Desclaimer : Tite Kubo

Summary : Ichigo Kurosaki, maniak game yang malam itu ketiban sial karena harus bertemu dengan pemuda berambut biru yang membuat Ichigo harus merawatnya.

Genre : Romance, Humor –garing–

Rated : T dan mungkin suatu saat bisa naik rate XD

Pairing : GrimmIchi *ketularan suka GrimmIchi dari author Megumi Kei XD*

Warning : YAOI, BL, maleXmale, AU, maybe OOC. DON'T LIKE? JUST READ! *digiles*

Sebuah fict abal dari Kai Shadowchrive Noisseggra yang ketularan suka GrimmIchi dari author Megumi Kei. Salam hangat buat Megumi-chan dan all readers…Enjoy this fict please…Btw, mohon do'anya ya readers, authornya mau ujian nasional nih. Do'ain biar gampang ngerjainnya and lulus dengan hasil memuaskan yak XD Amiiin…

Chapter 1 : New Pet

.

.

.

Malam seharusnya sudah sangat larut bagi cowok berseragam SMA untuk keluyuran di jalanan. Ya, pada faktanya jarum jam telah menunjuk angka 11.35 p.m. Tapi sepertinya tidak bagi cowok berambut orange satu itu.

"Huaah, sudah malam rupanya." ucap pemuda berambut orange mencolok itu. Name tag di baju seragamnya bertuliskan 'Ichigo Kurosaki'. "Habis game-nya seru sih…jadi lupa waktu" ia kembali mengingat aktifitsnya di game center tadi.

Ia sedikit mempercepat langkahnya, hingga langkahnya terhenti saat mendengar seseorang terbatuk dari arah gank di kanan jalan.

"He? Apa ada kakek-kakek yang masih keluyuran jam segini?" gumam Ichigo lalu melangkah ke gank dimana suara batuk tadi berasal, berniat baik untuk menolong kakek-kakek itu. Tapi ia cukup terkejut kala yang didapatinya bukanlah seorang kakek-kakek keriput, melainkan cowok bertubuh kekar yang tersungkur di tengah gank.

"Hei, kau tidak apa-apa?" Ichigo agak panic dan segera memapah cowok itu. Dilihatnya wajah cowok berambut biru itu yang penuh lebam dan darah yang mengalir dari kedua sudut bibirnya. Sebagian rambut biru terang cowok itu juga berubah merah, tampaknya kepalanya juga terluka.

"Cih! Bagaimana ini? Kalo aku teriak malam-malam untuk mencari pertolongan, pasti hanya akan ditimpuk massa." Pikir Ichigo yang akhirnya menghela nafas setelah keputusan membawa pulang cowok itu terlintas di otaknya. Ia segera memapah cowok itu dan membawanya ke apartemen.

"Beraaattt…" keluhnya sepanjang jalan. Wajar karena memang tubuh Ichigo cukup kurus sedangkan tubuh orang yang dipapahnya kelihatan berisi a.k.a berotot.

Ichigo membuka pintu apartementnya dengan kasar, lalu dengan tenaga terakhirnya, ia menjatuhkan tubuh cowok itu di ranjang.

"Fuaaahh…hosh…hosh…" Ichigo masih terengah. Dipandanginya sejenak cowok itu, untuk kemudian beranjak untuk mengambil handuk dan air hangat serta kotak P3K.

Ia kemudian membersihkan luka di wajah cowok itu dengan handuk kecil yang dibasahi dengan air hangat, lalu mengoleskan antiseptic di bagian yang terluka dan menempelkan kapas serta bandage.

"Hn…di tubuhnya pasti masih banyak luka." Ujar Ichigo setelah mengobati luka di kepala sang pria. "Cih! Kubuka sajalah bajunya, toh dia sedang pingsan. Dan kalaupun dia bangun memangnya kenapa? Dia kan juga laki-laki, sama sepertiku."

