Fanfic
Rated–M (Romance, Love. Warn: SexScene, Lemon – MyungJong Shipper)
It Will Suits You Well
.
Myungsoo terbangun dan mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali ke arah jendela yang membingkai senja oranye yang menyilaukan. Ia ketiduran di meja kerjanya. Siapa sangka menjadi desainer akan melelahkan begini? Ia menyadari sesuatu, kemudian melirik seseorang yang tengah tertidur pulas di kursi di samping jendela yang sedari tadi silau ditatapnya. Sungjong, terlelap dengan manisnya. Poninya menutupi sebelah matanya, membuat Myungsoo hanya bisa menikmati satu mata indah yang terlelap itu.
Myungsoo mengingat-ingat sejak kapan Sungjong selalu datang untuk menemaninya hingga sore begini. Ia bahkan sampai ketiduran di kursi itu.
Akhirnya Myungsoo bangkit, menggeliat enggan dan menghela nafas pelan. Diperhatikannya satu-persatu lembaran di atas meja yang sedari tadi menjadi bantalnya(?). Lima lembar desain setelan jas dengan masing-masing bertuliskan 'Untuk; Sunggyu-hyung, Untuk; Woohyun, Untuk; Dongwoo, Untuk; Hoya, Untuk; Sungyeol'. Sementara dua lembar tersisa dengan tulisan Untuk; L dan Untuk; Sungjong tampak masih kosong tanpa sedikit pun coretan.
Myungsoo menghela nafas lagi. "Apa yang harus kubuat untukmu?" Bisiknya, kemudian melirik maknae yang masih saja pulas di kursi sana.
Mudah bagi Myungsoo mendesain untuk Sunggyu-hyung, hanya dengan mengingat suaranya saat Sunggyu-hyung menyanyi, maka sebuah ide akan segera muncul di kepala Myungsoo. Begitupun dengan Woohyun, yang sudah punya ciri khas 'unjuk dada' tiap kali memilih kostum panggung. Lalu Dongwoo dan Hoya, duo sub-unit untuk Infinite-H itu sudah punya karakter yang kuat, hingga gampang menuangkannya pada sebuah desain kostum. Kalau Sungyoel sudah pasti cocok dengan yang simpel.
Akan tetapi, khusus untuk maknae Sungjong. Entah mengapa selalu sulit bagi Myungsoo untuk membuatkannya sebuah baju. Sejenak ia teringat dengan kostum yang Sungjong kenakan untuk MV Man In Love mereka. Sangat manis maknae itu dengan bulu warna-warni bertengger di atas kepalanya. Ia bahkan bermain dengan seekor kucing di sepanjang pembuatan MV itu, sangat gemas Myungsoo dibuatnya.
Myungsoo sadar dan segera menyentuh dadanya. Dirasakannya jantungnya berdegup kencang. Sial! Ini lah alasan ia selalu gagal membuatkan Sungjong baju.
Ia selalu mencoba duduk dengan tenang di hadapan selembar kertas "Untuk; Sungjong", kemudian mulai memikirkan Sungjong sebagaimana ia memikirkan para hyung-nya ketika ia hendak membuatkan mereka desain kostum. Ia memikirkan senyuman Sungjong, wajah manisnya, matanya, lalu bibirnya. Kemudian… 'Blank!' semua hal dalam benak Myungsoo lenyap dan semua menjadi kosong, hanya tersisa degup jantung tak beraturan yang membuat wajahnya memerah dan ia menjadi salah tingkah tak karuan.
"Aaaarrrggghh! Hari ini pun gagal mendesain!" Rutuk Myungsoo, tanpa sadar terlalu keras keluhannya.
"Emh.." Sungjong membuka mata perlahan, lalu mulai menggeliat pelan.
"Eh? Jongie. Apa aku membuatmu bangun?" Myungsoo merasa bersalah.
"Hyung? Sudah sore? Aku ketiduran ya..." Sungjong mengucek satu matanya dengan suntuk. Aigo manisnya!
"Tidurlah di kamarku. Kau tak perlu memaksakan diri untuk menemaniku seperti ini."
"Apa desain untukku sudah selesai?" tanya Sungjong, mengabaikan ucapan Myungsoo.
"Eh..! Belum, hampir, sudah setengah jadi!" Myungsoo menyembunyikan kertasnya di balik punggung.
