Ice and Chocolate

Disc: Masashi Kishimoto

Pair: SasuNaru or NaruSasu

Rat: T

Warn: Yaoi, Miss Typo, and OOC.


Jari-jari menggenggam pena yang berlapis emas dengan tinta yang berwarna hitam. Naruto Uzumaki seorang pekerja keras yang selalu memandang dunia ini adalah kehidupan yang keras dan hanya dipenuhi oleh kekerasan, sehingga dirinya selalu berusaha melindungi dirinya dengan cara menutup hatinya dan selalu berpikiran rasional. Meskipun hal tersebut terkadang membuat takut dan susah orang-orang di sekelilingnya, Naruto tidak pernah peduli dengan hal tersebut.

Sebuah foto yang terletak di depannya membuat pikirannya teralihkan. Mata biru yang dahulu bersinar dan mempunyai kehidupan kini tampak berubah menjadi kelam dan tidak ada hasrat sama sekali. Sedangkan rambutnya yang berwarna kekuningan tampak cocok dengan kulitnya yang berwarna tan, sedangkan bibirnya yang berwarna kepingan dan lembab, tampak tidak ada senyum sedikit pun.

Setelah foto tersebut diletakkan pada tempatnya, Naruto mengambil botol di depannya dan mengisikan sebuah gelas dengan cairan yang berasal botol tersebut. Setelah gelas tersebut cukup penuh dengan air putih, Naruto hanya memandang gelas tersebut.

"Apakah kau mendengarkan aku, Naruto?"

Iruka yang merupakan asisten Naruto menatap Naruto dengan tajam. Meskipun Naruto adalah orang yang susah diatur, tetapi Naruto tidak pernah sama sekali membantah Iruka. Hal ini dikarenakan, semenjak orang tuanya meninggal, Naruto hanya diasuh oleh Iruka, Jiraiya, dan Tsunade.

"Aku mendengarkan Iruka..," kata Naruto dengan nada malas-sama sekali tidak tertarik dengan topik yang sedang dibahas oleh Iruka.

"Sejujurnya Naruto, jika ini bukan karena ulang tahun anak pemilik perusahaan kita, aku tidak akan pernah memerintahkanmu untuk datang..," Iruka berdiri tepat di depan Naruto, dan mengambil gelas yang berada di tangan Naruto.

"Kau tidak akan pernah tahu, bukan? Kalau aku tidak pernah peduli dengan hari kelahiran, bahkan kematian orang-orang di dunia ini." Mata Naruto berkilat tajam karena marah. Biasanya Naruto akan segera mengusir orang yang akan membuatnya marah, tetapi karena Iruka adalah orang yang dihormatinya tentu saja Naruto berusaha meredamkan emosinya.

Sambil menghela napas, Iruka mendekati Naruto, "datang Naruto, atau kau akan menyesal telah membatah ketiga pengasuhmu."

"Lalu untuk apa aku datang ke ajang pamer kekayaan? Keluarga-keluarga seperti mereka hanya bisa menghabiskan uang yang telah dikumpulkan oleh keluarga mereka."

Iruka terkesiap. benar-benar terkejut. Pria muda di depannya benar-benar keras kepala, bukannya merasa takut atau segera menyetujuinya meskipun sedikit enggan, tetapi tampaknya Naruto tidak ada sama sekali ketertarikan dengan apa yang dibicarakan mereka berdua.

"Naruto, aku tidak mau tahu! Kau harus datang!"
Naruto berpura-pura tidak mendengarnya. "Kau harusnya memahamiku Iruka, aku tidak suka dengan pesta. Lebih baik aku memikirkan rencana ke depan untuk memperluas perusahaan kita."

"Jadi kau tidak peduli dengan nasib perusahaan kita? Kau hanya peduli dengan pekerjaanmu?"

Naruto memutar kedua bola matanya. "Kau tidak bisa memaksaku, Iruka!"

Iruka membelalakkan matanya. "Kau jangan membentakku! Dan kau harus datang! Titik! Di umurmu yang seperti ini lebih baik kau segera mencari siapa yang cocok menjadi pendampingmu," seru Iruka sambil berjalan ke arah pintu keluar ruangan dan menutup pintu tersebut dengan keras.

Naruto terdiam.

