan semakin besar kemungkinan ia bertemu Sehun.
HunKai-one shoot^^
"KIM JONGIN!"
"Uri baby Jonginieee… welcome home….!"
Jongin nyaris terjengkang ke belakang. Pertahanannya hampir tumbang karena serangan tiba-tiba dari makhluk mungil yang masih mengenakan piyama bergambar minion ini. Yup- siapa lagi kalau bukan ketua asrama angkatan 1, Byun Baekhyun tercinta. Pria mungil itu langsung meloncat heboh seraya meneriakkan nama Jongin dengan tinggi nada yang tidak bisa ditolerir lagi. Jongdae yang kebetulan berpapasan dengan Jongin dan Suho, langsung dibuat cengo gara-gara tindakan absurd dari sahabatnya itu.
"Ugh.. Baekhyunnie. Bisa menyingkir? Kau- berat", ucap Jongin tersenggal. Jantungnya bergemuruh hebat, masih cukup shock dengan sambutan ajaib salah satu teman angkatannya.
"Ah- mian mian. Ughh… kau imut sekali…", belum beberapa detik menginjakkan kedua kakinya di lantai, Baekhyun kembali membuat ulah. Kedua pipi –sedikit- berisi milik pria manis berkulit eksotis ini habis dicubiti, dan ditarik-tarik sampai melar. Belum lagi tenaga kuda Baekhyun tidak tanggung-tanggung. Alhasil kesunyian yang sejak tadi merayapi bangunan asrama di pagi ini, sukses hancur karena ringisan Jongin.
"Ughh Byun!"
"Kenapa sudah berisik sepagi ini?!"
Pernyataan tersembunyi dibalik pertanyaan yang diucapkan barusan sontak membuat tubuh Jongin menegang. Wajahnya memucat bersamaan dengan hilangnya gerakan menggila Baekhyun pada kedua pipinya. Posisi Jongin yang saat ini berhadapan dengan Baekhyun memberikan sedikit keuntungan. Setidaknya dia tidak perlu menatap langsung pada sosok yang tadi membuka suaranya. Tanpa berbalik pun, dengan hanya mendengar suara datar tadi, Jongin sudah tahu pasti siapa yang tengah berdiri di balik punggungnya. Aura intimidasi yang mendominasi, yang sanggup membungkam semua aktivitas dalam jarak dengar tadi- hanya satu orang yang memilikinya.
Satu-satunya orang yang Jongin tahu mampu melakukan itu semua dengan menggerakkan mulutnya saja- adalah Oh Sehun, senior menyebalkan yang sejak tadi susah payah ia hindari.
"Oh- Sehun sunbaenim. Anyyeong…", mata bulat Jongin melebar horror. Innernya mengutuk keras ketidakpekaan Baekhyun yang ternyata malah menyapa Sehun dengan akrabnya. Laki-laki mungil itu bahkan memoles senyum kecil sebelum mengerjapkan matanya beberapa kali ketika secara tidak sengaja menangkap ekspresi batu Jongin.
"Eum- Jonginnie, kau tidak mau menyapa Sehun sunbaenim? Dia ada di belakangmu sekarang"
Aku sudah tahu Baekhyun! Jongin mencebik dalam hati. Baekhyun ini tidak pekanya benar-benar tidak bisa dimaafkan.
"Tsk! Jonginnie sayang, sunbaenim di belakangmu! Tidak baik jika tidak menyapanya. Ayo… ayo… sapa Sehun sunbaenim…", Baekhyun masih dengan wajah polos -yang dibuat-buat setidaknya untuk Jongdae, Suho, dan Sehun yang ada di tempat itu- langsung membalik paksa tubuh mematung Jongin. Wajah manis pria itu tambah pucat pasi mendapati Sehun yang berdiri tepat dihadapannya. Pria jangkung itu mengenakan baju bebas yang terlihat seperti training olahraga. Rambutnya acak-acakan, lepek, bermandikan keringat. Baju yang dikenakan pas badan olehnya bahkan sudah basah kuyup dan mencetak permukaan otot-otot tubuhnya dengan jelas.
"A- an.. anyyeong haseo Sunbaenim"
Sehun mengernyitkan kedua alisnya.
