Taehyung & CO. The Whispering Skull [REMAKE NOVEL]

Desclaimer : seluruh cast milik Tuhan, Orang tua, dan agensi.

Lockwood&Co. milik Jonathan Stroud

Friendship, Mysteri, and Horror.

Friendship VMinKook with little bit vkook.

Typo(s), EYD, Etc.

.

.

.

Kim Taehyung as Anthony Lockwood

Park Jimin as GeorgeCubins

Jeon Jungkook as Lucy Carlyle

.

.

Summary:

Jungkook dan Jimin berusaha memecahkan misteri tengkorak bisa bicara yang terkurung dalam wadah-hantu. Sementara Taehyung mencari kasus-kasus baru yang seru.

Lalu mereka dihubungi untuk menyelidiki makam dokter kejam yang hidup pada zaman Joseon. Seperti biasa,segalanya menjadi kacau─ada hantu mengerikan yang terlepas, dan benda berbahaya yang hilang karena dicuri dari peti mati. Taehyung & Co. harus menemukan benda itu sebelum kekuatannya digunakan, tapi mereka harus berpacu dengan waktu.

Dan yang membuat keadaan semakin gawat, si tengkorak dalam wadah-hantu mendadak bergerak..

.

.

.


Prologue

"Jangan lihat," kata Taehyung. "Ada dua."

Aku menoleh cepat ke belakang dan dia benar. Tidak jauh dari kami, di seberang daerah lapang, hantu kedua muncul dari tanah. Seperti hantu pertama, bentuknya berupa lelaki pucat dari kabut yang melayang-layang di atas rumput basah yang gelap. Kepalanya juga kelihatan agak miring, seakan-akan lehernya patah.

Aku melototinya, lebih karena jengkel daripada takut. Aku sudah bekerja dua belas bulan di Taehyung & Co. sebagai Operatif Lapangan Junior, menangkal beberapa Pengunjung dalam segala bentuk dan ukuran menakutkan. Leher patah tidak lagi membuatku ngeri. "Oh bagus sekali," kataku. "Dia muncul dari mana?"

Terdengar suara gemeresak ketika Taehyung mencabut rapier-nya dari sabuk. "Tidak masalah. Aku akan mengawasinya. Kau awasi saja bagianmu."

Aku kembali ke posisi semula. Penampakan yang pertama masih melayang-layang sekitar tiga meter dari tepi rantai besi. Dia sudah bersama kami selama lima menit, dan semakin lama tampak jelas.

Aku bisa melihat tulang-belulang pada lengan dan tungkainya, dan persendian tulang rawannya. Tapi sosoknya yang buram sekarang mulai memadat menjadi potongan-potongan pakaian membusuk: kemeja putih longgar, celana berwarna gelap lusuh sampai lutut.

Gelombang dingin menguar dari hantu ini. Meski malam di musim panas ini hangat, di bawah tulang-berulang jemari kakinya yang menggelantung embun membeku menjadi serpihan-serpihan es berkilauan.

"Masuk akal," Taehyung berkata sambil menoleh. "Kalau seorang kriminal digantung dan dikubur dekat persimpangan jalan, sama saja seperti menggantung dua orang. Seharusnya kita mengantisipasi."

"Nah, kalau begitu kenapa kita tidak mengantisipasi?" kataku.

"Sebaiknya tanya Jimin."

Jemariku licin akibat keringat. Aku mengatur peganganku pada gagang pedang, "Jimin-hyung?"

"Wae?"

"Kenapa kita tidak tahu ada dua hantu?"

Terdengar bunyi basah tanah berlumpur yang dibelah sekop. Tanah menghambur ke sepatu botku. Dari dalam lubang, terdengar gerutuan. "Aku hanya bisa mencari catatan sejarah, Jungkook. Ditunjukkan bahwa seorang lelaki dieksekusi dan dikubur di sini. Sama sekali tidak tahu siapa hantu satu lagi. Siapa yang mau gantian menggali?"