"Sial, aku baru 21 tahun dan aku harus mencari pendamping? Lelucon apa yang dia utarakan pada diriku" katanya dengan pelan.


Mata berwarna onyx menatap wanita di depannya dengan mata yang dalam dan menghanyutkan, dan wanita yang di depannya sudah sangat hafal kebiasaannya itu. Sasuke Uchiha merupakan seseorang yang bisa menaklukkan wanita maupun pria hanya dalam beberapa menit. Bisa dikatakan, setiap Sasuke tertarik dengan sesuatu matanya seolah-olah menatap hal tersebut dengan tatapan penuh hasrat dan penuh ambisi.

"Kau akan datang Uchiha Sasuke?"

Sebuah batu rubi berkilauan di jari tangan kiri Haruno Sakura. Rambutnya yang berwarna merah muda digerakkannya dengan indah dan membuat wangi shampoo bermerek yang dipakainya tercium oleh Sasuke.

Sasuke tersenyum kecil. "Aku akan datang jika kau bisa membuat jaminan padaku akan terdapat sesuatu yang menarik di sana."

Sakura berjalan ke arah Sasuke dan melingkarkan tangannya ke leher Sasuke. "Kau memang benar-benar terlalu dimanja oleh kedua orang tua dan kakakmu, Sasuke. Seandainya mereka mengetahui jika kau mempunyai tabiat buruk seperti ini."

Sasuke tersenyum kecil sambil mengelus rambut Sakura. "Ayah dan ibuku cukup sayang dengan diriku, dan mereka tidak mungkin memarahiku hanya karena aku bermain dengan orang-orang bodoh."

Sakura berdiri dari pangkuan Sasuke. Wajahnya menandakan sebuah keusilan. Matanya yang berwarna hijau menatap Sasuke. "Kau memang bermulut pedas Sasuke, aku berharap kau berhenti menyakiti orang-orang di sekelilingmu."

Sasuke menyisir memejamkan matanya sesaat, "Uchiha memang seperti itu, Haruno" katanya dengan nada bercanda.

"Aku terkadang berharap seluruh Uchiha mati dan hanya tersisa dirimu dan kakakmu, hingga kau menjadi serius dan berusaha membunuh orang yang telah menghabisi clan-mu."

Sasuke tersenyum kembali. "Sayangnya cerita tersebut tidak pernah terjadi di sini, Sakura, yang ada hanyalah aku sebagai anak yang disayang oleh kedua orang tua ku," kata Sasuke dengan tawa yang terdengar cukup keras.


Acara pesta pun telah tiba,ajang untuk menampilkan pakaian mewah dan terbaik orang-orang yang datang ke pesta tersebut.

Iruka memandang orang yang di sebelahnya. Naruto benar-benar terlihat kaku jika dibandingkan oleh orang-orang di sekelilingnya. Semenjak masuk ke dalam ruangan pesta, Naruto hanya terdiam di sudut ruangan sambil memegang minuman dan bersandar pada tembok yang ada di belakangnya. Wajahnya yang terlihat anggun tidak pernah terlihat senyum sedikit pun.

"Kau tidak bersenang-senang Naruto?"

Iruka menghampiri Naruto dan berdiri di samping Naruto sambil ikut bersandar pada tembok. Jasnya yang berwarna hitam dengan kemeja putih tampak kontras dengan jas Naruto yang berwarna putih dengan dalaman berwarna hitam.

"Aku tidak tahu cara bersenang-senang di tempat seperti ini."

Mata biru Naruto tampak tidak ada ketertarikkan sama sekali pada orang-orang di sekelilingnya. Meskipun sesekali para wanita memandang dirinya dan tersenyum menggoda, Naruto tidak pernah menggubris wanita tersebut. Naruto hanya bersikap dingin dan diam seolah-olah dirinya adalah bongkahan es yang tidak akan pernah bisa dihancurkan.

"Bagaimana jika kau berhenti memandang minumanmu dan berjalan bersama diriku menemui para rekan bisnismu?"

Naruto menghela napas. Iruka bukan saja memaksanya untuk datang ke pesta yang mewah ini, tetapi Iruka selalu membuatnya untuk bergabung dengan orang-orang yang tidak dikenalnya. Padahal Naruto sama sekali tidak berniat untuk datang ke pesta ini atau berbasa-basi dengan orang-orang di sekelilingnya.

