Desclaimer : Masashi Kisimoto.
Summary : Naruto, cowok normal yang allergy gay, membentuk forum anti-gay di sekolahnya. Tapi bagaimana kalau salah satu anggota forum itu malah membuatnya menjadi gay?
Pairing : SasuNaru
Rated : T tapi mungkin bisa naik rated, tergantung tingkat kemesuman otak saia XD
Warning : YAOI, BL, maleXmale, AU, maybe OOC
A.N : Yeey, akhirnya bisa bikin SasuNaru juga. Udah nge-fans mereka dari dulu tapi lum ada ide buat bikin fict =_="a Akhirnya sekarang kesampaian juga. Hope you enjoy this fict, readers…RnR please…
Chapter 1 : Begin from Alergy
.
.
.
Pagi yang sempurna untuk mengawali hari yang baru. Matahari bersinar cerah, suara kicauan burung yang merdu, juga beberapa titik awan putih yang menghiasi langit.
Di salah satu kamar dari sebuah rumah yang cukup mewah meski terkesan mungil, seorang pemuda berkulit tan dengan tiga pasang gurat tipis di kedua pipinya, tengah nyengir di depan cermin.
"Yosh! Aku, Namikaze Naruto, si tampan dari Konoha yang baru memasuki bangku SMA. Pokoknya setelah masuk SMA, aku harus punya pacar, soalnya ayah sama ibu sudah memperbolehkan aku pacaran. Hehehehe…" cengirnya sambil menata kembali dasi hitamnya, lalu memandang ke meja belajarnya dimana tergeletak beberapa majalah PlayBoy yang tentu saja berisi gambar-gambar wanita bugil.
"Girls, just wait me there. Kukukuku…" Naruto tersenyum mesum.
"Narutooo! Sampai kapan kau mau disana Huh?" teriak Namikaze Kushina –Ibu Naruto– dari lantai bawah.
"Yes Mom, I'll be there soon." Balas Naruto sok dengan bahasa inggris. Dengan segera, Naruto mengambil ranselnya dan turun ke lantai satu untuk sarapan bersama kedua orangtuanya. Tak berapa lama kemudian, Naruto sudah melesat pergi dari rumah.
Jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh, sehingga Naruto berangkat dengan berjalan kaki.
"Hoi, Naruto." Sapa Kiba, teman seangkatan Naruto. "Sendirian saja?"
"Yoo…Kau sendiri?" Naruto memperlambat langkahnya supaya Kiba bisa menyamainya.
"Iya nih, dasar Shikamaru menyebalkan."
"Shikamaru? Siapa?"
"Itu lho, senior kita yang kemarin ikut memandu MOS."
"Apa hubungannya denganmu?"
"Hehehehe kami sudah jadian." Kiba nyengir lebar.
Beku. Naruto membatu di tempat.
"Oi Naruto, kau kenapa?" bingung Kiba.
Hening…
He-ning…
H-E-N-I-N-G…Hingga…
"Hoeeeekkkk….." Naruto muntah-muntah di pinggir jalan.
"K-kau kenapa? Sakit?" Kiba agak khawatir. Setelah beberapa menit kemudian barulah Naruto berhenti muntah dan langsung menghadap Kiba dengan wajah membiru.
"Kau GAY?" seru Naruto.
"He-hei…memangnya kenapa? Di zaman sekarang ini hal itu sudah biasa kan? Lagipula hanya untuk sekarang ini, toh, suatu saat aku akan tetap menikah dengan wanita."
"I-iya, tapi…kau GAY. Tau nggak sih lo, GAY GAY GAY!"
"Iya aku tahu. Memangnya kenapa?"
"Ada apa, Naruto, Kiba?" Tanya Gaara yang ternyata sudah ada di dekat mereka.
"Nah Naruto, Gaara juga sudah jadian dengan senior Neji lho…" ucap Kiba, tak menjawab pertanyaan Gaara.
"A-APA!" Shock Naruto.
"Memangnya kenapa?" ujar Gaara dengan wajah yang datar seolah Gay bukanlah hal yang luar biasa. Sementara wajah Naruto kembali membiru dan akhirnya muntah-muntah lagi dan ngibrit ke sekolah meninggalkan kedua temannya yang mengaku sebagai gay.