"Iya, aku paham. Hyung akan membuat itu semua menjadi surprise untuk kami. Kau kan selalu begitu." Kata Sungjong cuek, kemudian menutupi bibirnya dengan punggung tangan ketika ia perlahan menguap.
"Hehe.. begitulah." Ya ampun, lihat air bening di sudut matanya!
"Tidur tidak yaa?" Sungjong bergumam sendiri ketika ia bangkit dan menuju pintu kamar Myungsoo. "Nanti malam giliran siapa yang menjemputku?"
"Dongwoo-hyung" Timpal Myungsoo.
"Dongwoo-hyung pasti jemput bawa sepeda motor. Aduh.. bakal ngebut nih." Gerutu Sungjong masih dengan suara kantuk. Ia membuka pintu, kemudian melangkah masuk. "Bangunkan aku kalau Dongwoo-hyung sudah datang ya ,Hyung?" Pintanya. Myungsoo mengangguk, dan pintu pun tertutup kembali.
Sudah setengah bulan sejak Myungsoo tinggal terpisah dengan para member Infinte. Ia kini tinggal di sebuah rumah yang disediakan oleh manajemennya. Myungsoo ingin menjadi desainer, sudah lama, bahkan sebelum album "Be Back" meluncur. Baru bisa ia utarakan satu bulan yang lalu. Dan untungnya Woolim Ent. menyetujui keinginan kecilnya tersebut. Ia diberi kesempatan untuk membuat desain kostum untuk group-nya sendiri, Infinite. Untuk itulah ia dipindahkan, sebab menjadi desainer juga butuh ketenangan dan lebih banyak inspirasi dari luar daripada sekadar lingkungan dorm.
Walau sebenarnya agak berat pindah dari keluarga Infinite-nya, terutama jauh dari Sungjong.
Namun Sungjong kini mulai rutin mengunjunginya setiap hari. Ia akan minta antar para hyung-nya secara bergantian, dan akan di jemput secara bergantian pula.
Sungjong selalu menemaninya. Kadang Myungsoo juga meminta pendapatnya. Sungjong mau tidak mau diakuinya juga memiliki bakat di dunia desain.
"Kau suka baju seperti apa, Jongie?" Myungsoo ingat dulu pernah menanyakan hal itu.
"Apa hyung kesulitan?" Tanya Sungjong yang saat itu sedang melihat-lihat koleksi album di lemari dekat jendela.
"Eh? Bukan.. aku hanya bertanya." Myungsoo mengusap-usap tengkuknya sambil mencoba tersenyum.
"Aku suka yang seperti di Man In Love, Nothing's Over dan Be Mine. Dan aku kurang suka yang di The Chaser dan Paradise. Hehe…"
"Tapi 'kan aku sedang membuat setelan jas. Itu artinya akan seperti di The Chaser atau Paradise." Myungsoo menyayangkan.
"Ah, iya benar, aku lupa. Maaf Hyung, aku jadi mempersulitmu. Tak apa. Jas membuatku tampak keren." Sungjong menunjukkan jempolnya. "Lagipula kan terserah desainernya." Ia tersenyum manis.
"Begitu yaa?"
Sungjong mengangguk-angguk, lalu melanjutkan; "Bukannya desain untuk Sunggyu-hyung sudah selesai? Bagaimana Hyung menyelesaikannya tanpa meminta pendapatnya?"
"Dengan memikirkan suara Sunggyu-Hyung." Jawab Myungsoo.
"Kalau begitu, lakukan hal yang sama dengan desainku, hyung." Kata Sungjong penuh semangat. "Aku jadi tak sabar."
"Ah.. kau benar." Timpal Myungsoo meski ia sama sekali tak setuju.
Andalan Sungjong di group adalah keimutan dan sensualnya. Dan memikirkan Sungjong dihadapan kertas kosong, akan sama saja dengan. . . .kertas kosong.
Hari sudah petang ketika Myungsoo memutuskan akan melanjutkan pekerjaannya besok pagi. Ia berjalan ke dapur dengan memegang kepalanya. Sepertinya ia agak pusing sejak beberapa jam yang lalu, dan mulai bertambah pusing sekarang. Tetapi, biar bagaimanapun ia harus membuatkan Sungjong sesuatu untuk dimakan. Kasihan maknae itu jika tak diberi makan, padahal ia sudah dengan senang hati menemaninya di rumah ini.