"Aku tidak mau," sahut Taehyung. "Kau mahir dalam pekerjaan itu, Jim. Cocok untukmu. Bagaimana penggaliannya?"

"Aku lelah, kotor, dan tidak menemukan apa-apa. Selain itu, aku baik-baik saja."

"Tidak ada kerangka?"

"Bahkan tidak ada tulang lutut."

"Teruslah menggali. Sumber pasti ada di sana, kita mencari dua mayat sekarang."

Sumber adalah objek yang mengikat hantu. Kalau sumber ditemukan, hantu bisa dikendalikan. Masalahnya, Sumber tidak selalu mudah dicari.

Sambil menggerutu pelan, Jimin kembali bekerja. Dalam cahaya redup lentera-lentera yang kami dirikan dekat tas-tas, dia tampak seperti tikus mondok raksasa berkacamata. Lubang sudah sedalam dadanya sekarang, dan tumpukan tanah yang digundukkannya hampir memenuhi tempat di dalam lingkaran rantai besi. Batu persegi besar yang berlumut, yang kami yakini menandai makam, sudah digulingkan dan disingkirkan sejak tadi.

"Tae-hyung," kataku tiba-tiba, "hantu mendekat."

"Jangan panik. Halau saja pelan-pelan. Gerakkan sederhana seperti yang kita lakukan di rumah. Dia akan merasakan besi dan mejaga jarak."

"Kau yakin?"

"Oh, ya. Sama sekali tidak ada yang dicemaskan."

Mudah sekali dia bicara. Tapi ada perbedaan besar antara berlatih pedang dengan boneka jerami bernama Joe di kantor pada petang terang-benderang dibandingkan dengan menghalau Wraith di tengah-tengah hutan angker.

Aku mengayunkan rapier tanpa keyakinan. Hantu itu tetap meluncur maju.

Sekarang dia benar-benar jelas. Rambut hitam panjang terkulai pada tengkoraknya. Sisa-sisa mata masih ada di rongga sebelah kiri, namun yang satu lagi sudah kosong. Kulit membusuk yang keriput menggelantung sedikit di tulang pipi, dan rahang bawahnya moncong di atas tulang selangka. Tubuhnya kaku, kedua lengan merapat di sisi seakan-akan diikat. Pendar sosok itu bergetar, seakan-akan masih terayun-ayun di tiang gantungan, diterpa angin dan hujan.

"Dia semakin dekat pembatas," aku memberi tahu.

"Hantuku juga."

"Dia sangat menjijikan."

"Yah, hantuku kehilangan kedua tangannya. Dia menang."

Taehyung kedengaran santai, tapi itu tidak aneh. Dia selalu kedengaran santai. Dia berdiri sambil memegang pedang dalam posisi siaga: jangkung, ramping, sesantai biasanya, mengamati Pengunjung kedua yang menghampirinya pelan-pelan.

Cahaya lentera menari-nari di wajah Taehyung yang tirus dan pucat, menangkap garis hidungnya yang elegan dan rambutnya yang berantakan. Dia menyungingkan senyum simpul yang ditunjukkannya dalam situasi-situasi berbahaya; jenis senyum yang menunjukkan kekuasaan penuh. Mantelnya agak berkibar dalam terpaan angin malam. Seperti biasa, menatapnya saja memberiku rasa percaya diri. Aku mencengkeram pedang erat-erat dan berpaling kembali untuk mengamati hantuku.

Dan mendapatinya persis di sebelah rantai. Tanpa suara, secepat pikiran, dia melesat seketika saat aku menoleh.

Aku mengangkat rapier.

Mulut hantu itu menganga, rongga matanya berpendar dengan api hijau. Dengan kecepatan luar biasa, dia melontarkan diri ke depan. Aku memekik, melompat mundur. Hantu itu membentur penghalang beberapa senti dari wajahku. Suara ledakan, percikan ekstoplasma. Bunga api menghujani rumput tiga meter, gemetar dan berasap.

