Si Penyusup Hitam

Kuroko no Basuke Fujimaki Tadatoshi

Aomine x Fem!OC

Warning: OOC, Aneh, Gaje, Abal, Typo, Author newbie di fandom KnB

Enjoy~!

.

.

.

Namaku Hazegawa Akane, 19 tahun.

Harusnya aku gembira karena aku bisa menyewa apartemen murah dekat dengan tempat kuliahku. Harusnya aku gembira karena di apartemenku fasilitasnya bersih dan lengkap. Harusnya aku gembira karena hari ini adalah hari pertamaku tinggal di sana.

Tapi, ternyata tidak.

Aku sama sekali tidak gembira maupun senang.

Kenapa?

Karena ini ulah si Penyusup Hitam itu!

.

.

.

"GYYYYYYAAAAAA!" jeritku sesaat setelah keluar dari kamar mandi. Aku melihat ada sesosok laki-laki berkulit hitam dan berambut biru tua sedang duduk di ruang tamuku sambil menonton TV.

"Berisik," hardiknya tanpa menoleh ke arahku.

Aku yang masih mengenakan bathrobe langsung menghampirinya sambil berkacak pinggang, "siapa kamu, hah!? Kenapa tiba-tiba masuk! Kamu penyusup yah, hah!? Kurang ajar!" semburku.

Dia melirikku sekilas, kemudian mendengus, "cerewet."

Iiiihhhh! Nyebelin! Siapa sih cowok ini! Aku memelototinya, "Apa kau bilang!? Pergi sana! Ini apartemenku! Kalau tidak, aku akan melaporkanmu!"

Dia mengorek kuping dengan jari kelingkingya sambil menoleh kepadaku, "apa kau punya makanan? Aku lapar."

Hah?

Apa dia bilang?

Kurang ngajar!

"AAAARRRGGGGHHHH!" geramku. Aku pun bergegas berjalan keluar pintu apartemenku. Membuka pintunya lalu melongok keluar, "Tolong! Tolong! Ada penyusup!" teriakku sekeras mungkin

Salah satu tetanggaku dan beberapa petugas keamanan langsung menghampiriku dengan cemas.

"Ada apa?" tanya salah satu dari mereka

"Ada penyusup!" jawabku.

"Di mana?"

Aku menunjuk ke arah dalam, tepatnya ke ruang TV yang tak jauh dari pintu masuk apartemenku. Orang-orang itu melihat ke arah yang kutujukan. Mereka mengerutkan kening mereka, lalu menatapku kembali, "tidak ada siapapun."

Hah? Apa?

"Ta-tapi, tadi ada penyusup!" kataku lalu menoleh ke arah ruang TV, dan benar, orang itu sudah tidak ada lagi, "kemana orang itu?" aku pun mulai berjalan masuk ke ruang TV disusul orang-orang tadi. Mereka pun mencari keberadaan orang itu di setiap sudut rumahku. Nihil. Dia benar-benar menghilang.

"Tidak ada siapapun," kata Pak Satpam bertumbuh tambun itu, "kalau begitu, kami permisi dulu. Nona harus lebih berhati-hati lagi, siapa tau penyusup itu datang lagi. Sebaiknya kunci pintu dan jendela Nona," ujarnya.

"Um, baiklah. Terimakasih untuk bantuannya, maaf jadi merepotkan," ujarku sambil membungkukkan badan. Orang-orang itu membalasnya sebentar lalu berjalan berlalu meninggalkanku.

Aku menghela nafas. Ini aneh. Pintu apartemenku hanya bisa dibuka dari dalam, jika ingin membukanya dari luar harus menggunakan kartu pass atau sidik jariku. Lalu kenapa orang itu bisa masuk? Apa dia masuk dari jendela? Rasanya gak mungkin, deh, karena aku selalu mengunci jendelaku.

Kemudian, saat orang-orang tadi masuk dan mencari keberadaannya. Tiba-tiba saja dia menghilang. Dan keberadaanya benar-benar tidak bisa ditemukan. Dia tidak meninggalkan jejaknya sama sekali. Masa, sih, aku berhalusinasi? Haha, tidak mungkin.

