Touches of Magic : A Witch's Love
Author : keyv88
Cast : Kyuhyun, Ryeowook, Heechul, Hangeng, Sungmin, Eunhyuk, Siwon, Donghae, Suju Members, Jessica(SNSD), more to come~
Pairings: KyuWook (main), SiWook, Hyukhae, WonSica
Summary: Ryeowook adalah remaja biasa yang memiliki kekuatan sihir dari lahir dan baru saja menyadarinya di umurnya yang ke 14. Sedangkan Kyuhyun adalah manusia biasa, mereka bilang seorang penyihir tidak akan pernah bisa bersatu dan tidak boleh mencintai manusia. Tapi bagaimana bila takdir memutuskan untuk mempertemukan mereka, Seberapa kuatkah cinta mereka? Dapatkah seorang penyihir berakhir bahagia dengan manusia biasa?
Warnings: BL(BOYS LOVE), typo, GJ
Disclaimer: Semua cast milik mereka masing2 XD
-88-
Hujan lebat turun malam itu, dimana jalanan sudah sangat sepi di kota Incheon, Korea. Orang-orang yang tinggal di kota itu kebanyakan sudah tertidur, beberapa terjaga, melakukan aktivitas masing-masing di dalam rumah. Tapi tidak dengan seorang wanita yang membawa keranjang bayi, berjalan menerobos hujan dengan langkah cepat di trotoar. Wanita itu berhenti di depan suatu rumah sederhana dengan pagar yang tidak terlalu tinggi, terlihat halaman depan rumahnya yang rapih, dengan taman yang asri. Wanita itu terdiam sebentar di depan rumah bertingkat dua itu. Ia tersenyum sesaat dan membuka penutup keranjang bayi, menampakkan seorang bayi mungil yang sangat lucu, bisa diperkirakan umurnya belum mencapai 1 tahun, rambut pendeknya terlihat sangat halus dan pipinya gendut. Sedang tertidur pulas, tidak mempedulikan dunia di sekitarnya. Senyum di mulut wanita itu bukanlah senyum bahagia, melainkan senyum kesedihan dan penyesalan. Wanita itu perlahan mendekatkan wajahnya pada bayi yang ada di dalam keranjang itu dan mengecup pipi chubby bayi itu. Jemari lentiknya mengelus pipi itu perlahan
"Ryeowookie, maaf umma tidak bisa merawatmu dan membesarkanmu, tapi umma janji umma akan selalu mengawasimu dari jauh sayangku." Tetes demi tetes air mata membasahi mata caramel hangatnya sampai pada pipinya. Wanita itu meletakkan keranjang bayi tepat di depan pagar rumah sederhana namun terlihat sangat nyaman itu. Ia berjalan menjauh dari rumah itu sebelum akhirnya mengingat sesuatu.
"Ah iya! Bagaimana bisa lupa!" Perlahan tangan wanita itu terangkat dan mulutnya berkomat kamit, mengucapkan mantra. Cahaya putih terpancar dari tangannya yang mungil sebelum akhirnya sampai pada keranjang bayi itu. Ternyata mantra itu ditujukan pada bayinya. Dan mantra itu juga menyebabkan keranjang bayi beserta isinya itu tetap kering di tengah guyuran hujan malam itu. Wanita itu tersenyum lega dan akhirnya benar-benar berjalan menjauh dari rumah dan keranjang bayi itu.
Tidak lama setelah wanita itu meninggalkan anaknya di depan rumah itu, bayi yang merasa kehilangan sosok ibunya bangun dan menangis dengan lantangnya. Mengagetkan orang yang sedang berada di dalam rumah itu.
Gadis kecil berumur 3 tahun yang sedang menonton TV itu mendengarnya, kaget dan segera menghampiri ummanya di ruang makan, berbincang-bincang dengan appanya.
"Umma! Ada orang yang menangis di depan rumah!" Raut takut terlihat di wajah cantik gadis kecil itu
"Ah yang benar Sica? Mungkin itu anak tetangga kita.." Heechul, umma dari gadis yang bernama Jessica itu berkata, tidak percaya.