Ichigo membuka seluruh pakaian atas si pemuda, sehingga kini pemuda itu bertelanjang dada, memperlihatkan lekuk tubuh yang menggiurkan. Ichigo juga sempat terpana dan menelan ludah akan pemandangan indah yang tersaji di hadapannya.

"Aish…aku ini kenapa sih!" Ichigo menggeleng keras untuk kemudian kembali membersihkan luka di tubuh cowok itu mulai dari leher, dada, perut, hingga ke…yeah, nyaris, ke bagian 'itu'. Dan tampaknya cowok itu terganggu saat Ichigo membersihkan daerah yang…well, cukup sensitive itu.

Ichigo berhenti mengompres saat merasakan geliat tubuh cowok di hadapannya. Lalu perlahan, cowok itu membuka mata. Menampilkan sepasang iris biru cemerlang yang seakan menghipnotis Ichigo untuk tenggelam dalam tatapannya.

"Dimana ini…" lirih cowok itu sambil memutar bola matanya, menyusuri setiap sudut ruangan.

"Di apartemenku, kau tadi pingsan di jalanan." Jawab Ichigo jujur.

Cowok itu duduk perlahan sambil memegangi kepalanya. "Dan kau?" tanyanya.

"Ichigo, Ichigo Kurosaki. Aku yang membawamu kesini. Kau…siapa namamu?"

"Grimmjow. Panggil saja Grimm." Jawabnya seraya melihat tubuhnya yang kini bertelanjang dada. "Shit! Apa yang kau lakukan huh?" maki Grimmjow pada Ichigo.

"Aku hanya ingin mengobati lukamu, itu saja!" balas Ichigo agak kasar karena ucapan Grimmjow yang bernada tinggi.

"Tapi bukan berarti kau bisa menelanjangiku sesuka hati kan?"

Ichigo terbelalak, kesal karena merasa tak dihargai, dan segera bangkit berdiri. "Memangnya siapa yang menelanjangimu! Aku hanya membuka pakaianmu untuk bisa mengobatimu!"

"The Hell with it! Lalu kalau kakiku juga terluka apa kau juga akan membuka celanaku huh?"

Ichigo lagi-lagi terbelalak, tapi kini dengan rona merah menghiasi pipinya. "Te-tentu saja…"

"Iya?" sambung Grimmjow.

"Tentu saja tidak!" bantah Ichigo. "Aku bukan orang yang suka seenaknya pada privasi orang lain!"

"Tch!" hanya itu jawaban Grimmjow, untuk selanjutnya hanya keheningan yang ada di antara mereka. Hingga Grimmjow membuka suara.

"Izinkan aku tinggal disini." Ujarnya.

"Ehh?" bingung Ichigo.

"Kubilang biarkan aku tinggal disini! Kau tuli ya?" ulang Grimm.

Emosi Ichigo kembali naik. "Apa begitu caranya untuk meminta izin huh? Ditambah kau yang tidak tahu terimakasih! Kau fikir aku akan mengizinkanmu tinggal disini?" omel Ichigo.

Hening kembali tercipta. Grimmjow tidak membantah seperti tadi, dan Ichigo bisa melihat tatapan sayu Grimmjow. Ichigo menghela nafas, ia memang orang yang paling tidak tegaan.

"Baiklah, kau boleh tinggal disini." Ucap Ichigo pada akhirnya. "Tapi hanya sampai kau cukup sembuh untuk bisa berjalan pulang! Rumahmu dimana sih? Atau kau minta orang rumah untuk menjemputmu saja deh…"

"Tch! Aku ngantuk! Pergi sana!" dan Grimmjow membanting tubuhnya ke ranjang Ichigo.

"Heeehhh? Jangan tidur disitu kepala biru! Ini kamarku! Kau tidur di ruang tamu atau setidaknya tidur di lantai menggunakan futon!" omel Ichigo.

"Cerewet! Aku bilang aku ngantuk! Cepat pergi sana!"

