Assalamualaikun... ini Neng, salam kenal.
Disclaimer : Neng bukan pemilik Naruto
Pairing : Maunya apa?
Genre : Romance/Humor(?)
Rate : T
Warning : typos, OOC, AU, fanfic pertama. Neng suka Hinata.
Oiya, maaf, ini cerita udah Neng ubah alurnya. Maaf untuk semua yang bingung karena sudah membaca fic. gaje ini. *pundung* Maafkan Neng yang aneh dan lebay ini, juga narsis, eror de el el.
Naruto Oleh Masashi Kishimoto
Seorang Heiress Oleh Neng
...:Neng:...
SEORANG HEIRESS
Mobil bercat hitam mengkilap keluaran terbaru tahun ini masuk ke rumah atau lebih tepat disebut istana Hyuuga melewati gerbang besar berwarna keemasan dengan ukiran a la Jepang kuno yang sangat rumit dan terlihat klasik. Mobil itu berhenti tepat di depan teras dengan dua pilar besar nan kokoh di sisinya. Dengan efek diperlambat dan lagu rock yang entah dari mana datangnya, pintu mobil mentereng itu pun terbuka, kemudian sebuah kaki tampak dengan sepatu hitam kinclongnya. Beberapa saat kemudian, si pemilik kaki menutup pintu mobil dan tampaklah seorang dengan kacamata hitamnya berdiri tegak sangat berwibawa. Dia silangkan tangan di depan dada, rambut model mangkok Teletubies-nya berombak menari tertiup angin yang tiba-tiba datang menerpa. Pandangan matanya ke atas, namun mata bundarnya tertutup kacamata hitam yang ia kenakan. Sungguh sangat mempesona.
"Ehem." terdengar deheman keras dari dalam mobil yang meruntuhkan efek-efek tidak penting barusan.
"I-iya bos, saya bukakan pintunya." ooh… Ternyata sopir sodara-sodara. Tarik saja kalimat sungguh sangat mempesona barusan. Sopir tadi langsung membuka pintu mobil bagian belakang untuk tuannya, dan efek tadi pun muncul kembali. Seorang pemuda dengan badan tinggi tegap turun dari mobil itu. Matanya hitam pekat juga menusuk tajam menggetarkan siapa saja yang melihatnya. Mukanya datar tanpa ekspresi, menunjukkan betapa berwibawanya pria tadi. Penampilannya pun sangat menarik dan terlihat keren dengan jas dan celana hitam juga kemeja putih di dalamnya. Pria itu melangkah maju menuju teras rumah Hyuuga, di mana Tuan, Nyonya dan Nona Hyuuga tengah menanti kedatangannya. Tuan dan nyonya Hyuuga tampak serasi dengan jas dan gaun yang mereka kenakan. Sedangkan Nona Hyuuga satu itu terlihat begitu menawan dengan balutan gaun selutut sederhana berwarna biru muda yang sangat serasi dengan rambut indigo yang ia gerai.
"Selamat datang Uchiha-san." sambut Hiashi dengan muka datarnya. Mereka pun berjabat tangan. Dua wanita Hyuuga di sana tersenyum ramah menyambut kedatangan sang Uchiha muda.
"Terimakasih Hyuuga-sama." jawab Uchiha muda masih datar. "Mari, silahkan masuk." ajak sang Nyonya. Mereka pun berjalan ke ruang tamu dan duduk di kursi yang terlihat sangat mahal di bagian tengah ruang tamu yang besar dan mewah milik Hyuuga itu. Kue juga teh pun datang dan tersaji dengan anggun di sana.
"Maaf Hyuuga-sama, ayah dan ibu sedang menghadiri acara pengenalan produk terbaru kami jadi, mereka tidak dapat hadir hari ini." kata Uchiha muda memulai pembicaraan. "Kami tahu ko, kami juga diundang ke sana." jawab Nyonya Hyuuga dengan senyum anggunnya. "Jadi, kami akan pergi sekarang. Acara berkenalan 'kan, memang 'tak seharusnya orang tua ikut campur?" lanjutnya. "Baiklah, kami tinggal ya." izin sang Nyonya sambil beranjak dari kursi bersama suaminya. Nyonya Hyuuga mendekat pada Hinata yang duduk bersebrangan dengan pria Uchiha tadi kemudian mengecup kening Hinata dengan lembut. "Bay, sayang." tambahnya.