"Benar umma! Aku mendengarnya sendiri, dan aku yakin suaranya dari depan rumah!" Jessica menjelaskan dengan muka serius, membuat umma dan appanya sedikit menahan tawa.
"Biar aku periksa chagi, kalian tunggu di sini saja." Kepala keluarga rumah itu, Hangeng berdiri dan berjalan menuju pintu keluar. Meskipun ia tidak percaya ada orang yang menangis malam-malam di tengah hujan menangis di depan rumah mereka. Ia hanya berniat untuk menenangkan Jessica, yang memang anaknya sedikit paranoid. Setelah ia membuka pintu, betapa terkejutnya dia bahwa memang benar ada yang menangis di depan rumah mereka, bayi yang berada di keranjang yang dilihatnya itu rupanya sedang menangis. Dia masuk kembali ke dalam rumah dan mengambil kunci pagar serta payung dan berjalan kembali keluar untuk mengambil keranjang bayi itu masuk, khawatir bayi itu sakit di tengah hujan lebat, dan rasa kagetnya bertambah setelah menyadari keranjang maupun bayi yang di dalamnya kering, tidak ada setetespun air hujan yang membasahi. Tidak mau berpikir panjang ia membawa keranjang itu masuk.
"Chagi! Sica! Lihat, ternyata memang benar, ada bayi yang menangis di depan rumah kita!" Hangeng sedikit berteriak dan berjalan kembali ke ruang makan, meletakkan keranjang itu di meja makan.
"Apa?! Jadi ada orang yang tega membuang anaknya di depan rumah kita?" Heechul kaget dan tidak habis pikir bagaimana bisa orang tua membuang anaknya sendiri.
"Sepertinya begitu Chullie.. Apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita menitipkan anak ini di panti asuhan?"
"Ak-" Heechul hendak menyetujui perkataan suaminya namun disela oleh anaknya.
"Aigoo! lucunya bayi mungil ini... Tidak bisakah bayi lucu ini menjadi dongsaengku saja appa, umma?" Jessica menatap orang tuanya penuh harap. Mereka berdua terdiam, Heechul berpikir 'Aih.. Memiliki satu anak saja sudah repot.. Bagaimana kalau dua.. Tapi kasihan juga bayi ini jika harus ditinggalkan di panti asuhan..' Benar, Heechul dan Hangeng memang tidak memiliki rencana untuk memiliki anak lagi, sehingga mereka selalu memakai alat kontrasepsi saat berhubungan. Dan dihadapkan dengan keadaan seperti ini membuat mereka bingung, mereka benar-benar tidak mau membuat anaknya kecewa, tapi memiliki anak lagi akan sangat merepotkan bagi mereka.
"Bagaimana umma, appa?" Jessica merapatkan kedua tanganya di depan dada dan memasang wajah memelas.
"Sica, sayang.. Kamu kan tahu sendiri appa dan ummamu ini sangat sibuk, dan pasti akan sulit untuk mengurus bayi.." Hangeng angkat bicara
"Tapi appa! Kasihan sekali bila bayi selucu dia dititipkan si panti asuhan.. Pasti dia akan sangat sedih sekali.. Sica janji Sica akan membantu mengurus baby!" Jessica mulai mempoutkan bibirnya.
"Aishh.. Umma juga berpikir begitu.. Chagi.. Tidak bisakah kita mengadopsi anak ini? Lagian Jessica pasti juga kesepian bermain sendirian." Heechul ikut beraksi dan menggaet lengan kanan Hangeng dengan manja. Hangeng menghembuskan napas berat dan akhirnya menyerah pada anak dan istrinya
"Baiklah.. Kita bisa mengadopsi dia.."
"Waaah! Akhirnya aku memiliki anak lagi.. Aku janji aku akan mengurusnya dengan baik chagi.. Aku akan keluar dari pekerjaanku besok.." Heechul terkikik dan mengangkat bayi mungil dari keranjangnya dan menemukan kertas bertuliskan sebuah nama di dalamnya.