"Awas, Jungkook," kata Jimin. "Kau baru saja menginjak kepalaku."

Suara Taehyung tegang dan cemas. "Ada apa? Apa yang terjadi di belakang sana?"

"Aku tidak apa-apa," jawabku. "Aku diserang, tapi besi menghalaunya. Lain kali aku akan menggunakan suar."

"Jangan buang-buang suar dulu. Pedang dan rantai sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Jimin─beri kami kabar bagus. Pasti kau sudah menemukan sesuatu." Sebagai jawaban, sekop dilempar ke sampig. Sosok berlepotan lumpur berjuang ke luar dari lubang. "Percuma," katanya. "Ini lokasi yang salah. Aku sudah menggali berjam-jam. Bukan makam. Entah bagaimana kita berbuat keslahan."

"Tidak," kataku. "Ini pastitempatnya. Aku mendengar suara di situ."

"Mianhae, Kook. Tidak ada siapa-siapa di bawah sana."

"Yah, salah siapa itu? Kau yang bilang di situ ada mayat!"

Jimin menggosok kacamatanya dengan bagian bersih kaosnya. Dengan gaya santai dia mengamati hantuku. "Ooh, hantumu jelek sekali," katanya. "Kenapa mata perempuan itu?"

"Dia laki-laki,"aku membentak. "Mereka berambut panjang di zaman itu, seperti yang diketahui semua orang. Dan jangan mengubah topik! Risetmulah yang membawa kita ke isni!"

"Risetku, dan Bakatmu," kata Jimin singkat. "Aku tidak dengar suara. Sekarang coba tenangkan diri, dan kita putuskan apa yang harus dilakukan."

Oke, mungkin aku sedikit berlebihan, tapi mayat busuk melompat ke wajahku membuatku agak panik. Dan lagi pula, aku benar; Jimin memang memastikan ada mayat di sini. Dia menemukan catatan tentang pembunuh dan pencuri domba, dia dibawa menggunakan gerobak tahanan ke tempat dekat persimpangan Hanokfield, kemudian digantung, di tiang setinggi sembilan meter. Setelah itu dia ditinggalkan untuk 'dinikmati gagak dan burung pemangsa' sebelum sisa-sisa jasadnya yang koyak dikubur di dekat lokasi dia digantung.

Semua itu sesuai dengan keadaan angker yang terjadi sekarang, ketika kemunculan Wraith di Lapangan kota agak menodai kepopuleran taman bermain anak-anak balita lokal. Hantu itu terlihat dekat segerumbul pohon rimbun. Kami merasa menemukan petunjuk yang benar. Kami hanya perlu mencari lokasi tepat makamnya.

Di tengah hutan kami menemukan daerah terbuka tempat pepohonan tidak tumbuh, dan di sana bisikan-bisikan kedengaran nyaring. Aku melacaknya pelan-pelan bolak-balik di rumput panjang yang basah, sampai menemukan batu berlumut setengah terkubur di tengah-tengah area terbuka itu. ada titik dingin persis di atas batu dan sarang laba-laba terjalin di sana.

Kami bertiga diserang perasaan ngeri tidak alamiah yang membuat kami berkeringat; satu atau dua kali aku mendengar suara tanpa tubuh bergumam di dekatku.

Semuanya cocok. Kami menebak batu itu menandai kuburan tersangka. Maka kami meletakkan rantai besi dan mulai bekerja, menduga bakal menyelesaikan kasus ini dalam setengah jam.

Dua jam kemudian, inilah yang terjadi; dua hantu, tidak ada kerangka. Keadaan tidak sesuai dengan rencana.

"Kita semua harus tenang," Taehyung berkata, menyela di jeda singkat ketika aku dan Jimin saling memelototi. "Entah bagaimana kita mengikuti jejak yang salah, dan tidak ada gunanya melanjutkan. Kita akan berkemas dan kembali lagi lain waktu. Satu-satunya hal yang harus dilakukan sekarang adalah menangani dua Wraith ini. Menurut kalian apa yang manjur? Suar?"

