Male or Female?
Chapter one
By BerryNa
.
.
.
"Tuan Muda, Nona Yeri datang dan ingin bertemu dengan Tuan Muda," ucap seorang maid yang baru saja masuk ke dalam sebuah kamar majikannya. Maid itu masih menunduk, sedangkan tuannya masih memusatkan perhatiannya pada televisi di hadapannya yang memperlihatkan game Attack On Titan yang sedang dimainkannya sedari tadi dengan PS4.
Tuannya itu menoleh dengan raut penuh tanya yang tercetak jelas pada wajah cantiknya, "Huh? Suruh saja dia masuk ke kamarku, Bibi Choi." maid itu menegakkan tubuhnya kembali, lalu pamit undur diri untuk melaksanakan perintah tuannya tersebut. Sedangkan tuannya itu, kembali bermain dengan PS4-nya.
Beberapa saat kemudian, suara derap langkah kaki yang terburu mulai terdengar jelas di luar pintu kamarnya. Ia sudah tidak perlu menebak lagi siapa pemilik langkah kaki seperti itu.
Lalu pintu kamarnya pun dibuka lebar-lebar. Memperlihatkan seorang wanita berwajah cantik dengan rambut pendek kecoklatan khasnya, memasuki kamarnya dengan raut kurang menyenangkan.
Kim Yeri.
"Ada apa?" tanya pria cantik itu kemudian sebelum sepupunya berucap lebih dulu. Yeri, menatapnya penuh delikan tajam, lalu menutup pintu kamar sepupu sekaligus sahabatnya itu cukup keras. Namun tidak membuat Baekhyun menoleh sedikitpun padanya, karena ia masih memusatkan seluruh perhatiannya pada game yang sedang dimainkannya saat ini.
Ia melangkah mendekati kasur, "'Ada apa' katamu?" lalu ia menjitak kepala yang lebih pendek, "Dasar sialan. Aku dan Kyungsoo sudah menunggumu sejam yang lalu di cafe Daehyun! Dan kenapa kau tidak menjawab telfonku, Byun?!" Baekhyun, menoleh sebentar padanya untuk melemparkan pandangan sinis pada wanita itu, sekaligus kesal karena sudah memukul kepalanya. Dengan paksa, ia pun mematikan game console-nya untuk meladeni Yeri yang sedang mengamuk.
Baekhyun bangkit dari posisinya, lalu berkacak pinggang di hadapannya. "First of all, Kim, aku tidak pernah mengatakan 'iya' pada ajakanmu ke sana. Jadi, jangan salahkan kenapa aku tidak datang karena aku, tidak janji. Next, ponselku sengaja kumatikan karena jika tanpa sadar aku mengangkat telfon darimu, aku pasti harus ke sana." Yeri berdecih mendengarnya. Sedangkan Baekhyun menghela nafasnya karena kelakuan Yeri yang semakin ke sini semakin membuatnya kesal.
Bagaimana tidak? Sepupunya itu selalu membuatkannya kencan buta setiap akhir pekan ke pada sahabat-sahabat wanitanya yang lain. Dan itu membuatnya tidak nyaman. Awalnya, mungkin ia dapat menerimanya, tetapi Yeri semakin ke sini, semakin tidak terkontrol. Kencan buta bahkan sudah seperti makanan penutup baginya.
"Jangan pikir aku tidak tahu niatmu mengajakku ke sana, Yeri." ujar Baekhyun sembari menatapnya menahan amarahnya yang sudah di ubun-ubun. Yeri bahkan memalingkan wajahnya darinya. "Aku tidak menyukai Taeyeon noona. Ia adalah kakak kelasku dan aku tetap akan menatapnya seperti kakakku." tambahnya lagi.