~ ] ! ~
"Gi-gila. Apa mereka benar-benar waras. Hiii…" Naruto bergidik sendiri, ia masih terengah pasca lari-lari dan kini tengah bersandar di gerbang sekolah. Tak berapa lama kemudian, sebuah limousine berhenti di depan gerbang sekolah, dan para murid terutama siswi langsung berlarian ke arah gerbang.
Naruto yang masih heran hanya bisa diam menanti apa yang akan terjadi. Lalu, dari limousine tadi, sesosok cowok ganteng dengan kulit sehalus porselen dan rambut serta mata sehitam malam, keluar dan berjalan dengan gagah memasuki gerbang sekolah sambil di teriaki kyaa…kyaa…oleh para gadis.
Naruto tercengang menatap cowok itu, dalam hati mengagumi ketampanannya, benar-benar sosok yang sempurna. Pikir Naruto. Naruto makin tercengang saat tanpa sengaja bertatapan mata dengan cowok itu, jantung Naruto seakan berhenti berdetak, dan rasanya tak rela saat akhirnya cowok itu berlalu dari hadapannya menuju bangunan sekolah.
"Sasuke Uchiha, cowok seangkatan kita yang langsung jadi idola begitu memasuki sekolah. Hebat." Ucap Kiba yang ternyata sudah ada di dekat Naruto.
"He, ka-kalian kenal dia?" ucap Naruto tanpa menatap Kiba dan Gaara, melainkan matanya tetap tertuju pada sosok Sasuke yang kian menjauh.
"Ha? Justru kalau kau tidak kenal dia yang aneh. Dia itu langsung populer begitu menjejakkan kakinya di SMA ini lho…apalagi dia dari clan Uchiha, sudah pasti sangat terkenal. Kemarin waktu MOS saja aku jadi gay gara-gara melihat ketampanannya. Tapi tentu saja tak berhasil mendapatkannya dan berakhir jadian dengan Shikamaru-senpai" terang Kiba panjang lebar.
"Ehm…" Gaara berdehem. "Aku juga sama sepertimu, Kiba. Jadi gay setelah melihat wajah cowok setampan itu. Jangan-jangan…kau juga sama, Naruto." Goda Gaara yang melihat Naruto masih tercengang menatap kepergian Sasuke.
"AP-APA?" Naruto terbelalak, tapi juga blushing. "Itu nggak mungkin dan nggak akan pernah terjadi! Aku bukan GAY!" raung Naruto kesal dan berjalan menuju gedung sekolah sambil mendengus kesal.
~ ] ! ~
Hari pertama sekolah, pelajaran belum aktif. Guru-guru yang masuk hanya sekedar memperkenalkan diri dan memberikan gambaran tentang pelajaran yang di ampunya. Dan di jam ketiga dan keempat, digunakan untuk promosi extrakurikuler atau club yang bisa diikuti oleh para murid baru.
Murid-murid kelas satu berkumpul di depan papan ex-school, menbaca angket atau selebaran yang ditempel dan dibagi oleh masing-masing club ex-school.
"Kau mau ikut ex-school apa Naruto?" Tanya Gaara yang sudah memegang angket untuk masuk club Karate.
"Aku masih bingung." Naruto mengamati papan ex-school. "Kok nggak ada club anti-gay ya?"
"Dasar bodoh, mana ada yang seperti itu." Cibir Kiba yang menghampiri mereka dengan angket masuk club Pecinta alam di tangannya.
"Ha? Pecinta alam? Kau?" heran Naruto, nyaris tertawa.
"Sebenarnya tidak begitu minat. Tapi Shikamaru-senpai ada di club ini hehehe"
Naruto nyaris muntah lagi, tapi batal saat para anggota OSIS menghampiri mereka. Bertanya dengan ramah apa ada yang bisa dibantu dengan pemilihan ex-school, club atau organisasi yang mereka pilih.
"Ano, aku mau tanya. Apa boleh mendirikan club baru?" Tanya Naruto.