"Suar paling baik," kataku. "Bom garam tidak mempan untuk Tipe Dua."

"Rasanya sayang sekali menggunakan dua suar magnesium kalau kita tidak menemukan Sumber," kata Jimin. "Kalian kan tahu suar mahal sekali."

"Kita bisa menghalau mereka dengan rapier." Kata Taehyung.

"Resikonya besar dengan dua Wraith."

"Kita bisa menggunakan serutan besi kepada mereka."

Sementara itu si hantu tanpa tangan semakin dekat dan semakin dekat ke arah besi, kepalanya yang tinggal setengah ditelengkan dengan kesan jengkel, sekan-akan dia sedang mendengarkan percakapan kami. Sekarang dia merapat pelan-pelan pada pembatas. Semburan sinar-gaib menyambar ke tas; partikel-partikel plasma mendesis dan berhamburan ke tanah. Kami semua mundur setengah langkah.

"Baiklah, Kook," Taehyung mendesah. "Kita pakai suar. Kau tangani bagianmu, aku menangani bagianku, dan kita sudahi malam ini."

Aku mengangguk geram. "Nah, seharusnya memang begitu." Rasanya selalu memuaskan jika menggunakan Api Yunani di udara terbuka. Kami bisa meledakkan benda-benda tanpa takut ditegur. Dan karena Wraith adalah jenis Pengunjung yang menjijikan, rasanya menyenangkan sekali bisa memperlakukan merka dengan cara ini.

Aku menarik wadah logam dari sabuk, lalu melemparkannya kuat-kuat ke tanah di bawah hantuku. Tutup kacanya pecah; ledakan besi, garam, dan magnesium menerangi permukaan pepohonan di sekitar kami dalam semburan singkat berwarna putih─kemudian malam menjadi hitam lagi. Si Wraith menghilang, digantikan kepulan asap terang yang turun ke tanah, seperti bunga aneh melayu dalam kegelapan daerah lapang itu. Api-api kecil magnesium berpendar di sana-sini pada rumput.

"Daebak," kata Taehyung. Dia mengambil suar dari sabuknya. "Satu tumbang dan satu lagi─Ada apa, Jimin?"

Baru saat itulah aku tersadar mulut Jimin menganga lebar, parasnya ngeri. Itu sendiri tidaklah aneh, dan biasanya tidak membuatku cemas. Matanya juga melotot di balik lensa kacamata, seakan-akan ada yang menekannya dari dalam rongga; tapi itu juga sudah biasa. Hal yang mencemaskan adalah tangannya diangkat, jarinya mengepal menunjuk gemetar ke arah hutan.

Taehyung dan aku menoleh ke arah yang ditunjuk Jimin─dan melihat.

Jauh di kegelapan, di antara batang dan ranting pohon melintir, cahaya spektral melayang-layang. Di tengah-tengahnya mengambang bentuk lelaki berdiri tegak. Lehernya patah; kepalanya lunglai ke samping. Dia bergerak lambat ke arah kami menembus pepohonan,

"Mustahil! Aku baru saja meledakkannya. Tidak mungkin dia sudah berwujud lagi."

"Kelihatannya bisa," kata Taehyung. "Maksudku, memangnya ada berapa Wraith-tiang gantungan di sini?"

Jimin mengeluarkan bunyi-bunyian tidak jelas. Jarinya berputar ke bagian hutan lain. Jantunggku melonjak, perutku jungkir balik. Satu lagi pendar samar kehijauan bergerak-gerak di sana. Dan di baliknya, hampir tidak kelihatan, ada satu lagi. Dan ada lagi yang lebih jauh...

"Ada lima," kata Taehyung. " Lima Wraith baru."

"Enam," kata Jimin. "Ada yang kecil di sebelah sana."