Yeri kembali menatapnya, "Siapa bilang aku akan menjodohkanmu dengan Taeyeon eonnie lagi?" tanyanya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ucapannya itu membuat Baekhyun kembali merasa kesal padanya, "Apa aku terlihat seperti orang bodoh untukmu, Yeri?" tanya Baekhyun dengan tangis yang ditahan. Ia sudah sangat tidak menyukai ini, dan jika ia terlalu emosi, maka itu adalah buruk karena dia akan menangis untuk mengeluarkan segala emosinya.
Yeri terdiam, ia tak kembali berucap lagi untuk menyangkalnya. "Sudah cukup. Aku sudah muak dengan kelakuanmu dan aku pun sudah mulai tak nyaman dengan semua itu. Aku tidak suka di jodoh-jodohkan dengan teman wanitamu itu." Baekhyun beranjak berjalan meninggalkannya. Langkah kakinya menuju pintu kamarnya untuk membuat makan siang untuk mereka. "Aku akan memasak makan siang untuk kita dulu,"
Sebelum Baekhyun benar-benar pergi meninggalkan kamarnya, Yeri kemudian berucap lumayan keras, "Oke, maafkan aku. Aku tahu aku sudah mulai keterlaluan padamu. Aku melakukan hal ini karena aku ingin kau mulai membuka hatimu walau sedikit pada orang lain, Baekhyun." Yeri mengacak-acak rambutnya dan menampilkan raut menyesalnya.
Baekhyun mengangguk kecil, "Aku mengerti. Dan aku sudah memaafkanmu."
Suasana menghening setelahnya selama kurang lebih 20 detik. Baekhyun dan Yeri mulai memasuki suasana canggung dan itu membuat keduanya merasa tak nyaman. Baekhyun pun melanjutkan langkahnya ke arah dapur. Karena ia pikir, Yeri tak ingin mengatakan apapun lagi padanya.
Namun Yeri segera meraih pergelangan tangan Baekhyun.
"Ice cream strawberry?"
Baekhyun tersenyum senang, "Sure!"
.
Baekhyun dan Yeri sekarang sedang mengendarai mobilnya menuju cafe milik sepupu Kyungsoo. Yah, cafe eskrim tentunya. Katanya, itu adalah cafe baru dan menurut lidah Kyungsoo, eskrim itu tak terlalu buruk untuk rasanya. Dan juga, banyak varian untuk setiap rasanya. Setelah mendengar Kyungsoo berucap demikian, Baekhyun mulai merengek agar Yeri membawanya ke sana, karena ia akan memesan semua varian untuk rasa buah kesukaannya.
Lagipula, lidah Kyungsoo adalah lidah terbaik setelah Jongdae, jadi ia akan mempercayai lidah milik sahabatnya itu. Namun sayangnya, sahabat satannya itu tidak bisa datang karena ia memiliki kencan dengan kekasihnya sore ini sekaligus menghadiri pameran lukisan milik pamannya.
Beberapa menit kemudian Yeri menghentikan mobilnya, "Oke, kita sudah sampai!" ujarnya dengan senang. Lalu Baekhyun pun melepaskan seatbelt-nya untuk turun lebih dulu, namun Yeri menahannya.
"Umm—Baekhyun, i'm so sorry. Aku tidak bisa menemanimu kali ini. Karena aku tiba-tiba dihubungi Seulgi untuk kerja kelompok tugas Senin depan. Dan aku pun sudah menghubungi Sehun untuk datang menemani dan mengantarmu pulang nanti. Tak apa, ya?" ujar Yeri sembari mencoba kembali menghubungi Sehun dengan ponselnya.
"Hey! Aku bahkan lebih suka sendiri—" Yeri menggeleng keras. "Tidak. Aku akan dibunuh Paman jika meninggalkan anak bungsu kesayangannya sendirian di dunia yang luas ini."
Baekhyun memutar bola matanya, "Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil," Yeri tertawa cukup keras karena gerutuan Baekhyun. Yeri mengacak-acak rambut Baekhyun dengan gemas, "Kau memang sudah dewasa, tetapi perilakumu seperti bocah lima tahun, tahu! Sudahlah, cepatlah turun sebelum aku menendang bokongmu dari mobilku."
