Dia membungkuk dalam diam di kursinya yang berada di dekat jendela ruangan, matanya tidak menatap ke depan, melainkan menaptap lurus ke bawah, seakan-akan lantai jauh lebih menarik dari apapun, tangannya bersilangan di atas meja dengan rapihnya, dia sendirian dalam diam dan tak ada yang mendekat ke arahnya walau ruangan kelas ini sudah ramai dengan siswa yang sudah mempersiapkan segala materi untuk mata pelajaran kali ini. Aku memang sudah sering memperhatikannya begini, dia memang sering berwajah suram, dia juga sering menyendiri, dirinya rapuh, dan aku tahu itu.

Aku menatap sesekali ke arah dirinya yang masih diam, dia kini menatap lurus ke depan, mencoba menyaring pelajaran dari guru kami hari ini, rambutnya yang pirang kecoklatan terlihat sangat lembut sekali, aku terdiam kala melihat dia menggigit bibir bawahnya sendiri karena sesuatu hal, pasti masalah kembali menghantui pikirannya tersebut. Aku menghela nafas iba sebelum dengan berat hati aku memalingkan wajahku dari dirinya, aku harus fokus pada materi Kartografi yang sedang diterangkan kini. Ini termasuk pelajaran penting yang aku tidak boleh melewatkannya.

Kelas ini mulai sepi karena setiap siswa sudah meninggalkan ruangan kelas, aku juga sudah membereskan buku-bukuku sebelumnya, dengan iseng aku menatap ke arah dirinya yang masih terdiam. Aku ingin sekali ke sana, ingin sekali beranjak ke tempatnya dan merangkulnya, mengatakan jika perlu sesuatu aku akan ada di sana. Namun aku bukan tipe orang seperti itu, yang menggebu-gebu.

PLAK!

Dia menampar pipinya sendiri sebelum menghela napas dengan begitu keras, aku terdiam untuk sesaat. Ini memang bukan kali pertama dia melakukan hal itu, dia memang sering melakukannya dan memasang topengnya kembali. Aku tersenyum, dia memang hebat. Kini dia tersenyum kecil, wajahnya menjadi cerah dan gelagatnya menjadi sangat menyenangkan, dengan siulan kecil dia mulai berjalan keluar ruangan, dia tidak memperhatikan sekitarnya, dia tidak menyadari keberadaanku. Ya, seperti biasanya.

"Inilah sosok yang sangat menawan di mataku, sungguh kau sangat mempesona, Kim Leeteuk." Ujarku dengan senyuman sangat tulus yang bisa aku berikan. Aku memainkan rambut hitamku dengan pelan sebelum beranjak pula meninggalkan ruangan.


-YOUR SHADOW-

"Sauriva Angelast"

Disclaimer : Semua member SUJU bukanlah milik saya, mereka adalah milik diri mereka sendiri…

Warning : OOC, Alur ribet, banyak typo(s) dan miss typo(s), saya membuat banyak sekali perbedaan. Baik itu sifat dan kehidupan tokoh. Alurnya sedikit berat dan agak memusingkan, sehingga yang tidak suka, saya sarankan segera menekan tombol back.

Don't like don't read

Rate : T to M

Summary : Aku sudah lama memperhatikannya. Aku tahu kerapuhannya, aku tahu dia lemah, aku tahu semua kekurangannya, dan aku sangat ingin merangkulnya, sangat ingin berada di sampingnya, namun aku tidak bisa melakukan hal itu dengan mudah, karena kadang aku seakan-akan tidak mengetahui tentang dirinya sedikitpun. Seakan-akan yang dia tampilkan pada dunia hanyalah topeng belaka. Aku mengenalnya, namun seakan tak mengenalnya, dia menciptakan sebuah zona yang sangat sulit untuk dimengerti.

HAPPY READING~~


"Wonnie! Kau sudah selesai?" Sungmin, namja berambut pirang merangkul bahuku saat aku baru melangkahkan kakiku keluar dari ruangan kelas, rangkulannya sangat keras hingga membuatku meringis. Dengan pelan aku lepas rangkulannya.

