E & A
Cast : Sehun , Jongin , Baekhyun (kid), Kris , others
Genre : Family , . . .
.
*jangan dibaca karena cerita ini jelek
Typos bertebaran
.
.
.
Chapter 1
Father and Son
.
"Ini Uncle Kris, Baekhyunie ikutlah dengannya." ucap Jongin lembut pada Baekhyun, anaknya. Didepannya duduk Kris Wu yang menatapnya teduh sedangkan Baekhyun duduk disampingnya.
"Eomma membuangku?" tanya Baekhyun ragu-ragu. Tangan kecilnya menggengam erat tali ransel yang digunakannya.
"Tidak, bukan begitu sayang. Baekhyun bilang ingin hidup senang kan? Maka ikutlah dengan Uncle Kris, dia akan mengantarmu." Jongin meraih kedua tangan kecil Baekhyun lalu mengenggamnya hangat. Jongin menatap mata sipit Baekhyun, turunan dari sang ayah. Hatinya bergetar sedih melihat mata bening itu.
"Lalu bagaimana denganmu sendiri Jongin?" Kris membuka suaranya. Ia ikut bersedih akan keadaan dua orang didepannya itu.
"Aku .. Aku tentu saja akan pergi." suara Jongin terdengar bergetar. Jongin tidak mengalihkan pandangannya dari Baekhyun. Ia takut menatap Kris, pria itu terlalu mengenal dirinya.
"Kenapa bukan Eomma saja yang mengantarku? Bagaimana jika Uncle Kris ini berbohong ? Apa Eomma tidak menyayangi Baekhyun lagi?" anak usia sepuluh tahun ini bertanya.
"Eomma tentu menyayangimu Baekhyunie, karena itu Eomma melepaskanmu. Uncle Kris juga tidak akan berbohong pada kita, dia orang baik. Nanti ketika sampai disana katakan kau ingin bertemu Tuan Oh Sehun dan berikan map yang eomma simpan di ranselmu." Jongin mengusap sayang kepala anaknya. Menata rambut hitam yang sama seperti miliknya, menyingkirkan poni halus yang menutupi wajah lucu anaknya.
"Siapa Tuan Oh Sehun itu? Kenapa marganya sama seperti Baekhyun?" anak itu bertanya lagi. Dia anak yang cukup cerdas dan penuh rasa penasaran diumurnya yang 10 tahun itu.
"Nanti kau bisa tanya sendiri padanya. Sekarang Eomma pergi ya. Ingat pesan Eomma untuk tidak nakal dan jadi anak baik yang membanggakan juga tidak boleh menyusahkan orang lain. Eomma menyayangi Baekhyunie." Di kecupnya seluruh permukaaan wajah sang anak. Air matanya menumpuk di ujung mata tapi Jongin berusaha keras menahannya.
"Kau akan pergi kemana? Berikan aku nomor yang bisa kuhubungi." Kris menatap Jongin khawatir. Ia mengenal Jongin sejak kecil, sejak mereka masih di taman kanak-kanak. Jongin bukanlah orang yang mudah putus asa seperti ini.
"Entahlah, aku akan menghilang, pergi jauh dan tidak akan mengganggu hidupnya lagi." Jongin akhirnya memberanikan diri menatap Kris.
"Kau bisa ikut aku ke Cina. Zitao pasti akan senang bertemu denganmu." Mata merah Jongin mengganggu pikiran Kris. Ia sungguh tidak ingin membiarkan Jongin pergi dengan keadaan tidak pasti.
"Terimakasih atas tawarannya, tapi tidak, Kris. Aku sudah begitu banyak merepotkanmu." Jongin menggeleng kepelanya pelan, ia menolak. Kris sudah sering membantunya, ia merasa tidak enak diri jika harus merepotkan pria baik itu lagi.
Kris diam. Ia sedang berpikir tawaran apa yang mungkin bisa mencegah Jongin pergi. Jongin sudah seperti adiknya sendiri.
