3rd POV

Airport

Seorang berjalan melewati kerumunan orang di Bandara dengan tenang. Rambutnya tak terlihat karna tertutup jaket. Tubuhnya dibaluti baju warna merah dengan jaket warna hitam sepinggang yang tak diresletingkan dan celana 3/4 warna biru dongker yang dan sepatu merah. Tangan kanannya menarik koper hitamnya dan tangan kirinya dimasukkan kedalam saku jaketnya. Dia memakai ransel abu-abu. Dia menoleh kanan kiri mencari sesuatu. Namun sepertinya dia tidak menemukan apa yang dicari.

"Owh. I think he forget about telling him, again", katanya lalu duduk dikursi yang disediakan oleh bandara.

"I will kill him, if I meet him", kesalnya sambil duduk melihat orang lewat melewatinya.

"Hah.. I miss you so much", katanya sambil bersandar pada punggur kursi.

Ditempat lain

Bunyi dentuman memenuhi lapangan basket umum. Beberapa orang sedang bermain basket dengan senyuman diwajahnya. Berlari kesana-sini mengejar bola. Seorang laki-laki berambut merah bergradiasi berhadapan dengan laki-laki berambut biru tua. Sirambut merah itu berhasil melewati sirambut biru dan memasukkannya kedalam ring.

"Wooo. Aku menang Ahomine" katanya sambil senyum sumringah.

"Tch. Jangan terlalu senang Bakagami. Kau hanya menang satu poin dariku" ucap si Ahomine dengan kesalnya.

" Siapa yang kau panggil Baka, Aho?!", umpat Bakagami, aka Kagami Taiga .

"Siapa yang kau panggil Aho, Baka?!", kesal Ahomine, aka Aomine Daiki. Kagami dan Aomine bertengkar, lagi. Dipinggir lapangan, beberapa teman mereka menonton drama mereka berdua.

"Ochitsuite futari tomo. Mooo Kagami-cchi, Aomine-chii futari tomo kodomo mitai ssu", kata sirambut pirang berusaha menenangkan Aomine dan Kagami.

"Damare Kise", bentak Aomine dan Kagami bersamaan sambil melototi Kise.

Kise yang dibentak menciut dan bersembunyi dibelakang Siwortel. Siwortel yang punya rambut hijau memperbaiki kacamatanya yang tidak melorot.

"Jangan bersembunyi dibelakangku nanodayo", ucap siwortel pada Kise.

"Hidoi ssu", ucap Kise berpura-pura menitihkan air mata.

"Kise-chin, urusai", Ucap sititan berambut ungu berdiri dikiri siwortel sambil memakan kripik kentangnya.

"Murasakibarachii, hidoi", ucap Kise, lagi-lagi.

"Shizukani shitekudasai, Kise-kun", ucap sirambut biru cerah.

"UAAA! Kuroko-cchi, sejak kapan kau berdiri disitu?", ucap Kise terkejut.

"Diamlah Kise. Dan kau Kuroko jangan tiba-tiba muncul", ucap siwortel.

"Aku sudah disini sejak tadi Kise-kun, Midorima-kun", jawab sirambut biru terang, aka Kuroko Tetsuya.

"Kuro-chin terlalu kecil jadi tidak terlihat", kata sititan, aka Murasakibara Atsushi.

"Aku tidak kecil, Murasakibara-kun", kata Kuroko sedikit kesal walau tak nampak diwajahnya.

Kuroko dan Murasakibara saling tatap. Terlihat kilatan petir diantara mereka berdua.

"Kalian berdua jangan ikut berisik", kata siwortel, aka Midorima Shintaro, dengan agak kesal.

Namun Kuroko dan Murasakibara tetap saling tatap. Kise terus-terusan merengek pada Midorima karna lagi-lagi dibentak Aomine dan Kagami yang masih bertengkar saling mencaci.

"Kalian berisik", ucap tiba-tiba sirambut merah terang tak jauh dari mereka.

Semua melihat kearah simerah terang yang disekitarnya terlihat aura yang mengintimidasi. Semua bergidik ngeri setelah melihat kilatan gunting yang siap meluncur kapan saja ditangan simerah terang.

"Gomen Akashi-cchi", ucap Kise ketakutan.

"Gomen", ucap yang lain bergantian. Kuroko dan Murasakibara yang tenang, Aomine dan Kagami yang ketakutan, Midorima yang berlagak tenang.

"Permintaan maaf diterima", ucap simerah terang, aka Akashi Seijuuro sambil menyembunyikan guntingnya disakunya.

Sunyi seketika. Semua berdiam diri. Namun tiba-tiba, ada suara handphone berbunyi. Kring kring... Kring kring... Mengejutkan semua disana.