"Jaga baik-baik anakku." terang Hiashi pada calon menantunya dengan tatapan dan muka yang tetap datar dan sedikit mengancam. "Tentu saja Hyuuga-sama." jawab pemuda berambut emo mirip pantat ayam itu. Tuan dan Nyonya Hyuuga pun pergi dan tinggalah sepasang sejoli yang akan segera bertunangan dalam waktu dekat ini.
Hening, 'tak ada yang memulai pembicaraan, suasananya pun sangat kaku. Uchiha yang terlalu cuek dan Hinata yang terlalu pemalu. Entah perpaduan romansa pasangan apa yang tepat untuk mereka.
'Aku takut, kelihatannya dia menyeramkan.' pikir Hinata yang tertunduk malu dan memainkan kedua telunjuknya.
'Menyusahkan.' pikir sang Uchiha. Mukanya masih datar seperti biasa, pandanganya tajam kesatu arah, entah apa yang dia lihat, yang pasti bukan Hyuuga pemalu di depannya.
"KAKAAAAK…" suara cempreng tadi memecah lamunan mereka, Hinata langsung mengarahkan pandang ke sumbernya. Dilihatnya sang adik dari arah depan sedang berlari mendekat dengan sekop di tangan yang berlumuran tanah, Hanabi memang suka berkebun di hari libur, seperti hari Minggu ini. Tiba-tiba…
Srtt… DUG… "AW!" kaki Hanabi menginjak bajunya sendiri dan terjatuh dengan lebaynya. Hinata dan Uchiha segera menghampiri anak ceroboh itu dan menolongnya. "Kau 'tak papa?" tanya Hinata, mukanya terlihat khawatir. "'Tak apa ko kak, kan sudah biasa. He… He..." jawabnya riang. Mereka membantu bocah Hyuuga tadi berdiri, akibatnya baju Hinata dan jas Uchiha pun kotor. "Ma-maaf Uchiha-san, bajumu jadi kotor." maaf Hinata dengan tampang menyesal. "Hn." tambah bersalah saja perasaan Hinata atas jawaban singkat sang Uchiha, Hanabi tenang-tenang saja sambil menarik Kakaknya duduk di kursi tamu dan akan memulai tujuannya berlari ke arah Kakaknya tadi. Hanabi juga tidak tahu siapa tamu Kakaknya, seandainya ia tau entah apa yang harus Hinata lakukan untuk menenangkannya.
"Wastafel?" tanya Uchiha datar. "Ma-maaf, bi-biar kuantar." sebelum Hinata beranjak dari kursi, Hanabi sudah menahan lengannya, "Dengarkan aku dulu kak, aku ingin mengatakan sesuatu nih". "Ta-" kata Hinata terpotong, "Tunjukan saja arahnya." sela Uchiha makin dingin. "M-maaf, kaulurus s-saja ke sana lalu ke kanan d-di ujung ruangan." jawab Hinata menunjukkan arah. Sementara Hanabi memulai berceloteh ria, Uchiha itu berbalik. Namun sebelum dia melangkah, "Kakak, benarkah hari ini calon tunangan Kakak datang?" tanya Hanabi pada Hinata, Hanabi langsung menyela sebelum sempat kakanya menjawab. "Awas saja kalau dia datang, akan kujambak rambunya, kucakar-cakar mukanya yang jelek itu." sela Hanabi dengan mempraktekan ucapannya pada bantal 'tak bersalah di sampingnya. Uchiha muda itu hanya diam, entah apa yang dia pikirkan. "Ssssttt... Hanabi..." desus Hinata mencoba menenangkan adiknya yang 'tak tahu kalau orang yang ia bicarakan ada bersama mereka.
"Tenang saja Kak, aku akan selalu melindungimu dengan jiwa dan raga ini dari om-om jelek yang jahat yang memaksa Kakak untuk menikahinya itu! Huh... paling dia 'tak laku, 'tak ada satu gadis pun yang mau menikahinya. Kenapa harus kakak yang menjadi korban atas rasa tidak manusawi yang om-om itu miliki? Kenapa? Kenapa? Kenapa?" celoteh panjang Hanabi dengan wajah dramatisirnya.