"Ryeowook? Mungkinkan ini nama dari bayi ini?" Heechul bertanya pada suaminya
"Sepertinya begitu chagi.. Mulai hari ini namanya Tan Ryeowook!" Hangeng berkata dan mulai menunjukkan rasa senangnya memiliki seorang anak lagi. Sebenarnya dia juga sangat menginginkan seorang anak lagi, anak laki-laki, tapi ia khawatir tidak bisa membesarkanya dengan baik dengan dirinya dan Heechul yang bekerja, namun mendengar istrinya rela keluar dari pekerjaanya, Hangeng sudah tidak khawatir lagi.
"Umma dongsaengku namja atau yeoja?" Jessica bertanya pada ummanya yang sedang menggendong baby Ryeowook.
"Oh iya bagaimana aku bisa lupa! Biar aku lihat!" Hangeng yang tidak ikut ditanya menjawab dan perlahan melepaskan kain yang menutupi bayi di tangan Heechul.
Dan betapa senangnya dia menemukan bahwa anaknya ternyata berjenis kelamin pria.
"Ohh! Dongsaengmu namja Sica! Jaga dia dengan baik ne?"
"Waaah benarkah!? Aku janji aku akan menjaganya dengan baik dan mengajaknya bermain appa!" Jessica memandangi bayi mungil yang sekarang memandanginya dan mengecup pipinya perlahan, dan bayi itu terkikik geli. Heechul dan Hangeng tertawa lepas. Merasakan bahwa keluarga mereka benar-benar lengkap sekarang.
-88-
Di tempat lain, wanita yang tadi meninggalkan anaknya di rumah keluarga Tan itu memasuki ruang tamu yang berisi 5 orang lainya yang baru saja menghentikan pembicaraan mereka.
"Chagi!" Ujar seorang pria bertampang imut yang kemudian berdiri dari sofa
"Bagaimana Victoria? Apakah kau sudah menitipkan bayimu itu pada orang lain?" Seorang pria berambut merah berkata tanpa menyambut Victoria yang baru saja memasuki rumah. Pria imut tadi menatap tajam padanya dan mengejar Victoria yang berjalan menjauh.
"Sudah." Victoria berkata singkat dan berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar ia merebahkan diri di ranjang dan menangis. 'Kenapa harus anakku?! Kenapa aku harus memiliki kekuatan ini? Dari dulu aku selalu menginginkan jadi manusia biasa dan memiliki keluarga yang bahagia!' Pikirnya.
Tidak lama kemudian ada seorang pria yang memasuki kamar
.
"Chagi.. Kau tudak boleh bersedih.. Kau tau ini adalah jalannya.. Kita harus memenuhi ramalan itu agar ras penyihir masih bisa bertahan dan bisa diterima hidup berdampingan dengan manusia. Suatu hari nanti kita juga akan bisa bersama denganya.." Suami Victoria, Nichkhun mencoba menenangkanya dan membawa Victoria yang menangis tak terkendali itu dalam pelukannya.
"Aku tau itu... Tapi! Tidak bisakah kita bahagia dan memiliki anak seperti keluarga lainya?" Victoria mengangkat kepalanya untuk memandang wajah suaminya yang juga sedang bersedih.
"Kita masih bisa mengawasi anak kita dari jauh.. Dan kita masih bisa menjaganya meskipun dari kejauhan.." Nichkhun perlahan mengelus kepala Victoria dan mengecup puncak kepalanya.
Takdir memang kadang tidak adil, di dunia ini, definisi dari kata adil sangat jarang ditemukan. Disaat manusia berharap memiliki kekuatan sihir untuk mempermudah hidupnya dan mendapat kebahagiaan, keluarga penyihir ini justru menginginkan hidup normal layaknya manusia biasa. Tapi apa boleh buat, bahkan penyihirpun tidak bisa melawan jika takdir berkata lain.
ToBeContinued
Fiuhhh akhirnya... prolognya udauh up ^^ moga ada yang tertarik XD, hao? Lanjutkah ini? Apa ceritanya GJ n gak menarik x_x review yaaaa! . buat support n semangat autor ~~~ hehehe kalo bingung tanya aja via review kalo bs autor jawab :P