"Ah, itu punyaku", ucap Kagami sambil kepinggir lapangan menuju tasnya. Diambilnya handphone ditangannya.

"Oyaji?", kata Kagami bingung. "Untuk apa Oyaji menelepon?", tanyanya dalam hati lalu menekan tombol hijau di handphonenya.

"Moshi-moshi?", kata Kagami mengangkat telephone.

"Taigaaaaa, i miss you", teriak seseorang diseberang sana. Secara reflek Kagami menjauhkan handphone.

"Shut it, dad", teriak Kagami kesal.

"Upss sorry", kata orang diseberang sana yang ternyata, Ayahnya.

"What do you want?", tanya Kagami.

"What I want? Ah. Ah. AAAHHHHH!", teriak Ayah Taiga, Kagami Yuichi.

"Shut it, dad. You're too loud", kata Kagami mengkerutkan dahinya.

"Taiga, you have to go to airport!", perintah Yuichi.

"Why?", tanya Kagami.

"She is come to see you. She already in Japan. Owh, god. You have to go now. If not, she will kill me", kata Yuichi ketakutan.

Kagami yang mendengar suara Ayahnya yang ketakutan mengkerutkan dahinya, lagi. "Kenapa Oyaji ketakutan? Dan siapa dia? Owh, shit. Jangan bilang", kata Kagami dalam hati.

"Don't say she already there a hour ago?",tanya Kagami was-was.

"Well,, No not really. But, yeah, she is already there, two hours ago", jawab Yuichi.

Kagami diam sejenak. Dia mengulang kata Ayahnya. "2 jam, 2 jam, 2 jam. Dia sudah menunggu selama 2 jam?!", teriak Kagami dalam hati.

"You stupid, dad. Of couse she will kill you. Why you forget about it? I can't protect you. She will kill you. Definitely",kata Kagami pada Ayahnya.

"I know. I have work until fifteen minutes ago. Please, you have to go now. Sorry, I have to go now. I have meeting, again. Bye", kata Yuichi lalu mematikan sambungan telephonenya.

Kagami melihat handphonenya sambil mengkerutkan dahinya.

"You are so dead, dad", kata Kagami lalu memasukkan handphonenya ketasnya terburu-buru.

Semuanya (kiseki no sedai) melihat Kagami yang terburu-buru bertanya-tanya. Apa yng dilakukannya.

"Ada masalah, Kagami-kun?", tanya Kuroko mendekati Kagami.

"Yeah. That fucking dad. Seseorang menungguku dibandara. Dia sudah menunggu 2 jam. Oyaji lupa memberitahuku karna meetingnya. Aku harus segera pergi", jawab Kagami.

"Matte, Kagami", cegah Akashi saat Kagami akan berlari meninggalkan mereka.

"Nani?", tanya Kagami sambil melihat Akashi.

"Kau akan naik apa kesana?", tanya Akashi.

"Aku akan naik taksi?", jawab Kagami, atau seperti pertanyaan.

"Aku akan panggil sopirku. Aku akan antar kau ke bandara", kata Akashi lalu mengeluarkan handphonenya.

"Maji? Sankyu, Akashi", kata Kagami senang.

"Seijuuro da. Aku ingin pergi ke bandara bersama enam temanku. Cepat kesini", kata Akashi lalu mematikan handphonenya.

"Kita akan pergi ke bandara. Kalian bersiap-siap", titah Akashi lalu membereskan barang-barangnya.

Kuroko dan lainnya tanpa babibu membereskan barang-barangnya.

Lima menit kemudian sopir Akashi datang. Mobil Limo warna hitam muncul dihadapan mereka. Mereka masuk satu persatu. Setelah semua masuk, Akashi meminta sopirnya untuk segera pergi ke bandara.

"Kagami-cchi, memang ada apa? Terus kita akan menjemput siapa?", tanya Kise penasaran. Walau yang lainnya diam saja, tapi terlihat jelas kalau mereka penasaran.

Kagami melihat mereka satu persatu. Kise, Midorima, Kuroko dan Akashi duduk didepannya, sedangkan Aomine dikirinya dan Murasakibara dikanannya. Lalu menghela nafas.

"Oyaji, lupa memberitahuku kalau seseorang akan datang ke Jepang. Dan dia sudah menunggu dua jam. Two fucking hours. Aku harus segera menemuinya. Kalo aku masih ingin punya Ayah", jawab Kagami bergidik ngeri.

Kise dan lainnya memandang satu sama lain. "Masih ingin punya Ayah?", ulang mereka semua dalam hati.

"Dare?", tanya Aomine yang benar-benar penasaran.

"Sore wa,,, ore no imouto", jawab Kagami.

Semua mata melotot termasuk Akashi.

"IMOUTO?", teriak mereka memenuhi mobil.

-part1-