Salam untuk semua.
Disini cerita ke-2 saya, saya akan mencoba untuk membuat cerita yang berhubungan dengan IQ manusia yang konon hanya digunakan seperkian kecil persen saja. Manusia yang katanya dapat menggunakan IQnya secara maksimal dapat mempunyai kemampuan lebih yang sering dikenal dengan indra keenam.
Diawal cerita ini saya hanya baru memunculkan TK Telekinesis ( kemampuan menggerakkan benda tanpa menyentuhnya) sebagai akibat dari penggunakan IQ .
Summary : Karin adalah seorang anak yang mampu menggunakan kemampuan IQnya diatas orang kebanyakan. Namun itu semua didapatnya bukan dengan secara cuma-cuma melainkan ada pengorbanan besar dibalik kisahnya. Ikuti terus cerita ini jika ingin mendapat jawabannya.
Genre : Mysteri
Rated : T
Pairing : KarinX (masih belum diputuskan)
Warning : Karena pemula mungkin banyak kesalahan dalam penulisan, mohon di maklumi (puppy eyes)
Disclaimer Tite Kubo-Sensei
Creater Yachiru Kuroi
"Kotak Pandora itu sudah mulai terbuka, akankah kau memasukinya, Reader?"
_Bintang-bintang yang bersinar lebih memilih bersembunyi diantara awan-awan yang bergerombol dibanding melihat mata itu, mata merah yang sedang menangis sambil memandangi darah yang ada disekujur tangannya .
Serangga-serangga juga lebih memilih membisu dibanding mengganggu suara solo yang terdengar sendu manyayat hati itu.
Sedangkan rumput-rumput yang ditiup angin ikut bergetar menemani tubuh kecil sang pemilik mata merah yang terduduk lemas dihadapan seonggok mayat yang tersenyum padanya_
Parasite of Heart
Chapter 1
-Red Eyes, Blood and Tears-
Sesosok manusia yang terlihat seperti laki-laki mengenakan topi berwarna merah duduk terdiam di rerumputan pinggir sungai Karakura memandangi bulan purnama yang berwarna kuning cerah. Sebuah bunga snowdrop putih yang bergoyang tertiup angin mengalihkan perhatiannya. Pupil mata hitam onyxnya membesar. Selintas senyum menghiasi wajah putihnya. Orang itu kemudian berdiri dari posisi duduknya dan melangkahkan kakinya mendekati bunga tersebut.
Tangannya mulai menggapai bunga yang hanya sendirian itu, menyentuhnya lembut dan berbisik "kau tidak akan sendirian lagi".
Kemudian orang itu mencari-cari sesuatu yang dapat digunakannya untuk membawa snowdrop pulang bersamanya. Sebuah kaleng bekas makanan instan didapatnya dan dengan segera ia memindahkan snowdrop tersebut kedalamnya.
"Hey, kau laki-laki?" Suara seorang laki-laki dengan tubuh nampak seperti siswa sekolah menengah mengagetkan orang itu.
Orang bertopi merah tersebut hanya diam dan tidak memperdulikan suara itu.
"Jawab Aku!" seru teman dari kaki-laki tersebut yang nampaknya lebih muda dari laki-laki yang pertama.
Orang bertopi merah itu tetap tidak menggubris dan melanjutkan kegiatannya memindahkan si snowdrop ke tempatnya.
"Laki-laki macam apa yang menyukai bunga jelek seperti ini". Laki-laki berperawakan anak sekolah tersebut merebut si snowdrop dari sipengguna topi merah dan menginjak-injaknya sampai puas. Akhirnya sipengguna topi merah itupun angkat bicara.
"Aku tidak punya urusan dengan kalian".
Sipengguna topi merah itupun memutuskan untuk melangkahkan kakinya pergi meninggalkan dua berandalan yang menurutnya tidak penting itu. Tapi langkahnya terhenti ketika salah satu dari laki-laki itu menahan tangan kanannya.
"Kau, anak yang menyebalkan!" seruhnya sambil menghadapkan sipengguna topi merah itu dihadapannya.
Sipengguna topi merah itu kini mengepalkan tangan kanannya yang menandakan betapa kesalnya ia akan tingkah orang yang dihadapannya kini.
"Perlihatkan wajahmu!" seru laki-laki yang lebih muda sambil melepaskan topi merah dari sipenggunanya.
