Author : Lee Shita a.k.a Park Shita

Tittle : This is my life? part 1

Rating : T

Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Kim Jongin, Oh Sehun, Zang Yixing, Kim Joonmyeon, Do kyungsoo, Kim Minseok, and other.

Ini yaoi ya! Aku hanya mengingatkan, takutnya kalian gak liat trus kebablasan deh baca, dan ujung-ujungnya malah arah-marah karena gak suka genre yaoi. Tapi jika kalian memiliki rasa penasaran tinggi, sebaiknya di baca ya, dan jangan lupa review..

Katakan kau mencintaiku,

maka aku akan selalu disisimu...

Matahari sudah nampak bersinar cerah. Bahkan burung sudah terdengar berkicau dengan riangnya, suara deru kendaraan yang berlomba, suara mesin dari pabrik-pabrik besar terdengar sangat menakutkan, dan juga suara ketukan pintu yang memintaku untuk bangun.

"Baekhyun-ah! Ireona!" terdengar ucapan seseorang di seberang sana sambil mengetuk pintuku. Aku tahu ini sudah pagi, sangat tahu malah. Tapi entah mengapa aku sangat tak ingin mata ini terbuka, rasanya lebih baik jika tertutup untuk selamanya saja. Aku lebih suka hidup di dalam mimpiku terasa lebih nyata daripada harus menghadapi kenyataan yang terasa seperti mimpi buruk.

Ya, mimpi buruk yang di mulai 2 tahun lalu, mimpi buruk yang selalu membuatku ingin segera terbangun, namun aku sadar kalau inilah sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa aku harus menikah dengan orang yang sama sekali tak kucintai, tak kusayangi, bahkan tak ku kenal. Maksudku bukan tak ku kenal namanya, bukan tak ku kenal wajahnya,hanya saja yang tak ku kenal karakternya. Tapi jangan salah paham,kami tidaklah dijodohkan seperti klise masa-masa lampau.

Kami menikah atas kemauan kami, yah sama seperti pernikahan pada umumnya. Dia melamarmu, lalu menikah dan saat terbangun paginya kau sudah resmi menjadi milik orang lain. Hanya saja dalam kasusku berbeda, entah aku yang terlalu bodoh, atau nekad, atau karena pengaruh alkohol sialan malam itu. Kami baru kenal semalam, dan paginya aku sudah resmi menikah. Aneh? Tentu saja, jangankan kalian. Aku pun merasakan hal yang sama. Dan inilah mimpi burukku, yang selalu diawali dengan ketukan pintu kamarku.

"Yaak! cepat bangun! Aku bisa terlambat." Suara itu semakin mengeras. Dengan kesal, aku beranjak dari tempat tidurku dan berjalan ke arah pintu.

"Baekhyun-ah, aku bilang_" sebelum suara itu berakhir dengan tanda seru ( ? ) aku sudah lebih dulu membuka pintu.

"Lihat kan? aku sudah bangun. Cepat kau mandi sana! Katanya kau bisa terlambat." Ucapku pada sosok namja tinggi berkulit tan ini.

"Mana bisa aku mandi jika air panas dan bajuku belum kau siapkan." Bentaknya.

"Baiklah. Baiklah. Akan aku siapkan Jongin." Ucapku sambil memasang senyum palsu.

"Yaak! sudah aku katakan, jangan panggil aku Jongin! Panggil aku Kai!" protesnya lagi sambil berjalan di belakangku, sedangkan aku tak menghiraukannya sambil tetap berjalan ke kamar mandi. Dia terus mengoceh, entah apa yang dia bilang sekarang, aku benar-benar tak peduli. Aku menghidupkan shower lalu mengatur suhu airnya dengan menggunakan tanganku sebagai testernya. Dia masih saja mengoceh di belakangku.

"Kalau kau tak mau di panggil Jongin, seharusnya kau memanggilku dengan sebutan Hyung juga. Bagaimana pun aku ini adalah kakak iparmu." Ucapku kesal namun masih terdengar santai pada adik pertama dari suamiku ini.