"Kau…!" dan Ichigo membatalkan omelannya saat mendengar nafas teratur Grimmjow. "Apa dia sudah tertidur?" gumam Ichigo. "Cepat sekali…" Ichigo kembali menghela nafas lalu membereskan compress dan kotak P3K-nya. Setelah itu barulah ia menggelar futon di lantai untuk ia tidur.

"Dasar menyebalkan! Tahu begini aku tidak akan menolongmu!" gerutu Ichigo lalu membaringkan tubuhnya di futon.

~ ] ! ~

"…chigo…Ichigo…" panggilan itu membawa Ichigo ke alam sadarnya.

"Apa sih…" lirih Ichigo dengan mata setengah terpejam, rasa kantuk masih menyergapnya dengan erat.

"Hei! Cepat bangun berry!" dan sebuah jitakan mendarat di kening Ichigo.

"Aduuhh!" Ichigo mengaduh keras dan sontak bangun. "Apaan sih?" omel Ichigo pada sosok berambut biru yang kini berada di hadapannya, Grimmjow.

"Aku lapar, cepat masakkan aku sesuatu." Sambung Grimmjow.

"Heehhh? Kau memerintahku? Memangnya kau siapa huh?" bantah Ichigo.

"Tch, sudahlah. Cepat masak sana. Atau belikan aku sesuatu untuk dimakan!"

"Tidak mau! Kalau lapar masak sendiri sana! Di dapur masih ada bahan makanan kok! Aku tidak mau masak. Ini kan baru pukul…" Ichigo melirik jam dinding. "What the Hell!" seru Ichigo melihat jarum jam yang sudah menunjukkan angka 07.55 a.m. sedangkan sekolah masuk pukul 08.00 a.m.

Tanpa mempedulikan Grimmjow, Ichigo ngabur ke kamar mandi, cibang-cibung sejenak dan lalu memakai seragam, menyiapkan buku pelajaran, dan memakai sepatu.

"Aduuuh, ada PR yang belum kukerjakan pula." Gerutunya dan langsung cabut keluar apartement tanpa lupa mengunci pintu. Tapi ada satu hal yang ia lupakan. Ya, mengunci pintu dari luar tanpa mengingat Grimmjow ada di dalam.

~ OoooOoooO ~

Sepanjang hari di sekolah, Ichigo merasa melupakan sesuatu. Tapi apa ya? Rasanya ia tak mampu mengingat. Ah…sudahlah. Akhirnya Ichigo mengambil keputusan untuk tak menghiraukan 'sesuatu' yang ia lupakan itu.

Hingga jam makan siang pun tiba. Ichigo seperti biasa, ke kantin untuk makan siang bersama teman-temannya.

"Ichigo, bagaimana ulangan English tadi?" Tanya Hisagi Shuuhei, teman sekelas Ichigo yang bertato 69 di bawah mata kirinya.

"Cih! Aku sama sekali tidak bisa berkutik. Kau tahu kan, English itu kelemahanku. Masih lebih mudah Matematika." Jawab Ichigo.

"Ah, masa sih? Padahal tadi soalnya gampang lho…" sambung Kira Izuru.

"Semudah apapun, yang namanya English tetap saja menyulitkan." Kilah Ichigo lagi.

"Eh, by the way, hari ini Kenpachi-sensei ganti mobil lagi lho…Kali ini warna biru." Ucap Renji Abarai.

"Biru…?" batin Ichigo. Seakan mengingatkannya pada sesuatu.

"Ah, kau ini. Beliau itu kan memang orang kaya. Mau setiap jam ganti mobil aku juga tidak akan heran." Sambung Toushiro Hitsugaya yang dari tadi diam saja.

"Cih kalian dari tadi ngobrol terus. Tidak lapar apa?" heran Hiisagi yang mulai menelan makanannya.

"Lapar…?" lagi-lagi kata-kata itu seakan mengingatkan Ichigo pada sesuatu.