"Aku pergi. Tolong jaga Baekhyun-ku" Hingga Jongin berdiri dan berbalik pergi, Kris tidak juga bisa menemukan jawaban. Matanya beralih dari punggung Jongin yang menjauh, jatuh pada bocah lucu yang terisak didepannya. Mungkin memang begini jalan Jongin dan Baekhyun.
.
.
.
Kris memberhentikan mobilnya tepat didepan gerbang besar yang menutupi apapun yang dijaganya. Ia mendecih jengkel ketika sosok Oh Sehun hadir di pikirannya. Pria muda itu yang menghancurkan Jongin.
"Kami ingin bertemu Tuan Oh Sehun." ucap Kris ketika seorang penjaga berjalan mendekati mobilnya.
"Siapa nama anda tuan? Dan apa kepentingan anda, saya akan menyampaikannya terlebih dahulu." penjaga itu terlihat berusaha sesopan mungkin terhadap tamu.
"Katakan aku Kris Wu dan aku utusan dari Kim Jongin. Katakan saja aku ingin memberinya hadiah besar." Kris sungguh tidak ingin berurusan lebih lama dengan anak buah Sehun yang ini atau yang lainnya maka nama Jongin ia sebutkan. Kris percaya Sehun tidak mungkin melupakan Jongin.
"Baiklah Tuan Wu , mohon tunggu sebentar." penjaga itu berlari ke posnya. Ia nampak bicara dengan seseorang melalui telepon. Tidak berapa lama penjaga itu membuka pintu genbang dan mempersilahkannya masuk.
Kris melihat Baekhyun yang nampak kagum dengan rumah Sehun. Baekhyun tidak berhenti melihat sekeliling dan berseru waw dengan suara kecil. Kris tidak bisa untuk tidak tersenyum melihat tingkah Baekhyun. Betapa lucunya anak Jongin ini.
"Siapa kau?" suara berat laki-laki menyapa. Kris mengedarkan pandangannya, melihat kesal pria yang dengan angkuhnya berjalan turun dari tangga.
"Selamat sore Tuan Oh Sehun yang terhormat." Kris tidak bermaksud memuji. Itu adalah sindirian pribadi darinya. "Aku Kris Wu dan aku membawa hadiah besar dari Kim Jongin."
"Kim Jongin? Langsung saja katakan apa maksudmu, Jangan berbelit-belit denganku." Sehun cukuplah tau siapa Kim Jongin yang dimaksud, karena Sehun hanya mengenal satu Kim Jongin. Sehun duduk dihadapan Kris dengan sombongnya mengikatkan kedua tangannya didepan dada.
"Aku mengantarkan anak ini , Oh Baekhyun. Baekhyunie, lakukan apa yang diperintahkan eomma-mu." Kris beralih menatap lembut Baekhyun yang duduk manis di sampingnya.
Baekhyun mengangguk pelan, tangannya dengan segera melepas tas ranselnya. "Ini Tuan Oh" tangan kecilnya mengangsurkan map biru kepada Sehun.
"Anakku? Apa kalian sedang bersekongkol untuk menipuku?" Sehun terdengar kesal usai membaca isi map itu.
"Tidak ada gunanya melakukan itu semua. Kalau kau tidak percaya kau bisa membuktikan ulang dengan tes DNA tapi aku yakin hasilnya tetap sama." Kini Kris yang ganti mengikat tangannya didepan dada. Oh Sehun sungguh orang yang menyebalkan, pikir Kris.
"Siapa namamu dan berapa usiamu anak kecil?" Sehun menatap Baekhyun yang terlihat tidak gentar olehnya.
"Namaku Oh Baekhyun. Aku lahir tanggal 06 Mei dan umurku tahun ini 10 tahun." suara Baekhyun kecil tapi lembut mirip dengan Jongin. Mata kecil, bibir tipisnya juga kulit putihnya mengingatkan pada Sehun kecil. Tapi pipi gembil juga rambut hitam kelamnya tidak sesuai dengan Sehun, lebih mirip dengan Jongin.