"Kau bilang apa barusan? Aku tidak dengar"
Jongin berdecak kecil. Sial! Dasar iblis. Kedua matanya menatap tak suka ke arah pemuda arogan itu. Sayangnya Sehun sama sekali tidak terpengaruh dengan death glare pemuda manis ini. Tatapannya tidak menakutkan sama sekali malah terlihat imut dan menggemaskan. Hampir saja wajah flat itu luntur. Seandainya di tempat ini hanya ada dia dan Jongin, mungkin sudah sejak tadi Sehun keluar dari sikap dinginnya dan out of character seperti kemarin-kemarin.
"Aku bilang", jeda sejenak bagi Jongin menarik napas panjang dan memaksakan senyuman kecil –yang lebih menyerupai ringisan sakit gigi-,"anyyeong haseo Sunbaenim!", Jongin sengaja menekankan kata sunbaenim dengan ekspresi wajahnya yang tertekuk kusut.
"Ya, selamat datang", kali ini si ibilis ini yang tersenyum coret menyeringai miring," Kim Jongin. Semoga kau nyaman ada di asrama ini"
Nyaman dari mananya! Inner Jongin berterak frustasi.
Gawat- gawat. Untuk sesaat tadi Jongin merasa Sehun benar-benar menjelma menjadi iblis. Penyataan selamat datang tadi lebih terdengar seperti kutukan.
Refleks, Jongin bergerak beringsut menyembunyikan dirinya di balik tubuh mungil Baekhyun. Tangan kanannya memegangi ujung piyama pemuda mungil di depannya ini. Sial, Sehun itu menakutkan sekali…
From: Oh Se-tan-Hun
Makan siang untukku. Rooftop. Barat Daya. Sekarang.
Jongin mengernyit dalam. Alisnya menukik dengan mata memicing tajam dan tak suka. Baru saja lonceng istirahat siang berdentang dan sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Rasa Lapar yang sedari tadi merajalela perutnya hilang tak berbekas ketika melihat id dan isi pesan tadi.
Oh Sehun..., Jongin menggeram dalam hati.
Sekedar pemberitahuan, istirahat makan siang yang berlaku di sekolah ini adalah selama 1 jam penuh. Kafetaria besar yang biasanya dituju oleh seluruh isi sekolah ini terletak di lantai 3 arah timur dan terbagi dalam 3 space yang diperuntukan bagi masing-masing angkatan. Sehun angkatan 3, itu berarti Jongin harus mengantri di space yang digunakan oleh angkatan 3, memilih dari sekian banyak menu sarapan siang untuk sang pangeran dingin, mengantarkannya ke rooftop barat daya, dan selesai itu baru mengambil bagiannya di space angkatan 1. Bayangkan! Itu semua harus ia lakukan kurang dari 1 jam mengingat bagaimana menggilanya antrian yang terbentuk ketika jam istirahat siang.
Sehun memalingkan pandangannya dari buku yang tengah ia baca ketika mendengar suara pintu baja yang terbanting kuat dengan tidak elitnya. Satu senyuman tipis tersungging apik di bibir tipisnya ketika melihat kemunculan pemuda manis yang sudah menarik atensinya beberapa hari belakangan ini. Yah, dia Jongin. Muncul dengan napas terengah dan beberapa bulir keringat yang mengalir turun dari keningnya yang tertutupi poni panjang rambutnya. Pemuda itu mendekat setelah berhasl menstabilkan deru napasnya untuk beberapa saat seraya menyodorkan 1 kotak makan siang berukuran sedang berwarna merah marun ke hadapan Sehun.
"Apa ini?", tanya Sehun dengan pandangan wajah tak enak. Matanya melirik kecil ke arah bento dan kemudian beralih menatapi wajah manis yang kini merenggut masam bercampur jengkel milik Kim Jongin.
"Makan siangmu sunbae! Jangan bilang kau lupa dengan isi pesan yang tadi kau kirimkan padaku"
Sehun menggelengkan kepalanya kecil,"Aku tidak lupa tapi- itu bukan makan siangku Kim Jongin!"
"Hah? Aku tidak mengerti", Jongin mulai bingung. Sebenarnya apa maksud perkataan Sehun tadi? Perasaan ia sudah melakukan semua yang dikatakan pemuda itu lewat pesan tadi. Memangnya ada yang salah dengan menu yang ia bawa ini?
"Kau alergi udang?"
Sehun menggeleng.
"Tidak suka sayuran?"
Lagi pemuda itu menggeleng.
"Nasinya terlalu banyak?"
"…."