"Ya. Ayo kita pulang." Ajakku dengan pelan, dia mengangguk dan mulai berceloteh panjang seputar kesehariannya, aku juga bercerita sedikit dengan dirinya sambil kami berjalan berdampingan di koridor sekolah. Tanpa sengaja iris mataku memandang keluar jendela, aku langsung berhenti melangkah saat mataku tak sengaja melihat Kim Leeteuk tengah duduk berdua dengan seorang namja yang tidak aku kenali, di tangan namja itu ada sebuah bingkisan yang aku yakin diperuntukkan kepada Teukie. Ada kilat cemburu yang aku tidak dapat menjelaskannya.

"Haah~ Kim Leeteuk itu memang dekat dengan banyak namja. Banyak yang menanyakan orientasi seksualnya. Namun dia juga dekat dengan banyak yoeja. Karena itu banyak yang iri dengan kehadirannya di sini. Makanya dia tidak memiliki teman dekat." Ujar Sungmin dengan lugasnya, seakan dia mengetahui bahwa pandanganku sedang terfokus pada Kim Leeteuk. Ya, Kim Leeteuk memang namja yang sangat diincar oleh banyak orang, aku sering melihatnya sedang ditembak oleh beberapa orang, entah itu namja atau yoeja.

"Aku sama sekali tidak peduli." Sahutku tenang, dengan menarik napas pelan aku kembali berjalan, menghiraukan rasa panas di dadaku, aku tahu jika Kim Leeteuk memang dekat dengan banyak orang, entah itu namja atau yoeja, namun setiap kali melihat langsung, aku merasakan desiran yang kurang menyenangkan.

Melihat gelagatku yang masa bodoh itu Sungmin hanya mengangkat bahu dan kembali berjalan berdampingan denganku, dia kembali bercerita panjang lebar, aku hanya menanggapinya saja tanpa balas bercerita, aku memang bukan orang yang terbuka kalau masalah perasaan, aku bahkan tidak menunjukkan rasa tertarikku pada Kim Leeteuk padahal jelas-jelas hatiku bergejolak tak karuan hanya dengan melihat sosoknya.

"Wonnie?" Aku mengerjap saat Sungmin menepuk bahuku dengan begitu keras. Aku baru sadar jika aku tengah melamun.

"Ya. Sungmin?" Tanyaku.

"Kau kenapa, sih? Kita sudah sampai di persimpangan, rumahmu ke arah sana dan rumahku ke arah sini. Kenapa kau malah mengikutiku?" Sungmin terlihat jengkel namun ada kilat jahil di sana. "Jangan-jangan kau ingin ikut ke rumahku?" Jahilnya sambil menyenggol pinggangku.

"Mana mungkin, kan? Aku hanya melamun…" Sahutku dengan nada seperti orang bodoh. Dengan cepat aku berbalik arah dan menuju arah yang tepat, aku hiraukan tawa Sungmin dari belakang.

Kini aku berjalan sendirian saja. Jalanan sepi sekali karena memang sudah memasuki kawasan perumahan yang memang agak sepi. Aku menghela napas lagi sebelum mengambil buku kecil dari tasku, membukanya dan mulai membaca isi buku tersebut.

"Yo!"

Aku menghentikan langkahku dan menatap ke depan, di sana ada sosok seorang namja yang tengah bersandar pada tiang listrik, senyuman terkembang di bibirnya yang tipis. Tangan kanannya melambai ke arahku sedangkan tangan kirinya dia masukkan ke dalam saku celana. Namja yang sangat manis. Sosok yang biasanya menjadi bahan pikiranku kini ada di hadapanku. Kim Leeteuk menyapaku. Aku tahu jika dia memang pulang ke arah yang sama denganku namun aku tidak menduga akan bertemu di sini.

Aku hanya mengangkat sebelah alisku kemudian menghiraukan dirinya. Kami tidak saling mengenal, aku yakin tadi aku hanya salah dengar. Dengan pelan aku kembali berjalan, melewati dirinya begitu saja. Dalam hati aku bersorak keras, aku berhadapan dengan sosok yang selalu ada di dalam benakku.