"Hei Berry, masakkan aku sesuatu. Aku lapar"

"PPFFFTTT…." Ichigo seketika menyemburkan minuman yang tengah diminumnya ketika ingatan akan 'sesuatu' itu tampak begitu jelas. Ia ingat kalau Grimmjow, si kepala biru itu ada di apartementnya, dan tadi pagi bilang kelaparan tapi Ichigo tak mempedulikannya dan malah pergi ke sekolah dengan mengunci pintunya dari luar.

"Ada apa Ichigo?" Tanya Kira heran.

Ichigo masih terdiam. Ia tengah berfikir akan pulang sekarang atau tidak.

"Ah, dia tidak akan mati kalau hanya tidak makan selama seharian kan…" pikir Ichigo. "Kubawakan makanan sepulang sekolah saja. Tapi, sepulang sekolah aku kan kerja sambilan. Hn…aku akan mampir ke rumah dulu. Eh, tunggu…Apa iya dia hanya seharian tidak makan? Bagaimana kalau sudah dari kemarin dia tidak makan?"

"Ichigo? Hallooww…?" Renji mengayunkan tangannya di depan Ichigo, membuat Ichigo tersadar.

"A-ano…aku…aku harus segera pulang." Ucap Ichigo.

"Ha? Kenapa? Kau sakit?" Tanya Toushiro.

"Umm…ya, kurasa begitu. Tolong mintakan surat izinnya pada guru piket ya…" dan Ichigo segera melesat pergi.

"Huuuh…apa dia baik-baik saja ya…" khawatir Ichigo sepanjang jalan. Ia berlari secepatnya menuju apartement.

"Grim…Grimm…!" panggil Ichigo seraya menghambur masuk setelah membuka pintu. Dicarinya Grimm di ruang tamu, tapi tidak ada. Di kamar tidak ada, bahkan di kamar mandi juga tidak ada. Dapur. Hanya itu tempat yang belum Ichigo periksa.

"Argh! Bagaimana kalau dia bunuh diri karena kelaparan…" Ichigo mulai membayangkan Grimm yang berlumuran darah dengan pisau dapur yang tertancap di perutnya. "Ahh, tidak tidak." Ichigo menggeleng keras dan segera menuju dapur dengan terburu-buru.

Dan seketika…mata Ichigo terbelalak saat melihat keadaan dapur yang…well, lebih parah daripada kapal pecah. Dengan kulkas terbuka dan seluruh isinya termuntahkan di meja dan di lantai, Grimmjow dengan santainya duduk di kursi dengan kaki berada di atas meja.

"Oh, Berry, kau sudah pulang? Cepat sekali. Bolos ya…?" ucap Grimmjow dengan tampang watados a.k.a wajah tanpa dosa dan sambil mengunyah sossis di tangannya.

"K-Kau! Apa yang kau lakukan Huh!" omel Ichigo.

"Memangnya apa? Kau mengunci pintu dari luar sehingga aku tidak bisa keluar untuk mencari makan! Sementara di kulkasmu tidak ada apa-apa kecuali bahan makanan. Aku ini tidak bisa masak! Jadi aku hanya memakan makanan instant seperti sossis dan mie!"

"Tapi bukan berarti kau harus memberantakkan semuanya kan!"

"Cerewet, harusnya kau minta maaf karena tidak membeli makanan instant yang sedikit lebih sehat daripada ini!"

"Siapa yang harusnya minta maaf HAH! Kau menghabiskan stok makanan untuk beberapa hari ke depan! Gaji kerja sambilanku baru akan dibayarkan minggu depan dan bulan ini ayahku tidak mengirim uang, kau tidak berfikir akan makan apa untuk kedepannya?"

Kau ini benar-benar cerewet deh, kayak ibu-ibu yang mikirin jatah makanan. Itu bahan makanan kan masih ada!"

"Iya! Tapi kalau aku buru-buru dan tidak sempat masak harusnya kan ada makanan instant! Tapi kau sudah menghabiskan semuanya! Dasar blueberry sialan!"