Baekhyun kembali menggerutu, lalu ia segera turun dari mobil sport hitam milik Yeri. Yeri bergegas pergi dari sana, meninggalkan Baekhyun sendirian seperti orang bodoh yang mengamati cafe dengan cukup lama. Dari sisi pandangnya, ia dapat menyimpulkan bahwa pemiliknya benar-benar menjaga kebersihan dan juga kerapihan cafe miliknya itu. Walau mereka baru saja buka hari ini. Ia menyukai cafe ini. Mungkin ini akan menjadi afe favorite-nya selanjutnya.
~Happiness Cream~
Good name, pujinya dalam hati. Lalu setelahnya, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe itu dengan senyum tipis yang tak pernah lepas dari bibir tipisnya.
Kringg!
Suara loncengnya terlalu keras—
Beberapa saat kemudian, seorang pria dewasa bertubuh tinggi datang menghampirinya dengan langkah terburu-buru. Dan sepertinya, pria itu sedang bersih-bersih karena ia memakai masker dan kain pel pada genggaman tangan kanannya. Baekhyun tersenyum ramah padanya.
"Oh! Selamat dat—"
Pria itu terpeleset jatuh tepat di hadapannya. Ia bahkan jatuh dengan posisi tertelungkup, membuatnya tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Baekhyun terkejut setengah mati, ia pun berjongkok di hadapan pria itu dengan raut khawatir. "A-astaga! Tu-tuan? Apa anda tidak apa-apa?" bukannya menjawab, pria itu malah meringis sembari memegang pangkal hidungnya. Wajahnya masih menghadap ke bawah jadi Baekhyun tidak tahu apakah bagian wajahnya terluka atau tidak. Namun sudah pasti, ada luka di wajahnya. Mengingat bagaimana keras suara jatuhnya tadi.
Setelah beberapa saat, Baekhyun baru menyadari, kalau di cafe saat ini hanya ada mereka berdua. Dimana Sehun?! pikirnya dalam hati sembari merutuki nama pria albino satu itu.
Pria itu mengangkat wajahnya, dan Baekhyun dapat melihat dengan jelas bagaimana darah segar itu menetes dari lubang hidungnya. Pria itu kembali meringis dan kembali memegangi hidungnya, "A-aw—"
Secara tak sadar, Baekhyun memegang pergelangan tangan kanan pria itu yang sedang memegangi hidungnya. "Kau terluka, biar aku obati," Pria tinggi itu menggeleng keras dengan wajah tersipu, "Ah tidak—tidak perlu! Kau pelanggan pertama kami dan aku tidak apa-ap—"
"Tak apa," Baekhyun tersenyum tipis. "Kau duduklah di sana, aku akan segera kembali." setelahnya, Baekhyun berjalan keluar dari cafe dan meninggalkan pria itu sendiri di sana. Pria itu sedikit terheran, namun entah kenapa hatinya menghangat pada keramahan Baekhyun.
Cantik sekali wanita itu, puji Chanyeol dalam hati. Tapi kenapa potongan rambutnya seperti lelaki? Tomboy tipe?
"Hei, Chanyeol! Apa terjadi sesuatu? Aku seperti mendengar suara bom jatuh di sini!" teriak seseorang dengan suara berat dari arah tangga. Yang dipanggil menggeram kesal padanya. "Berhenti bertanya dan bantu aku bangun!" pria dengan kulit tan itu segera menghampirinya dan membantunya berdiri dari posisinya yang mengenaskan.
