My Confession {Kyuhyun's Side}

.

.

.

Kyuhyun dan Sungmin saling memiliki, namun ff ini milik saya sepenuhnya

.

.

"Kyu... Kyuhyun"

"Ngg.." aku mulai tersadar dari tidurku saat sebuah tangan hangat mengguncang tubuhku pelan.

"Kyuhyunnie bangun" suara itu mulai terdengar jelas di pendengaranku, tentu saja aku kenal baik milik siapa suara lembut itu—terbukti sekarang aku membuka mataku perlahan.

"Sungmin hyung.." lirihku dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur. Aku mendudukkan tubuhku sambil mengucak kedua mata yang masih ingin sekali tertutup ini.

"Cepatlah mandi lalu sarapan, kita ada jadwal pagi hari ini" mataku langsung terbuka sempurna mendengarnya—ah iya! kenapa aku bisa lupa dan malah bergadang main game semalaman, rutukku dalam hati.

"Hyung, tapi pagi ini dingin sekali" rengekku beralasan. Hey! Jangan memandangku seperti itu, hari ini memang dingin. Bahkan selimut tebal yang masih melingkar di pinggangku saja tidak mampu menghalaunya. Bisa-bisa aku mati beku kalau mandi nanti!

Sungmin hyung menatapku lama, oh ayolah jangan tatap aku dengan kedua mata kelincimu seperti itu. Eh? apa lagi sekarang, kenapa Sungmin hyung malah menggelengkan kepalanya? Aishhh, benar-benar membuatku bingung saja.

"Baiklah, kau langsung ganti pakaianmu saja. Aku dan Hyukkie menunggumu di meja makan, kita sarapan bersama" Sungmin hyung tersenyum—senyuman yang sangat indah bagiku. Aku bersumpah! Bahkan saat Sungmin hyung sudah keluar dari kamar jantungku masih saja berdegup kencang.

Ahh~ Sungmin hyung memang sangat mengerti diriku, dia benar-benar memanjakanku dan selalu menuruti keinginanku. Tapi entah mengapa hal itu justru membuat hatiku berdeyut, aku merasa dia serius menganggapku sebagai adiknya.

Ani, bukannya aku tidak suka, hanya saja... aku... Oke! aku akui aku memang tidak suka jika Sungmin hyung menganggap aku sebagai adiknya, bukan! ini bukan karena wajahnya memang terlihat lebih muda dibandingkan aku, tapi ini masalah hati..

Ya, aku tau ini terdengar gila... tapi aku mencintainya.. aku mencintai Sungmin, bukan sekedar suka atau mencintai sebagai keluarga. aku serius! aku mencintainya sebagai Lee Sungmin yang memiliki gender yang sama denganku. Aku mencintai seorang lelaki!

Apa? mau protes? mau mentertawaiku? mau mengejekku? silahkan saja! asal jangan coba-coba untuk menyakiti Sungmin. Dia tidak salah, ini semua salahku yang terlalu mencintainya hingga tak mampu menguasai diri jika sudah berhadapan dengan semua hal tentangnya.

Yah salahku.. salahku hingga banyak orang yang mulai menerka-nerka tentang hubungan kami berdua, terlebih lagi entah kenapa Sungmin hyunglah yang paling banyak menerima hujatan dari orang-orang dengan pemikiran sempit diluar sana.

Aku? oh, tentu saja aku juga sering, tapi aku tidak pernah memperdulikan hal itu. Siapa sih mereka? yang punya hati itu aku, jadi tentu saja aku punya hak mutlak untuk menyerahkan hati ini pada siapa, dan orang yang ku berikan hati milikku adalah Sungmin, bahkan aku sudah memberikan seluruhnya hingga tak tersisa sedikitpun untuk orang lain. Berlebihan? memang, tapi itulah nyatanya.

Aishhh, tunggu! kenapa pembicaraannya makin jauh? kenapa aku malah jadi curhat! aku kan harus ganti baju, pasti Sungmin hyung sudah menungguku dari tadi.