"Lalu apa Oh Sehun?!", putus sudah urat kesabaran Jongin. Perutnya sudah meronta minta diisi. Belum lagi cuaca siang hari ini yang begitu terik dan untuk informasi, ia lelah berlari dari ujung ke ujung, menaiki puluhan anak tangga, berdiri di bawah teriknya sang surya, dan orang sinting yang ada dihadapannya ini masih diam tak menjawab pertanyaannya barusan.
Hatinya meradang seketika!
"Bukan begitu Jongin", Sehun menutup buku yang ada di tangannya. Ia mengubah posisi duduknya yang semula menyamping, menjadi tegak dan berhadapan dengan Jongin yang berdiri dengan wajah berkerut banyak.
"Aku bilang, makan siangku. Itu artinya menu makan siang khusus untukku. Kafetaria space angkatan 3 memiliki stok menu yang khusus untukku. Seharusnya kau bilang pada mereka, makan siang untuk Oh Sehun dan bukannya mengambil menu umum yang ada disana. Kau mengerti?", jelas Sehun panjang lebar. Pemuda itu mengucapkan satu per satu kata dengan tenang, Seolah tengah mengajari anak sekolah dasar mengenai penjumlahan dan pengurangan, menyampingkan guratan kesal yang tercetak indah di paras manis Jongin.
"Seharusnya kau menjelaskan itu semua tadi sebelum aku mengantri di sana!"
"Kau tidak bertanya. Bukan salahku jika kau melakukan kesalahan seperti hari ini. Seharusnya kau bertanya padaku. Minimal membalas pesanku meminta penjelasan lebih lanjut mengenai menu makan siangku dan bukannya mengartikan itu semua sesuai kemauanmu Kim Jongin", final. Sehun melipat kedua tangannya di depan dada, menatap angkuh, menyunggingkan seringai kemenangan karena berhasil membungkam mulut Jongin. Well- dia menang. Sehun pasti menang. Tidak ada yang boleh mengalahkan atau menyalahkannya atas hal apapun itu.
"Kenapa kau masih di sini? Lekas pergi dan bawa makan siangku ke sini lagi", Jongin diam tidak menyahut, namun gesture tubuhnya yang sudah berbalik memunggungi Sehun adalah jawaban atas perintah tadi,"Oh yah jangan lupa dengan dessert dan minumannya juga. Selamat berjuang, junior…"
SHIT! Dasar iblis!
"Aku lelah….", sahut Jongin lemas seraya menyeret tas selempangnya. Wajah pemuda manis itu kecut tak terkira. Tenaganya terkuras habis untuk satu hari ini. Sial sekali. Perutnya lapar karena tidak mendapat asupan makan siang yang memadai seperti biasanya dan itu semua karena si iblis terkutuk itu! Siapa lagi kalau bukan Sehun! Gesh- menyebut namanya saja sudah sukses menyulut emosi Jongin. Selama jam sekolah tadi, pemuda itu tidak henti-hentinya merepotkan Jongin dengan pesan singkatnya yang masuk silih berganti ke ponsel.
Mulai dari makan siang. Membelikan minuman isotonic untuk pemuda itu. Mengembalikan buku pinjaman ke perpustakaan. Membantu Sehun lebih tepatnya disuruh membantu mengangkat berkas-berkas penting dari ruang guru ke ruang direktur sekolah.
Aktivitas fisik sebanyak itu ditambah tekanan psikologi karena kehadiran Sehun. Yah Tuhan, Jongin tersiksa. Sungguh. Ini tidak ada apa-apanya dibandingkan orientasi yang diberikan Baekhyun.
Baru saja Jongin melempar dirinya ke atas ranjang seraya memeluk boneka beruang berwarna kuning madu hadiah ulang tahun dari kakak perempuannya, ponsel bercashing putih itu bergetar hebat, menarik kantuk yang hampir membuainya dalam alam mimpi.
'Kau sedang apa?'
Bibir penuh itu menggerucut. Satu pesan datang lagi dari Oh Sehun dan kebetulan sekali pemuda ini tidak memerintahkannya melakukan sesuatu. Meski sebenarnya ia enggan mengubris pesan itu, pada akhirnya jari jemarinya bergerak lincah dengan sendirinya di atas layar, merangkai huruf demi huruf dan terakhir menekan tombol kirim untuk pemuda pale di seberang sana.
'Tidur. Ada apa?'
(Sehun tersenyum. Novel terjemahan detektif yang tengah ia tekuni sepulang dari sekolah tadi sukses diacuhkan karena balasan dari Jongin.)
'Jangan tidur!'