"Hana... bukan begi-" panggil Hinata lirih namun masih 'tak digubris oleh bocah di sampingnya itu. "Kejam sekali dunia ini, hanya karena uang, Kakakku harus menderita." ucap Hanabi berlinang air mata, ia katupkan kedua tangan mungilnya menghayati semua kata yang ia ucap dan ia pikirkan. Lalu ia menarik tangan sang Kakak dan menggenggamnya erat, menatap bola mata yang sama persis seperti miliknya dengan matanya yang berkaca-kaca. "Kakak, larilah! Lari saja keluar negeri bersama kekasihmu! Jangan biarkan takdir memisahkan cinta kalian! Pergilah ke ujung dunia, aku akan selalu mendukungmu Kakak...hikzs..." ungkapnya lagi makin aneh.
"H-Hana, Kakak tidak-".
"Aku ke depan dulu Kak, aku akan menjaga gerbang. Akan kutahan om-om itu, cepatlah Kakak kabur lewat pintu belakang!" Hanabi bergegas lari menuju gerbang, di tengah jalan ia berhenti dan berbalik memandang Kakaknya. "Berjuanglah." kata Hanabi dengan anggukan mantap pada sang Kakak, kemudian ia lanjutkan larinya itu.
"H-Hana... kau, terlalu banyak menonton sinetron." ucap Hinata lirih 'tak tau harus berkata apa. Tiba-tiba Hinata teringat sesuatu yang sangat penting, dengan cepat ia mengalihkan pandangan pada pria tampan yang tengah berdiri 'tak jauh darinya. Hinata hanya melihat punggungnya, lalu melihatnya berjalan tanang sesuai arah yang ditunjuk Hinata. Entah apa yang tersirat di wajah bening sang Uchiha, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Dia telusuri jalan di rumah yang 'tak jauh besar dengan Mension Uchiha miliknya. Lantai marmer krem ia telusuri dengan langkah tenang dan wibawa miliknya, hingga sampailah dia di kamar mandi. Dia lepas jas yang dia kenakan, kemudian menggantungnya di cantelan samping kaca. Lengan kemejanya dia gulung sampai siku, lalu mencuci tangannya di wastafal.
"Kenapa dia belum datang juga sih?" suara seorang wanita terdengar di luar kamar mandi. "Mungkin dia tersesat Sakura-san." terdengar suara lagi, kali ini suara seorang pria. "Kiba-san, tolong kaucarikan ke sana." perintah suara yang dipanggil Sakura itu. "Baik." jawab suara pria yang tadi dipanggil Kiba tadi. Lalu terdengar suara langkah sepatu menjauh. Mungkin salah satu dari mereka pergi. "Di mana sih dia, merepotkan sekali." keluh suara Sakura.
Kriek...Uchiha muda itu membuka pintu. Merasa ada seseorng di belakangnya, Sakura berbalik dan sedikit terpana dengan apa yang ia lihat. Seorang pemuda, tampan, berwibawa, tapi apa dia seorang...
"Maaf, apa kau orangnya?" tanya Sakura pada pemuda berkulit putih itu.
"Hm." hanya itu yang ia lontar pada gadis cantik dan menawan di depannya.
"Kalau begitu, tolong ikut saya." Sakura berjalan di depan. Anak bungsu Uchiha itu pikir, mungkin ada suatu yang penting yang akan dibicarakan oleh keluarga Hyuuga melalui gadis berjas hitam model wanita dengan rok selulut ini. Maka dia pun mengikuti langkah gadis merah muda manis itu menelusuri lorong-lorong rumah Hyuuga menuju suatu ruangan.
"Aku akan menjelaskan semua tentang Nona Hinata padamu. Tentang sifat, kesukaan, kebiasaan, dan segala macam tentang Nona padamu." kalimat Sakura terlontar di sela perjalanan mereka.
'Apa harus sampai seperti ini? Merepotkan sekali Heiress itu. Kenapa aku bukan anak pertama?' keluh sang Uchiha dalam hati. Langkah demi langkah mereka tepakkan, dan sampailah mereka di tujuan.
"Ini tempat berkumpul seluruh pelayan, sopir, tukang kebun, koki, semuanya. Semua orang yang bekerja di sini. Silahkan duduk".