Jongin menahan tawanya saat melihat luka memar dan juga darah segar yang mengalir dari hidung temannya itu, "Wow, man. Kau mimisan? Apa barusan ada pelanggan seksi? Kenapa kau tidak memanggilku?" ujar Jongin dengan wajah mesumnya. Chanyeol yang tak tahan pun segera menendang pergelangan kaki Jongin dengan keras. Membuat sang korban menjerit dan melemparkan sumpah serapahnya. "Aku akan memberitahu ucapanmu barusan pada Kyungsoo."
"HEY!" ia mengabaikannya. Jongin masih terus berbicara dengan bergerutu padanya, dan Chanyeol sama sekali tak berminat untuk mendengarnya terus menerus.
Kringg!
Seorang pria tampan dengan kulit putih khasnya, berjalan memasuki cafe itu. Mata elangnya memandang ke sekeliling namun ia tak mendapati obyek yang di carinya. Ia melangkah mendekati Chanyeol dan Jongin yang ia rasa adalah pelayan dari cafe itu.
"Permisi, apa kalian melihat seseorang dengan tubuh pendek dan rambut berwarna kecoklatan berkunjung kemari?" ucapnya. Chanyeol bergeming, namun tidak dengan Jongin. Pria berkulit tan itu menjawabnya tanpa keberatan sama sekali.
Ah, mampus. Apa dia.. kekasihnya? Pikirnya dengan rasa tidak enak pada Sehun.
Jongin melangkah sedikit mendekati pria tampan itu, "Maaf, Tuan. Cafe kami baru saja buka sejam yang lalu dan kami belum mendapatkan pelanggan satupun. Jadi, tidak ada pria ataupun wanita seperti itu di sini."
Sehun mengernyitkan dahinya, "Sungguh?" Bukankah, Baekhyun ada di Happiness Cream cafe? Tapi dimana anak itu?
Chanyeol pun memberanikan diri untuk berucap, "Umm—sebenarnya dia datang tadi, tapi—"
"Oh! Sehun? Kau baru saja sampai?" Baekhyun datang tepat pada waktunya. Dengan kantung belanja berlogo Apotek di tangan kanannya. Sehun bahkan sampai menatapnya heran dengan barang yang dibawanya itu.
Sehun meraih pundaknya, "Kau dari Apotek? Untuk apa?" Baekhyun mendecih, "Tentu saja, beli obat, bodoh. Diamlah sebentar." Lalu Baekhyun berjalan ke arah Chanyeol yang masih sibuk menahan darah yang keluar hidungnya terus-menerus. Jongin bahkan melemparkan tatapan penuh tanya pada sahabat karibnya itu.
Ada apa sebenarnya ini, Park sial? umpat Jongin padanya.
Baekhyun mendudukkan diri tepat di hadapan Chanyeol, "Singkirkan tanganmu," ucapnya. Lalu ia mulai membuka satu-persatu obat-obatan yang ia beli tadi.
Namun Chanyeol malah bergeming karena merasa tak enak pada Sehun yang sedari tadi menatap mereka dengan tajam dan rasa tak suka. Harusnya, ia melarang wanita ini untuk membelikannya obat untuknya, jadi dia tak akan mendapat masalah.
"Kubilang, singkirkan tanganmu. Apa kau tidak dengar?"
Chanyeol menahan nafas, "A-ah, ya," ia pun melepaskan genggaman tangannya pada hidungnya. Memperlihatkan bagaimana mengenaskan hidungnya saat ini. Darah masih mengalir dengan deras dan beberapa bagian mulai berganti warna menjadi keunguan.
Baekhyun meringis namun setelahnya ia tersenyum hangat, "Lukamu tidak terlalu parah, tenang saja." ucapnya kemudian, lalu ia mulai menyiapkan obat-obatannya. "Mungkin ini akan sedikit sakit. Katakan padaku jika aku terlalu keras mengobatimu," Chanyeol mengangguk kecil, lalu Baekhyun pun mulai untuk mengobatinya.