"Aku bicara padamu. Kenapa kau lewat begitu saja?" Tanya dirinya setelah aku beberapa langkah melewatinya.

"Kita tidak saling kenal. Aku pikir sangat awam untuk mulai bicara." Sahutku dengan dingin, aku melihatnya menyodorkan tangannya ke arahku. Senyumannya yang sangat manis itu masih bertengger dengan indahnya di wajahnya.

"Aku Leeteuk. Salam kenal ya!" Dia memulai perkenalannya saat tanganku dan tangannya saling berjabat, sedangkan aku hanya mengangguk dan berlagak kaku. Aku tidak mengerti apa yang dia inginkan dengan berkenalan denganku.

"Sekarang kita sudah saling kenal, bukan? Sekarang kita sudah bisa saling bicara?" Tanya dia lagi dengan nada ragu-ragu, dia menggaruk belakang kepalanya yang aku tahu tidaklah gatal. Dia manis sekali. Ini adalah keberuntungan dalam hidupku bisa melihatnya sedekat ini.

"Ya."

"Aku tahu kau selalu memperhatikanku selama ini." Jleb. Perkataannya dengan tanpa dosa itu tanpa sadar membuat wajah yang kubuat sedatar mungkin sedikit merona. Aku memang sangat menyukainya, namun selama ini dia tidak pernah memperhatikanku, dia seakan punya dunianya sendiri yang aku tak bisa masuk di dalamnya. Namun meski begitu aku tetap menyukainya, hanya menyukainya, dan sampai kapanpun akan tetap begitu.

"Kenapa kau menyimpulkan hal tersebut? Aku sama sekali tak pernah merasa selalu memperhatikanmu." Ungkapku setelah sepersekian detik aku terdiam, mendengar jawabanku, Leeteuk hanya tersenyum kecil, dia berjalan pelan ke arahku dan berhenti tepat beberapa senti dari tempatku berdiri. Iris matanya yang semanis almond memandang iris mata sehitam batu obsidian milikku.

"Aku tahu sekeras apapun kau menyangkalnya, aku dapat melihatnya, iris matamu yang mengatakan sebaliknya." Leeteuk membalas ucapanku, senyumannya semakin lebar dan terlihat sangat manis, dia mundur beberapa langkah ke belakang, dan kembali menatap diriku dengan sangat intens, seakan-akan dia dapat melihat diriku sampai ke dalam. Baru pertama kali dalam rentang umurku ini, aku merasa terintimidasi, namun ada kilat senang dalam hatiku karena orang yang telah berhasil melakukannya adalah Kim Leeteuk. Orang yang aku sukai.

Baik aku ataupun dirinya tidak ada yang bersuara, kami membiarkan kesunyian menenggelamkan segalanya. Aku juga tidak berniat untuk membalas ucapannya sebelumnya, aku bukan tipe orang yang akan langsung menyatakan perasaanku, jelas sekali jika kami tidak sedekat itu dan baru berkenalan beberapa saat yang lalu, dia juga tidak mengenalku dengan begitu dalam, jelas menyatakan perasaan dalam situasi yang begini akan berakhir tidak bagus. Bahkan mungkin saja dia akan menjauhi selamanya, walau selama ini juga sudah bisa dibilang seperti itu.

Iris mata semanis almond miliknya tidak mengeluarkan emosi apa-apa, yang aku tangkap di sana hanya kehampaan walau terlihat berkilauan, aku tahu jika dia tengah memakai topengnya seperti biasa, sosok kuat seorang Kim Leeteuk, namun aku dapat melihat jika dia sangat berusaha keras agar dirinya yang rapuh tidak terlihat, dia memang hebat. Orang yang aku sukai memang hebat, aku tak menyesal karena menyukainya.

