Disclaimer : Masashi Kishimoto
Canon. OOC. SasuSaku. KakaSaku. Multichapter.
.
.
.
"Tapi ..."
"Tidak ada tapi-tapian. Kau harus mengajaknya berkencan."
Hatake Kakashi, Rokudaime pemimpin Konoha yang baru, mendengus frustrasi di balik meja kerjanya. Didatangi senior mantan Hokage terdahulu bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi kalau harus disuruh mengerjakan misi yang melanggar teritori pribadi.
"Tapi aku tidak bisa Nona Tsunade. Aku ..."
"Jadi kau tidak menyukainya?!" Kakashi menelan ludah ngeri melihat ekspresi menyeramkan yang ditunjukan perempuan pirang cucu mantan Hokage pertama. "Apa menurutmu Sakura kurang bagus untukmu?" Mata melotot, alis naik turun tak wajar, bibir melengkung ke dalam ... Ya ampun, Kakashi lebih suka menghadapi seribu Obito yang ingin membalas dendam daripada melihat wajah itu.
"B-bukan begitu maksudku Nona Tsunade. Sakura cantik, pintar, dan mempesona. Aku menyukainya. Tapi dia mantan muridku, aku tidak mungkin berkencan dengan dia. Itu tidak etis dan akan ada banyak gunjingan dari masyarakat," jelasnya terbata. Dia menghela napas lega saat melihat wajah Tsunade yang mulai nampak tenang.
"Jadi masalahnya karena masalah etika moral dan tanggapan masyarakat Konoha?" dia manggut-manggut.
"I-iya." Kakashi mengangguk cepat, keringat dingin mengalir turun dari pelipisnya. "Bagaimana kalau anda mengatur kencan buta Sakura dengan shinobi lain? Anak muda dari klan Aburame atau Inuzuka bisa masuk rekomendasi. Atau Gaara kazekage Suna? Mereka calon yang tepat untuk Sakura," asal jangan aku, Kakashi meratap dalam hati. Dia tidak mau terlibat hubungan asmara dengan mantan muridnya. Dia menyayangi Sakura, dan sudah menggapnya seperti anak sendiri. Jadi bagaimana mungkin seorang Ayah bisa terlibat hubungan asmara dengan putrinya?
"Aku sudah menganggap Sakura seperti anakku sendiri."
Begitu juga aku! kata Kakashi dalam hati, tak berani menyuarakannya di depan Tsunade.
"Aku ingin yang terbaik untuknya. Beberapa tahun terakhir dia terlalu sibuk dengan segala latihan yang dia lakukan untuk melampaui Naruto dan Sasuke."
"Iya. Dia berusaha sangat keras dan berhasil membuktikan diri," Kakashi mengangguk setuju.
"Dan setelah perang dunia ninja berakhir. Sakura sangat sibuk di Rumah Sakit, mengurus pemulihan para korban perang." Tsunade masih menerawang, memikirkan murid kesayangannya, "Di saat teman-temannya yang lain, dan bahkan Naruto, sudah mulai disibukan dengan urusan asmara. Dia malah tetap betah melajang dan menyibukan diri dengan pekerjaan Rumah Sakit."
Kakashi hanya mengangguk-angguk.
"Aku rasa dia masih belum bisa melupakan si bocah Uchiha yang pergi berkelana itu."
"Bisa jadi," komentar Kakashi kalem.
"Tapi daripada memikirkan seseorang yang tak jelas apa maunya dan tidak jelas berada dimana seperti Sasuke, menurutku alangkah baiknya kalau Sakura menata hati dan mencari yang baru." Dia menatap Kakashi dengan sorot mata aneh dan licik.
"Kalau soal itu aku tidak punya pendapat apapun Nona Tsunade, mencampuri kehidupan asmara murid rasanya sudah melampaui batas," dia mengernyit. Merasa heran, kenapa mereka—Hokage dan mantan Hokage—mendiskusikan mengenai kehidupan asmara murid mereka, di ruang kerjanya? Seharusnya ruangan ini dipergunakan untuk mendiskusikan masalah desa dan misi shinobi kan?
"Sakura itu muridku. Aku ingin dia sedikit lebih santai, berkencan seperti gadis-gadis lain pada umumnya. Dan mendapatkan lelaki yang baik dan kuat dari klan yang hebat."
"Lalu ...?"
"Lalu kau harus mengajaknya berkencan," putus Tsunade santai.
Kakashi melotot, "Nona Tsunade!" dia mengerang putus asa.
"Menurutku kau laki-laki yang tepat untuk Sakura. Masalah umur ataupun status bukan masalah, yang penting berkencan saja dulu, kalau kalian berdua sama-sama merasa tidak cocok ya hentikan."