"Boleh, tapi tergantung ada peminatnya atau tidak. Jika banyak peminatnya, maka sekolah akan mengusahakan berdirinya club itu." Jawab Rin, salah satu anggota OSIS.
"Yosh! Aku mau mendirikan club baru." Ujar Naruto bersemangat.
"Pertama, kau harus…" belum selesai Rin menjelaskan tata caranya, Naruto sudah mengambil toa dan berdiri di atas podium sambil teriak minta perhatian.
"Wooiii…minta perhatian sebentar!" ngiiiinngg…suara toa yang storing bikin semua pada tutp kuping. "Gue pengen membentuk club baru. Club ANTI-GAY. Ada yang mau join nggak?"
Respon yang diterima malah teriakan 'huuu' dan caci maki lainnya. Hingga suasana berubah hening saat sebuah tangan terangkat tinggi-tinggi. Naruto tercekat saat melihat siapa yang mengacungkan tangannya itu, Sasuke Uchiha.
"Aku join." Ujar Sasuke dan langsung mendapat respon kyaaa…kyaaa…dan keadaan berbalik, banyak sekali yang ingin ikut club Anti-Gay yang didirikan Naruto. Tapi Naruto cemberut karena kebanyakan yang ikut adalah cewek.
"Oi oi…ini club anti-gay lho…masa anggotanya cewek semua? Bisa-bisa jadi club anti yuri." Ujar Naruto.
"Tidak apa-apa. Club anti-yuri juga boleh. Yang penting ada Sasuke-kun. Kyaaa…" celetuk salah seorang cewek dan disambut riang oleh yang lainnya. Ternyata ucapan tadi berdampak positif juga. Karena…
"Waah, kalau semua cewek masuk club anti-yuri, kami juga mau masuk club anti-gay." Ucap seorang cowok. "Jadi bisa jadi club cari jodoh antara club anti-yuri dengan club anti-gay."
"Iya, benar juga ya. Yang cewek anti-yuri, yang cowok anti-gay. Bisa jadi pasangan serasi. Seperti contact jodoh saja. Aku ikut." Sambut yang lain. Suasana kembali ribut dan akhirnya club buatan Naruto sukses besar, bahkan menjadikan adanya dua club baru di sekolah.
Club anti-gay dipimpin oleh Naruto dan wakilnya adalah Sasuke. Hn…sebenarnya semua menghendaki Sasuke yang jadi ketuanya, tapi karena Naruto adalah pemrakarsanya, Naruto yang jadi ketua. Sementara club anti-yuri dipimpin oleh Sakura Haruno dan wakilnya Ino Yamanaka.
~ ] ! ~
Hari itu, rapat pertama club anti-gay dan anti-yuri. Mereka akan membahas program apa saja yang akan dijalankan. Para pengurus a.k.a dewan club, mulai dari ketua sampai jongos-jongos, berkumpul di ruangan club satu jam setelah pelajaran selesai.
"Yosh! Seperti yang kalian tahu, ini rapat pertama kita. Kita akan membahas program apa saja yang akan dikerjakan oleh kedua club ini." Naruto membuka rapat. "Ada usul?"
Nyaris semua yang hadir mengacungkan tangan. Oleh karena itu Naruto mempersilahkan satu per satu mengutarakan usulnya. Naruto mendengarkan dengan sweatdrop akan usul-usul yang nyaris semuanya tidak masuk akal, karena malah mengusulkan soal contact jodoh antar kedua club.
"What the Hell! Ingat tentang nama club ini dong!" omel Naruto. "Ini adalah club anti-gay dan yuri. Harusnya programnya membahas tentang bagaimana caranya memberantas dan menormalkan kembali murid-murid yang sudah menjadi yaoi dan yuri. Hmph!" Naruto menggembungkan pipinya dengan kesal. Benar-benar manis. Dan tanpa sadar, sosok dingin yang menjabat sebagai wakil ketua anti-yaoi memperhatikan Naruto dalam diam.
"Ada usul?" tanya Naruto, kali ini menoleh pada wakil ketuanya, Sasuke Uchiha. Dan sontak wajah Naruto memerah saat mendapati wajah tampan Sasuke, apalagi mata Sasuke yang ternyata juga tengah menatapnya. Naruto segera memalingkan muka.