Kikikan dari Leeteuk langsung menyadarkanku, aku pasti terlihat seperti orang bodoh karena ketahuan terpesona oleh dirinya. Namun mendengar tawa kecilnya aku kembali terpesona, rasa malu yang awalnya aku rasakan menguap begitu saja. Sepertinya aku memang jatuh terlalu dalam padamu, Kim Leeteuk.

"Ne, Choi Siwon. Mau menjadi kekasihku?"

# # #

Aku berbaring di kasur single milikku, lampu kamarku sengaja aku matikan lebih awal, aku bahkan melewatkan makan malam kali ini, aku yakin baik ayah maupun ibuku tengah bertanya-tanya kenapa anaknya menjadi aneh begini. Iris mataku terpaku pada layar ponselku yang tengah menampilkan pesan singkat dari Kim Leeteuk, orang yang aku sukai, yang sekarang adalah kekasihku. Aku tidak membalas pesan itu, rasanya seperti mimpi saja kini dia menjadi milikku. Aku takut jika aku membalasnya maka aku akan terbangun dari mimpiku dan semuanya hilang. Tidak ada Kim Leeteuk, dan semuanya akan sangat hampa.

Dering dari ponselku langsung membuatku terdasar dari berbagai macam pikiran yang berkecamuk di dalam kepalaku, nama Kim Leeteuk tampil di layar utama, menandakan jika dia tengah menelponku saat ini. Apa dia cemas? Atau bagaimana? Dengan ragu aku mengangkat panggilan tersebut.

"Yoebo…se…yo?" Ucapku lambat-lambat, di sana aku mendengar geraman dari seseorang yang entah bagaimana menurutku sangat manis. Ya, apapun yang ada di dalam Kim Leeteuk sangat manis.

'Apa yang kau lakukan, Chagi? Kenapa kau menghiraukanku? Padahal kita baru saja menjalin hubungan. Apa kau tidak mencintaiku!?' Geramnya dengan suara marah yang menggebu-gebu.

"Tentu saja aku mencintaimu!" Tanpa sadar aku mengucapkannya begitu saja, dan di sebelah sana langsung tenang. Aku menutup mulutku sadar dengan apa yang aku ucapan.

"Aku-"

'Syukurlah… Karena kau mencintaiku, maka balas pesanku, Ya? Chagi?'

Panggilan itu ditutup. Aku terdiam lagi, dan wajahku tanpa sadar merona. Getaran halus dari ponselku langsung membuatku tersadar kembali, ternyata itu adalah pesan dari Leeteuk. Dengan ragu aku membalasnya, membalas pesan sayangnya kepadaku. Aku tidak tahu apa motif dari Leeteuk yang ingin menjadi kekasihku, aku bahkan tidak memahami bagaimana jalannya berpikir, namun satu hal yang aku tahu, aku menyukainya dan itu menguatkanku sekaligus kelemahanku, aku selama ini memang bisa mengabaikan dirinya dengan tubuhku, namun hatiku selalu terikat oleh dirinya yang aku tahu tak akan mungkin bisa aku lepas sampai kapanpun, karena memang dia telah membawa separuh hatiku bersamanya tanpa dia sadari.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Kim Leeteuk?" Ucapku dengan sangat pelan lebih kepada diriku sendiri, aku menatap layar handphoneku yang kini menampilkan foto Leeteuk yang tengah tersenyum manis sekali, dalam posisi yang menyamping karena memang aku mengambil foto ini tanpa dia tahu.

Aku sejak awal tahu ada maksud terselubung entah apa itu. Tidak mungkin seseorang akan langsung menyatakan perasaan seperti Leeteuk pada orang yang dia tidak kenal, bahkan itu kali pertama kami saling bicara walaupun sebelumnya kami satu kelas. Otakku yang jenius jelas berpikir jika dia hanya ingin mengambil keuntungan dariku, tapi apa motifnya? Aku memang tidak paham dengan jalan pikiran Kim Leeteuk…

"Tapi…meski dia hanya memanfaatkanku… Aku sama sekali tidak keberatan." Aku tersenyum tulus kali ini, sebuah senyuman yang memang akan aku tunjukkan jika sudah berhubungan dengan Leeteuk. Seburuk apapun dia nanti, atau sejahat apapun kelak dia padaku, aku tidak keberatan, aku menyukainya dan akan selalu begitu. Selama dia denganku, aku hanya berharap untuk tidak mengecewakannya, walau cuma satu kali. Akan aku buat dia bahagia, akan aku terima kekurangannya tanpa memintanya untuk berubah, karena aku menyukai dia bagaimanapun itu. Kim Leeteuk-ku.