Tarik napaaas. Keluarkan. Tarik napaaaas. Keluarkan. Tarik napaaaas, keluarkan. Kakashi melakukannya berulang kali untuk mengendalikan emosi.
"Baiklah, aku akan berkencan dengan Sakura," ucapnya yang langsung membuat Tsunade tersenyum lebar. "Tapi kalau kami sama-sama tidak cocok, kami boleh berpisah."
"Tentu," jawab Tsunade sumringah.
"T-tapi aku takut kebablasan." Rona merah tak terlihat, nampak di bawah mata Kakashi, di atas kulit yang tak tertutup masker.
Tsunade tertawa geli. "Ya kalau kebablasan nikahi saja dia, apa susahnya," jawabnya sembari melengos pergi. Meninggalkan Rokudaime Kakashi yang langsung memasang tampang masgul.
Apa yang harus kulakukan? Pikirnya frustrasi. Dia terdiam sejenak, lalu mendesah dramatis. "Baiklah, kencan dengan Sakura. Aku bisa melakukannya," gumam Kakashi sembari kembali melanjutkan pekerjaannya, dengan fokus pada berkas-berkas misi yang ada di atas meja kerja.
.
.
.
Pagi yang cerah mengawali hari Uzumaki Naruto dalam mengerjakan pekerjaan barunya sebagai jounin pembimbing di Akademi. Dua tahun setelah perang dunia ninja keempat usai, keadaan desa Konoha dan juga aliansi desa shinobi lainnya mulai stabil. Baik itu dari segi ekonomi, pembangunan, dan juga kesehatan.
Para shinobi dan kunoichi yang mengalami trauma perang dan bahkan cacat permanen pada tubuhnya, perlahan mulai dapat dipulihkan. Anak-anak yang kehilangan orang tua dalam perang diberikan terapi dan perhatian khusus oleh desa. Rumah-rumah, yang dulu sempat hancur karena diserang Pein dan juga para edotensei Kabuto, pelan-pelan dibangun kembali dengan sistem gotong-royong.
Walaupun memiliki tampang malas menyebalkan, dan suka membaca buku mesum tak jelas karangan mendiang pertapa genit, menurut Naruto, Kakashi-sensei adalah Hokage yang hebat. Dia disegani oleh kawan dan juga lawan. Ninja plagiator yang jenius. Naruto pernah melihat Kakashi berdebat dengan para petinggi desa Konoha, dalam rapat untuk menentukan nasib Sasuke beberapa tahun lalu setelah perang dunia ninja selesai, Kakashi sukses membuat para petinggi Konoha bungkam dan mengijinkan Sasuke hidup. Walau konsekuensinya, kepala Kakashi akan melayang kalau Sasuke melakukan kejahatan lagi.
Ah, ngomong-ngomong soal Kakashi-sensei, pagi ini Naruto mendapat panggilan untuk menemui Sang Rokudime di kantor Hokage. Dia akan menemui Kakashi-sensei sebelum pergi menjenguk murid-muridnya di Akademi.
Dan ngomong-ngomong soal Sasuke, sudah lama Naruto tidak melihatnya—sejak dia meninggalkan desa untuk berkelana. Jujur Naruto memang merindukannya, tapi tidak rindu-rindu amat. Namun Naruto heran, kalau dia tidak rindu-rindu amat pada Sasuke, kenapa dia bisa merasakan chakra Sasuke ada di Konoha sekarang? Bahkan chakra itu sangat dekat, tepat di belakangnya?
"Kau menghalangi jalanku, Dobe."
Naruto tersentak saat suara datar, sedatar dan segaring ekspresi Orochimaru saat bergurau, terdengar di belakangnya. Dia mengenali suara itu.
"Teme?" Naruto berbalik, dan terkejut melihat Sasuke ada di belakangnya, bersama tiga mahluk yang Naruto kenal tapi dia tidak tahu siapa nama mereka. Satu laki-laki bertubuh gempal dengan rambut keemasan dan ekspresi muka datar, satu perempuan berambut merah panjang memakai kacamata dan pakaian ketat agak seksi.
Aku harap Hokage kedua hanya bercanda, saat mengatakan bahwa si kacamata anggota tim taka ini berasal dari klan Uzumaki. tampang Naruto langsung berubah aneh saat melihat Karin bergelayutan manja di lengan Sasuke, dan sesekali menggesekan badannya ke punggung si Uchiha muda. Dia ingat siapa gadis itu.