Myungsoo mengintip jendela sebelum ia membuka freezer, dan mendapati gerimis mulai turun di luar sana. "Sungjong akan butuh sesuatu yang hangat." Pikirnya.
Jadi, Ia tengah memanaskan air ketika suara gemuruh tiba-tiba menggelegar mengagetkan. Bahu Myungsoo terlonjak. Namun ia segera mencoba menenangkan diri.
Diluar hujan terdengar mulai turun deras.
"Hyung…?" Suara lirih terdengar berbisik dari arah pintu dapur.
Myungsoo segera menoleh. Dan mendapati Sungjong telah berdiri di sana. Rautnya pucat pasi, mata bulatnya memancarkan ketakutan yang ia tahan. Ia menggigit bibir bawahnya yang memerah.
"Ada apa ,Jongie?" Myungsoo bergegas mematikan kompor dan menghampiri maknae-nya. Ia menaruh telapak tangannya di atas kepala Sungjong.
"Aku kaget." Ungkap Sungjong, dengan suara masih penuh kantuk.
Saat itu juga Myungsoo ingat bahwa Sungjong sangat takut pada suara petir dan hujan deras. Keringat dingin membasahi wajah cantiknya. Dan Myungsoo yakin jantung Sungjong sedang tak berdegup teratur, sebab ia tampak sedikit tersengal.
"Duduklah di sofa ,Jongie. Tak perlu takut. Aku sedang membuatkan makanan untukmu. Hampir selesai." Myungsoo tak begitu yakin dirinya akan bisa menenangkan Sungjong yang ketakutan.
Dan Sungjong menggeleng beberapa kali sebagai jawabannya. "Aku di sini saja, Hyung. Aku janji tak akan mengganggumu." Ia mengusap peluh di keningnya sambil memejamkan mata.
Akhirnya Myungsoo melanjutkan kegiatannya dengan Sungjong terus berdiri di sampingnya. Sebenarnya ia tak tega melihat Sungjong diam ketakutan di sampingnya, sementara ia tak bisa berbuat apa-apa untuknya. Sesekali ia melirik Sungjong jika kilatan cahaya yang disusul petir tiba-tiba terdengar dari luar. Jika sudah begitu, Sungjong akan merapat padanya dan sebisa mungkin tak mengganggu Myungsoo. Dia manahan tangannya yang gemetar saat mencengkeram baju hyung-nya itu.
"Jika kau di kamar, suaranya tak akan sekeras ini, Jongie." Myungsoo memberitahunya.
Sungjong perlahan melepas cengkeramannya, dan ganti melipat kedua tangannya rapat-rapat. Ia menunduk.
"Eh.. aku tak bermaksud mengusirmu." Myungsoo mengambil lengan kanan Sungjong, menariknya pelan dan menaruhnya melingkari pinggangnya. "Jangan salah paham." Myungsoo menarik bahu Sungjong mendekat.
Akhirnya, mereka makan bersama di ruang tengah. Sungjong seperti biasa menghabiskan makanan yang disediakan Myungsoo untuknya. Meski kali ini dengan kurang bersemangat sebab hujan deras dan petir masih sesekali terdengar.
"Dongwoo-hyung bertanya apakah kau masih ingin dijemput." Kata Myungsoo sambil membaca pesan teks di layar handphone-nya.
"Entahlah ,hyung.." Sungjong angkat bahu, lalu meminum segelas jeruk peras hangat di gelasnya.
"Jika mau menginap, tidurlah di kamarku."
"Tak apa ,hyung?" Warna pucat di wajah Sungjong berkurang, ia agak senang dan bersemangat. "Aku tak pernah menginap di sini sebelumnya. Boleh kah ,hyung?"
Myungsoo tersenyum dan mengangguk. "Akan kukatakan pada Dongwoo-hyung kau tidur di sini."
Hujan semakin deras saat jam dinding menunjukkan pukul 9 malam. Sungjong berbaring di ranjang Myungsoo ketika Myungsoo masuk.
"Aku akan bantu cuci piringnya besok." Kata Sungjong sambil menarik selimut.
"Besok mau pulang jam berapa?" Myungsoo duduk di sofa.
"Pagi saja. Setelah mebantumu Hyung."
"Langsung pulang juga tak apa. Aku bisa kerjakan sendiri."
Tetapi Sungjong menggeleng dengan mengerucutkan bibirnya. Myungsoo memilih berpaling sebelum kepalanya berisi hal-hal aneh tentang maknae yang sedang berada di ranjangnya itu.