Hull- siapa dia sampai-sampai berani menyuruhku jangan tidur? Aku mengantuk dan lelah lahir batin karena kau sialan!
Belum sampai 5 detik, masuk pesan kedua dari Sehun…
'Aku bosan'
Kedua alis Jongin menukik ke bawah. Bingung dengan balasan pesan Sehun barusan.
'Lalu? Apa urusannya denganku?'
'Tentu saja ada urusannya denganmu. Temani aku cari udara di luar'
Decisan kecil keluar pertama kali sejak ia selesai membaca balasan pesan berisi perintah seperti biasanya. Gezz, ini hampir jam 11 malam… gumam Jongin setengah keki
'Tidak! Aku lelah. Mengantuk. Mau tidur'
'Kau membantahku Kim Jongin?'
Kali ini Jongin membutuhkan jeda waktu yang sedikit lama membalas pertanyaan Sehun barusan. Dia menimbang benar-benar kalimat yang akan ia kirimkan ke pemuda itu. Menilik dari pertanyaan terakhir tadi, sepertinya mood Sehun sukses hancur karena penolakan Jongin.
Gawat.
'Bukan begitu sunbae. Aku benar-benar mengantuk. Hari ini kau berhasil membuat seluruh tenagaku habis begitu saja. Dan sebelum pesanmu masuk tadi aku memang sudah bersiap-siap tidur. Jadi tolong- bisakah aku beristirahat saja? '
Masih belum ada balasan dari Sehun. Jongin sudah ketar-ketir mengira-ngira balasan dari pemuda iblis di sana.
Masih tetap tidak ada balasan.
Keringat dingin mulai membanjiri tubuh Jongin. Tangannya meremas ponsel dengan gelisah dan kali ini ia bahkan menatap ngotot berharap ada pesan masuk sekarang. Sayangnya ponsel itu masih diam. Tetap bergeming.
Sial! Gelisahnya semakin menjadi-jadi. Kali ini Jongin sudah mondar-mandir berkeliling kamarnya. Menggigit ujung ponselnya, menerka-nerka apa mungkin pemuda iblis itu marah padanya? Gawat kuadrat! Sudah cukup. Ia capek menerka. Karena itu tanpa menunggu lebih lama lagi, Jongin langsung mengetikkan beberapa kalimat dan mengirimnya seraya berdoa semoga pemuda itu sudi membalas pesannya. Tidak berupa satu rangkaian kalimat juga bukan masalah besar baginya. Paling tidak Jongin tahu kalau Sehun membaca dan memiliki niat memberikan balasan pesan untuknya.
1 menit…. 5 menit… 15 menit berlalu dari pesan terakhir…
Rasa kantuk pemuda manis itu menguap sempurna. Satu-satunya hal yang menganggu isi benak dan hatinya saat ini adalah Sehun. Yah- Oh Sehun. Pemuda yang tinggal di salah satu kamar di lantai 3 yang tidak kunjung membalas pesannya juga.
Cemas, Jongin akhirnya memberanikan diri menelpon. Sambungannya masuk dan terdengar beberapa kali bunyi beep.. sampai-
Nomor yang anda tuju-
Ctek!
Urat kepalanya mulai berdenyut kecil. Dipandanginya layar ponsel yang masih menyala diikuti suara operator. Sialan.
Apa-apaan ini?!
Selang 3 detik kemudian barulah ponselnya bergetar kembali. Dengan kecepatan yang menyaingi kecepatan cahaya, Jongin langsung membuka dan membaca pesan yang masuk-
From: Baekhyunnie
'CEPAT TIDUR KIM JONGIN! SEKALI LAGI KUDENGAR KAU BUAT RIBUT SELARUT INI, KAU TIDUR DI LUAR! MENGERTI?!'
Manik mata Jongin membulat lebar. Ketikan lengkap, ditambah capslock jebol dari Baekhyun menohok langsung jantungnya. Sialan. Dipikirnya dari Sehun ternyata dari si mungil.
Tangannya kemudian bergerak, membalas pesan Baekhyun sembari mengomel dalam hati, bagaimana bisa tidur kalau sekarang yang bergentayangan di dalam otaknya adalah pemuda tegaan itu?!
'Aku tidak bisa tidur Baek. T.T. Kantukku lenyap tak bersisa…'
Mewek, Jongin duduk pundung di atas lantai sambil berharap masih ada harapan baginya kalau-kalau Sehun berbaik hati membalas pesannya.
'Bukannya tadi kau bilang lelah dan ingin cepat-cepat tidur? Kenapa tiba-tiba tidak bisa tidur?'