Siwon's POV End

# # #

Suasana SM International High School ramai seperti biasanya, sekolah khusus yang sangat elit di Korea Selatan ini memang menjadi pilihan nomor satu bagi pemuda-pemuda yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau memiliki harta yang berlimpah, sekolah bergengsi tinggi ini jelas telah banyak mencetak orang-orang hebat di seluruh dunia. Namun ada yang sedikit berbeda dari suasana ramai yang biasa. Karena 'ramai' yang dimaksud kali ini adalah ramainya gossip atau berita yang menyebutkan jika Kim Leeteuk, pemuda termanis di SM International High School telah berpacaran dengan seseorang!

"Aku dengar Kim Leeteuk berpacaran dengan seseorang di sini!"

"Masa? Siapa orang yang berhasil merebut hati My Angel?"

"Tidak bisa diampuni! Akan aku rebut kembali Leeteuk dari tangan kotor orang yang merebut hatinya!"

"Ayo cari siapa gerangan orang itu?"

"YAAAA!"

Sedangkan sosok tertuduh dari semua itu hanya berjalan dengan santainya melewati kerumunan siswa di depannya yang memang langsung memberi dirinya jalan untuk lewat. Siapa yang tidak kenal dengan dirinya? Sosok dingin dan ditakuti hampir seluruh sekolah hanya karena sifatnya yang dingin, acuh, dan tidak peduli orang lain. Namun di samping itu, pemuda bersurai hitam dengan iris mata sehitam batu obsidian itu memiliki wajah yang sangat tampan dan juga menjadi incaran banyak orang, otaknya yang jenius, serta tubuhnya yang memang bagus menambah nilai plus untuk dirinya di samping pandangan negatif. Choi Siwon.

"Wonniee!" Ya. Hanya satu orang yang selalu berada di samping pemuda itu, sosok yang tanpa rasa takut selalu nempel pada Choi Siwon, Lee Sungmin.

"Ada apa, Sungmin? Ayo, berisik sekali di sini." Siwon membalas dengan pelan dan seadanya, seperti biasanya. Mereka berdua berjalan berdampingan di lapangan sekolah yang luas tersebut, menuju gedung sekolah mereka.

"Jelas saja, bukan? Kim Leeteuk memiliki kekasih. Jelas orang-orang yang mengincar dirinya tidak akan rela begitu saja, bukan?" Sungmin mengangkat kedua bahunya.

"Apakah itu penting sekali?" Sahut Siwon tidak peduli, di tangannya ada sebuah buku kecil yang memang menjadi temannya berjalan kemanapun, entah buku apa itu.

"Tentu saja pen-"

"CHAGI!" Suara panggilan yang sangat dikenal Siwon membuat namja tegap tersebut menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah sumber suara, di belakangnya sedang berlari seorang Kim Leeteuk yang terlihat sangat manis di mata Siwon.

Siwon tetap berdiri tegap di tempatnya semula sampai sebuah tangan yang ditunggu-tunggunya merangkul tangannya dengan begitu erat, begitu mesra dan terlihat sempurnanya mereka bersanding berdua. Sungmin dan orang-orang yang berada di sana langsung terbelalak tak percaya, seorang Choi Siwon yang terkenal seakan-akan anti-sosial dan seorang Kim Leeteuk yang seperti matahari sedang berlaku mesra seperti seorang kekasih. Apa memang mereka sedang menjalin hubungan?

"EEEEEHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH?"