Sehun menatap Baekhyun penuh ketidak percayaan. Sedangkan Jongin sudah menjatuhkan rahangnya sedari tadi terhadap temannya itu. Ia bahkan merasa tubuhnya akan tumbang beberapa saat lagi.
Menyampingkan reaksi Sehun dan juga Jongin, Chanyeol malah merasa sebaliknya. Dadanya berdetak sangat cepat, dan seluruh darahnya terasa berdesir dengan cepat ke bagian pipinya. Yang perlu kalian ketahui, selain ibu dan kakak perempuannya, seorang Park Chanyeol, tak pernah dekat dengan seorang wanita mana pun. Ia bahkan cenderung menjauhi semua wanita di sekitarnya. Maka dari itu, ia bahkan tak tahu eskpresi apa yang ia pasang saat ini di hadapan Baekhyun.
"Nah, sudah selesai." Baekhyun telah selesai mengobati Chanyeol. Ia hanya membersihkan darah yang terus menerus keluar dari hidungnya, juga memberikan salep untuk luka yang membiru.
Chanyeol tersenyum penuh rasa berterimakasih padanya, "Terima kasih," ujar Chanyeol pada Baekhyun yang masih duduk di hadapannya. Mata bulatnya juga tak sengaja melirik Sehun yang melipat kedua tangannya di depan dada dengan raut kesal yang masih ia pasang sedari tadi. Chanyeol lagi-lagi ingin memukul kepala bodohnya.
Baekhyun hanya membalasnya dengan senyumannya, lalu ia membungkus kembali sisa salepnya dan memberikannya kepada Chanyeol. "Ini, ambillah. Kau membutuhkannya sampai luka itu memudar."
"Eh, tapi—"
Dengan paksa, Baekhyun pun menarik tangan Chanyeol dan meletakkannya di atas telapak tangannya. "Jangan terus-terusan merasa tidak enak, aku benar-benar melakukannya dengan sukarela. Kenapa kau terus-terusan merasa canggung seperti itu padaku?" Baekhyun terkekeh kecil. Lalu ia menoleh ke arah Sehun yang sedari tadi ia lupakan keberadaannya.
"Ah, iya! Maafkan aku, Sehun! Aku melupakan keeksistensianmu!" Ia berjalan ke arah Sehun sembari terkekeh, lalu melingkarkan lengannya pada pundaknya, walau agak sedikit bersusah payah karena perbedaan tinggi mereka berdua.
Baekhyun menoleh kembali ke arah Chanyeol dan Jongin, "Cafe kalian sudah buka, bukan? Bolehkah aku memesan beberapa ice cream strawberry?"
.
Chanyeol dan Jongin datang ke meja Baekhyun dengan beberapa ice cream strawberry berbagai jenis juga segelas soda pesanan Sehun. Chanyeol menyajikan semuanya secara spesial untuk Baekhyun, bahkan hampir membuat Jongin memuntahkan minumannya saat Chanyeol menyajikannya dengan penuh sukacita dan senyum lebarnya yang mengerikan—menurutnya.
Baekhyun menatap ice cream yang terletak di atas nampan itu dengan mata berbinar layaknya seorang anak kecil. Chanyeol bahkan gemas melihatnya, dan ia menahan mati-matian tangannya yang ingin mencubit pipi berisi Baekhyun. Jongin pun membantu Chanyeol meletakkannya dengan baik, sedangkan Sehun hanya diam mengamati mereka.
"Ah! Kelihatannya enak sekali!" ucap Baekhyun sembari menyiiapkan sendoknya. "Kalian duduklah juga di sini. Temani aku dan juga Sehun memakan ini semua," ajak Baekhyun dengan wajah gembiranya, berbanding terbalik dengan Sehun yang menatapnya penuh dengan delikan tak suka.
Chanyeol sangat menyadarinya.