Pesan balasan dari Baekhyun. Untuk kali ini pesannya normal. Bukan terdiri dari kalimat panjang penuh ancaman dan dicapslock semua.
Kedua jempol Jongin masih mengambang di udara. Sebenarnya apa yang harus ia balas? Mengatakan kalau rasa kantuknya lenyap dan tergantikan dengan perasaan cemas menunggu balasan dari orang yang menjadi target orientasinya kemarin? Hull- itu namanya penyerahan diri total pada Baekhyun yang mulutnya 11-12 dengan genteng bocor. Lagipula dia tidak ingin membuat masalah berarti selama ia berada di asrama. Apalagi masalah yang berkaitan dengan Sehun. Kekejaman para fans fanatik dari pemuda pale itu saja masih menjadi momok mengerikan bagi Jongin.
'Tidak. Tidak apa-apa. Aku tidak akan ribut lagi. Maaf'
Jongin mendesah panjang. Satu masalah selesai. Dia yakin benar sehabis pesannya tadi, Baekhyun tidak mungkin akan membalasnya lagi. Pemuda cantik itu pasti akan langsung memejamkan mata dan melalangbuana mengarungi alam mimpinya. Sedangkan Jongin? Ia masih terbebani dengan satu hal lagi. Sialnya lagi hal itu berkaitan dengan iblis tampan bernama Sehun.
Dia masih belum membalas pesan dari Jongin.
Apa orang itu sudah tidur?
Gigit.. gigit bantal. Jongin benar-benar gelisah. Posisinya sejak tadi berubah-ubah terus. Guling kanan guling kiri kemudian memandangi ke layar ponsel. Gigit bantal, gigit ponsel, lalu memeluk bonekanya erat.
"Dasar menyebalkan! Setidaknya balas pesanku! Bukannya kau tadi yang mengirimkan pesan duluan padaku!", omel Jongin dalam hati.
Drrt drrt drrt
Jongin hampir terjungkal jatuh dari posisi berbaringnya saat ini ketika ponsel yang ia letakkan di keningnya bergetar monoton. Pemuda itu cepat-cepat menggeser layar ponsel, dan membaca satu pesan yang masuk.
'Tidurlah. Kau berisik sekali sih. Bukannya tadi kau bilang ingin tidur?'
Satu kerutan kecil tercipta di pertengahan alis Jongin. Dia menatap heran setelah membaca pesan dari Sehun beberapa detik lalu. Aku berisik? Kenapa dia bisa tahu?
Tiba-tiba satu pesan lagi masuk ke ponselnya.
'Buka pintumu. Aku ada di depan'
Jongin sontak melompat turun dari ranjangnya. Boneka beruang kesayangannya masih didekap erat di depan dada, dan sebelah tangannya memegang ponsel. Jongin terkejut mendapati penampakan Sehun di depan pintu kamarnya. Laki-laki itu mengenakan baju kaos putih yang dibalut jaket berhoodie warna abu-abu dan celana training hitam.
"Untukmu. Setelah ini langsung tidur! Jangan berisik lagi. Kau mengerti?!"
Jongin masih tertegun di ambang pintu. Manik matanya menatap punggung tegap Sehun yang telah berlalu dan menghilang di ujung tangga. Atensinya teralihkan lagi ke tangannya sendiri.
Ingin tahu apa yang diberikan Sehun?
Satu cangkir cokelat panas.
Dan satu senyuman manis Jongin tercipta karenanya….
Seharusnya Jongin tahu kalau pemuda yang kemarin malam berbaik hati memberikannya secangkir cokelat panas masihlah pemuda menyebalkan bernama Oh Sehun. Laki-laki itu masih arogan dan angkuh. Belum lagi mulut tajamnya yang sekali angkat bicara mampu melukai dan mengobrak-abrik pikiran serta perasaan orang lain. Dan kali ini benarkan? Lagi-lagi Jongin melihat Sehun sama seperti pertama kali mereka bertemu.
"Tidak sudi"
Perempuan di hadapan Sehun sudah meremas ujung roknya. Jika dilihat baik-baik tangan ringkih yang menggantung di sisi tubuhnya nampak gemetar hebat. Intimidasi yang menguar dari tubuh Sehun memang bukan main-main. Bahkan dengan dua kata tadi, nyali perempuan yang tadi berniat mengajak Sehun kencan berdua di akhir pekan ini langsung menumpul seketika.