Aku mengangkat kedua bahu. Ya, sudahlah. Aku tidak mau mengurusi kejadian itu lagi. Lebih baik aku beristirahat untuk kuliah pagiku besok.

Aku pun masuk ke dalam kamar, mengganti bajuku lalu tidur.

.

.

.

Kriiiinnggggg!

Jam alarmku berbunyi dengan kerasnya. Aku terbangun namun masih setengah sadar. Tanganku menggapai-gapai meja kecil di sebelah kasurku untuk mematikan alarmku. Setelah alarmku mati, aku berencana untuk tidur sekitar sepuluh menit lagi.

Aku membalikkan tubuhku. Tapi kurasakan ada sesuatu asing yang berada di sebelahku. Seperti tubuh manusia.

Eh? Manusia?

Orang?

Siapa?

Aku langsung membuka mataku.

Dan apa yang ketemukan?

Si Penyusup Hitam tidur di sebelahku!

"KYYYYAAAA!" teriakku sambil menendang tubuhnya hingga jatuh ke bawah. Ia pun terbangun.

"Oi!" katanya sambil beranjak mendekatiku, ia menatap tajam ke arahku sambil mengusap kepalanya yang baru saja terbentur lantai.

"Apa?" kataku menantang dia.

"Apa yang baru saja kau lakukan, hah!?" dia nampaknya mulai marah.

"Menendangmu, kenapa?" kataku sambil menatap tajam ke arahnya dan melipat kedua tanganku di depan dada.

"Masih tanya 'kenapa'!" geramnya.

"Memangnya kenapa? Yang punya apartemen ini, kan aku! Lalu kenapa kau tiba-tiba masuk dan tidur di sebelahku, hah!? Salahmu sendiri! Akan kulaporkan ke polisi!"

"Coba saja," ujarnya sambil mendengus.

"Apa kau bilang!? Kurang ajar!" aku menggertakan rahangku.

Orang ini kurang ajar sekali! Sudah menyusup apartemenku, berkata kurang ajar, tidur di sebelahku pula! Ini sudah keterlaluan!

"Kau ini! Memangnya kau tidak takut kalau kau akan dipenjara, hah?!" ujarku ketus.

"Tidak."

"Sudah kuduga. Tapi cocok, juga sih, orang kayak kamu masuk penjara, soalnya wajah-wajah buronan," celetukku.

"Apa?" dia melotot.

Huh, orang seperti dia melotot kepadaku? Tidak mempan! "Apa!?" aku menaikan nada suaraku sambil melototinya juga.

"Kau ini!"

"Apa!? Dasar Penyusup Hitam! Pergi sana!" usirku.

Wajahnya mendekat, "Hitam katamu?"

Ups, nampaknya dia sangat sensitif dengan kata-kata 'hitam'. Biar saja!

"Iya, HI-TAM! Kenapa memang?" aku menantang dia.

"Dasar Kurcaci Galak!" katanya.

"APAAA!" dia mengataiku pendek? Harus kuakui, aku juga sensitif dengan kata-kata bermakna 'pendek'. "Aku bukan PEN-DEK! Aku BE-LUM tinggi!"

"Apa-apaan itu? Pendek ya, pendek!" balasnya.

"Ugh! Dasar hitam!"

"Pendek!"

"Hitam!"

"Pendek! Pendek! Peeennndeeekkk!"

"Hitam! Hitam! Hitaaammmmm! Weeekkk!" aku menjulurkan lidahku.

"PEEEENNNNDDDEEE-"

Krrryuuukk!

Ah, sial! Perutku keroncongan. Kenapa harus berbunyi disaat-saat seperti ini, sih! Bikin malu saja! Tanpa sadar pipiku sedikit memerah. Dia pun tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya. Aku pun melempar semua bantal yang ada di kasurku ke arahnya, lalu pergi meninggalkan kamar tidurku dan segera membuat sarapan.

.

.

.

Apa-apaan ini? Kenapa dia tiba-tiba bisa masuk dan tidur di sampingku? Dari mana dia masuk? Tapi yang terpenting adalah; semalam dia tidak melakukan apa-apa kan? Kurahap ia tidak melakukan apa-apa padaku. Orang itu, benar-benar keterlaluan!

SRAAAKKK!