Aku menelan ludah. "Dari mana mereka datang?"

Suara Taehyung kedengaran tetap tenang. "Jalan kita terhalang. Bagaimana di belakang?"

Gundukan tanah yang digali Jimin persis sekali berada di sebelahku. Aku mendakinya dan berputar tiga ratus enam puluh derajat dengan gelisah.

Dari tempatku berdiri. Aku bisa melihat kolam kecil cahaya lentera, dibatasi rantai besi kami yang setia. Di balik mata rantai berwarna keperakan, hantu yang tadi masih membenturkan pembatas seperti kucing di luar kandang burung. Dan disekeliling kami, malam membentang rata dan hitam, tak terhingga di bawah bintang-bintang, dan melintasi kelembutan hutan di tengah malam, sosok-sosok hening bergerak. Enam, sembilan, selusin, bahkan lebih... masing-masing berupa tulang berbalut pakaian compang-camping, menguarkan sinar-gaib, menghampiri kami.

"Di semua sisi," kataku. "Mereka datang dari semua sisi..."

Terjadi keheningan sejenak.

"Ada yang masih punya teh di termos?" tanya Jimin. "Mulutku agak kering."

.

.

Glossarium

*Ektoplasma: substansi aneh dan bervariasi yang membentuk hantu.

*Lavendel: aroma kuat dan manis, tanaman ini diperkirakan mampu menghalau roh jahat.

*Rapier : senjata resmi semua agen investigasi cenayang. Ujung pedang terbuat dari besi kadang-kadang dilapisi perak.

*TipeSatu : kelas hantu yang paling umum, paling lemah, dan paling tidak berbahaya.

*TipeDua : kelas hantu paling berbahaya yang paling sering ditemui. Tipe Dua lebih kuat daripada Tipe Satu, dan memiliki sejenis kecerdasan residual. Mereka menyadari kehadiran manusia yang masih hidup, dan kadang-kadang berusaha melukai.

*TipeTiga : kelas hantu paling langka. Di katakan bahwa Tipe Tiga mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia yang masih hidup.

*Spectre: Hantu tipe dua yang paling sering ditemukan. Spectre selalu memiliki penampakan yang jelas dan detail. Biasanya menggunakan gema visual akurat dari orang yang sudah meninggal. Sebagian besar bersikap netral kepada manusia yang masih hidup. Tetapi meski demikian beberapa Spectre gemar melakukan kekerasan, dan menginginkan kontak dengan manusia.

*Phantasm : Hantu tipa dua mana saja yang memiliki sosok ringan, rapuh, dan tembus pandang. Phantasm bisa saja hampir tidak kasatmata, selain garis tubuh yang samar dan beberapa detail berkabut dari wajah fiturnya.

*Poltergeist : Jenis kuat dan perusak hantu tipe dua. Poltergeist melepaskan semburan energi supernatural kuat yang mampu mengangkat objek ke udara. Mereka tidak melakukan penampakan.

*Malaise : Perasaan lunglai dan sedih yang sering dialami ketika sesosok hantu menghampiri. malaise bisa semakin parah atau dapat dikatakan menjadi kuncian-hantu yang berbahaya.

*Miasma : Atmosfer yang tidak nyaman, sering diiringi rasa dan bau tidak enak.

*DEPRAC:Departementof Psychical and control (Departemen Riset dan Kendali Cenayang.

*Phantom: Nama lain untuk hantu.

*Pengunjung : Nama lain untuk hantu.

*Wraith : Hantu Tipe Dua yang berbahaya. Wraith mirip spectre dalam kekuatan dan pola sikap, tapi jauh lebih menakutkan untuk dilihat. Penampakan mereka menunjukkan orang meninggal dalam keadaan sudah lama tewas; bungkuk dan mengerut, sangat kurus, kadang-kadang membusuk dan penuh belatung.

.

.

Salam hangat,

LailiKim & ParkSungra_

Follow our Instagram for more information : kumiko0998