Segera saja aku bergegas menuju lemari pakaian dan memilih baju yang kira-kira cukup tebal agar udara dingin tidak begitu menusuk tulangku nanti. Namun baru saja aku hendak menanggalkan piyama yang ku kenakan aku baru ingat kalau aku belum cuci muka dan sikat gigi, jadi langsung saja aku melesat menuju kamar mandi.

"Kyuhyun! cepatlah! aku lapar!" Ck, suara ini! Mau apa Eunhyuk hyung teriak-teriak di depan kamar minta makan?

"Aku tidak punya makanan hyung" balasku tak kalah kencangnya sambil meletakkan handuk yang tadi kupakai untuk mengeringkan wajah setelah keluar dari kamar mandi

"YA! Bukan itu bodoh! apa yang sebenarnya kau lakukan dari tadi? kami sudah menunggumu dan Sungmin hyung tidak mengizinkan aku makan sebelum kau ada di meja makan juga. Makanya cepat keluar! aku sudah lapar"

Apa! bodoh! kau mau tes kepintaran melawanku!

Tapi, yasudahlah aku yakin otak dan mulutnya sedang tidak beres karena kelaparan. "Iya-iya, sebentar lagi hyung"

Aku dengar Eunhyuk hyung lagi-lagi menyuruhku untuk cepat sebelum langkah kakinya menjauh dari depan pintu kamar.

Setelah selesai mematut diri di depan cermin akupun bergegas menuju meja makan. Aku harus cepat, karena aku yakin Eunhyuk hyung akan merusak pintu kamar jika aku lebih lama lagi di sini.

Langsung saja setelah berada di meja makan aku menarik kursi di hadapan Sungmin yang duduk di samping Eunhyuk hyung. Mereka berdua menatap pergerakanku, namun tak berlangsung lama bagi Eunhyuk hyung karena sedetik kemudian ia langsung menyambar semua makanan yang tersaji di atas meja ke dalam piringnya.. ckck, aku jadi merasa bersalah melihatnya.

"Hyung? kau tidak makan?" tanyaku saat menyadari Sungmin masih menatapku. Jujur aku merasa tak nyaman di tatapinya terus. Bukannya tidak suka, tapi jantung ini lagi-lagi tidak bisa diam karenanya.

"Eh?" nampaknya Sungmin tersadar—terlihat dari kedua matanya yang langsung mengerjap polos.

Tentu saja aku terkekeh kecil melihat tingkahnya yang menggemaskan itu "makanlah hyung" ujarku sambil menyendokkan nasi hangat ke dalam piringnya.

"Terimakasih Kyu" ia tersenyum padaku sebelum mengambil beberapa lauk dan memulai sarapannya.

Aku hanya mengangguk kecil sebagai balasan—entahlah, bibirku terasa tak sanggup lagi berujar setelah terhipnotis oleh senyum manisnya itu.

Sementara Eunhyuk hyung?

Dia sih sudah masuk ke dalam dunia makan miliknya sendiri -_-

.

"Ahh~ nyamannya" Eunhyuk hyung mengusap perut datarnya yang sudah nampak sedikit membuncit sambil menyandarkan tubuhnya—nampaknya ia kekenyangan

"Semuanya sudah siap?" tanya manager hyung yang duduk paling depan di samping pengemudi.

Aku, Sungmin hyung, Eunhyuk dan Ryewook yang duduk di bagian tengah dan belakang hanya mengangguk sebagai jawabannya. Tak lama terdengar pijakan gas dan perlahan van kami mulai melaju menuju lokasi jadwal kami.

Hening—tak ada pembicaraan diantara kami, Eunhyuk hyung sibuk mengelus perutnya sayang sambil menatap keluar jendela dan Ryewook yang berada di sampingnya kini tengah asik mendengarkan lagu sambil mengenakan earphone—untung saja hari ini mereka tenang, padahal hari biasanya mereka akan sibuk bermain hingga van kami bergoyang karena kehebohan mereka berdua.