"Bagaimana kalau…" jantung Naruto berdegup kian kencang saat mendengar suara Sasuke yang menawan. "…menjodohkan pasangan gay dengan pasangan yuri. Kurasa itu langkah awal yang cukup bagus." Lanjut Sasuke.
"…" Naruto terdiam, masih berusaha menormalkan degup jantungnya.
"Kau dengar tidak, ketua?" tanya Sasuke.
Masih diam.
"Hei DOBE!" Sasuke menyikut perut Naruto.
"I-iya. Aku dengar kok, TEME! Aku ini tidak tuli!"
"Cih…"
"Ba-baiklah…atas usul dari … Sasuke…" Naruto agak berdebar saat menyebut nama Sasuke. "Kita mulai invasi itu besok. Pasangan yaoi yang kukenal adalah Kiba dan Shikamaru. Ada yang kenal pasangan yuri yang bisa dijodohkan dengan mereka?"
"Aku." Ucap Sakura. "Pasangan yuri Ten Ten dengan Temari. Sepertinya cocok jika Ten Ten dipasangkan dengan Kiba dan Temari dengan Shikamaru."
Sedang ayik-asyiknya rapat, tanpa sadar, mereka diamati. Ya, tentu saja oleh para gay yang ingin membatalkan program kerja mereka.
"Apa? Aku tidak terima kalau aku dijodohkan dengan cewek!" bisik Kiba kesal sambil terus mengintai.
"Aku juga tidak terima. Temari itu kakakku, aku tidak mau mereka mencampuri kebahagiaannya." Sambung Gaara.
"Kalian juga tidak setuju kan kalau mereka ikut campur urusan kita?" Kiba memprovokasi anggotanya. Ya! ANGGOTANYA! Karena diam-diam para yaoi dan yuri juga membentuk aliansi untuk menentang club anti-yaoi dan yuri. Program kerja club yaoi yuri yang didirikan Kiba dkk tentu saja membatalkan segala program kerja club Naruto dan kalau bisa membuat club itu jadi gay dan lesby juga. XD
"Mereka akan mulai bergerak besok." Ucap Shino, salah satu anggota club gay. "Kita harus bergerak lebih dulu."
"Ya. Ayo kembali ke markas. Kita susun rencana." Sambung Neji.
~ ] ! ~
"Hei, Dobe. Ini sudah jam setengah enam. Kau belum mau pulang?" heran Sasuke. Mereka kini tengah berjalan di koridor sekolah yang tentu saja sudah sepi.
"Teme, sebagai ketua yang baik, aku harus mempersiapkan segalanya. Aku akan mencari data lebih detail supaya invasi kita sukses. Pokoknya rencana harus sempurna!"
"Cih!"
"Apanya yang 'cih!' ? kau tidak ikut juga tidak apa-apa kok, baka Teme!"
"Hn…"
"Ano, Teme, kenapa kau ikut club anti-gay sih?"
"Tch!"
"Apanya yang 'tch' sih? Jawab yang benar, Teme!"
"Sudah jelas kan Dobe, tentu saja karena aku benci gay, atau lebih tepatnya aku ALERGY GAY!" Sasuke menatap Naruto dengan tatapan tajam, dan dari tatapan itu Naruto tahu kalau Sasuke benar-benar-benar-benar membenci gay.
"Alergy? Aku juga lho…Aku pasti langsung muntah-muntah kalau sesuatu berbau gay berada di dekatku." Balas Naruto.
"Yah, aku juga sama saja, Dobe."
Mereka berjalan dalam diam. Naruto ingin membuka pembicaraan, tapi tiba-tiba Sasuke menariknya ke salah satu sudut koridor.
"Ssstt…diam Dobe" bisik Sasuke. Tanpa menyadari kalau kini wajah Naruto sudah sangat merah karena tengah dipeluk oleh Sasuke. Sebenarnya bukan memeluk, hanya saja tadi buru-buru bersembunyi dan Sasuke asal saja menarik tubuh Naruto hingga begitu erat dengan tubuhnya.