"Naruto, sebaiknya kau membuka hatimu pada dunia di sekelilingmu." kata Iruka sambil menepuk pundak Naruto.

Naruto menggigit bibir bawahnya, sudah cukup lama dia tidak pernah tersenyum, bahkan terlalu lama sehingga dia tidak ingat kapan dia pernah menggerakkan bibirnya untuk tersenyum atau tertawa sepuasnya. Terkadang dia berpikir, mungkin jika orang tuanya masih hidup, dia tidak akan pernah kehilangan senyumannya dan dia akan memiliki teman-teman sebaya yang sangat banyak-bukan teman-teman yang umurnya jauh di atasnya dan hanya membicarakan urusan bisnis.

"Iyah memang dasar pemikir, kau malah berpikir kembali. Aku akan kembali ke tengah ruangan, kau jangan diam di sini saja, terkadang manusia membutuhkan penyegaran pada otaknya," kata Iruka, sesudah itu dia berjalan ke arah tengah ruangan-meninggalkan Naruto yang tetap bersandar pada tembok di belakangnya.


Kedua pemilik mata onyx terus memandang sekelilingnya, dan sesekali mereka menyapa orang-orang yang dikenal mereka ketika melewati mereka. Dandanan yang mereka terapkan untuk ke pesta ini nyaris sama-hanya berbeda pada hiasan-hiasan yang mereka kenakan dan model rambut.

"Ramai sekali pesta ini, aku kira hanya akan ada para orang tua." kata Sasuke sambil tersenyum a la Uchiha pada kakaknya.

Itachi mengangguk pelan. Tidak seperti adiknya yang tidak menyangka pesta ini begitu ramai, Itachi sudah tahu dengan pasti jika pesta ini akan memiliki tamu yang penting dan banyak-baik dari kalangan pejabat maupun kalangan pembisnis.

"Kau harus tahu jika pesta ini bukanlah pesta sembarangan. Tampaknya semua orang penting datang kemari."

Sasuke tersenyum usil. Kakaknya tahu dengan pasti untuk apa Sasuke datang kemari. Matanya yang terus memandang berkeliling merupakan ciri-ciri jika Sasuke sedang mencari sesuatu yang menarik hatinya. Selain itu, wajahnya yang selalu terpasang dengan mimik tanpa dosa menambah keyakinan Itachi jika Sasuke benar-benar tidak serius untuk datang ke pesta ini dalam rangka menjalin persahabatan dengan para rekan bisnis keluarga Uchiha.

"Tampaknya aku sudah merasakan rasa bosan, Aniki," kata Sasuke sambil menaruh minuman yang sejak tadi pegangnya ke atas meja.

Itachi memutar kedua bola matanya, "kau bosan karena tidak ada teman 'bermain', bukan?"

Sasuke terdiam. Itachi mendengus pelan, meskipun kinerja Sasuke dalam perusahaan sangatlah hebat, dan membuat perusahaan maju dengan pesat, tetapi tingkah lakunya sangatlah buruk. Bisa dikatakan, meskipun sifatnya selalu tidak serius, orang tuanya maupun Itachi tidak pernah bisa memarahinya karena segala sesuatu yang dikerjakan Sasuke selalu baik-tepatnya sangat baik. Bahkan semenjak menginjak sekolah Sasuke selalu menempati urutan terbaik di sekolahnya, dan selalu menjadi murid teladan.

'Seandainya otaknya tidak sehebat ini..,' pikir Itachi sambil menggelengkan kepala.

"Aniki."

Mendengar suara adiknya, Itachi segera memandang Sasuke.

"Ada apa?" tanya Itachi.

Sasuke melepas jasnya. Matanya berkilat tajam dan memandang Itachi dengan malas. "Aku pulang."

Itachi seperti tersambar petir. Adiknya benar-benar kacau. Acara puncak belum saja dimulai, Sasuke sudah ingin pulang-tidak peduli sama sekali dengan keadaan di sekelilingnya. Tampaknya bagi Sasuke hidup adalah permainan, bekerja dengan baik dan bermain sepuasnya.

"Ya sudah, hati-hati di jalan..," kata Itachi.

"Hn," Sasuke mengangguk pelan dan berjalan meninggalkan Itachi.

"Dasar bodoh," kata Itachi sambil memandang punggung Sasuke yang terus menjauhi dirinya.