Perlu beberapa detik hingga orang-orang paham dengan situasi. Ya, Kim Leeteuk dan Choi Siwon memang memiliki hubungan. Dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Orang-orang yang niatnya ingin menindas kekasih dari Kim Leeteuk langsung ciut saat mengetahui itu adalah Choi Siwon, orang yang memang lebih baik dihindari daripada mencari masalah dengan namja itu.

"Selamat pagi, Chagi." Sapa Leeteuk dengan senyuman yang sangat manis dari bibirnya, senyuman yang memang selalu bisa menaklukkan siapa saja. Tangannya masih melingkar pada lengan kekar milik Siwon yang entah bagaimana menjanjikan sebuah perlindungan untuknya.

"Pagi." Sahut Siwon dengan dingin. Namun kali ini bukan dingin yang menyeramkan seperti biasanya, namun kali ini terkesan lebih 'hangat' dari biasanya. Dan itu jelas mengundang banyak tanda tanya bagi setiap orang yang melihatnya. Tak terkecuali Sungmin. Pemuda itu jawdrop melihat fenomena yang menurutnya sangat langka tersebut.

Jelas sekali bahwa rumor itu tersebar dengan begitu cepat, banyak namja dan yoeja yang mengincar keduanya tampak banyak yang menyerah. Sedangkan kini tokoh utama sedang membaca buku di atap gedung sekolah sendirian. Dia sama sekali tidak terganggu dengan banyaknya nyanyian tak enak yang selalu menyerbunya saat dirinya berjalan di koridor gedung sekolah. Mengatakan jika dirinya tidak cocok dengan Leeteuk, mengatakan Leeteuk tidak pantas untuknya, dan lain sebagainya. Menurutnya itu tidaklah penting, orang-orang hanya bisa berkomentar tanpa mau melihat lebih jelas. Bagaimanapun dia menyikapi hal ini, jelas ada saja yang dianggap salah oleh beberapa orang, lebih baik menjalani dengan sebagaimana mestinya.

"Kau benar-benar kekasih Kim Leeteuk?" Sungmin kini sudah ada di sampingnya, melihat Siwon dengan pandangan masih tak percaya.

"Ya." Sahut Siwon singkat, matanya tak beralih dari buku yang menjadi objeknya sejak awal.

"Se, sejak kapan? Padahal selama ini kau terlihat tidak peduli dengan Kim Leeteuk." Tanya Sungmin. Namja itu memang belum bisa mengenali sosok sebenarnya dari Choi Siwon.

"Baru kemarin. Dia yang menyatakan perasaannya padaku." Siwon menjawab semestinya, dia memang bukan orang yang suka menyimpan hal yang menurutnya memang pantas untuk diketahui, lagipula dia berbicara seadanya saja.

"E, eh? Kau menerimanya walaupun kau tidak menyukainya?" Sungmin kembali bertanya dengan nada bergetar tak percaya. Apa Kim Leeteuk memang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan walaupun itu Choi Siwon yang sangat dingin sekalipun takluk padanya? Sungmin benar-benar tidak mengerti.

"Seharusnya kau tidak langsung menerimanya, bukankah itu akan menyakitimu sendiri karena kau tidak menyukainya?" Tanya Sungmin lagi karena Siwon terlihat tidak mau menjawab pertanyaannya, dengan tangan yang mengepal erat Sungmin memandang tajam pada Siwon, berharap namja itu menjawan pertanyaannya.

Mendengar Sungmin mengulang pertanyaannya sebanyak dua kali, Siwon menutup buku yang ada di tangannya, dia terdiam beberapa detik sebelum menatap Sungmin dengan intens, senyuman yang jarang dia tunjukkan muncul di sana, sesuatu hal yang membuat Sungmin semakin bertanya-tanya.

"Siapa bilang aku tidak menyukainya? Aku sangat menyukainya, lebih dari yang kau tahu, Lee Sungmin." Sahut Siwon bertepatan dengan bunyi lonceng yang menandakan jam istirahat telah selesai. Dengan pelan Siwon berdiri, dia membersihkan seragamnya sedikit sebelum beranjak pergi, meninggalkan seorang Lee Sungmin yang masih berduduk dengan wajah tak percaya.