"Hm." pemuda itu pun duduk di kursi yang sudah disediakan. Ada sebuah meja besar di depannya, di samping kanan dan kirinya berderet kursi yang sama persis dengan yang dia duduki. Kursi ditata mengelilingi meja besar tersebut dengan sangat rapi. Sementara Sakura berjalan menjauh kemudian duduk di sisi lain meja tepat di hadapan pria muda Uchiha itu.
"Perkenalkan, nama saya Haruno Sakura, pelayan pribadi Nona. Siapa nama Anda?" Sakura memperkenalkan dirinya.
"Hm".
"Maaf," tanya Sakura heran, sedikit mengerutkan dahi. 'Menyebalkan sekali sih dia? dari tadi hanya Hm saja. Bahkan 'tak pernah menatap mataku. Tampan sih tampan, tapi 'tak seharusnya dia seperti itu.' keluh sakura dalam hati.
"Sasuke." jawab Uchiha muda itu singkat. 'Untuk apa aku dibawa kemari?' tanyanya dalam hati.
"Baiklah Sasuke-san." jeda beberapa saat, nampaknya Sakura pernah mendengar nama itu, "Berhubung Nona sedang ada tamu penting, besok saja saya perkenalkan Anda pada Nona." terang Sakura, 'Diam? Baiklah, aku harus terbiasa'.
"Nona akan segera menjadi pewaris, tugas Bodyguard cukup berat di sini. Anda harus menjaga Nona selama 24 jam".
'Bodyguard?' tanya Sasuke dalam hati sedikit heran namun, 'tak terpancar raut heran di mukanya. Saat itu juga Sasuke tahu duduk permasalahannya. Sedikit senyum mengejek terlihat di bibirnya. Sakura yang melihatnya sedikit leleh, namun dengan cepat ia gelengkan kepalanya untuk menghilangkan pesona sihir pria menyebalkan di depannya.
"Hm." Sasuke beranjak dari tempatnya.
"Hey, kaumau kemana? Aku Belum selesai." tanya Sakura dengan nada marahnya.
"Tunggu! Kautahu? kalau tadi aku sudah sabar padamu. Dengan 'Hm'-mu itu. Jadi jangan membuatku tambah marah padamu." kata-kata Sakura 'tak digubris olehnya. Pria muda itu terus berjalan menelusuri lorong yang tadi dia lalui.
'Gadis bodoh yang menarik.' komentarnya dalam hati, dengan seringai terpampang di wajahnya.
"Hei!" panggil Sakura padanya, namun hanya sia-sia belaka.
"Sakura-san?" tiba-tiba ada suara seorang memanggil dari jalan lain yang menghubungkan ruangan itu dengan dapur.
"APA!" tanya Sakura dengan ekspresi seramnya.
"He..he.. di-dia ada di dapur, sedang makan, tapi sepertinya tanpa izin koki Chouji. He..he.." ternyata itu Kiba, dia sedikit takut pada muka masam Sakura. 'Ada apa dengan Sakura-san? Kalau ekspresinya sudah seperti ini, dia menyeramkan. Yah tapi tetap cantik'.
Menyaring kalimat...
"APA!" Sakura kaget setengah mati mendengar kenyataan bahwa orang yang ia cari sedang mencuri mekanan di dapur, jadi tadi ia berbincang dengan siapa?
...:Neng:...
Sampailah Sasuke di ruang tamu kemudian duduk kembali di hadapan Hinata yang sudah mengganti bajunya yang kotor. Kali ini ia mengenakan gaun putih dengan aksen renda biru muda yang terlihat sangat indah, senada dengan wajah menawannya. Hening. Mereka hanya terpaut pada pikiran masing-masing. Tampaknya, mereka juga sudah melupakan bocah ceroboh yang sedang asik menjaga gerbang.
'Dia berbeda sekali dengan Naruto-kun.' pikir Hinata.
'Heiress, ck. Haruskah aku menyapanya dulu?' pikir Sasuke sedikit ragu.
'Naruto-senpai…' tiba-tiba ia teringat Naruto, senior di SMP juga di SMA-nya yang sangat ia cintai sampai sekarang.
'Baiklah.' pikir Sasuke mengalahkan gengsinya yang 'tak pernah mau menyapa seorang wanita sebelum ini. Dia hanya menjawab sapaan sebelumnya, namun kali ini dia harus menyapa demi menghormati adat Hyuuga yang dia tahu menyapa seorang pria itu suatu yang ganjil bagi seorang gadis.
