Sehun menghentaknya kuat, tidak menyisahkan sedikitpun miliknya berada diluar bagian Luhan. Tak menghiraukan bagaimana panasnya siang ini di Hawaii, basah seluruh tubuhnya akan keringat yang mengucur deras sejak tadi.
"Akh! Sehun, perla-han ahh!"
Bahkan beberapa kali Luhan sudah mengingatnya, bahwa dirinya masih ingin hidup lebih lama.
Pria cantik dibawah kukungan itu harus mencampur suara desahan dengan pekikan perih dibagian lubang yang sejak tadi Sehun hantam kuat. Pria itu seakan tidak merasakan lelah.
"Kau milikku, Luhan. Hanya untukku." Ia terus mengatakan itu, mungkin ia menganggapnya sebagai mantra agar Luhan tetap berada didekatnya, walau sesulit kenyataanya.
Dering ponsel milik Luhan lumayan mengganggu, Sehun menahan kedua tangan Luhan disisi kepala pria berambut coklat itu. Melarang Luhan untuk sekadar menggapai benda masih berdering.
"Stoph Sehun! Kukira itu sesuatu yang penting." Tangannya meronta, wajahnya juga menunjukkan mimik wajah kesal. Dengan sangat-sangat terpaksa Sehun melepaskan cengkraman tangannya dan mengeluarkan miliknya dari dalam Luhan, ketika pria cantik itu mengernyit duduk bersandar dikepala ranjang.
"LUHAN!"
"Ma-"
"DIMANA KAU?! MINA SEDANG BERJUANG-" jantungnya berdegup terlalu kencang, bukan, bukan karena akibat sehabis bercinta dengan Sehun. Perkiraannya tidak secepat ini. Rasa menyesal kini hadir. "CEPAT PULANG, LU. DIA BUTUH DIRIMU."
Mata Luhan dengan cepat beralih pada Sehun yang memperhatikannya. Ekspresi keras dan dingin itu terpampang disana. Sehun akan dengar atau atau tidak, Luhan tidak peduli. Ia bangkit dan mengatakan "Ya, aku akan pulang sekarang juga." Dan memutuskan sambungan panggilan itu.
"Ada apa?"
Luhan tidak menjawabnya, malah pria itu memasuki kamar mandi dan tak lama keluar, kembali meraih ponsel dan memesan tiket penerbangan untuk hari ini juga. Tak menghiraukan Sehun yang mengikuti langkahnya dengan telanjang bulat.
"Luhan! Katakan apa yang terjadi?"
"Istriku sedang berjuang untuk melahirkan! Kau tahu apa yang harus ku lakukan! Sehun. Aku harus pergi."
Tembok penghalang itu semakin terasa tebal dan tinggi. Menghalanginya untuk bisa ia hancurkan dengan kedua kepalan tangannya. Tidak bisa, ia merasa tidak lagi bisa menggapai pria itu kini.
"Kau membeli apartemen ini untuk kita?" Luhan memasuki apartemen itu lebih dulu, mengelilingi setiap ruangan. Dia akan selalu terkesiap ketika sesuatu menarik dimatanya. Kata terima kasih dan juga kecupan terlalu banyak ia dapatkan.
"Kau sungguh calon suami yang terbaik. Aku mencintaimu." Luhan memeluknya dan mendaratkan puluhan kecupan kecil di seluruh wajah dan dada bidang Sehun.
"Aku tidak bisa menerima kenyataan itu. Dokter Park. Aku merasa seperti manusia paling aneh, paling cacat."
"Luhan, kau luar biasa. Setidaknya 9-100 orang bisa memilikinya. Kau sempurna. Jangan menganggap dirimu aneh."
Hai!
Aku datang membawa prolog TToTT
Maaf ff yang satu lagi masih dalam proses.. masih nyari ide dong TToTT
Apa sudah ada yang tertarik walau cuman baru baca prolog ?
Ide ceritanya juga pasaran, tapi beneran 100% milikku sepenuhnya.
Dan aku memakai marga 'XI' untuk Luhan. *oke gapenting*
kalo kalian kira-kira suka sama cerita diatas, uda pasti harus Review-fav-follow ;))
Terimakasih {}
salam 520!