Dan rekan Sasuke yang terakhir, adalah seorang laki-laki kecil berambut perak dengan gigi setajam hiu. Dia mengingatkan Naruto pada Kisame Hosigaki, rekan Itachi di Akatsuki.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya kau pergi berkelana, Teme?" Naruto akhirnya bisa menemukan suaranya kembali. Melihat rekan Sasuke yang mirip hiu, membuat Naruto termenung memikirkan 'Kenapa Uchiha suka berpatner dengan mahluk sejenis ikan? Apa mereka memiliki obsesi aneh terhadap mahluk malang yang bernama ikan?'
"Ada sesuatu yang harus kulaporkan pada Rokudaime mengenai keamanan desa. Aku mendapatkan selentingan kabar tak menyenangkan tentang orang-orang di sekeliling Hokage saat berada di luar desa," jelas Sasuke.
"Oh."
"Aku bertemu dengan Juugo, Suigetsu, dan Karin dalam perjalanan menuju kemari. Mereka memaksa ikut," Sasuke menambahkan saat melihat ekspresi Naruto yang menatap aneh teman-temannya dari tim taka.
"Oh. Kalau begitu mari kita pergi bersama, aku juga ingin pergi ke kantor Hokage. Dipanggil Kakashi-sensei."
Kelima orang itu kemudian berjalan bersama menuju gedung berwarna hijau, dengan lambang api besar yang ada di desa tersebut.
Sasuke memberitahu Kakashi, bahwa ada salah satu petinggi di desa Konoha yang menyewa beberapa nukenin—pelarian dari beberapa desa ninja. Petinggi itu telah membuat sebuah rencana konspirasi jahat untuk menjatuhkan Kakashi dari jabatannya sebagai Hokage.
"Aku sepenuhnya menyadari hal itu," komentar Kakashi dari balik meja kerjanya. Dia tidak tampak terkejut dengan laporan Sasuke. "Gin, pengganti Danzo, yang sekarang menjadi petinggi dari kelompok ROOT-Anbu terbaru. Dia tidak pernah menyukaiku dan selalu berusaha mematahkan pendapatku di setiap diskusi pertemuan. Awalnya aku menganggap itu hal biasa, tapi beberapa minggu lalu Sai menemukan keanehan pada pergerakan beberapa anggota Root yang menemui orang asing di luar desa. Menurut Sai, orang-orang asing yang ditemui anggota root itu adalah ninja pelarian berbahaya. Dia melaporkan semuanya padaku."
"Lalu Sensei langsung mencurigai si Gin-Gin ini?" tanya Naruto. Dia mengernyit bingung melihat penampilan Rokudaime-Hokage, yang pagi ini tampak sangat tidak biasa. Jika sehari-harinya Kakashi di kantor Hokage, selalu mengenakan pakaian formal seperti jubah dan topi kebesaran Hokage, maka hari ini dia hanya mengenakan kemeja putih rapi, celana denim hitam yang sesuai dengan pakaian dalam dan warna maskernya. Dia tidak memakai pengikat kepala. Dan ... Umh! Kakashi berbau sangat menyengat, begitu wangi. Dia seperti baru mandi dengan parfum sebotol penuh. Naruto menyipitkan mata curiga.
"Dia yang memegang kendali Root. Jadi dia adalah orang pertama yang patut dicurigai sebagai tersangka."
"Dan Sai yang menyelidiki kasus ini?" kali ini Sasuke yang bertanya.
"Ya. Aku sudah menyuruh Yamanaka dan Nara untuk membantunya dalam misi ini, jadi kalian tidak perlu khawatir," Kakashi sedikit berjengit melihat kelakuan anggota tim taka yang tampak sibuk sendiri. Juugo yang berdiri diam di samping pintu. Suigetsu yang rewel, mondar-mandir mengeluh kelaparan sambil sesekali mengganggu Karin, yang menatap terpesona ke arah Sasuke, kemudian memeluknya dari belakang.
"Hn." Sasuke baru saja hendak pamit pergi, ketika Naruto tiba-tiba bersuara penuh prasangka, dan melemparkan tatapan menuduh pada mantan guru mereka.
"KAU MAU PERGI BERKENCAN YA SENSEI?!" tanya si kumis kucing dengan ekspresi shock dramatis berlebihan.
"!?,"Empat kepala menoleh ke arah Kakashi.
Kakashi meringis malu. "Eng. Hn." dia menggaruk kepala peraknya salah tingkah.
Sasuke tersenyum kecil melihat kelakuan mantan gurunya, sementara Naruto terbahak.
Mata biru jincuriki kyuubi tersebut berkilat jahil, alisnya naik turun lucu. "Wah, Kakashi-sensei, siapa gadis malang yang khilaf menerima om-om tua mesum sepertimu sebagai teman kencannya?" Naruto menggoda Kakashi sambil menjawil pipi gurunya.