'Aku jadi ingin bertemu dengannya.' Hinata masih tenggelam dalam pikirannya sambil memainkan jemari-jemari lentik itu.
"Saya Uchiha Sasuke, apa kabar Hyuuga-san?" sapa Uchiha Sasuke dengan muka datar tanpa melihat ke arah sang Heiress.
'Setidaknya sebelum pertunanganku ini.' saking tenggelamnya, gadis Hyuuga ini 'tak mendengar suara emas Sasuke yang terkenal mahal itu tadi menyapanya.
Setelah lama 'tak ada jawaban, Sasuke sedikit heran. Kemungkinan yang dia prediksi saat dia menyapa seorang gadis adalah gadis itu akan bertriak saking senangnya, atau meloncat girang ke angkasa atau semacamnya. Tapi, kenapa 'tak ada teriakan? Apa dia pingsan saking kelewat senang? Sekejap Sasuke melempar lirik pada Hinata lalu kembali ke pandangan asalnya. 'Melamun?' heran Sasuke dalam hati.
"Ehemm, Hyuuga-san?" panggilnya lagi masih 'tak memandang mata lawan bicaranya.
'Aku ingin dia tahu perasaanku. Tapi apa pantas seorang yang akan bertunangan menyatakan cinta pada orang lain?' kembali, hanya Naruto yang terbesit di pikirannya.
Karena sebelum ini dia 'tak pernah diacuhkan, Sasuke sedikit kesal lalu memandang mata 'tak berpupil Hinata dengan tajam. "Hyuuga-san." panggil Sasuke lagi, dia benar-benar 'tak suka diacuhkan.
'Mana mungkin Naruto menyukai gadis pemalu sepertiku? Lagipula, jodohku sudah di sini.' pikirnya lagi sambil mengalihkan mata ke Uchiha sebentar dan kembali mengamati telunjuk yang ia mainkan tadi.
Sasuke berkata, 'Akhirnya,' dalam hati ketika sang Heiress tadi menatapnya, namun segera mengutuk gadis berponi tebal itu saat mata ungu mudanya berpaling lagi darinya, dan bertambah kesal saat dia sadar bahwa tatapan sang Hyuuga tadi masih dalam lamunan bodohnya, yang entah apa itu. 'Padahal gue udah rela nyapa dia duluan, dasar…'.
"Heh, bodoh!".
"I-iya Uchiha-san," jawab Hinata gagap dan kaget. 'Eh, tadi dia panggil aku apa ya? Ah, mungkin aku salah dengar'.
'Dipanggil bodoh baru nyaut.' melihat ekspresi Hinata, Sasuke yakin gadis bodoh itu 'tak mendengar Sasuke memanggilnya apa barusan.
"A-ada apa Uchiha san?" tanya Hinata dengan ekspresi heran.
Sasuke menghembuskan nafas untuk menghilangkan rasa kesalnya, lalu dia palingkan muka ke pandangannya yang semula dan memasang tampang datar Uchiha kembali.
'Kenapa dari tadi dia diam saja ya? Tidak sopan. Seharusnya kan, dia menyapaku? Ya sudah lah, aku saja.' kata Hinata dalam hati, lalu ia menyapa, "A-apa kabar Uchiha-san. A-aku, namaku Hinata. Sa-salam kenal".
'Ga bakal gue jawab. Gue bales lu! Lu kira enak dicuekin?' pikir Sasuke 'tak sadar bahwa dia yang paling sering mengacuhkan orang lain. Sasuke benar-benar jengkel.
'Kenapa masih diam, apa dia tidak mendengarku? Suaraku terlalu lirih ya?' Hinata terus bertanya dalam hati. "U-Uchiha-san?" panggil Hinata menaikan satu volume suaranya, 'Dia tidak dengar. Aduh, kenapa suaraku 'tak terdengar juga sih? Perasaan sudah kukeraskan deh. Mungkin dia dengar, tapi kok tidak menjawab ya? Dia juga 'tak menatapku. HAH..? Atau, jangan-jangan dia…'.
"U-Uchiha-san, a-anda seorang... pemalu ya?".