"A-ah, tidak. Kami harus kembali ke dapur dan—"
Baekhyun bangkit dari duduknya dan menarik Chanyeol dengan Jongin bersamaan. "Untuk apa? Pelanggan kalian hanya kami berdua dan kalian harus mamatuhi apa mau pelanggan. Bukankah pelanggan adalah raja?" ledek Baekhyun pada mereka berdua. Chanyeol menghela nafasnya, ia benar-benar merasa tidak enak pada pria yang ia pikir adalah kekasih Baekhyun itu. Lalu, kenapa pula pria itu membiarkan kekasihnya bersikap liar begini kalau ia tidak suka? Apakah ia tipe pria yang; aku-akan-memaklumi-semua-mau-wanita?
"Aku akan mencicipinya, dan aku akan memberikan nilaiku pada ice cream buatan kalianini." Chanyeol mengangguk mengiyakan, begitu juga dengan Jongin yang merasa tidak keberatan dengan itu.
Lalu Baekhyun menyendokkan sedikit bagian dari ice cream strawberry itu di sendok kecilnya. Lidah dalam mulutnya pun sudah menunggu untuk menikmatinya.
Setelah beberapa detik, Baekhyun menatap Chanyeol dengan binar mata yang sangat menggemaskan. "ASTAGA! INI SANGAT LEZAT! NILAIMU 11 DARI 10!" Chanyeol dan Jongin terkekeh bersamaan, merasa tidak enak dipuji berlebihan seperti itu.
"Kau pasti pakai resep khusus, bukan? Ini benar-benar sangat enak! Ayo beritahu aku apa ituuu?" tanya Baekhyun sembari merengek dengan raut polosnya kepada Chanyeol dan Jongin. Namun tangannya tak berhenti menyendokkan eskrim ke mulut mungilnya.
"Cinta."
Hening.
Chanyeol menatap Jongin dengan luar biasa terkejut. Sedangkan Sehun bahkan tersedak dari minuman sodanya. Dan Baekhyun yang hanya berkedip bingung ke arahnya.
Yang menjadi pusat perhatian, diam-diam tersenyum licik ke arah Chanyeol. Dan kembali melempar senyum ramahnya pada Baekhyun.
"Apa?" tanya Baekhyun kemudian dengan raut polosnya.
Chanyeol segera meralat, "Ti-tidak! Tidak ada yang seperti itu! Kami tidak punya resep rahasia sama sekali!" Chanyeol lagi-lagi melempar delikan dan juga ancaman tersiratnya pada Jongin. Dan Jongin sama sekali acuh tak acuh pada ancaman tersiratnya itu.
Baekhyun tertawa melihatnya, "Astaga, kau tidak perlu merasa malu seperti itu. Lagipula, itu adalah hal wajar jika kau membuatnya dengan 'cinta'. Itu berarti, rasa cintamu pada kekasihmu itu sangat tulus sampai kau bisa membuat eskrim ini dengan baik." puji Baekhyun dengan senyum cantik yang menghiasi wajahnya. Chanyeol terpaku pada senyumannya, begitu juga dengan Jongin.
Dia adalah Dewi... kagum Jongin dalam hati.
Lalu, ia menoleh ke arah Chanyeol. Pria bodoh itu masih menatap Baekhyun dengan tatapan yang tidak pernah Jongin lihat selama bersahabat dengannya semenjak mereka balita. Dan Jongin berani bertaruh kalau Chanyeol sudah mulai membuka hatinya untuk orang lain. Karena pria itu—
Telah jatuh cinta.
.
Beberapa menit kemudian, Baekhyun sudah selesai memakan semua ice cream strawberry pesanannya. Setelah membayarnya (ia juga mendapat potongan harga karena telah menjadi pelanggan pertama) ia segera melangkah keluar di temani dengan Chanyeol dan Jongin. Sedangkan Sehun mengambil mobilnya yang terpakir cukup jauh dari cafe itu.
"Aku sangat berterimakasih atas kebaikanmu untuk memotong harga untukku," ucap Baekhyun pada Chanyeol yang berdiri tepat di sampingnya. Chanyeol hanya mengangguk sembari tersenyum padanya.