"Tapi sun-"
TAP
Sehun sudah melangkah pergi. Menulikan kedua telinganya dari apapun perkataan yang perempuan itu hendak ucapkan. Ia tidak peduli. Sungguh-sungguh tidak peduli. Memikirkan efek dari kata-katanya barusan saja tidak pernah terbersit di benaknya. Karena itu ia terus memacu langkah, mengabaikan isak tangis perempuan di belakang sana yang mulai terdengar. Bibirnya mendecih pelan.
"Menyebalkan!"
"Kali ini apa lagi sunbae?"
Sehun menyingkirkan lengan yang menutupi matanya begitu mendengar suara Jongin. Pemuda itu bangkit dari posisi berbaringnya, menepuk tempat yang kosong di sisi kanan tubuhnya, menyuruh Jongin duduk di sampingnya. Meski perintah tadi tidak diucapkan lewat verbal, dan justru melalui gesture tubuh, Jongin tetap menurut.
Berterimakasihlah pada jam kosong untuk kelasnya hari ini, sehingga ia tidak perlu membolos dari pelajaran demi menghampiri Sehun yang ada di barat daya gedung.
"Apa yang kau lakukan kalau suasana hatimu sedang tidak enak?"
Jongin menelengkan kepalanya ke arah Sehun,"Tidur?", jawabnya ragu setelah berpikir sejenak.
"Tidur? Hanya tidur?"
"Hem- tidak juga. Tergantung. Sunbae kenapa?"
"Suasana hatiku sedang berantakan", sahut pemuda itu sedikit emosional. Benarkan? Sehun selalu lepas kendali kalau bersama Jongin. Entah itu lewat ekspresi ataupun ucapannya. Sehun yang kelewat datar dan susah diajak bicara menjadi sosok yang berbeda jika dihadapkan pada Jongin. Laki-laki itu lebih sering berganti ekspresi. Lebih sering bicara dan jarang membisu. Meski terkadang ucapan tajamnya ikut terlontar keluar.
"Gara-gara gadis tadi?"
Giliran Sehun menjatuhkan atensi penuh pada Jongin. Matanya menyiratkan pertanyaan non verbal seperti apa-maksudmu?-Apa-kau-melihatnya?
Ajaibnya Jongin memahami pertanyaan itu.
Dia mengangguk sekali sebelum membuka suara,"Kata-katamu itu sunbae. Tolong perbaiki", Jongin bukannya sok mengatur. Dia pun bukannya mengajari. Dia hanya bermaksud baik, meminta Sehun untuk setidaknya mengubah redaksi kalimatnya yang ditujukan pada kaum hawa dan tidak melulu mengucapkan kata-kata tajam yang melukai perasaan. Hey- sebagian besar perempuan di dunia lebih menggunakan perasaan dan kepekaan mereka jauh lebih tinggi daripada kaum adam. Mungkin bagi Sehun, perkataannya bukanlah apa-apa namun jika ditilik dari sudut pandang perempuan, efek dari kata-kata Sehun tadi lebih dari mampu membuat mereka terluka.
"Kau-"
"Jangan marah dulu sunbae. Aku hanya-"
Tanpa diduga, Sehun tiba-tiba bangkit dari posisinya. Matanya memandang Jongin yang masih terduduk diam di lantai.
"Jangan pernah mendikteku Kim Jongin. Kuingatkan lagi- jangan pernah!"
Dan-
BLAM!
Pintu baja sebagai satu-satunya akses keluar masuk rooftop tertutup sempurna dan berhasil menghalangi pandangan Jongin terhadap sosok Sehun yang meninggalkannya dengan ekspresi beku di wajah datarnya.
"Kenapa semua senior merapat di ruangan berkumpul angkatan 1?", Baekhyun yang baru saja selesai mengikuti kegiatan eskul kendonya, sontak menarik Jongdae yang kebetulan berdiri di ambang pintu dan langsung menanyainya.
"Entahlah. Kenapa tidak kau tanyakan saja pada wakil angkatan? Tuh Chanyeol sunbae. Dia terlihat seperti anak tersesat yang kehilangan ibunya jika berjongkok sambil memeluk bantal guling seperti itu"
Baekhyun menjatuhkan pandangan matanya ke titik yang ditunjukkan oleh Jongdae. Benar juga. Ringisan kecil keluar dari bibir merah Baekhyun sebelum akhirnya ia beranjak mendekati Chanyeol dan menarik lengan pemuda itu. Menyeretnya ke teras depan asrama sebelum melemparkan pertanyaan yang mengusiknya sejak tadi.