# # #

Siwon's POV

Jam pelajaran berakhir dengan begitu cepat. Aku membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja, sesekali aku memperhatikan Leeteuk yang juga melakukan hal yang sama denganku, pemuda itu dari segi manapun terlihat sangat sempurna, namun raut wajahnya yang muram kembali menggangguku, dia memang selalu berwajah begitu kadang-kadang, namun itu hanya sebentar karena wajahnya akan kembali bersinar beberapa saat kemudian, dan benar saja dugaanku, dia kembali terlihat ceria. Ya, terlihat ceria. Hanya terlihat, karena dia merasa kehampaan.

Sepertinya dia tahu jika aku tengah memperhatikan dirinya sehingga dengan senyuman manis dia menoleh ke arahku yang mau tidak mau aku balas dengan senyuman juga, kelas sudah sepi dan hanya tinggal kami berdua, kelas kami memang memiliki jam pelajaran yang singkat hari ini. Leeteuk berjalan ke arahku dan kembali tersenyum lebar.

"Ayo kita pulang, Chagi?"

"Ya." Sahutku dengan pelan, dia merangkul lenganku dengan erat, seperti anak kecil yang takut terpisah dengan ibunya, aku tahu kami akan menjadi bahan tontonan orang-orang dan kembali menjadi topik terpanas, namun aku tidak peduli, selama Teukie merasa nyaman, aku tak akan keberatan.

"Sebelum kita benar-benar pulang, mau mengajakku ke suatu tempat?" Tanya Leeteuk dengan kikikan geli, aku mengangguk. Aku memang ingin mengajaknya ke suatu tempat.

Dan di sinilah kami berada. Di sebuah pantai di tepi kota, sebuah pantai dengan pasir yang begitu putih, kami berada di pinggiran yang memang masih belum terjamah oleh banyak orang, karena untuk menuju ke sini memiliki jalan khusus yang tidak semua orang mengetahuinya, aku tahu tempat inipun dari ayahku waktu aku masih SMP dulu. Dan aku dapat melihat Leeteuk langsung melepas alas kakinya dan berlari-lari seperti anak kecil, hal itu tidak bisa untuk tidak membuatku tersenyum, bagaimanapun tingkah Leeteuk, dia tetap manis dan aku menyukainya.

"Kemari, Chagi!" Panggilnya di pinggiran pantai, ombak-ombak kecil menyapu kakinya yang tanpa alas kaki. Aku juga melepas alas kakiku dan menuju ke arah dirinya, kali ini aku juga akan membuka sedikit topengku untukmu, Kim Leeteuk, sosok Choi Siwon yang katanya sangat dingin ini.

"Tunggu aku di sana…!" Ucapku, aku berlari kecil ke arahnya yang masih tersenyum dan melambai kepadaku. Setelah berada di hadapannya, aku menepuk kepalanya gemas dengan senyuman yang memang jarang aku tunjukkan untuk orang lain. Entahlah, aku ternyata aku merasa bebas jika dekat dengannya. Melihat senyumanku dia terdiam untuk beberapa saat. Seperti orang yang terpesona akan sesuatu.

"Kau sangat tampan jika sedang tersenyum, Chagi." Ujarnya dengan begitu tulus, itu terlihat sangat nyata di wajahnya. Aku bisa melihat dia terpesona padaku, dan entah kenapa aku senang dibuatnya.

"Aku hanya akan tersenyum seperti ini padamu." Sahutku lugas, aku memang mengatakan yang sebenarnya. Baru dengannya aku tersenyum seperti ini.

"…Ne, Chagi. Apa kau tidak berpikir jika aku hanya memanfaatkanmu saja? Kau memiliki otak yang cukup rasional. Aku tahu kau pasti berpikir demikian. Benar, kan?" Tanya Leeteuk dengan wajah menunduk.

" . Aku memang berpikir demikian." Sahutku dengan jujur.