'APA!' kejut Sasuke dalam hati bersama matanya yang sedikit melotot ke Hinata, dia 'tak pernah dikatai seperti itu sebelumnya, biasanya dia mendapat kata "Sasuke keren", "Anda sangat cool", "Tuan memang sangat sempurna", dan lain sebagainya, sebagai pujian atas kesempurnaan yang dia miliki, dan barusan gadis ini bertanya 'Anda seorang pemalu?' apa gadis ini sudah mati rasa? Lalu Sasuke menghela nafas, dan kembali mengalihkan pandang dengan ekspresi Uchihanya lagi, setelah dia sadar pandangan mata, dan wajah 'tak bersalah melekat pada gadis tadi. 'Gadis polos.' pikirnya pasrah.
"S-soalnya dari tadi A-anda diam saja." jelas Hinata yang barusan menyadari tatapan Sasuke, yang ia pikir Sasuke kaget karena Hinata bisa tahu hal itu. 'Iya, sepertinya dia pemalu deh'.
'Dari tadi juga gue panggil lo! Lonya aja yang nglamun!' Sasuke membela dirinya dalam hati.
"Tak apa ko, Uchiha-san, sa-saya juga seorang pemalu. Kita sama ya? He…he…" begitulah opini Hinata dangan senyum manisnya.
Twich, muncul tiga kedutan didahi Sasuke.
'KITA? Lo aja kali gue nggak! Gue nggak pernah gagap atau muter-muterin jari kayak lo. Sama dari Hongkong? Ni cewek polos apa bego sih?' protes Sasuke dalam hati. 'Aduh, gue ko jadi OOC gini. Tenang Sasuke, tenang, lo Uchiha! Tarik nafas, hembuskan.' dan wajah Uchihanya kembali.
"T-tapi, sepertinya Uhiha-san lebih pemalu dari ku".
'APAA!' twich! Kedutan muncul lagi.
"T-tenang Uchiha-san, a-aku pasti akan mengajarimu cara untuk mengatasinya. Cara a la Hinata".
'Muter-muterin jari maksud lo? OGAH gue niru gaya lo!'.
"T-tapi, sepertinya untuk Uchiha-san harus ditambah porsinya".
'APAAA!' kalimat Hinata tadi benar-benar memerahkan telinga Sasuke. Kelihatan sekali jengkelnya Sasuke sudah di ujung daun kelor nih. 'Tenang Sasuke, tenang. Kauini Uchiha. Sabar, sabar, tenang, tarik napas, hembuskan, tarik lagi, hembuskan.' Begitulah, wajah Sasuke pun kembali ke asal. Lalu mengalihkan pandangan ke Hinata yang sedang tersenyum manis a la malaikat penjaga surga, dengan begrond merah muda juga 'tak ketinggalan efek sinar dan bunga-bunga yang bertebaran di sekitarnya, melambangkan ketulusan hati atas pertolongan yang akan ia berikan pada seorang Uchiha muda di depannya. Sasuke pun menghela nafas pasrah untuk kesekian kalinya hari ini, paham dengan kelakuan gadis polos nan bego di depannya. 'Masa gue harus nikah sama cewek bego ini sih?' tanya Sasuke sambil menggeleng kepala dalam hati.
"K-kukira aku yang paling pemalu di dunia ini, t-ternyata ada yang lebih parah ya…?" terang Hinata masih dengan efek-efek barusan.
1 detik…
2 detik…
3 detik...
'AAAAGGGGRRRRR' teriak seorang Sasuke yang tentu saja masih dalam hati. Rasanya ingin sekali mencekik dan menghancurkan muka 'tak bersalah' gadis di depannya ini. Tapi apa daya pemirsa, Sasuke adalah seorang Uchiha yang harus menjaga harkat dan martabat Clannya. Yah, bukan salah bunda mengandung, salahkan saja ayah yang 'tak pakai sarung.
...:BERSAMBUNG:...
A.N : Terimakasih sudah membaca Fic. pertama Neng.
Mau dilanjutkan tidak? Maaf kalau Fic. Neng kurang berkenan di hati Minna. Neng sudah menyunting cerita ini, kalau masih ada yang salah lagi, mohon bimbingannya ya.
Terimakasih banyak untuk Fuuyuki27, Dani no kyoko, Masahiro 'Night' Seiran, Unk-gu 'G-jiy-',dan upechan-sashin. Neng sangat senang mendapat Review dari kalian.
Untuk minna, Review ya?
*baby eyes no jutsu*
Review itu membuat hati Neng berbunga.