"Itu juga adalah bentuk rasa terima kasihku karena kau mau mengobati hidungku ini." ujar Chanyeol padanya sembari mengelus pangkal hidungnya. Baekhyun mengangguk mengerti untuk itu.
Jongin yang keberadaannya mulai terasingkan pun segera menimbrung dalam percakapan, "Hei, hei. Kita benar-benar sudah seperti teman lama tahu," ujarnya sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Hanya saja, bedanya, kita tidak tahu nama satu sama lain." sambungnya.
Chanyeol memejamkan matanya penuh rasa bodoh bukan main. Ia menyukai seorang wanita, namun sudah 2 jam berlalu dan dirinya sama sekali tidak menyadari kalau mereka tidak tahu nama satu sama lain. Ini benar-benar sangat memalukan!
E-eh, tunggu sebentar! Apa aku bilang barusan? Me-menyukai?! wajahnya mulai tersipu kembali. Pipinya memerah malu, namun ia harus bersyukur karena tidak begitu ketara di mata orang lain. Dadanya kembali berdetak dengan cepat dan itu membuatnya susah berbicara dengan baik.
Namun tidak dengan Jongin yang sudah menyadari perasaan Chanyeol sedari tadi.
Jongin menampar kepala belakang Chanyeol dengan cukup keras, '"Hei, Chanyeol! Ia bertanya padamu! Apa kau sudah tuli?!" Chanyeol pun berhasil tersadar dari lamunannya. Setelahnya ia mendelik ke arah Jongin dengan sangat menyeramkan.
"Ma-maafkan a-aku. K-kau bertanya a-apa?" Baekhyun terkekeh mendengar logat bicara Chanyeol yang tiba-tiba berubah menjadi gugup seperti itu. "Aku bertanya, siapa namamu, tuan?"
Chanyeol menarik nafasnya, lalu menghelanya perlahan. "Chanyeol Park."
Baekhyun tersenyum mendengarnya. Lalu mengulurkan tangan kanannya pada Chanyeol, "Baekhyun Byun. Senang bertemu denganmu, Chanyeol."
Tiin! Tiin!
Baekhyun dengan tak sengaja melepas uluran tangannya pada Chanyeol karena terkejut akan suara klakson mobil Sehun. "Oh! Sehun sudah datang. Maaf, aku harus segera pergi. Kapan-kapan aku akan mampir ke sini lagi, bye!" setelah itu, Baekhyun bergegas pergi dari sana dan mobil Sehun berjalan dengan laju yang sangat kencang dan meninggalkan asap dari kendaraannya. Hal itu membuat Jongin mendelik pada mobil itu dengan tak suka.
"Wah, lihat pria albino sombong itu! Aku ingin sekali mencongkel matanya dengan garpuku! Ku sumpahi mobil sialannya itu mogok sejam lagi!"
Chanyeol menepuk bahunya, "Berhenti merutuki orang lain. Urusi saja dulu Kyungsoo, bodoh."
Jongin meringis mendengarnya.
"Apa aku tidak bisa off dulu dari kehidupan? Sebentar saja?" rengeknya pada langit. Karena ia tahu, jika kekasihnya itu sudah marah, maka ia benar-benar menjadi samsak untuk menjadi pelampiasan kesal kekasih kecilnya itu.
.
.
.
Kaisoo side..
Kyungsoo sedang memegang pisaunya dan memotong beberapa mentimun dan sayuran lainnya. Sedangkan Jongin merengut di meja dapur sembari memperhatikan kekasihnya memasak.
"Sayang, apa kamu masih marah padaku?" tanya Jongin takut-takut, "Aku benar-benar sedang melakukan pekerjaanku dan Chanyeol pun—"
TAK!