Naruto terdiam di depan gedung sambil menanti jemputannya. Cuaca yang cukup dingin membuat dirinya memakai mantel yang cukup tebal dan sebuah syal yang dilingkarkan pada lehernya. Meskipun dia tahu akan dimarahi oleh para walinya, Naruto tidak peduli karena dia sudah jenuh melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Di saat yang bersamaan seseorang berdiri di samping Naruto-tampak menanti hal yang sama dengan dirinya. Setelah secara sekilas Naruto melihat orang tersebut, Naruto melihat jam dan mendengus kesal.

"Sasuke!" seseorang berteriak sambil mendekati orang yang di samping Naruto.

"Ino?" Sasuke memeluk pinggang Ino dan ciuman hangat pun mendarat di pipinya.

Naruto menggelengkan kepala. Cuaca dingin memang benar-benar membuatnya lebih emosional, terlebih dia harus bersama dengan orang yang terus bermesraan di sampingnya.

'Lama sekali mobilnya.'

"Sasuke sudah lama aku tidak bertemu denganmu, bagaimana jika sesudah pesta kita pergi ke tempat yang biasa kita kunjungi?" tanya Ino dengan nada manja, seolah-olah itu bukanlah nada mengajak tetapi mengharuskan Sasuke untuk mengikuti keinginannya.

"Mhmm.. akan aku pikirkan," kata Sasuke.

"Ayolah!" rajuk Ino.

"Apa kalian bisa pergi dan bermesraan di tempat lain?" Naruto berkata dengan nada serius dan jengkel.

Sasuke menghentikan obrolannya dengan Ino. dan memandang orang di sampingnya.

Mata onyx dan biru pun saling pandang.

"Ada apa denganmu anak kecil? Apa kau kurang konsumsi kalsium?" kata Sasuke sambil memandang Naruto yang lebih pendek dari dirinya.

"Tidak perlu kalsium untuk melawan orang brengsek dan berisik seperti dirimu..," kata Naruto dengan santai.

Ino memandang wajah Naruto lebih teliti, seolah-olah mencoba mengingat sesuatu. Dan mulutnya menutup dan membuka menandakan keterkejutan pada orang di depannya. Naruto Uzumaki yang merupakan pemilik perusahaan dan perhotelan yang tersebar secara internasional berdiri di depannya. Selain informasi tersebut, kini Ino mengetahui jika rumor tentang sifat dinginnya Naruto ternyata memang benar-benar asli.

"Kau yang berisik pada awalnya," kata Sasuke dengan senyuman a la Uchiha.

"Aku tidak berisik jika kau tidak melakukan perbuatan tidak senonoh di depan umum."

"Kau tampak seperti kakek-kakek. .Sik!"

'Sial!' pikir Naruto.

Naruto memejamkan matanya sambil menggelengkan kepalanya. 'Ayolah Naruto, berpikir dingin. Jangan sampai kau kalah pada sampah di depanmu ini.'

Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan Naruto, dan membuat seringai jahat terpasang di bibir Naruto. Seseorang memakai seragam berwarna hitam dengan topi berwarna hitam turun dari mobil dan mempersilahkan Naruto untuk naik. mobil tersebut.

Naruto memandang Sasuke.

Sebuah injakkan kaki yang disengaja oleh Naruto pun mendarat di kaki Sasuke.

"Aw!" teriak Sasuke dan disaat yang sama Naruto berlari memasuki mobil dan mobil pun melaju dengan kencang.

"Sial! Akan aku bunuh jika kita bertemu lagi!" umpat Sasuke yang kesakitan sambil memandang mobil yang terus melaju dengan kencang.


Di dalam mobil Naruto memandang ke belakang dengan wajah penuh kemenangan. Biasanya Naruto akan terdiam dan memasang wajah dingin jika memasuki mobil, tetapi kali ini berbeda. Rasa menang dan penuh ambisi untuk berbuat keonaran tampak terpancar di matanya.

"Tampaknya Tuan Muda sedang senang?" tanya sopir tersebut sambil memandang Naruto dari kaca spion depan.

Naruto tersadar dengan tingkah lakunya dan kembali pada sifat cool-nya. "Jika kau masih ingin bekerja tutuplah mulutmu..," kata Naruto sambil mencoba menenangkan perasaannya.