Topi itu kini ada di bawah rerumputan. Rambut hitam seleher ditiup oleh angin malam. Dan mata merah menyala bersinar disorot terangnya cahaya bulan purnama. Kini orang yang berpenampilan seperti laki-laki itu bukanlah laki-laki melainkan seorang perempuan berpenampilan laki-laki yang sedang menatap lawan bicaranya.
"Oh, ternyata kamu perempuan, manis juga, lensa kontak merahmu menambah kemanisan mukamu" seru laki-laki yang lebih tua.
Tangan laki-laki itu hampir menyentuh pipi putih perempuan itu, namun terlambat, badannya sudah mulai terasa sakit dan nyeri, darah mengalir dari dada kirinya. Sebuah kumpulan ilalang yang tidak dominan di rerumputan itu sudah menjadi tajam seperti pisau. Laki-laki itu pun tersungkur dihadapan perempuan itu. Si perempuan menurunkan badannya menyetarakannya dengan laki-laki yang nampak kesakitan itu.
"Ini bukan lensa kontak" serunya sembari mengarahkan jemari telunjuknya ke kedua bola matanya yang tadi berwarna onyx.
Perempuan itu kemudian menatap laki-laki satunya yang lebih muda dengan muka yang tanpa ekspresi sambil berkata.
"satu sudah beres, tinggal satu lagi"
Laki-laki dihadapan perempuan itupun tampak kaku setelah memperhatikan mata merah siperempuan.
Ilalang yang terpotong dengan sendirinya dan menjadi tajam itupun melesat ke genggaman si perempuan.
Langkah perempuan yang mendekati laki-laki dihadapannya itupun membuat si laki-laki mengeluarkan keringat dingin. Ingin sekali ia berlari, namun tubuhnya serasa kaku dikendalikan entah oleh siapa.
Kini hanya tinggal beberapa senti lagi jarak antara mereka berdua. Si perempuan sudah melayangkan tangan kanannya menggenggam rumput yang tajam dengan berlumuran darah. Dan siap menancapkannya pada jantung laki-laki dihadapannya.
-Jreetss…..-
Bunyi benda tajam menusuk dibagian dada kiri seseorang. Darah yang hangat mulai keluar dengan perlahan tapi pasti.
Mata berwarna merah itu membulat penuh dan dengan beberapa detik kemudian sudah berubah menjadi hitam kembali dengan air mata yang menghiasinya.
"Ulqui ni-sama" desah perempuan itu pelan.
"Maafkan dia, Karin" Senyum tampak diwajah laki-laki berambut hitam tersebut
Perempuan yang disebut Karin itu hanya bisa terdiam karena kaget. Kini korban berikutnya adalah orang yang dia sayangi sendiri.
-Flash Back 10 Years ago-
Seorang anak perempuan tomboy bernama Karin yang berumur 5 tahun membuka matanya perlahan. Tangan kanannya ia arahkan keatas wajahnya menutupi silaunya lampu yang menembus langsung ke matanya. Sesosok laki-laki berumur 8 tahun berdiri disamping tempat Karin berbaring, sebuah tempat tidur besar dengan selimut berwarna putih bersih.
Laki-laki bernama Ulquiorra Schiffer itu tersenyum dan berkata,
"Kau tidak sendiri lagi"
-End Flash Back-
Kini air mata mengalir diantara pelupuk mata Karin. Dihadapannya seseorang yang tersenyum padanya mulai menutup matanya sambil berkata "kau tidak bersalah, Karin". Sedangkan laki-laki yang akan menjadi korban ke-dua Karin pun kini sudah melarikan diri tidak tahu entah kemana.
_Malam ini biarkanlah menjadi panggung untuknya, seorang perempuan bernama Karin yang sedang menyanyi solo_
Dikejauhan, seseorang yang menggunakan jaket hitam berambut coklat yang rapih dengan beberapa rambut teurai kedepan tersenyum dan berkata.
"Akhirnya Project 2 ditemukan, ternyata dia ada dimasa ini"
Next Chapter
"Ichi-ni jangan.."
"Cepat kau lari"
"Aku tidak menyalahkanmu, jadi tersenyumlah"
"Aku tidak butuh kau menemaniku"
"Ini sudah tugasku"
Parasite of Heart
-Hate, Smile and White-
Bagaimana menurut kalian?
Agak sedikit mengganjal dihati, karena merasa ada yang kurang.
Kritik dan Saran silahkan layangkan di 'Review'