10 tahun yang lalu berarti umurnya 17 tahun. Ia masih di tingkat terakhir SMA. Dan Kim Jongin memanglah mantan orang terdekatnya sebelum orang itu menghilang tepat diawal semester terakhir. Tapi seberapapun dekatnya mereka, Sehun tidak pernah merasa kecolongan untuk tidak bermain aman.
"Baiklah aku akan melakukan tes DNA terhadap anak ini. Tapi dimana Kim Jongin?" Analisis Sehun tidak membuahkan hasil jadi ia putuskan untuk menunggu besok dan melakukan tes DNA.
"Dia pergi menghilang dan maaf Tuan Oh, aku pun harus pergi dan pulang ke negaraku malam ini. Aku akan pergi sekarang." Kris berdiri dari duduknya.
"Lalu bagaimana dengan anak ini ?" Tunjuk Sehun pada Baekhyun yang juga menatap Kris .
"Tentu saja dia akan tinggal bersamamu."
"Uncle Kris akan meninggalkanku disini?" Baekhyun meraih tangan besar Kris. Ia baru saja merasa akrab dengan Kris tapi sekarang ia malah akan ditinggalkan sendiri di rumah besar dengan pemilik yang tidak terlihat menyenangkan dimatanya.
"Ya Baekhyun. Aku hanya bertugas mengantarmu kemari dan sekarang aku perlu pulang ke Cina untuk keluargaku sendiri. Mulai sekarang kau akan tinggal disini bersama Tuan Oh seperti kata eomma-mu." Kris menepuk pelan kepala Baekhyun.
"Tapi aku tidak mau berada disini bersama Tuan Oh. Uncle Kris , tolong kembalikan aku pada eomma saja." Baekhyun ikut berdiri dari duduknya.
"Tidak bisa Baekhyun. Kau sendiri yang mengatakan ingin hidup lebih baik jadi eomma-mu melepaskanmu pada Tuan Oh. Lagipula eomma-mu terlanjur pergi dan Uncle sendiri tidak tau kemana ia pergi." Jelas Kris perlahan. Tangannya berusaha melepaskan genggaman Baekhyun. Sesungguhnya jika bisa ia ingin mengajak Baekhyun bersamanya saja tapi Ia tidak berhak untuk itu, Sehun lah yang lebih berhak.
"Tapi uncle..." Baekhyun mengeratkan genggaman tangannya. Mata kecilnya memerah siap untuk menangis.
"Baiklah Tuan Wu, kau bisa pergi sekarang. Biarkan anak ini disini." Sehun memegang bahu Baekhyun tegas setelah berhasil mebuat lepas genggaman tangan mereka.
Baekhyun menangis tentu saja tapi ia tidak bersuara hanya isakan kecil. Sehun menatap Baekhyun sekilas sebelum memanggil pelayan untuk mengurus Baekhyun lalu pergi meninggalkan anak itu sendiri bersama beberapa pelayan.
.
.
.
"Maaf Tuan, tapi anak itu tidak mau turun untuk makan malam." seorang pelayan mengintrupsi kegiatan Sehun.
Sehun adalah orang pecinta kerja. Ia mengubah jam kapanpun itu menjadi jam efektifnya bekerja. Dan tentu saja ia tidak suka di ganggu ketika bekerja.
"Biar aku yang memanggilnya." Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan malam, terlalu telat untuk dikatakan waktu makan malam. "Benar-benar menyusahkan." Sehun memutuskan ia sendiri yang akan memanggil anak kecil itu untuk makan.
"Hei Baekhyun." panggilnya ketika berdiri di ambang pintu kamar. "Kau tidak ingin makan? Kau melewatkan waktu makan malam?" Suara Sehun melunak ketika dilihatnya Baekhyun yang duduk terdiam di pinggir tempat tidur. Mata anak kecil itu sembab dan masih terlihat merah.
"Tidak tuan." Bahkan suara Baekhyun masih bergetar. Ia menjawab tanpa menoleh pada Sehun.