"Cerewet! Diamlah Berry! Aku sedang bad mood!"

"Kau juga membuatku bad mood bahkan sejak awal bertemu! Kau itu orang yang tidak tahu terimakasih dan kerjanya merintah melulu! Aku menyesal telah menolongmu dan bahkan mengizinkanmu tinggal disini!"

"Oh…jadi kau menyesal! Lalu?"

"Apanya yang lalu? Aku ingin kau pergi dari rumahku secepatnya!"

"Fine! Aku akan pergi! Aku juga tidak pernah meminta kau untuk menolongku!" dan Grimmjow segera bangkit lalu pergi meninggalkan dapur, atau lebih tepatnya pergi meninggalkan apartement Ichigo.

~ ] ! ~

Pukul 03.00 p.m. seperti biasa, Ichigo berangkat ke tempat kerja sambilannya di sebuah restaurant yang tidak begitu besar, tapi sangat laris karena terkenal dengan masakannya yang enak. Ichigo bekerja di sana sebagai Koki, yeah…hal ini bisa menjelaskan kenapa di kulkas Ichigo hanya ada bahan makanan. Tentu saja karena Ichigo suka dan memang pintar memasak.

"Dasar blueberry, awas saja kau. Kau…bla…bla…#%6&*)(!##&%$" Ichigo mengomel sendiri sepanjang perjalanan.

"Welcome, Kurosaki-kun, pelanggan yang menunggu masakanmu sudah banyak tuh…" sapa Kaien, salah satu pelayan di restaurant itu dengan ramah.

"Yoo…Kaien-san, bakal sibuk nih…" balas Ichigo, tampaknya sedikit bisa melupakan kekesalanya. Ia langsung beranjak ke dapur, memakai perlengkapan memasak dan memulai pekerjaannya.

Baru bekerja selama satu setengah jam, Ichigo mendengar ribut-ribut di luar. Ia yang sudah dipercaya oleh pemilik restaurant sebagai koki sekaligus salah satu pengurus, tentu saja langsung terjun ke TKP (?).

"Ada apa, Kaien-san?" Tanya Ichigo pada Kaien yang tampaknya juga mau ke tempat keributan.

"Entahlah, sepertinya Hiyori-san sedang ribut dengan seorang pelanggan." Jawab Kaien.

"Cih! Apa lagi yang dibuat bocah satu itu!" gerutu Ichigo lalu menghampiri meja no.6 dimana terjadi keributan itu. Dan dahi Ichigo langsung berkedut kesal begitu tahu siapa yang tengah bertengkar dengan Hiyori.

"Kalau kubilang bayar ya bayar!" bentak Hiyori.

"Sudah kubilang biar si Berry yang bekerja disini yang akan membayarnya! Kau tidak mengerti juga ya!"

"Tidak ada karyawan disini yang bernama Berry tauk! Kau Cuma pengen makan gratis kan?"

"Cih! Dengar bo-…"

"G-R-R-I-M-M-J-O-W-W-W-W…"

Grimmjow menoleh dengan kaku begitu mendengar namanya disebut dengan suara horror. Dan seketika keringat dingin Grimmjow bercucuran begitu melihat Ichigo dengan tatapan Hollownya.

"KELUAR DARI SINI SEKARANG JUGA!" bentak Ichigo dan siap menerkam Grimmjow dengan pisau dapur.

"Kurosaki-kun, sudahlah sudah…" Kaien memegangi Ichigo supaya tidak mengamuk. "Kau kan harusnya melerai mereka…"

"Biarkan aku membunuhnya!"

"Cih! Dasar Berry." Grimmjow malah menyeringai mengejek.

"KEMARI KAU GRIMMJOOOOWWWWW…!"