"I-itu ... Dia ...," suara ketukan pintu terdengar. "Sudah datang!" Kakashi meratap dalam hati. Dia merutuki pekerjaan dan kesibukannya sebagai Hokage, yang membuat dia tidak bisa menjemput teman kencannya di rumah si gadis. Salahkan Senju Tsunade yang sudah membuat keduanya terpaksa berkencan.
Juugo yang kebetulan berdiri dekat pintu, membantu membuka pintu untuk si tamu. Setelah pintu terbuka, Naruto langsung menjerit shock dengan mata melotot, sementara Sasuke melongo, walau sesaat tadi ekspresi terkejut kentara terlihat di wajahnya.
"SAKURA-CHAN?!/ Sakura?" ucap Naruto dan Sasuke bersamaan dengan volume suara yang sangat jauh berbeda. Naruto berteriak, sementara Sasuke berbisik.
Haruno Sakura termenung di depan pintu. Tampak terkejut mendapati keberadaan dua teman satu timnya di dalam ruangan Hokage. Mata jamrudnya sesaat bersirobok dengan obsidian Sasuke, kemudian pandangannya beralih pada lengan Sasuke yang dipeluk posesif oleh Karin. Dia mendesah pelan, lalu bergantian menatap wajah Naruto, Suigetsu, dan Kakashi. (Juugo yang berada di samping pintu tidak masuk dalam jarak pandang, karena dia berdiri bersandar pada tembok.)
"S-Sasuke-kun, Narutoo ..." Rona merah samar menjalar di wajah Sakura saat melihat penampilan Kakashi. Berkencan dengan mantan guru sendiri? Sialan Nona Tsunade!
"SAKURA-CHAN, AKU TIDAK PERCAYA ... KAU DAN KAKASHI-SENSEI ... YA AMPUN AKU TIDAK PERCAYA INI!" Naruto histeris.
"Akhirnya kau datang juga, maaf aku tidak bisa menjemputmu," kata Kakashi mencoba mencairkan suasana, sembari bangun dari kursi dan berjalan menghampiri Sakura. "Aku harus memeriksa beberapa berkas sebelum kita pergi. Dan aku sudah selesai mengerjakannya."
"Tak masalah Sensei," ucap Sakura canggung, sambil sesekali melirik Sasuke yang balas menatapnya dingin.
"Kau terlihat cantik hari ini," komentar Kakashi.
Sakura tersipu. Hari ini, untuk kencan dengan Kakashi-sensei, dia memang sengaja berpenampilan berbeda dari biasanya. Pagi ini Sakura mengenakan gaun berwarna pink pucat, dengan model gaun seperti yang sering dipakai Ino (Karena ini memang gaun pinjaman dari kunoichi gebetan Sai), dipadu sweater rajut bertudung berwarna maroon. Rambut pink sepundak Sakura yang biasanya digerai, kini dikucir satu, dengan poni miring, dan sedikit anak rambut jatuh di kedua sisi wajah. Dia tidak memakai make-up berlebihan.
"SAKURA-CHAN, AKU TIDAK PERCAYA INI! KAU DAN KAKASHI-SENSEI ... OH YA AMPUN!" Naruto masih berteriak histeris. "APA KEPALAMU TERBENTUR SESUATU, ATAU KAU SALAH MINUM OBAT SAKURA-CHAN? MAU-MAUNYA KAU DENGAN ORANG TUA MESUM SEPERTI KAKA-SENSEI."
Sakura meringis. Perempatan siku-siku muncul di kepala perak Kakashi mendengar perkataan Naruto.
"Jangan bereaksi berlebihan Naruto, Hinata bisa salah paham, melihat kepedulianmu pada Sakura," komentar Kakashi sebal.
"AKU TIDAK BERMAKSUD BEGITU! TAPI ... KAKA-SENSEI DAN SAKURA ... ITU ANEH! AKU MERASA TELAH MELEWATKAN SESUATU!"
"Berhenti berteriak Naruto," gerutu Kakashi. Dia lalu menggandeng tangan Sakura, "Maaf anak-anak kami harus pergi. Sampai jumpa," dia tersenyum di balik maskernya. Kemudian ...
Poft!
Sakura dan Kakashi tiba-tiba menghilang diiringi kepulan asap.
"TEME, KAKASHI-SENSEI DAN SAKURA-CHAN ..."
"DIAM NARUTO! DAN BERHENTILAH BERTERIAK!" Bentak Sasuke mendadak sewot, sambil menepis pelukan Karin dan berjalan keluar dari ruang Hokage.
"Sasukeee."
"Apa kita akan pergi makan?"
"Hn. Ayo pergi Naruto," ajak Juugo.
"SAKURA-CHAN DAN KAKASHI-SENSEI, OH YA AMPUN. SEJAK KAPAN MEREKA BERDUA ..."
.
.
.
(To be continue?)