Itachi berlari memasuki rumah. Kabar kemarahan Sasuke membuat dirinya segera meninggalkan pesta dan pergi menuju ke tempat dimana Sasuke berada. Saat di depan pintu kamar Sasuke, Itachi menarik napas dan membuka pintu tersebut secara perlahan.

"Sasuke?" Itachi meraba-raba tembok untuk mencari saklar lampu.

Sebuah botol pun mengenai tembok nyaris mengenai Itachi.

"Untuk apa kau datang kemari Aniki?"

Sasuke membantu Itachi untuk menyalakan lampu. Dan saat lampu dinyalakan tampak terlihat jika seluruh ruangan Sasuke begitu berantakan. Itachi berjalan mengelilingi kamar sambil berusaha untuk tidak menginjak barang-barang yang tergeletak di lantai.

"Apa yang terjadi, Sasuke?" tanya Itachi sambil memandang Sasuke.

Sebenarnya sudah cukup lama Itachi tidak melihat adiknya semarah ini. Terakhir kali Itachi melihat Sasuke marah ketika dirinya dibanding-bandingkan dengan adik kecilnya oleh ayahnya. Dan hal tersebut membuat Sasuke benar-benar murka-tidak ingin makan bahkan mandi sekali pun. Dan untungnya hal tersebut berakhir, ketika seorang pelayan hampir diterjunkan oleh Sasuke dari atas loteng rumahnya. Sehingga, baik ayahnya maupun ibunya tidak berani membanding-bandingkan kembali Sasuke dan dirinya.

"Kau tahu Aniki? Aku akan membunuh orang yang telah mengganggu hidupku!" kata Sasuke dengan nada penuh amarah.

Itachi mengangguk pelan, "yah aku tahu, malah aku tahu semenjak dulu."

Sasuke terduduk di atas kasur, "kalau begitu keluar! Aku sedang tidak ada mood untuk berbaik hati!" teriak Sasuke sambil membanting dirinya ke atas kasur yang empuk.

Itachi memutar kedua matanya, "baiklah, untung saja aku sedang berbaik hati untuk tidak mengganggu mu, adik."

Kata Itachi sambil memandang Sasuke yang tampaknya benar-benar sedang sangat kesal.


Naruto sedang sibuk memandang kertas-kertas di depan mejanya. Meskipun rapat masih cukup lama, tetapi Naruto sudah berada di kantornya semenjak pagi. Bahkan setelah dari pesta, Naruto tidak pulang ke rumah dan langsung pergi ke kantor. Bunyi ketikkan pada komputer terus terdengar, dan matanya yang dilapisi oleh kaca mata terus memandang monitor.

"Kau tidak henti-hentinya bekerja?" tanya Iruka yang semenjak tadi duduk di depan Naruto.

Naruto tidak menjawab pertanyaan Iruka. Sekarang dia sedang tidak ada mood untuk berdebat dengan walinya karena dia sedang berusaha konsentrasi pada rapat yang akan segera diadakan pada siang nanti. Iruka sudah cukup bersabar, dan daripada dirinya memarahi orang di depannya lebih baik Iruka pergi dari ruangan Naruto.

"Naruto, sebelum rapat lebih baik kau makan terlebih dahulu..," kata Iruka sebelum keluar dari ruangan tersebut.


Akhirnya, jam rapat pun dimulai. Naruto sudah menjalani rapat tersebut dengan lancar. Selain rapat tersebut berjalan dengan lancar, Naruto pun telah bertemu dengan teman lamanya-Kiba. Meskipun Naruto adalah orang yang benar-benar moody dan pendiam bukan berarti Kiba memiliki sifat yang sama dengan dirinya. Pemilik tato di wajah tersebut adalah penyayang binatang, dan memiliki sifat periang sekaligus senang berhura-hura.

Setelah semua orang keluar dari ruang rapat tinggalah Naruto dan Kiba. Kiba memandang Naruto yang sedang merapihkan berkas-berkas yang ada di atas meja.

"Sudah lama kita tidak bertemu, kawan lama," kata Kiba sambil memandang keluar jendela.

Naruto tetap terdiam, fokus dengan berkas-berkasnya. Wajahnya sama sekali tidak ada ketertarikkan akan kawan lamanya.

"Naruto?" Kiba mengalihkan pandangannya pada Naruto.