"Terserahku, aku mau memanggilmu apa. Termasuk memanggilmu pendek sekalipun." Ucapnya.

"Kau.." kesalku hendak memukulnya bahkan tanganku sudah terangkat diudara.

"Apa?" tantangnya sambil menaikkan dagunya.

"Ani." Sahutku sambil tersenyum dan mengelus kepalanya.

"Sana keluar! Aku mau mandi." Ucapnya mendorong tubuhku kasar.

"Iisshh.. dasar bocah manja." Ucapku sambil memandang ke arah pintu, aku segera berjalan ke kamar Jongin, eits! Ani, maksudku Kai. Dan menyiapkan seragam sekolahnya. Aku tertawa geli saat melihat identitas sekolah yang tertempel di seragamnya. ' SM Senior High School'

"Heuh." Dengusku kesal. Dia sudah SMA namun kelakuannya lebih buruk daripada anak TK.

"Baekhyun hyung?" terdengar suara panggilan lagi. Kali ini terdengar pangilan yang lebih lembut dari pintu kamar Jongin, eh mian maksudku Kai. Aku sudah tahu siapa pemilik suara lembut itu.

"Ada apa Lay-ah?" tanyaku pada sosok namja manis dengan sorot mata lembut dan seragam SMP yang serasi dengannya.

"HHmm.. Hyung." Ucapnya menundukan kepalanya.

"Wae? Wae?" tanyaku pelan sambil menghampirinya. Dia juga adik iparku yang berarti adik dari suamiku juga yang sangat pemalu, tapi aku menyukainya setidaknya dia masih menghormatiku.

"Apa kau melihat sepatuku?" tanyanya sambil menggerakan kakinya imut yang bertelanjang .Aku mengerutkan dahiku, sepertinya aku mengingat sesuatu tentang sepatunya, tapi dimana ya?

"Aigoo!" seruku sambil menepuk dahiku, dia memandangku cemas.
"Kemarin aku merendamnya karena ingin aku cuci, tapi aku terlalu lelah kemarin dan aku lupa mencucinya." Ucapku yang juga panik.

"Mwo?" suaranya merendah dan wajahnya memerah,bukan tersipu malu tapi menahan tangisnya. Ia terisak pelan, aku berusaha mencegahnya namun percuma, dia tetap menangis.

"Ulljima Lay-ah, mianhae hyung lupa. Eottheokkhae?" ucapku panik. Bukannya Lay tak punya sepatu lagi, tapi dia itu tipe orang yang setia. Maksudku, jika dia menyukai sesuatu dia akan terus menggunakannya dan tak mau mengggunakan yang lain.

"Bagaimana kalau pakai sepatumu yang lain ne?" ucapku pelan, dia masih terisak.

"Tenang hyung. Ini!" tiba-tiba sepasang sepatu muncul di depan wajah kami. Lay menatapnya lalu tersenyum dan segera mengambilnya.

"Huwaaa.. gomawo Joonmyeon-ah." Ucapku pada namja manis dan wajah meneduhkan bak malaikat ini. Dia adik ketiga suamiku yang baru duduk di tingkat kelima sekolah dasar.

"Ne. Cheomanneyo Baekhyun-ah." Ucapnya sambil tersenyum bangga.

"Bagaimana kau melakukannya?" tanyaku lagi.

"Aku sudah menduga kau akan lupa, jadi kemarin diam-diam aku mencucinya dan segera menjemurnya." Ucapnya sambil berjalan acuh ke meja makan. Aku tersenyum senang, dia memang masih SD tapi sikapnya sangatlah dewasa, bahkan jauh dewasa daripada Kai yang kini masih diam di dalam kamar mandi, entah apa yang dia lakukan sampai berlama-lama di kamar mandi, mungkin membersihkan dirinya sampai ke dalam sel-selnya.

Aku menghela nafas sebentar, dan sepertinya aku melupakan sesuatu. Aigoo, Sehun-ah! Aku segera berlari menuju kamar disebelah kamarku, aku membuka pintu cepat dan kudapati seorang namja kecil tengah terduduk sambil menggosok matanya.