Sebilah pisau itu menancap dengan keras di papan sayurannya. Dan Kyungsoo menundukkan wajahnya untuk berhadap-hadapan dengan wajah tertunduk Jongin. "Aku sudah bertanya pada Chanyeol apa yang kau lakukan pada jam 2 sore, Jongin. Jangan mengelak, kau sedang tidur, bukan?" Jongin dengan takut-takut, akhirnya mengangguk mengiyakan.
"Then, seorang pelanggan pertama yang tidak lain adalah sahabatku, membuatmu lupa diri pada jadwal kita? Apa kau masih waras?" tanya Kyungsoo sarkastik. "Tidak! Bukan karena sahabatmu, itu karena Chanyeol!" elak Jongin keras-keras.
Kyungsoo menajamkan matanya yang membuatnya semakin terlihat seram di mata Jongin, "Jangan melibatkan Chanyeol, Kim Jongin." Ancam Kyungsoo menyeramkan, "Katakan dengan jujur kenapa kau bisa sampai lupa hari ini?" tanyanya lagi.
Wajah Jongin memelas karena Kyungsoo tidak mempercayainya, "Tapi, Sayang, ini benar-benar karena Cha—"
"JONGIN!" bentak Kyungsoo.
"CHANYEOL MENYUKAI TEMAN WANITAMU!" ucap Jongin dengan lantang, membuat Kyungsoo terdiam di posisinya dengan pisau yang sudah kembali ke genggaman tangannya. "Apa kau bilang?"
Jongin menghentikan tawanya dan mengernyit tak nyaman karena rasa haus yang tiba-tiba mendera tenggorokannya, "Tunggu sebentar. Aku sangat haus, berikan aku minum." pintanya pada Kyungsoo, dan Kyungsoo pun segera menuangkan segelas jus jeruk padanya.
Jongin pun melanjutkan setelah tenggorokannya mulai terasa nyaman kembali. Manik hitamnya menatap Kyungsoo berapi-api, membuat Kyungsoo sedikit tersentak.
"Chanyeol menyukai temanmu! Aku berani bersumpah, Sayang. Si Caplang itu mengalami love at first sight! Kau harus tahu bagaimana perilaku bodohnya itu dihadapan temanmu! Aku bahkan sampai tak bisa mengabaikan mereka walau sedetik karena terlalu mengasyikkan untuk ditonton! Haha!" ia berucap dengan berapi-api juga tawanya yang membahana ke seluruh dapur.
Kyungsoo mencibir, "Kau seperti maniak," delik Kyungsoo karena merasa kekasihnya itu sangat berlebihan pada kisah cinta orang lain.
"Tapi, Yeri memang wanita yang cantik, sih. Untung saja dia masih sendiri, jadi aku akan membantu Chanyeol untuk mendapatkan wanita cerewet itu." gumam Kyungsoo yang hampir tak terdengar oleh pendengaran tajam seorang Kim Jongin. Lalu ia pun kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
Jongin mengernyit, "Huh? Yeri?" Jongin melipat kedua tangannya di atas meja dapur dengan ekspresi bingung, "Tapi bukankah nama wanita tomboy itu adalah Byun Baekhyun?" tanyanya pada kekasihnya itu.
Kyungsoo menghentikan potongannya pada wortel di tangannya. Matanya yang sudah besar semakin membesar karena ucapan kekasihnya itu barusan. Wajahnya pun mulai memucat. Lalu, ia memusatkan pandangannya pada manik hitam Jongin. Di sana, dapat di lihat bahwa Kyungsoo terkejut bukan main.
Kyungsoo menahan nafasnya, "Tapi... sahabatku yang bernama Byun Baekhyun hanya satu di dunia ini dan dia—"
"—dia adalah seorang pria tulen." lanjutnya.
Jongin pun memuntahkan air jeruk di dalam mulutnya dengan ekspresi yang sama terkejutnya dengan Kyungsoo.
.
.
.
To Be Continued
.
.
.