Sementara Sungmin yang berada di sampingku kini tengah berkutat dengan handphone miliknya, dan aku? Tentu saja sedang memandangi wajahnya yang tak pernah sekalipun membuatku bosan.

Aku terus memperhatikannya hingga turun ke jemarinya yang tengah bergerak lincah "kau sedang membalas pesan hyung?" tanyaku penasaran sambil mencondongkan tubuhku padanya

Sungmin mengalihkan pandangannya ke arahku "tidak kok" jawabnya singkat

Aku mengangguk paham lalu mulai menyandarkan kepalaku pada bahunya "aku masih ngantuk hyung" ujarku, lebih terdengar seperti rengekkan manja mungkin

"Makanya berhenti bergadang main game sampai larut magnae" celetuk Enhyuk hyung tiba-tiba. Beruntung aku dan Sungmin duduk di bagaian paling belakang, dan Eunhyuk hyung duduk tepat di depanku, jadi dengan mudah aku bisa menendang kursinya "kau berisik hyung"

Bukannya marah tawa Eunhyuk hyung malah meledak, jangan lupakan Ryewook yang ikut-ikutan tertawa disampingnya—menyebalkan! Mereka kira aku anak kecil apa.

Pfftt..

Eh? Apa itu? langsung saja kualihkan tatapanku kembali kesamping dan mendapati Sungmin yang sedang menahan tawanya.

"Ya! Ya! kau tidak boleh mentertawakanku hyung" aku merengut kesal dan mengangkat kepalaku dari bahu Sungmin—membuat tawanya berhenti.

"Maafkan aku Kyunie" dapat kurasakan kedua tangannya langsung melingkar di leherku dan perlahan membawa kepalaku untuk berbaring di pahanya "kau tidur saja ne, nanti kalau sudah sampai aku akan membangunkanmu" ia tersenyum lembut sambil mengusap surai kecoklatan milikku—selalu begini! Aku tak pernah sanggup untuk marah padamu, kau paling tau cara meluluhkan hatiku Lee Sungmin.

Aku membalas senyumannya "terimakasih hyung" aku mulai memejamkan kedua mataku saat kurasakan jemari lentik Sungmin tetap menelusup di balik helaian rambutku dan mengusapnya.

"Kau terlalu memanjakannya Sungmin" oh bagus! Manager hyung kau sedang berusaha memprovokasi Sungmin eoh?

"Ne, makanya Kyuhyun jadi manja sekali padamu hyung" hey Kim Ryewook! Kau mau ikut-ikutan rupanya.

Hanya terdengar tawa kecil dari Sungmin menanggapi dua pernyataan tadi, namun saat Eunhyuk hyung ikut melontarkan pernyataan aku dapat merasakan tawa Sungmin hyung dan pergerakan tangannya berhenti.

"Tapi caramu memanjakannya menurutku sudah berlebihan hyung, kau memanjakannya lebih dari seorang adik"

Deg
Deg
Deg

Jantungku memompa dengan cepat hingga terasa akan lepas dari tempatnya—aku memperkuat indra pendengaranku, apa jawaban yang akan diberikan Sungmin?

"Hahaha Hyukkie kau saja yang merasa seperti itu, aku juga memperlakukan Sungjin seperti ini kok"

Apa.. jawaban macam apa itu? suaramu aneh, kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan Min? Aishhh! Kenapa lagi dengan jantung ini? Kenapa mendadak jadi nyeri begini? Cho Kyuhyun kau cemburu dengan Sungjin eoh? Hey! Jangan konyol! Sungjin memang adik kandung Sungmin... lalu, karena apa jantung ini berenyut?