"Lalu kenapa kau tetap melanjutkannya?" Suara Leeteuk terdengar bergetar dan dia tidak menatap ke arahku sama sekali.

"Karena aku pikir akan sangat menyenangkan bisa menjadi kekasihmu, lagipula aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian di saat semua orang ingin perhatian darimu." Sahutku jujur. Aku paham dia kadang tertekan dengan orang-orang yang berada di sampingnya, karena itulah dia tidak pernah memiliki teman yang benar-benar dekat dengannya. Aku paham perasaan itu karena aku juga memiliki perasaan seperti itu.

"Wonnie…"

"Jadi bisa kau jelaskan motifmu sebenarnya kepadaku?" Tanyaku dengan pelan, aku menatap dirinya yang kini juga menatap ke arahku. Aku memantapkan hatiku jika apapun yang akan dia katakan selanjutnya tidak akan berdampak buruk padaku.

"Tidak ada." Sahutnya dengan senyuman manis dan tulus yang baru pertama kali aku lihat, biasanya dia memang tersenyum manis, namun tak setulus ini. Aku merona melihatnya begini, semakin sering melihat dirinya semakin aku jatuh dibuatnya.

"Tidak ada?" Ulangku tak percaya.

"Ya, tidak ada. Aku tanpa sadar tertarik dengan Siwonnie… Aku tahu kau sering memperhatikanku dan tanpa sadar aku juga melakukannya. Aku sering melihat wajah seriusmu, aku sering melihatmu yang menggerutu sendiri tanpa orang lain yang menyadarinya, lalu, kau yang tersenyum sendiri setelah kau memperhatikan diriku. Tanpa aku sadari, aku dibuat jatuh cinta oleh dirimu…" Ungkap Leeteuk dengan tulusnya, dia merona untuk pertama kalinya, senyuman tidak juga luntur dari wajahnya. Aku tahu yang dia ucapkan ini adalah benar, aku sudah tahu gelagatnya ketika dia berbohong karena aku sering memperhatikannya, dan kali ini dia memang jujur, aku tahu itu.

"Aku sering menemukan kau yang berwajah suram, namun detik berikutnya aku melihatmu bersinar. Aku sering melihatmu sendirian, namun detik berikutnya kau sudah di kelilingi banyak orang. Aku sering melihatmu ingin menangis, namun detik berikutnya kau membuat orang lain tertawa karena ulahmu. Kau namja yang sangat hebat, Kim Leeteuk. Dan aku menyukaimu." Ungkapku untuk pertama kalinya, aku dapat melihat wajah Leeteuk merona karena aku, dan begitu pula diriku. Mungkin kami memang memiliki ikatan itu, kami memiliki benang merah, mungkin dari sekarang aku akan benar-benar menjaganya.

"Chagi… Berjanjilah satu hal padaku."

"Hm?"

"Apapun yang akan kita hadapi nanti, dan seburuk apapun kenyataan yang akan kau temui tentang aku, berjanjilah untuk tetap menjadi tempat aku untuk pulang." Leeteuk menyodorkan jari kelingkingnya kepadaku, iris matanya berkilauan penuh dengan harapan yang untuk pertama kalinya aku lihat.

"Aku berjanji. Aku akan menemanimu kemanapun kau pergi, bagai bayanganmu, dan aku akan menjadi tempatmu untuk pulang." Sahutku yakin dengan sepenuh hati.

Mungkin ini adalah awal untuk kami. Aku sudah mengira jika setelah ini akan banyak kisah yang terjalin di antara kami, entah itu sedih atau senang, aku tidak akan meninggalkan Kim Leeteuk. Seseorang yang jelas memiliki kisah gelap dalam hidupnya yang tidak ingin dia umbar pada orang lain, dan aku akan selalu ada di saat dia membutuhkan tempat bersandar. Karena aku kekasihnya, aku miliknya, dan sampai kapanpun akan tetap begitu.

TBC


Mian. Lagi stress dan malah jadilah fic ini… Hehehee …