"Kiba, aku sedang tidak berniat untuk membahas sesuatu yang tidak penting. Permisi!" kata Naruto sambil beranjak dari kursinya.

Kiba segera berlari mengejar Naruto dan menahan pundak Naruto. Senyuman yang begitu lebar terlukis di bibir Kiba. Melihat senyuman tersebut Naruto langsung mengerti jika dia tidak bisa menghindar dari teman kecilnya tersebut.

"Kemana lagi kau akan mengajak diriku?"

Kiba menepuk pundak Naruto. "Tempat biasa aku datangi, kau datanglah malam ini, oke?"

Naruto menghela napas. Semua orang selalu memaksa dirinya untuk melakukan hal yang tidak diinginkannya. Terkadang Naruto selalu berpikir jika dia ingin sekali kabur atau membuat keadaan menjadi sunyi disuatu saat nanti-baik dengan cara melenyapkan semua orang atau melenyapkan dirinya sendiri.


Sasuke memandang gadis cantik di depannya. Dibelainya dan diciumnya wangi rambut yang terdapat pada gadis tersebut. Meskipun ini adalah jam kantor, tetapi Sasuke tidak pernah berhenti untuk bermain-main dengan waktunya. Bahkan kerap kali Sasuke keluar dari kantor untuk bertemu dengan wanita yang akan dikencaninya. Tetapi, untuk kali ini Sasuke tidak seberuntung biasanya, kakaknya tiba-tiba memasuki ruangan dan melihat suasana romantis yang terdapat di ruangan Sasuke.

"Adik,lebih baik kau kembali ke sekolah dan mempelajari semua etika yang diajarkan disana...," kata Itachi dengan nada dingin.

Sasuke memberi aba-aba pada wanita tersebut untuk keluar dari ruangannya. Matanya yang sempat penuh dengan rayuan kini berubah menjadi pandangan galak-siap bertengkar dengan kakak satu-satunya.

"Kenapa kau selalu mengurusi urusanku?" tanya Sasuke dengan nada tidak menyenangkan sama sekali.

Itachi melempar buku dan kertas-kertas ke atas meja Sasuke dengan senyum licik. "Kerjakan ini dan kau boleh bermain-main sepuas mu!"

Sasuke memandang buku dan kertas-kertas tersebut. Mata onyx-nya kini benar-benar tidak menyorotkan arti persahabatan sama sekali. Tangannya terkepal dengan sangat kuat dan bibirnya berkomat-kamit siap untuk berteriak. Tetapi, sebelum Sasuke berteriak, Itachi sudah keluar dari ruangan tersebut.

"Aniki! Kau akan aku balas!"


Mendengar Naruto akan pergi ke dunia malam, dengan senang hati Jiraiya dan Tsunade mendadani Naruto. Meskipun pakaian Naruto begitu mencolok, tetapi hal tersebut malah membuat Naruto tambah menarik dan menarik perhatian orang banyak. Selain itu, rambut yang biasanya dirapihkan kini disengaja dibuat acak-acakan dan membuat dia kesan nakal-bukan seorang pembisnis.

'Terlihat seperti gigolo diriku ini..,' pikir Naruto sambil memasuki diskotik.

Saat memasuki ruangan tersebut, Naruto langsung mencium bau rokok dan alkohol dimana-mana. Selain itu, suara bising dan lampu kelap-kelip mulai menghantui pikirannya. 'Mengapa orang-orang selalu menganggap hal ini menarik?'

"Naruto!" seseorang berteriak dari arah seberang.

Naruto menyipitkan matanya, mencoba melihat lebih jelas siapa yang telah memanggilnya. Ternyata Kiba bersama teman-temannya telah duduk di atas kursi panjang sambil menikmati minuman yang ada di depannya. Dengan segera mungkin Naruto berjalan ke arah mereka, dan tidak mempedulikan orang-orang yang memandangnya dan menawarkan kencan pada dirinya.

"Bagaimana? Asik bukan?" tanya Kiba, dan Naruto hanya menjawab dengan dengusan.

Seorang gadis dengan rambut pendek dan mata lavender menghampiri Naruto. Wajahnya tampak sangat imut dan terlihat malu-malu ketika berhadapan dengan Naruto.

"Hai, na-namaku.. Hi..Hinata!" kata gadis tersebut sambil malu-malu.