Jantung Naruto lagi-lagi berdegup kencang, wajahnya yang memerah mendongak, menatap wajah Sasuke yang benar-benar tampan. Apalagi dilihat dari posisi Naruto yang memang lebih pendek, sehingga Sasuke yang tinggi tampak begitu 'wow' bagi Naruto.
"A-ada apa sih Teme?" bisik Naruto.
"Lihat kesana Dobe." Sasuke menunjuk dengan wajahnya. Naruto mengikuti arah tatapan mata Sasuke dan mendapati Kiba, Gaara, dan beberapa orang lainnya tengah bercakap-cakap di sebuah ruangan terbuka.
"Lho? Itu kan bekas UKS yang dulu? Sedang apa mereka?" heran Naruto.
"Bukankah itu Kiba dan Gaara yang kau ceritakan di rapat Dobe? Kalau begitu, mereka pastilah sesame gay. Dan mereka tengah merencanakan sesuatu. Sebaiknya kita mencari tahu!"
Hening…
"Dobe?" dan begitu Sasuke menoleh tampak Naruto yang tengah membekap mulutnya dengan wajah membiru. Dengan segera Sasuke melepaskan pegangannya dan Naruto langsung muntah-muntah di sudut lorong.
"Cih! Kau menyebalkan Dobe!" Sasuke mendekati Naruto dan memijit tengkuknya pelan, juga megusap punggungnya supaya Naruto lebih tenang. "Cepatlah Dobe, nanti mereka keburu selesai!"
"Teme…! Intai saja sendiri sana! Hmph!"
"Cih! Meninggalkanmu dalam keadaan begini?"
Deg! A-apa? Apa Sasuke menghawatirkan Naruto?
"Ce-cerewet! Memangnya kau tidak ingin muntah, Teme? Kau bilang kau Alegy gay?" Naruto menyembunyikan wajahnya yang blushing.
"Tapi kan tidak sampai separah itu Dobe!" Sasuke masih memijit tengkuk Naruto, membuat Naruto merasa lebih nyaman.
"Ke-kenapa kau baik seperti ini, Teme?" gumam Naruto.
"Apa?" bingung Sasuke yang tak begitu jelas mendengar gumaman Naruto.
"Ti-tidak. Ano, memangnya kau tidak jijik! Aku ini seang muntah tauk!" kilah Naruto.
"Heeeh, sudah kubilang aku tidak bisa meninggalkanmu dalam keadaan begini. Jijik tidak jijik ya harus begini. Sudah atau belum, ayo intai mereka!"
"Iya iya, Teme!"
Mereka pun lalu mengintai club gay.
"Kita mulai operasi malam ini." ucap Kiba. "Pokoknya kita harus jaga-jaga dari segala kemungkinan yang ada."
"Daripada ngomong terus, ayo cepat mulai saja." Tambah Lee.
"Ayo!" dan merekapun keluar dari markas.
"What the hell! Mereka benar-benar sudah selesai rapat!" gerutu Sasuke, masih bersembunyi bersama Naruto.
"Kita ikuti mereka, Teme."
"Ayo."
Mereka segera menguntit, tapi malah kehilangan jejak.
"Cih! Kemana mereka."
"Kesana, Teme!" ucap Naruto yang melihat sosok memasuki gudang olahraga. Sasuke dan Naruto segera mendekati gudang olahraga. Hening. Suasana juga gelap karena hari sudah mulai malam dan lampu tidak dinyalakan.
"Mungkin kau salah lihat, Dobe." Tuduh Sasuke.
"Tidak kok, aku yakin mereka masuk."
Terdengar suara langkah dari dalam gudang olahraga.
"Tuh, mereka mau keluar." Ucap Naruto.
Sasuke dan Naruto bersembunyi lagi, dan benar saja. Terlihat Kiba dan beberapa orang lainnya keluar dari gudang olahraga tersebut.
"Alat-alat invasi di dalam gudang sudah siap kan? Pasti rencana kita sukses!" ucap Kiba.
"Iya, sekarang tinggal pasang alat di UKS." Sambut yang lain.
"Alat apa?" bingung Sasuke.
"Kita masuk dan gagalkan alat itu, Teme." Naruto langsung melesat masuk.