~ ] ! ~

"Maaf ya…Maaf atas keributan tadi…" Kaien tak henti-hentinya membungkuk sambil meminta maaf pada pelanggan di sana. Grimmjow sudah berhasil diusir dan keadaan restaurant sudah kembali seperti semula. "Fuuhh…" akhirnya ia menarik nafas lega. Ia lalu berbalik dan menghampiri Ichigo yang masih duduk sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja dengan kesal.

"Kau ini kenapa sih, Kurosaki-kun. Biasanya kau tidak lepas kendali seperti tadi." Ucap Kaien.

"Mana bisa aku tenang pada orang bodoh macam dia!"

"Heeeh…ya sudahlah. Jangan diulangi lagi ya…Bisa-bisa kau dipecat lho…Sekarang kembali bekerja deh…"

Ichigo hanya mengangguk untuk kemudian kembali ke dapur.

~ OoooOoooO ~

Pukul 09.00 p.m. Ichigo bersiap untuk pulang.

"Sudah mau pulang Kurosaki-kun?" Tanya Kaien.

"Iya. Shift-ku kan sudah selesai. Terimakasih untuk hari ini…Dan juga, maaf ya…atas keributan tadi sore." Ichigo membungkuk sejenak.

"Ah, tidak apa-apa. Ya sudah, hati-hati di jalan Kurosaki-kun. Kau kan pulang sendirian…"

"Ha? Tapi sepertinya malam ini tidak pulang sendirian ya, Ichigo?" ucap Mashiro, salah satu pelayan yang bekerja disitu juga.

"Ah, sendirian saja kok, Mashiro-chan." Sambung Ichigo.

"Lho…tapi tadi di luar kulihat ada pria tampan berambut biru. Katanya dia menunggumu."

Grrr…urat kemarahan Ichigo seketika muncul lagi, ia sudah bisa menebak siapa pria berambut biru itu. Ayolah…warna rambut seperti itu kan jarang dijumpai.

"Kali ini aku benar-benar akan membunuhnya!" geram Ichigo dan berjalan keluar dari dapur. Tapi saat baru memasuki restaurant dan menuju pintu keluar, Ichigo melihat sosok berambut biru tengah menyeberang jalan, menjauh dari restaurant.

"Huuh…jadi dia tidak menungguku ya…" kesal Ichigo dengan wajah sedikit bersemu merah. Lho? Kok dia kesal? "Nggak nggak nggak…" Ichigo menggeleng keras. "Persetan dia mau pergi kemana. Tidak kembali juga tidak apa-apa!" rutuk Ichigo dan kembali melanjutkan langkahnya keluar restaurant.

Membuka pintu keluar, seketika mata Ichigo terbelalak saat mendengar bunyi mobil di rem mendadak dan terdengar suara tabrakan yang keras dari arah jalan raya dimana Ichigo melihat Grimmjow terakhir kali.

"Grimm~jow…" ucap Ichigo dengan suara berat, matanya masih tak lepas dari arah jalan raya yang kini banyak orang berkerumun dan juga terlihat kepulan asap. "Grimmjoww!" seru Ichigo dan tanpa kata lagi langsung menuju ke tempat kejadian. Ichigo sangat khawatir, jangan-jangan Grimmjow kecelakaan. Meski berkata ingin membunuhnya, tapi bukan berarti Ichigo akan suka saat melihat tubuh Grimmjow tergeletak tanpa nyawa kan?

Ichigo mendesak kerumunan orang-orang dan menuju kerumunan paling depan untuk melihat apa yang terjadi. Mungkin ia akan melihat tubuh Grimmjow tersungkur dengan bersimbah darah?

Dan seketika mata Ichigo membulat kala melihat pemandangan ganjil yang tertangkap oleh pupil matanya.

Pemuda biru itu, Grimmjow, berdiri tegap sambil melipat tangan di depan dada dengan expresi angkuh, sedangkan di hadapannya sebuah truck berhenti dengan bagian depannya yang melesak ke dalam seperti habis dihantam benda keras.

"Cih! Makanya menyetirlah dengan benar, supir bodoh!" ucap Grimmjow.