"Thudah pagi ya hyunnie?" ucapnya cadel. Aku tersenyum padanya dan segera menghampirinya.

"Ne. Ini sudah pagi. Ayo mandi kau harus segera berangkat sekolah." Ucapku lalu menggendong anak manis berkulit seputih susu itu, dialah adik keempat dan terakhir suamiku yang baru berusia 5 tahun dan masih duduk di taman kanak-kanak.

"Yaak! Jongin-ah, apa yang kau lakukan dikamar mandi? Kenapa lama sekali?" bentakku sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi kencang.

"Ne, sabar! Aku sedang menggosok punggungku." Sahutnya.

"Tapi ini sudah siang, kau dan adik-adikmu bisa terlambat." Bentakku lagi.

"Salahmu yang tak mau membangunkanku tadi." Ucapnya, aku semakin kesal tapi tetap berusaha sabar.

"Katakan saja ini padanya! Yaak! Jongin-ah sampai seratus abad pun kau di dalam sana, kulitmu tak akan putih. Sadarlah!" teriak Joonmyeon dan segera berjalan meninggalkan kami.

Ceklek..

Pintu terbuka menampakan sosok Kai yang menatap tajam ke arahku, aku membulatkan mataku.

"Eih? Bukan aku yang mengatakannya, tapi_"

"Sudah aku katakan jangan menyinggung masalah kulit. Aku ini tidak hitam, hanya saja aku tidak seputih kalian." Ucapnya kesal sambil berjalan ke kamarnya.

..

...

Keempat namja itu sedang duduk di meja makan. Kai sibuk memainkan ponselnya, Lay melamun, Joonmyeon membaca bukunya, dan Sehun bermain dengan mainannya.

"Berapa kali aku katakan! Jangan pernah membawa barang-barang selain peralatan makan di meja makan." Ucapku sambil meletakan sepiring roti bakar. Joonmyeon memasukan bukunya ke dalam tas, Sehun dengan tampang bersalah memasukan mainannya ke dalam saku jaketnya, Lay tersadar dari lamunannya, tapi Kai memutar bola matanya malas, dan tetap bermain dengan ponselnya.

TUNG!

Aku memukul kepalanya dengan sendok sehingga membuatnya meringis.

"Sakit tahu!"

"Aku tahu. Makanya cepat masukan, berilah contoh yang baik untuk adikmu!" ucapku kesal.

"Tapi temanku mengirimiku pesan."

"Kau kan bisa bertemu dengannya nanti, atau jangan-jangan itu kekasihmu? Oohh kau sudah berani berpacaran rupanya, bagaimana kalau ini sampai ketelinga kakakmu? Kira-kira apa_"

"Baiklah! Baiklah!" pekiknya sambil memasukan ponselnya kesal, aku hanya bisa tersenyum.

"Dasar pengadu." Gumamnya lagi.

"Aku mendengar dengan jelas." Sahutku sambil meletakkan empat gelas susu.

"Aku memang sengaja, supaya kau dengar kalau kau itu memang Pe-nga-du." Ucapnya.

"Kau.."

"Mwo?" lagi-lagi dia menantangku, kalau saja dia bukan adik iparku sudah aku habisi dia.

..

...

Ini pemberhentian terakhir, setelah mengantar ketiga adik iparku yang lain. Ini sekolah Sehun, aku turun dari mobil dan menggandeng tangannya. Seorang guru menyapa kami dengan ramah dan segera mengambil alih Sehun.

"Hyunnie, nanti jemput aku ne?" ucapnya manis, aku mengangguk dan tersenyum.

Aku berhenti di sebuah mini market untuk membeli beberapa bahan untuk makan siang dan malam nanti. Mereka memesan menu yang berbeda dan tak ada satupun yang mau mengalah, akhirnya aku memutuskan untuk memasakan mereka menu yang mereka pilih, aku tak suka pertengkaran. Setelah selesai aku segera melaju menuju rumah kami.