"Oi, tunggu Dobe. Apa ini tidak mencurigakan. Mana mungkin…Oi oi…!" Sasuke segera mengejar Naruto masuk ke dalam gudang. "Dobe, kau dimana?"
"Disini Teme. Nyalakan lampu dong, saklarnya ada di dekat situ kan?" jawab Naruto.
"Tch!" Sasuke meraba-raba tembok dalam gelap, dan akhirnya menemukan saklar lalu menyalakan lampu.
"Nah…begini kan terang." Ujar Naruto tanpa menyadari kalau beberapa palang lompat tinggi roboh ke arahnya.
"Dobe!" Seru Sasuke dan langsung berlari ke arah Naruto, menubruknya menjauh hingga keduanya terbanting ke lantai.
"Ugh…!" keluh Sasuke yang kakinya tertimpa ujung palang-palang yang roboh tadi.
"Sa-Suke…" Naruto hanya bisa terbata. Merasa bahagia karena Sasuke melindunginya, sekaligus blushing hebat karena posisi mereka saat ini yang bisa dikatakan posisi seme-uke. Tiba-tiba mata Naruto membulat.
"Sasuke, awas!" seru Naruto saat melihat bola basket menggelinding dari atas lemari. Tapi terlambat, Sasuke tak sempat menghindar dan bola itu menghantam bagian belakang kepala Sasuke, hingga kepala Sasuke pun secara spontan terdorong ke depan dan…Chu! Tanpa sengaja mengecup pipi Naruto.
Tapi sepertinya Sasuke tidak sadar dengan apa yang barusan terjadi. Ia bangkit seperti biasa sambil merintih kesakitan dan memegangi kepala belakangnya.
"Ittai…" rintih Sasuke, tapi lalu heran mendapati Naruto yang diam saja, Sasuke sudah duduk tapi Naruto masih terbaring di lantai. "Oi, Dobe. Kau baik-baik sa-…" ucapan Sasuke terhenti begitu melihat wajah Naruto yang persis kepiting rebus. Merah, berasap, dan…(readers : oi author, ngapain lo bawa-bawa garpu dengan tampang ngiler begitu)
"Dobe? Oi…Dobe!" Sasuke menendang pelan kaki Naruto. "Kau baik-baik saja? Mau pu-…"
"A-aku b-baik baik saja kok Teme." Naruto segera bangkit berdiri. "A-ayo kita periksa ke UKS. Mereka bilang alat selanjutnya di sana kan." Naruto langsung ngibrit gitu aja dari gudang olahraga.
"Oi…Dobe, tunggu dong! Apa kau tidak merasa curiga! Jangan-jangan ini…Tch!" Sasuke kesal sendiri karena tampaknya Naruto sudah menjauh. Lalu dengan enggan ia beranjak menyusul Naruto ke UKS.
Sasuke mempercepat langkahnya, agak kehilangan jejak. Apalagi karena sudah tak mendengar lagi langkah kaki Naruto.
"Sial, kemana dia." Sasuke berbelok ke kanan dan mendapati Naruto tengah bersandar di tembok sambil memegangi dadanya. "Dobe, kau sakit?"
Naruto tampak terkejut, wajahnya masih saja memerah. "Ti-tidak kok. Ayo kita ke UKS hahahaha…" Naruto tertawa garing dan kembali berlari menjauhi Sasuke.
"Dobe! Kau salah arah! UKS bukan ke sebelah sana!" tapi tampaknya teriakan Sasuke tak didengarkan oleh Naruto.
Naruto terus berlari tanpa menghiraukan arahnya, dan baru berhenti saat nafasnya mulai tersengal. Ia memegangi dadanya yang berdegup begitu kencang. Wajahnya juga terasa memanas.
"A-apaan aku ini. Kenapa aku berdebar begini." Gumam Naruto lalu seakan baru sadar, ia menatap ke depan dan kaget setelah mendapati dirinya berada di tepian kolam renang.
"Ha-hah? Kok aku bisa ada disini?" Naruto celingukan. "Aduuuh, si Teme mana lagi!"
Kcipak…!