"Kenapa semua senior berkumpul di ruangan kami? Apa ada masalah?", tanya Baekhyun baik-baik.
"Itu-", Chanyeol menggaruk kepalanya, sedikit terlihat frustasi,"kami semua mengungsi kesini karena-", kali ini pria bertelinga mirip peri itu memajukan tubuhnya sedikit ke arah Baekhyun, dan berbisik setelah menoleh ke kanan-kiri,"Sehun mengamuk dan kami ketakutan"
"Hah?!"
Terhitung sejak Sehun meninggalkannya seorang diri di rooftop sampai detik ini dimana jam wekernya menunjukkan pukul 09.00, tidak ada satu pun pesan atau telepon yang masuk ke ponselnya. Terhitung sejak itu pula Jongin tidak henti memandangi layar ponsel, menunggu dan berharap kemunculan pesan-pesan dari Sehun.
Tsk. Sejak kapan dia jadi seperti ini? Seperti tidak ada kerjaan lain saja. Jongin mengumpati dirinya sebelum bergegas membuka salah satu satu buku cetak yang ada di mejanya. Sayang sekali, ujung matanya selalu melirik dengan atensi penuh pada benda mati yang teronggok di atas ranjangnya. Ya- ke ponselnya. Masih menunggu meski mati-matian menyangkal.
'Sunbae, apa kau marah?'
'Sehun sunbae, kau benar-benar marah yah?'
'Apa ada yang kau ingin aku lakukan hari ini?'
'Sunbae?'
'Sunbae kau sudah tidur?'
'Sunbae, aku minta maaf…'
'Aku sungguh-sungguh minta maaf'
'Maafkan aku sunbae…'
Jongin berdecak. Kakinya terus mengayun, melangkah mondar-mandir, menunggu respon dari pesan yang ia kirimkan setiap 2 menit sekali. Benar-benar dejavu. Hal yang kemarin sudah terjadi kini terulang lagi malam ini. Dan semuanya bermula karena salahnya sendiri.
'Sunbae, tolong balas pesanku….'
Satu lagi pesan ia kirimkan sebelum membaringkan tubuhnya ke ranjang. Tubuhnya penat tetapi otaknya jauh lebih lelah. Rasa-rasanya semenjak ia masuk ke asrama ini, hidupnya menjadi tidak membosankan lagi. Selalu saja ada hal baru yang berhasil mengacaukan ketenangannya. Dimulai dari orientasi menyebalkan itu, tingkah laku teman asramanya terutama keabsurdan ketua angkatannya, dan sosok pemuda titisan iblis yang menjadi target orientasinya kemarin… Oh Sehun.
Entah Jongin harus bersyukur atau justru merasa terbebani. Dia sendiri pun tak tahu. Namun satu yang ia pahami, hidupnya semakin berwarna. Yah- hidup di asrama tidak semengerikan dugaannya.
Jongin hampir sepenuhnya tenggelam dalam lamunannya jika saja ponselnya tidak bergetar hebat di genggamannya. Terkejut sudah pasti. Id dan pesan yang baru saja mampir ke ponselnya membuat Jongin spontan meloncat kesenangan.
'Buat dan antarkan secangkir cokelat panas ke kamarku. Sekarang!'
'Aku di depan kamarmu…'
Sehun meletakkan kembali ponselnya ke atas meja, sebelum beranjak membuka pintu untuk Jongin. Manik matanya menatap datar pemuda di hadapannya ini sebelum pandangannya turun ke bawah, dan menatap secangkir cokelat panas pesanannya dan sepiring tiramisu?
"Untuk apa tiramisunya?", Sehun akhirnya buka suara. Tidak betah juga ia membungkam mulutnya lama-lama di depan Jongin.
"Untuk sunbae", sahutnya ringan dan jangan lupakan senyum simpul manis yang tertata cantik di bibirnya. Sehun langsung mengerjapkan matanya, takut salah fokus dan menjadi boomerang baginya. Ia menyingkirkan tubuhnya, memberikan akses bagi Jongin masuk lebih leluasa ke dalam kamarnya.
"Apa yang sedang sunbae lakukan sebelum aku datang?", tanya Jongin seraya meletakkan minuman dan makanan yang dibawanya ke atas meja.
"Mencoba tidur"
"Tidur?", beo Jongin.