Kiba merangkul Hinata dan menarik Hinata ke arah dirinya, sehingga punggung Hinata menempel pada dada Kiba. "Dia pacarku, perkenalkan!" kata Kiba dengan nada penuh kebanggaan.

"Naruto Uzumaki," jawab Naruto dengan singkat.

Dari arah belakang ada yang berdehem dan membuat Naruto membalikkan badannya. Ketika melihat seseorang dengan rambut berwarna merah muda, dan baju yang begitu modis berdiri di depannya, Naruto hanya mengangguk sopan.

"Sakura?" Kiba memandang Sakura dengan kagum dan Sakura memandang Kiba dengan terheran-heran.

"Aku Kiba! Kau ingatkan?"

Sakura membelalakkan mata, wajahnya yang cantik kini memperlihatkan keceriaan. "Kiba! Sudah lama kita tidak bertemu. Ya Tuhan, kau lebih hebat dibandingkan hari terakhir kita bertemu."

"Ya tentu saja! Ah kenalkan, ini pacarku, Hinata, dan ini Naruto Uzumaki!" kata Kiba sambil menunjuk Naruto.

Sakura membelalakkan matanya. Seseorang yang kaya, tidak pernah absen dari majalah dan terkenal tidak pernah mau bergaul dengan siapapun bisa berada di tempat ramai seperti ini. Selain itu, tidak seperti rumor yang beredar jika Naruto adalah anak muda yang sudah mempunyai keriput, ternyata orang di depannya ini adalah orang yang tampan, penuh dengan karisma, dan benar-benar keliatan 'waw!'

"Sakura Haruno," kata Sakura sambil memperkenalkan dirinya.

"Naruto."

Setelah cukup lama bersama dan membuka banyak topik pembicaraan, tetap saja Naruto terdiam dan duduk sambil memandang minuman. Terdiamnya Naruto membuat orang-orang di sekelilingnya canggung dan memutuskan untuk berbicara dengan orang lain.

"Sakura, maaf aku terlambat!" seseorang kembali tiba dan duduk di sebelah Naruto, tetapi Naruto sama sekali tidak tertarik dengan orang yang duduk di sampingnya dan memutuskan untuk tetap asik dengan minuman yang ada di tangannya.

"Sasuke? Kemana saja kau?" Sakura menyapa Sasuke.

"Aku sibuk dengan kerjaan yang diberikan oleh kakakku yang bodoh. Oh iya? Apa kau sudah lama disini?" tanya Sasuke dengan nada riang.

"Tenang saja Sasuke, aku ditemani oleh teman-temanku," kata Sakura dan tanpa sengaja pandangannya teralihkan ke Naruto dan baru teringat jika Naruto sejak tadi tidak berbicara sama sekali.

"Ah Sasuke, kenalkan ini teman lamaku, Kiba dan pacarnya Hinata! Dan ini... Naruto, teman baruku!"

Sasuke bersalaman dengan Kiba dan Hinata. Setelah itu, pandangannya teralihkan pada Naruto, dan baru kali ini seorang Uchiha merasakan terkejutan dengan sangat hebat.

"Kau!" seru Sasuke dan Naruto secara bersamaan.

Hinata, Kiba, dan Sakura saling pandang.

"Ah, ternyata kalian sudah saling kenal?" tanya Sakura dengan senyuman kecil di wajahnya.

"I-iy-tidak! Tentu saja tidak!" seru Sasuke sambil memberi isyarat 'kita-lanjutkan-urusan-kita-nanti' pada Naruto melewati mata.

"Tentu saja kita sudah saling kenal, bukankah begitu, Uchiha? Terlebih dengan kakimu, tentu sudah kenal aku sangat dekat!" kata Naruto dengan seringai jahat di bibirnya.

Sasuke mendekatkan wajahnya pada Naruto, "...dan kau Dobe, tentu kau hanya bisa meminum susu sehingga hanya bisa memandang minuman ketika mendatangi tempat seperti ini."

Naruto membetulkan kerah kemeja Sasuke dengan penuh rasa ingin menang. Senyum menantang dan jahat terus terpasang di wajahnya. Sedangkan Sasuke pun tidak jauh beda dengan Naruto, senyum a la Uchiha pun muncul di bibirnya yang berwarna merah muda.

"Kau tuan manja, lebih baik pulang di tengah malam ini karena orang tuamu akan mencarimu sebentar lagi..," kata Naruto.