"Baiklah terserah padamu. Tapi jangan mengeluh jika nanti kau sakit." niatnya mengancam anak itu tapi diluar perkiraannya, Baekhyun tetap diam.
"Tuan Oh, sebenarnya kau siapa? Kenapa eomma memberikanku padamu?" mata kecil itu menatapnya ingin tahu dan mengabaikan perintahnya untuk makan.
"Kita akan tahu besok setelah tes" Sehun menyendeekan badannya di penyangga pintu.
"Lalu apa aku harus memanggilmu terus dengan Tuan Oh?"
"Mungkin kau bisa memanggilku appa." Sehun merasa tak waras membiarkan anak kecil memanggilnya dengan sebutan appa.
"Appa? Kau appa-ku? Tapi sepertinya kau tidak terlihat seperti seorang appa?"
"Kenapa kau cerewet sekali, persis seperti Jongin. Terserah kau ingin memanggilku siapa." kesal Sehun. Baru kali ini ia bertemu dengan anak kecil yang begitu cerewet .
"Aku mungkin memang cerewet tapi eomma adalah orang yang pendiam." anak itu sungguh tidak bisa berhenti berargumen.
"Ya ya terserah apa yang ingin kau katakan . Jadi kau ingin makan tidak ?"
"Bisakah aku mendapat sosis dan ayam goreng?" mata Baekhyun berubah berbinar. Dasar anak kecil.
"Kau bisa memintanya pada koki di dapur. Aku pergi sekarang." Sehun berbalik dan sudah akan melangkah pergi ketika suara Baekhyun kembali memanggilnya.
"Tuan Oh, bisa temani aku makan? Eomma selalu menemaniku makan." ucap Baekhyun penuh harap.
"Aku harus pergi bekerja. Kau minta pelayan menemanimu saja." Sehun tau Baekhyun mungkin kecewa, tapi ia lebih tidak tahan bersama anak cerewet itu. Ia tidak suka kalah berargumen, bahkan oleh anak umur 10 tahun.
.
.
.
Pukul 9 pagi ketika Sehun dan Baekhyun tiba di rumah sakit. Sehun sudah membuat janji dengan rumah sakit dan dokter pribadinya untuk melakukan tes DNA.
"Ayo turun, kita sudah sampai di rumah sakit." Sehun melihat Baekhyun yang duduk disampingnya sambil menjalin jemarinya erat. "Kenapa dari tadi kau diam saja?" Baekhyun menolehkan wajahnya. Wajahnya pucat dan matanya berkantung.
"Kau menangis lagi semalam? Kau ini anak laki-laki, anak laki-laki tidak seharusnya menangis karena hal seperti itu. Apa masalahmu?" Sehun tidak bisa menekan anak kecil atau mereka akan diam dan malah menangis. Sehun berusaha memberi pengertian kecil, hal yang jarang ia lakukan.
"Baekhyun tidak bisa tidur semalam, Tuan Oh. Aku memang merindukan eomma tapi aku tidak menangis." ucap Baekhyun ragu.
"Kau takut tidur sendiri?" Sehun menaikkan alisnya, tidak percaya alasan Baekhyun.
"Hanya tidak bisa di tempat asing."
"Haaah baiklah, mulai nanti malam kau tidur di tempatku. Tapi jangan mengompol. Sekarang ayo turun." Sehun meninggalkan Baekhyun untuk turun lebih dulu. Sehun menghindari pembicaran tidak jelas dengan Baekhyun.
"Baekhyun tidak lagi mengompol, Tuan Oh!" Sehun 100% benar tentang Baekhyun yang sangat cerewet. Semoga saja ia bisa bertahan dengan anak 10 tahun itu.
Sehun dan Baekhyun duduk menunggu hasil tes mereka di depan laboratorium. Baekhyun duduk mengayun-ayunkan kakinya sambil bersenandung. Baekhyun tidak ingin berisik karena eomma-nya bilang di rumah sakit tidak boleh berisik karena disini banyak adik bayi dan orang sakit yang butuh ketenangan.