Aku memasukan semua bahan itu ke dalam kulkas, lalu setelahnya aku memilih sedikit bersih-bersih. Inilah semua rutinitas yang merepotkanku setiap paginya. Ini masih tergolong biasa, terkadang aku harus mengurusi pertengkaran anak-anak itu, berteriak kesana kemari karena mereka tak bisa diam, atau bahkan membersihkan sesuatu yang dipecahkan Sehun. Inilah yang aku maksud dengan mimpi buruk. Usiaku baru 22 tahun, tapi aku sudah merasakan seperti seorang ibu rumah tangga. Bicara soal ibu rumah tangga, kalian pasti bertanya-tanya soal suamiku kan? hhmm.. dia masih bekerja di kantor, biasanya dia akan pulang saat jam makan siang. Dia memang seperti itu sering lembur dan akan pulang keesokan harinya. Jadi jika kalian penasaran, tunggu saja sampai jarum jam menunjukan pukul 1 siang.

Kini aku sedang menyuapi Sehun, setelah menjemputnya dari sekolahnya 4 jam yang lalu.

"Aaaa~.." ucapku sambil memasukan sesuap nasi ke mulut Sehun. Dia memang nampak manis bila seperti ini, namun dia akan menyeramkan jika kenakalannya sudah keluar.

"Hyunnie? Apa nanti hyung pulang? " tanyanya. Aku mengangguk, dan dia mengangguk-nganggukan kepalanya mengerti.

"tenapa hyung thibuk thetali ya Hyunnie? Padahal Thehun ingin bemain besamana." Ucapnya lagi.

"Hyung sibuk karena harus bekerja keras untuk kita, jika hyungmu tak bekerja, kau tak akan bisa makan dan sekolah Sehun-ah."

"Jinja? Jadi Thehun tak bisa bethetolah?"

"Ne."

"Aku pulang." Terdengar sebuah suara dan disusul dengan suara pintu yang ditutup.

"Kau sudah pulang Joonmyeon-ah, mana Lay hyungmu?" tanyaku karena biasanya mereka pulang bersama mengingat sekolah mereka satu gedung.

"Dia menyuruhku pulang lebih awal, katanya dia ada kelas tambahan." Sahutnya sambil berjalan menuju kamarnya.

"Oh.. Kalau begitu ganti bajumu dan makanlah dulu! Baru kau belajar!" ucapku mengingatkan, karena ku tahu Joonmyeon adalah tipe anak yang gila belajar, ia akan lupa segalanya bila sudah berada di depan meja belajarnya.

"Ne." Sahutnya. Terdengar lagi suara pintu tertutup, dan munculah sosok Kai yang dengan santainya berjalan menuju kamarnya, seperti tak menganggap kami ada.

"Yaak! setidaknya kau harus memberi salam ketika pulang. Mana etikamu hah?" bentakku.

"Cerewet! Aku pulang Baekhyun-ah. Puas?" ucapnya kesal lalu berjalan menuju kamarnya. Aku menggelengkan kepalaku dan kembali menyuapi Sehun, namun saat aku menoleh, aku lihat Sehun ikut menggelengkan kepalanya mengikutiku.

"Kau jangan jadi orang seperti Kai hyung ne?" ucapku pada Sehun.

"Ne. Allatheo." Ucapnya manis.

Ceklek.

Blam..

Kembali lagi aku dengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup. Dan munculah seorang namja bertubuh tinggi dengan wajah tampan namun dengan sorot mata datar. Mata kami sempat bertemu, tapi aku segera membuang wajahku.

"Hyuuung~" teriak Sehun dan langsung berlari ke arahnya. Dia tersenyum dan segera menggendong Sehun.

"Hyung lelah Sehun-ah, bermainnya nanti saja ne? Hyung mau tidur dulu." Ucapnya lalu menurunkan tubuh Sehun, Sehun mempoutkan bibirnya lalu berjalan kesofa sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Sehun-ah,main sama Hyunnie saja ne?" ucapku merayunya.