"Tidak, aku juga sependapat dengan Eunhyuk hyung, kau memperlakukan Kyuhyun lebih dari kami. Bukannya aku iri sih, karena dia memang magnae wajar saja jika dia yang paling dimanjakan. Tetapi caramu memanjakannya berbeda hyung. Apa kau ingat hyung? Bahkan kau pernah menangis karena Kyuhyun" Apa! kapan Sungmin menangis karenaku? Ryewook ceritakan dengan jelas! Jangan setengah-setengah. Ck, aku ingin sekali membuka mata dan meminta penjelasan Ryewook, tapi kalau aku melakukannya aku jamin tidak akan mendapatkan hasil apapun

"Apa maksudmu Wookie? Aku tidak mengerti. Mungkin kau salah lihat, mataku sedang kelilipan waktu itu dan kau mengira aku menangis. Lagipula benar katamu, Kyuhyun adalah yang paling kecil diantara kita jadi mungkin aku berlebihan memanjakannya. Tapi wajar sajakan jika aku sangat memanjakan adikku yang paling bungsu? Tidak ada yang berbeda disini"

Oke! Sekarang air mataku yang rasanya mau tumpah. Kenapa kau perlu menjelaskan sejelas itu sih hyung? Kenapa pula kata 'adikku' harus kau pertegas? Kau tau, kini bukan saja jantungku yang berdenyut nyeri, tetapi tubuhku sudah terasa ngilu semua.

Hening—lagi-lagi suasana mendadak diam, hanya suara van kami yang sedang melajulah yang mendominasi sekarang.

"Aku ngatuk" Eunhyuk hyung mulai membuka suaranya setelah acara diam-diaman kami selama dua puluh menit itu

"Aku juga" Ryewook menyahut.

"Kalian tidur saja dulu, perjalanan kita masih cukup lama" samar-samar aku mendengar decitan kursi setelah manager hyung mengatakan hal itu. Sepertinya Eunhyuk hyung dan Ryewook mulai mengambil posisi yang nyaman untuk tidur.

Sungmin? Kenapa tidak ada reaksi apapun darinya?

Hati-hati aku membuka mataku sedikit—melirik wajah Sungmin yang sedang menatap jalan di luar jendela. Entah dapat dikatakan menatap atau tidak, karena dengan jelas aku bisa melihat tatapannya yang kosong.. seperti sedang menerawang jauh

"Hyung.." panggilku pelan dan membuka mata perlahan—aku harus membuat seolah aku memang habis bangun tidur.

Berhasil! Sungmin mengalihkan pandangannya padaku "Ne Kyu? Kau sudah bangun?" tanyanya lembut, aku rasa tangannya mulai bergerak mengusap rambutku lagi

Aku mengangguk pelan sebagai jawaban 'sebenarnya aku tidak tidur dari tadi' ujarku dalam hati. Aku menolehkan kepalaku ke kiri, ternyata semuanya sudah terlelap dalam mimpinya masing-masing, bahkan manager hyung juga sepertinya tertidur—hanya pengemudi van kamilah yang masih fokus dengan jalan.

"Kau tidak tidur hyung?" tanyaku saat kembali menatap Sungmin

Sungmin menggeleng "aku tidak mengantuk" jawabnya

Hanya sampai disitu pembicaraan kami, selebihnya kami sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Aku masih setia memandangi wajah Sungmin yang sudah kembali menatap jendela. Sungguh! Aku tidak pernah bosan menatapi ukiran tangan Tuhan yang indah itu dan aku tidak pernah menyesal telah memberikan hati ini padanya.

Tapi, mengapa Tuhan tak adil? Mengapa ia tidak mengizinkan hati Sungmin menjadi milikku.. padahal aku berharap walaupun tidak dapat memiliki raganya aku dapat memiliki hatinya.

Yah, suatu kenyataan yang amat menyakitkan memang ketika tidak dapat memiliki orang yang kau cintai. Tapi jauh lebih menyakitkan lagi ketika itu memang suratan takdir..

Aisshh, kenapa aku benar-benar ingin mengangis sekarang. Hey! Dimana Cho Kyuhyun yang kuat! Entahlah, aku memang terlihat menyedihkan ketika dihadapkan dengan kelemahanku—Sungmin.