"Aahh!" saking kesalnya dengan orang itu, aku jadi tidak memperhatikan jariku yang sedang memotong sayuran, jadinya teriris deh.

Gawat! Lukanya dalam! Perih sekali!

"Kau kenapa?"

Aku langsung menoleh ke belakang. Kudapati si Penyusup Hitam itu sudah berada di belakangku. Ia memperhatikan tanganku yang terluka. "Jangan pedulikan aku," jawabku ketus.

Ia nampak tidak peduli dengan jawabanku. Lalu dengan tiba-tiba ia mengangkat tanganku, dan kemudian mengecup jariku yang teriris itu. Bibirnya yang menyentuh jariku yang terluka terasa begitu hangat, dan kehangatan itu bagaikan menjalar ke seluruh tubuhku. Waktu terasa berjalan begitu lambat. Sangaattt lambat. Mungkin, waktu benar-benar berhenti pada saat itu.

Tiba-tiba waktu terasa kembali normal begitu ia melepas kecupannya. Dan hebatnya, darahku berhenti mengalir walaupun masih menyisakan luka sayatan yang dalam dan perih. Aku segera menarik tanganku dengan kasarnya lalu menampar pipinya.

PLLLAKK!

"Jangan sentuh aku!" ujarku ketus. "Kau, lebih baik kau pergi dan jangan mencoba menyusupi rumahku lagi! Pergi sebelum aku melapor polisi dan mengajukannya ke pengadilan!"

Setelah berkata demikian, aku pun segera meninggalkan dia dan bahan-bahan masakan yang belum sempat kuolah. Setelah itu aku mandi, berganti baju, dan pergi kuliah tanpa mempedulikan keberadan si Penyusup Hitam yang datang entah darimana itu.

.

.

.

Dalam perjalananku menuju tempat kuliah, kejadian di dapur itu membayang-bayangiku terus-menerus. Menyebalkan!

Aku berhenti melangkah dan kemudian mencak-mencak sendiri, "Aaahh! Menyebalkan! Menyebalkan!"

Aku tidak peduli orang-orang di sekitarku mulai menatapku aneh. Biar saja. Memangnya orang kesal itu dilarang, yah?

Ah!

Sejujurnya, jantungku seperti hampir berhenti berdetak ketika ia mengecup jemariku.

Untuk pertama kalinya, ada orang yang memperlakukanku selembut itu.

Selama ini, orang-orang begitu mengacuhkanku yang notabene culun, tidak menarik, dan penyendiri. Kedua orang tuaku selalu sibuk dengan bisnis mereka. Aku tidak punya banyak teman. Makanya, aku begitu kaget ketika ada orang lain di apartemenku.

Aku yang terbiasa dengan kesendirian ini, ingin tetap berada di kesendirian.

Aku tidak mau terusik.

Makanya, secepatnya aku akan mengusir Penyusup Hitam itu.

Tapi, entah kenapa, ada yang menahanku untuk melakukan itu.

Mungkin, hatiku yang sepi yang menahanku untuk melakukan itu.

Mungkin.

.

.

.

To Be Continued

N/B:

Hai, hai! Akhirnya setelah hiatus yang cukup lama karena persiapan author menghadapi UN yang membuat author tertekan dan stress, author pun mencuri waktu author yang harusnya digunakan untuk belajar buat Ujian Sekolah mumpung ortu gak ada di rumah (JANGAN DITIRU!), daan.. tada! Author pun menulis fic baru tanpa mempedulikan fic-fic author yang terbengkalai dan ditagih orang untuk diapdet.

Haahhh~ author, gak sanggup ngelanjutin cerita Author yang lama, karena sekarang Author demam Kuroko no Basuke! YEAAHHH!

Yah, meskipun season 2 sudah selesai dan harus menunggu (lagi) season 3 (Kyyyyaaa, season 3 ada Akashii! #Fansgirling)

Oke, selama ini author cuma jadi pembaca setia Kuroko no Basuke, sekarang Author yang pengen nulis fic KnB! Yeahhh!

Aku suka banget sama Aomine! Terlebih saat character songnya keluar, suaranya itu lohh! Meluluhkan hati Author #abaikan!

Oke, deh, maaf yah, kalau tulisan Author berantakan banget! Hehe! See you in next chap! Fufufu~