Ichigo masih mematung, perasaannya campur aduk. Antara ketidakpercayaan, juga kelegaan karena kekhawatirannya terhadap Grimmjow tak terbukti.

"Lho? Berry, kau sudah disini rupanya. Ayo cepat pulang." Grimmjow menghampiri Ichigo yang kini masih bengong.

"Kau…yang menghancurkan truck itu~?" ucap Ichigo dengan expresi kosong, masih dalam ketidakpercayaannya.

"Bodoh. Kau fikir aku ini monster yang bisa menghancurkan sebuah truck? Aku pakai tiang besi penunjuk arah tuh…" ujar Grimmjow.

Ichigo masih diam, tak berkedip.

"Kenapa…? Kau khawatir ya…?" goda grimmjow dengan seringaiannya.

Ichigo sedikit terbelalak, dan wajahnya tiba-tiba memerah saat mengingat kalau tadi ia memang sempat menghawatirkan Grimmjow. Dan Ichigo bukanlah type orang yang gampang menutupi expresi akan apa yang dirasakannya.

"Ce-cerewet! Kalau kau mati, aku juga yang repot kan!" ucap Ichigo masih dengan wajah tertunduk.

"Ichi.? Hei Ichi?" heran Grimmjow dan membungkuk untuk mengintip wajah Ichigo yang tertunduk, sehingga wajah merekapun jadi begitu dekat.

Mata Ichigo melebar dan wajahnya terasa kian memanas. Bisa ia lihat mata biru terang Grimmjow yang menatap lurus ke matanya.

"Su-sudahlah! Ayo pulang! Huhh! Kenapa dari tadi kau tidak pulang sendiri saja sih!" Ichigo segera berbalik dan melangkah pergi.

"Kunci apartementnya kan ada padamu, Baka!" Grimmjow mengejar Ichigo yang kian berjalan menjauh, menyamakan langkah mereka. Ichigo masih saja tertunduk, dan Grimmjow bisa melihat kehawatiran masih melekat di wajah Ichigo.

Grimmjow menghela nafas lelah, lalu mengusap-usap kepala Ichigo dan menyandarkannya ke bahu Grimm yang memang lebih tinggi. Membuat Ichigo sekali lagi terbelalak atas perlakuan Grimmjow, rona mawar kembali menghiasi wajahnya.

"Cih! Sudahlah! Aku kan baik-baik saja, Berry!" dengus Grimmjow. "Jangan pasang muka mau nangis begitu dong! Aku ini bukan orang yang bisa menghibur dengan kata-kata manis kalau kau menangis!"

"Ce-cerewet! Memangnya siapa yang mau nangis Huh!" ichigo pura-pura berusaha melepas dekapan Grimmjow, meski sebenarnya merasa nyaman dengan sentuhan Grimmjow.

"Dengar Berry, aku ini bukan orang yang bisa mati dengan mudah. Jadi kau tenang saja deh…"

"Sudah kubilang aku tidak menghawatirkanmu!" kali ini Ichigo berhasil melepas dekapan Grimmjow. Ia lalu segera berlari mendahului, rasanya ia tak bisa lagi berada di samping Grimmjow atau jantungnya akan meledak karena berdegup dengan kencangnya.

"Cepatlah! Kalau kau ketinggalan jauh aku nggak akan mengizinkanmu masuk apartement lho!" hanya itu yang bisa Ichigo ucapkan tanpa berani menatap Grimmjow.

Grimmjow terdiam sejenak sebelum akhirnya menyeringai.

"Kita tinggal satu atap lagi, Berry. Besok kalau kau mengusirku lagi, aku tidak akan menurutinya! Karena sekarang apartementmu adalah apartementku juga!"

"EEEHHHHH?~"

~ To be Continue ~

Aish…maap kalo ga-je banget atau malah terkesan lebay atau yang lainnya XD Coz buat saat ini Cuma ni yang ada di otak gue heheheheheh *lagi error mode on*

Mind to Review?