Kiba berdiri di antara Sasuke dan Naruto-berniat untuk memisahkan mereka berdua. Meskipun mereka bertengkar, tetapi Kiba sungguh takjub pada kedua orang di depannya ini, karena Sasuke bisa membuat Naruto terlihat emosi dan Naruto bisa membuat Sasuke terlihat kesal seperti ini.

"Diamlah kau Kiba, aku tidak ingin ada orang yang ikut campur dengan urusanku!" seru Naruto sambil meminum minuman yang ada di tangannya.

Kiba menelan ludahnya. Naruto bukanlah memerintah, tetapi mengancam. Aura yang dipancarkan Naruto adalah aura tarung dan penuh rasa ingin kemenangan. Selain Naruto, ternyata Sasuke pun memiliki ambisi yang sama dengan naruto.

"Oh, aku baru teringat jika Naruto Uzumaki adalah orang yang dingin dan sulit bergaul.. hahahaha," kata Sasuke dengan tawa yang sangat keras.

Naruto memandang Sasuke dengan santai, "Apa maksudmu Uchiha?"

Sasuke menyentuh pipi dan turun ke dagu Naruto dengan jari-jarinya, "jangan-jangan...," bibir Sasuke menyentuh telinga Naruto dan menghembuskan napas yang hangat pada lubang telinga Naruto.

"Kau adalah seorang virgin?" tanya Uchiha dan membuat Naruto membelalakkan mata.

'Tepat bukan?' pikir Sasuke. 'Dapat dirasakan dari wanginya dan tingkah lakunya.'

'Tidak sopan sekali orang ini!' pikir Naruto sambil mendorong Sasuke.

"Dengan tingkahmu seperti itu, sudah dapat dipastikan jika kau adalah seorang bajingan!mhmmm.. atau gigolo mungkin?"

Semua orang terdiam. Musik pun berhenti. Tidak ada yang berani menghina Uchiha karena kekuatannya. Tetapi orang di depannya ini meskipun kecil bibirnya sangatlah pedas dan sangat terus terang.

Naruto beranjak dari kursinya dan mengambil kunci mobil yang ada di atas meja. "Kiba, jadi ini yang disebut dengan bersenang-senang?"

"..."

"Orang tua," Sasuke mendengus.

"Apa katamu?" kata Naruto langsung membalikkan badan dan memandang wajah Sasuke dengan tatapan menantang.

"Kau seperti ayahku, Naruto. Oh bukan, malah kau lebih parah! Norak!" kata Sasuke sambil tertawa mengejek, dan Naruto mengepalkan tangannya.

"Kau berani menghina diriku?" suara Naruto bergetar menahan emosi.

"Sebutkan alasan kenapa aku tidak berani untuk menghina dirimu?" Uchiha memasang ekspresi menghina.

"Hei sudah-su-"

Kiba berhenti bersuara ketika sebuah tinjuan mendarat di perut Sasuke dan membuat Sasuke meringis kesakitan.

"Dengar Uchiha! Aku peringatkan sekali lagi," Naruto berteriak.

"Tidak ada yang berani menghina Uzumaki Naruto!" seru Naruto sambil beranjak pergi meninggalkan kekacauan yang telah terjadi.

Uchiha menggertakkan giginya.

'Sial!'

'Aku pasti akan menghancurkan dirimu, Naruto! Meskipun harus menghalalkan segala cara!' pikir Sasuke sambil menggenggam gelas dan memandang Naruto yang terus berjalan menjauhi pandangannya dengan ketidak pedulian pada orang-orang di sekelilingnya.

'Aku pasti bisa membuatmu menangis! Aku pastikan itu!'

Sakura memandang sahabat kecilnya. Mata Sasuke yang biasanya penuh dengan tatapan menghanyutkan dan rayuan kini penuh dengan emosi. Emosi untuk mendapatkan sesuatu yang sudah lama dia nanti.

'Ya Tuhan, jangan bilang dia akan melakukan segala cara untuk membuat Naruto bertekuk lutut pada dirinya. Mudah-mudahan Tidak.. karena aku sangat kasihan pada Uzumaki tersebut.'

BERSAMBUNG


Terima kasih sudah membaca, dan maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dari author. Tolong di Review ya~

Trims,

touisback