Terkadang aku berpikir seberapa bodohnya aku hingga dapat terjebak di dalam permainan takdir seperti ini—Takdir yang memilukan dan tidak memiliki jalan keluar seperti ini. Tapi sekali lagi, ketika memikirkan bahwa yang menyebabkan aku terjebak di dalam takdir ini adalah Sungmin aku tidak pernah menyesal.

"Sungmin hyung.." panggilku hampir terdengar seperti bisikan, namun tetap membuat Sungmin menoleh kearahku.

"Ne?"

Entah bisikan dari mana, yang aku tau kini hatikulah yang tengah mengendalikan tubuhku. Tangaku terulur untuk meraih wajah Sungmin dan membawanya mendekat. Sungminpun hanya diam dan ikut menurunkan wajahnya.

Mata kami bertemu, dan apa ini! Aku berani bersumpah Sungmin juga sedang menatap ke dalam bola mataku tulus seperti aku menatapnya saat ini.

"Aku menyayangimu hyung" bisikku tepat ditelinganya. Saat Sungmin hyung kembali mengangkat wajahnya aku tersenyum dan ibu jariku bergerak mengusap lembut pipi berisi miliknya.. aku hanya berusaha menyampaikan perasaanku—walau tanpa kata cinta yang meluncur dari bibirku, aku berharap Sungmin dapat merasakan perasaan yang meluap-luap ini.

Sungmin membalas senyumanku "aku juga menyayangimu Kyu" balasnya pelan hingga hanya akulah yang dapat mendengarnya.

Walau aku tau konteks sayang yang diucapkan Sungmin berbeda denganku, namun aku sudah cukup puas.. aku tidak akan memaksanya untuk menyayangiku lebih dari ini, karena aku tau hatinya sudah dimiliki oleh orang lain -meski dia tidak pernah mengatakannya-

Kami kembali diam dan aku masih setia menatapi wajahnya, mulai dari dahi, mata bulatnya yang masih memandangku, hidung bangirnya yang mungil, kedua pipi bulatnya yang menggemaskan dan terakhir bibir pinknya...

Cinta.. Aku mencintainya hingga sulit sekali bernafas..

Selama ini aku selalu menahan perasaanku karena tak ingin menyakitinya.. namun, bolehkah aku egois kali ini? Hei, hatiku juga sesak jika harus menahannya terus..

"Min.." lirihku kembali memanggilnya

"Hm?" Sungmin hanya menjawab singkat sambil memainkan helaian rambutku

Aku sempat menoleh kesamping sebentar—memastikan jika apa yang akan aku katakan ini hanya akan didengar oleh kami berdua, untungnya mereka semua masih terlelap dan pengemudi van kami tetap fokus menyetir.

Aku kembali menatap Sungmin, sempat aku menghela nafas sejenak sebelum raut wajahku berubah serius dan hanya memandang lurus ke dalam obsidian hitamnya yang terlihat sedikit kebingungan.

Tuhan.. aku bersumpah tidak akan pernah menyesal mengatakannya

"Sungmin.." kedua tanganku meraih wajahnya mendekat hingga hidung kami bersentuhan—aku dapat melihat jelas raut keterkejutan di wajah manis itu "dengarkan aku, baik-baik" ujarku membuat Sungmin mengangguk pelan.

"Aku mencintaimu.."

.

.

My Confession {Kyuhyun Side} - END

.

Annyeong, aku kembali *bow*. aku mau mengucapkan terimakasih banyak untuk teman-teman yang udah sudi baca cerita-cerita aku. aku ga nyangka ternyata masih ada yang mau baca dari awal. Kemudian maaf atas kekurangannya, aku sering sekali typo dan bikin bingung. Tapi inilah karyaku, aku sudah berusaha keras untuk menuangkan segala ideku ke dalam sebuah cerita -walau gaje-. Terimakasih atas komentar-komentar yang sangat membangun buat aku, rasanya itu menjadi energi aku untuk melanjutkan cerita berikutnya.. sekali lagi, terimakasih dan aku mohon maaf atas segala kekurangannya^^

- Evilpumps -