"Yah aku mencoba tidur. Bukannya tadi di sekolah kau bilang kau selalu tidur disaat suasana hatimu sedang tidak enak? Makanya aku mencoba saranmu tadi"
Jongin mengangguk samar. Ia nampak berkeliling, memandangi tiap detail kamar asrama Sehun. Rapi. Yah- untuk ukuran laki-laki, kamar Sehun ini terbilang sangat rapi dan nyaman. Kamar ini penuh dengan aroma Sehun yang maskulin. Berbeda sekali dengan kamarnya yang lebih beraroma lavender karena Jongin sendiri lebih menyukai aroma itu.
"Berhasil?", tanyanya lagi setelah ia kembali berhadapan dengan Sehun.
"Tidak"
Jongin nampak berpikir keras. Kedua aslinya menyatu dan matanya menghujam langsung manik mata Sehun. Hey- tidak pernah ada orang yang berani berlama-lama beradu pandang dengan Sehun. Kalau tidak mimisan karena tampan rupawan laki-laki itu yah paling tidak karena Sehun yang sudah mencaci makinya lebih dahulu.
"Kau memikirkan sesuatu?"
"Hm"
Sehun tersenyum. Pemandangan wajah manis Jongin yang tengah berpikir keras dan menjatuhkan fokus total pada dirinya tidak boleh disia-siakan. Ia menikmati bagaimana ekspresi Jongin saat ini. Dari jarak seperti ini, dari posisi seperti ini, Sehun bisa melihat jelas kedua bola mata Jongin yang memantulkan dirinya sebagai satu-satunya objek penglihatannya.
Ia bangga?
Tentu saja.
Ia sungguh puas.
"Kemarin saat aku meminum cokelat yang Sunbae buatkan, aku bisa tidur dengan pulas. Jadi mungkin-", Jongin menggeser matanya, memandang ke arah cangkir yang masih mengepulkan uap panas dan kembali berpindah ke Sehun,"coba minum cokelat yang kubuat sunbae. Mungkin dengan begitu suasana hati sunbae bisa membaik dan sunbae bisa tidur"
Jangan lupakan satu lagi senyuman.
"Baiklah", jawab Sehun singkat seraya mengambil cangkir itu dari tangan Jongin.
'Berhasil?'
(Jongin harap-harap cemas menunggu balasan dari Sehun. Boneka beruang miliknya didekap lebih erat. Senyumnya tidak juga luntur sejak Sehun akhirnya berhenti mendiamkannya)
'Ya. Lebih membaik'
(Senyum itu semakin melebar. Gawat! Padahal hanya 3 kata pendek dari Sehun, tapi dampak yang Jongin rasakan lebih dari itu. Bisa ia rasakan wajahnya yang menghangat- entah karena apa. Otot-otot wajahnya tertarik sempurna, menarik lebih lebar senyumnya, dan jangan lupakan rasa senang berlebihan yang membuat kerja jantungnya jadi lebih menggila)
'Kalau begitu tidurlah sunbae"
Sehun memandang teks terakhir yang Jongin kirimkan untuknya. Sorot matanya meneduh, menatap dengan lembut, sebelum mengetikkan balasan, dan meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas.
Kau juga Jongin. Tidurlah dan mimpi indah.
Ps: Terima kasih
END
Appaaaa ini? Naeul gigit jaket gegara bayangin scene Sehun bawain Jongin cokelat panas. Astaga…. Mana Chae eonne?* bawa golok, minta sekuel lagi… setuju gak?*dirajam eonnie..
Pertanyaan: … oh yah apa menurut kalian HunKai udah saling suka?
Lavender. Cokelat panas. Tiramisu. Tidak suka didikte. Pas Naeul baca kata-kata itu pikiran Naeul langsung tertuju pada eonnie. Hahahah khas eonnie banget. Kesukaannya muncul semua di one-shoot ini.
Oke abaikan.
A/N (dari Chae eonnie) : One-shoot ini kelanjutan dari one-shoot Give Me Your Number, Please. Jika belum baca itu, dimohon membacanya terlebih dahulu. Rencananya akan dibuat sekuelnya. Dengan tiap sekuel hanya berupa one-shoot dan judul yang berbeda. Seperti kali ini, judulnya Welcome. Jika readers berminat dan responnya bagus, akan ada lanjutan one-shootnya dengan judul berbeda. Namun jika tidak juga tidak apa-apa.
Bagaimana?
Oke sip, minna
Tanpa banyak bacot, Read n Review yah…
Ganbatte ne^^