"Kau tunggu disini sebentar, aku akan masuk bertemu dokternya. Kau jangan kemana-mana." Baekhyun mengangguk paham pada perintah Sehun. Baekhyun akan menunggu selagi Sehun berada di ruangan di depannya itu.
"Hasilnya 98% cocok Tuan Oh." perkataan dokter itu terus terngiang di kepalanya. Baekhyun adalah anaknya dengan Kim Jongin. Tapi bagaimana bisa?
Sehun melihat Baekhyun yang sedang menikmati makan siangnya. Anak itu menyingkirkan daun seledri dari supnya, persis seperti dirinya.
"Tuan Oh, jadi bagaimana hasilnya?" Baekhyun memang bertanya tapi pandangan mnya tidak lepas dari mangkuk supnya.
"Baiklah, kau bisa memanggilku appa terus" Sehun mengerang tidak suka dengan perkataannya sendiri. "Ah tidak , jangan! Aku belum mau menjadi appa. Kau tinggal di pantu asuhan saja ya?"
"Panti asuhan?" Baekhyun menghentikan makannya, ia juga tidak suka dengan ide Sehun. "Panti asuhan adalah tempat anak-anak yang tidak memiliki keluarga. Sedangkan aku punya eomma dan Tuan Oh sebagai appa-ku" tangan-tangan kecilnya dilipat diatas meja. Baekhyun kecil kehilangan nafsu makanya dan lebih tertarik memulai debat dengan Sehun.
"Aku baru 27 tahun dan punya anak usia 10 tahun. Itu mengerikan, aku tidak mau. Dan juga eomma-mu itu tidak bertanggung jawab karena telah pergi" Sehun juga menghentikan makannya. Mungkin memang perang debat Sehun dan Baekhyun sudah saatnya kembali.
"Tapi bukankah Tuan Oh yang lebih dahulu tidak bertanggung jawab. Aku bahkan berusia 10 tahun saat pertama kali bertemu denganmu dan sekarang kau ingin membuangku ke panti asuhan."
"Pandai sekali kau bicara. Apa eommamu mengajarkanmu bicara seperti itu pada orang yang lebih tua?" Sehun tentu saja panas mendengar perkataan Baekhyun kecil.
"Tidak, eomma mengajarkan untuk bertutur kata lembut dan sopan pada siapapun. Eomma bilang kebiasaan buruk itu melekat dan sulit dihilangkan jadi eomma banyak sekali mengajariku hal baik. Dan ini karena Tuan Oh yang sepertinya ingin berdebat lebuh dahulu jadi aku juga ingin menyampaikan pendapatku."
"Oh bagus, sepertinya eommamu sangat baik tapi kenapa ia berubah jahat dan meninggalkanmu?" Sehun sesungguhnya masih ingat bagaimana itu Kim Jongin.
"Eomma tidak jahat. Baekhyun lah yang anak jahat." Anak itu berubah sedih. "Eomma begitu karenaku. Aku bilang ingin tas dan sepatu baru juga sepeda untuk berangkat ke SMP. Eomma sudah mengatakan tidak ada uang tapi Baekhyun terus memaksa, menyalahkan eomma dam membuat eomma menangis."
"Eommamu itu anak orang kaya. Kakek dan nenekmu adalah orang kaya." Sehun tidak mengerti kenapa cerita Baekhyun tentang kehidupan mereka begitu menyedihkan. Sedangkan yang ia tahu dulu Jongin dan dirinya sama-sama anak orang kaya.
"Tapi eomma bukan orang kaya. Kalau ia orang kaya maka kami tidak mungkin tinggal di kamar kontrakan. Eomma juga tudak perlu mencuci piring bekas lagi di restauran."
Kim Jongin bekerja seperti itu? Pikir Sehun tidak percaya. "Kau tau kakek dan nenekmu?"
"Emm , saat usiaku 7tahun eomma mengajakku ke makam kakek dan nenek. Ternyata mereka sudah tidak lama tidak ada sejak umurku 3tahun tapi eomma baru tahu saat itu"
"Yasudah. Kau bisa beli tas dan sepatu baru besok. Dan untuk sepeda, dua atau tiga tahun lagi saat kau masuk SMP."