"Tolong lemparkan bantalku ,Jongie." Pinta Myungsoo.
"Eh? Hyung tidur di sana?" Tanya Sungjong, dan ketika melihat hyung-nya mengangguk ia melanjutkan: "Kenapa? Aku enggak mendengkur kok. Tidurku juga enggak kesana-kemari."
"Ah, bukan…"
"Hyung pernah sekamar denganku 'kan? Hyung tahu sendiri tidurku kalem (?)"
"Bukan. Justru aku yang tak mau mengganggumu. Kau tidur saja di sana. Aku tak apa."
"Mana boleh." Gumam Sungjong, ia turun sambil memeluk bantal. "Aku yang tidur di sofa. Hyung di sana." Sungjong menghampiri tempat Myungsoo.
Myungsoo tertawa. Ia bangkit, meraih kedua pundak Sungjong lalu membalikkan badan maknae itu. Berniat mengembalikan Sungjong ke tempatnya semula (?)
Dan di saat itu juga suara gemuruh terdengar keras.
Sungjong reflek menjatuhkan bantalnya dan berbalik memeluk Myungsoo. Teriakannya tertahan.
Myungsoo nosebleed dibuatnya. (y)
"Masih mau tidur di sofa?" Goda Myungsoo. Dan jelas Sungjong langsung menggeleng-geleng.
Myungsoo perlahan melangkah maju, membuat Sungjong terdorong mundur. Lantas mendorong maknae itu ke ranjangnya, namun karena Sungjong masih memeluknya, otomatis Myungsoo ikut tertarik jatuh. Modus completed (y)
Tapi Sungjong diam tak memberontak. Agak lama, sampai akhirnya ia berbisik. "Hyung, berat."
Myungsoo tersenyum di atas wajah Sungjong, kemudian memperbaiki posisinya. "Sekarang bagaimana?" Tanya Myungsoo, dengan dua tangannya menopang di antara bahu Sungjong.
"Hyung, sekarang lagi enggak ada fans lho." Sungjong mengingatkan.
"Memangnya harus ada fans untuk melakukan ini?"
Sungjong tak bisa menjawab. (Author anemia)
"Hyung mau apa? Jangan manfaatkan ketakutanku dong Hyung. Aku tambah takut."
Myungsoo menghela nafas. Ia merasa ini saat yang tepat untuk mengatakan sesuatu yang membebani kepalanya: "Jujur saja ya Jongie. Aku sangat kesulitan membuat desain untukmu. Satu garis coretan pun belum ada di kertas kerja untukmu. Aku tak bisa membuatkan baju untukmu. Aku merasa sangat payah. Sudah berapa tahun aku bersamamu? Sudah berapa kali juga melakukan fans service denganmu? Tapi aku masih belum benar-benar bisa memikirkanmu dengan baik."
"Hyung?"
"Kau sangat manis, juga begitu sensual di saat yang sama. Aku tak ingin sembarang membuatkan desainmu. Tapi kau sungguh membuatku mabuk. Membayangkanmu benar-benar membuatku kecanduan. Aku tak bisa membayangkanmu dengan baik. Aku selalu hilang akal."
Sungjong menatap mata Myungsoo dan mecoba memahami raut yang membingungkan di hadapannya.
"Aku tak menemukan cara untuk menyelesaikan desainmu." Myungsoo mengakhiri perkataannya dengan helaan napas sekali lagi.
Sungjong tak tahu harus bicara apa. Di satu sisi suara hujan di luar membuatnya cemas, sementara di sisi lain ia memikirkan perasaan Myungsoo.
"Jika ada yang bisa kubantu untuk meringankan pikiranmu ,Hyung. Akan kulakukan apa saja."
Myungsoo diam, ia memperhatikan bibir Sungjong yang baru saja bicara. Dalam jarak ini, bibir itu terlalu mendominasi. Selain matanya, tentu saja.
"Bibirmu, Jongie." Gumam Myungsoo tanpa sadar.
"Eh?"
TBC
.
.
.
Hallo? Terima kasih untuk semua reviewnya~
Saya masih baru di ffn.
Banyak yang bilang FF MyungJong itu langka XD
Dan saya setuju XD ~
Cerita ini sebenarnya bukan chapter, tapi saya bagi jadi dua.
Next chapter bakal lebih panas~~ hahahah
Review please ~ ^^