"Ani. Nan thileo." Ucapnya kesal. Aku menghembuskan nafasku, lalu berjalan ke arah kamarku. Aku melihat 'dia' tidur dengan masih mengenakan pakaian kerjanya bahkan sepatunya masih menempel di kakinya. Tak ingin membangunkannya aku dengan perlahan membuka sepatunya lalu kaosnya, saat akan membuka dasinya aku memperhatikan wajahnya, dia sangaaaattt tampan.

Terkadang aku bersyukur bisa menikahi namja setampan dia, dan mungkin itu yang membuatku bertahan sampai sekarang, dan selain itu sejak setahun lalu aku mulai mencintainya. Aku mulai mencintai namja bernama Park Chanyeol, yang menikahiku saat kami sama-sama dalam keadaan mabuk. Saat aku masih sibuk menikmati ketampanan hasil karya Tuhan itu, tiba-tiba mata kami sama-sama bertemu. Dia segera terlonjak dan menjauhkan tubuhnya.

"Aah. Mianhae, aku hanya ingin membukakan dasimu Chanyeol sshi." ucapku sedikit canggung. Dia menatapku heran.

"Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri." Ucapnya sambil membuka dasinya.

"Mianhae karena telah mengganggu tidurmu." Ucapku sambil segera berjalan keluar.

"Oh iya, sebaiknya kau makan dulu!" ucapku sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan kamar kami.

...

...

"Mana Sehun-ah?" tanya Joonmyeon saat kami makan siang.

"Dia ngambek." Sahutku singkat.

"Eih? Wae?" tanya Kai.

"Ia ingin bermain bersama Chanyeol hyung, tapi hyungmu nampak kelelahan." Sahutku lagi sambil menyuapkan nasiku.

"Aigoo, dasar anak kecil." Ucap Joonmyeon sok dewasa.

"Hei, kau lupa? Kau juga anak kecil. Bahkan kau bocah ingusan." Ucap Kai, Joonmyeon menatap Kai balik.

"Setidaknya aku tidak semanja anak berusia 18 tahun yang ku kenal, yang bahkan tak bisa mengatur suhu air panas untuk dirinya sendiri."

"Kau..."

"Apa?" tantang Joonmyeon sama seperti saat Kai menantangku. Aku hanya bisa menahan tawaku, setidaknya pertengkaran mereka masih sebatas wajar. Kai nampak geram, lalu memukul kepala adiknya.

"Yaak! kenapa memukulku? Kau duluan kan yang mengejekku?" kesal Joonmyeon dan langsung memukul kepala Kai dengan sendok.

"Tapi itu kan kenyataan, kau memang anak kecil kan?" ucap Kai kini sambil berkacak pinggang.

"Hei! Hei hentikan! Bukankah aku sudah memperingatkan untuk tak bertengkar di atas meja makan."

"DIAM!" bentak mereka bersamaan kearahku. Aku mencibir kearah mereka kesal, dan segera bangkit menghampiri mereka yang duduk disebrangku.

"Aku sudah katakan, untuk jangan bertengkar." Ucapku pada kedua bocah yang kini saling beradu tatapan tajam.

"Ini bukan urusanmu pendek, menjauh dariku!" ucap Kai sambil mendorong tubuhku. Aku kesal dan segera menarik kuping mereka berdua.

"Aaakkhh appo..appo.." ucap mereka berdua.

"Makanya jangan bertengkar!" bentakku.

"Akh! Kau ini ikut campur saja! Aku bukan anak kecil yang bisa kau jewer." Ucap Kai sambil menghempaskan tanganku, dan selanjutnya Joonmyeon menghempaskan tanganku juga.

"Kalian benar-benar ingin melihatku marah hah?" ucapku pada kedua bocah itu sambil menyingsingkan lengan bajuku. Mendadak wajah mereka menjadi ketakutan, bahkan tak keluar kata sepatah pun.

"Hah, rasakan. Baru aku ancam segitu saja kalian sudah takut , apalagi_" ucapanku terhenti saat arah pandang mereka bukan lagi ke mataku, tapi kebelakangku. Aku membalik tubuhku dan betapa terkejutnya aku saat mendapati..

TBC

Gimana? Gimana? Gimana menurut kalian?

Mohon reviewnya chingudeul