Sehun memutuskan untuk menahan Baekhyun disisinya. Ia tidak mungkin membiarkan anaknya hidup kekurangan di panti asuhan atau saat kembali pada Kim Jongin. Lagipula tidak ada yang tau dimana orang itu.
"Sungguh, Baekhyun akan dibelikan tas dan sepatu baru? Tapi tahun ini aku juga sudah bisa masuk SMP." ucap Baekhyun ceria.
"Kita bahkan bisa membelinya hari ini juga." ucap Sehun sama cerianya. Perdebatan mereka siang itu sudah resmi berakhir. "Dan kau bukankah seharusnya masik SD, umurmu itu 10 tahun."
"Ayo beli hari ini juga" Baekhyun melompat dari duduknya. "Eomma bilang aku pintar seperti appa dan guru-guru tidak menyukaiku karena terlalu cepat belajar dan juga banyak bertanya jadi aku sudah beberapa kali loncat kelas."
"Baiklah kita beli hari ini setelah aku pergi ke kantor sebentar."Sehun tersenyum bangga oleh cerita Baekhyun, anaknya. Ia mulai mengakui bahwa darah Baekhyun jugalah darahnya.
Baekhyun mengangguk semangat akan ide Sehun. " Dulu eomma bilang Tuan Oh sedang belajar diluar negeri jadi Baekhyun tidak bisa bertemu dengan Tuan Oh. Benarkah?"
"Aku juga pernah loncat kelas saat SMA dulu. Lalu aku pergi belajar di Columbia Universitas. Dia sana banyak orang pintar. Orang-orang hebat juga banyak yang berasal dari sana. Appa-mu ini keren kan?" Giliran Sehun untuk berbangga diri.
"Tentu, sangat keren. Baekhyun juga mau ke Columbia. Aku akan belajar giat lalu membuat Eomma dan Tuan Oh bangga dengan Baekhyun." mata Baekhyun menyipit ketika tersenyum. Gigi kecilnya terlihat, sangat lucu dan menggemaskan.
"Kenapa Baekhyunie masih memanggilku Tuan Oh bukan Appa ?" tanya Sehun penasaran. Ia baru sadar Baekhyun belum pernah memanggilnya appa.
"Baekhyun, sudah terbiasa dengan Tuan Oh." anak kecil tertawa bahagia. Tawa bahagianya menular pada Sehun.
Tidak masalah. Meskipun panggilan bukan appa tapi ia akan berusaha menjadi appa yang baik.
.
.
.
Tbc
.
.
.
** Aku minta maaf pada readers yang suka bertanya apa karyaku GS atau BL. Percaya saja ketika aku gak nulis GS atau BL di infonya maka aku minta readers untuk berimajinasi sendiri. Apapun itu, GS atau BL, yang dibayangkan tetap sama, Kai EXO kan. Lagipula aku berusaha untuk mengurangi deskripsi yang terlalu menunjukkan gender. Aku punya alasan tersendiri kenapa seperti ini.
Sekali lagi maaf atau ketidak nyamanannya. Dan terimakasih atas pengertiannya.
###
Ini terinspirasi banyak film hollywood yang bercerita tentang ayah keren dengan anak remaja. Tapi aku gak tega bikin Sehun dan Jongin jadi tua, makanya korbannya adalah Baekhyun yang umurnya diturunkan jadi 10tahun.
Chapter ini fokusnya Sehun dan Baekhyun memang, jadi jangan heran.
Sedikit curhat dariku. Aku sedih ketika detail kecil yang kupikir romantis dan menyentuh tapi banyak readers yang gak menangkapnya. Jadi cerita kali ini aku buat lebih ringan.
Gak banyak harapanku dengan cerita ini.
Tapi tetap tolong apresiasinya.
Kritik dan saran, tulislah dengan bahasa yang baik. Jangan menulis kasar, ok :)