Naruto membeku di tempat setelah mendengar bunyi kecipak air. Apalagi permukaan kolam yang tadinya tenang tiba-tiba bergerak. Entah oleh angin atau oleh apa. Naruto menoleh ke kolam dengan beku.
"Ja-jangan-jangan…" Naruto menatap horror. Ya, semua fans Naruto pasti tahu kalau peran utama kita ini TAKUT HANTU. Air kolam semakin bergerak tak teratur, tiba-tiba…
"Dobe!" panggil sasuke dan sukses membuat Naruto kaget setengah mati dan terlonjak sampai nyemplung ke dalam kolam.
"Gyaaaaa Sasuke Teme! Jangan mengagetkanku dong!" omel Naruto masih berenang-renang di dalam kolam.
"Tch! Salahmu sendiri Dobe!" kesal Sasuke. "Lho, Dobe. Itu di belakangmu ada…"
"GYAAAAAA…..!" jerit Naruto dan berenang secepat kilat ke tepian lalu naik ke daratan terus meluk-meluk lengan Sasuke sambil setengah bersembunyi di belakang tubuh Sasuke yang menghadap kolam.
"Dobe, apaan sih! Aku kan Cuma mau bilang di belakangmu tadi ada katak, jangan sampai masuk ke bajumu."
Sontak Naruto menyentakkan lengan Sasuke.
"Huh! Dasar Teme jelek! Aku kira hantu!" kesal Naruto.
Sasuke terdiam.
"Ada apa Teme?"
Masih diam, hingga beberapa detik kemudian Sasuke terbahak.
"A-apaan sih Teme! Apanya yang lucu?"
"Hahaha Dobe, jadi kau takut hantu ya? Dasar baka, hantu itu tidak ada!" tawa Sasuke.
"Diam kau Teme, ketemu hantu baru tau rasa kau!"
Sasuke tiba-tiba diam.
"Ada apa lagi Teme?"
"Dobe, di belakangmu…"
"Apa HUH! Mau menipuku lagi?"
Sasuke menggeleng. "Ada sesuatu yang melayang…" tambah Sasuke sok horror. Dan tanpa jeda lagi, Naruto langsung menjerit sekerasnya dan kembali meluk lengan Sasuke yang kini kembali tertawa terbahak-bahak.
"Temeeeee!" raung Naruto.
"Wkwkwkwkwkwk kau bodoh Dobe, mau saja kukerjai. Sudah kubilang hantu itu tidak ada."
"Cerewet! Baka Teme!" Naruto memukul pundak Sasuke.
"Chee, ya sudahlah. Kita pulang saja, kau basah kuyup begini. Biar perang dengan club gay ditunda dulu."
"Huuh." Naruto hanya bisa menurut.
Sasuke berjalan menjauh.
"Teme! Tunggu dong!" kejar Naruto lalu berjalan sambil menggandeng lengan Sasuke.
"Apa sih Dobe! Jangan pegang-pegang!"
"Cerewet! Aku takut Teme! Katanya sekolah kita anker lho…"
"Tch! Hanya gossip murahan" cuek Sasuke dan terus berjalan dengan Naruto yang bergelayut di lengannya.
Dan tanpa sepengetahuan mereka, dari tempat yang cukup tersembunyi, Kiba tengah ber-high five bersama teman-temannya melihat Sasuke dan Naruto.
"Rencana 1, membuat ketua dan wakil ketua club anti-gay menjadi gay, lumayan sukses." Ujar Kiba dengan gaya sok melapor.
"Ya, tinggal kita lanjutkan rencana ke depan supaya mereka benar-benar menjadi gay. Kalau ketuanya sudah jadi gay, tidak menutup kemungkinan kalau anggotanya jadi mudah diubah menjadi gay dan yuri." Sambut Lee bersemangat, disambut tawa kemenangan dari anggota Club Gay.
~ To be Cointnue ~
Publish sebelum ujian nasional nih…sekalian minta do'a sama readers, moga authornya bisa ngerjain soal dengan mudah and lulus dengan nilai memuaskan. Amiiiin…Mohon maaf juga kalo masih banyak typo. Ok, review ya…XD
Mind to Revew?
